ArticlePDF Available

GEJALA DAN UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR (DISLEKSIA)

Authors:

Abstract

Dyslexia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar, utamanya kesulitan dalam membaca dan menulis yang biasanya dialami oleh beberapa anak di dunia ini. Menurut Child Development Institue, (2008:1) (Martini Jamaris, 2014: 139) bahwa kasus dyslexia ditemui antara 3-6% dari jumlah penduduk. Namun, kasus yang berkaitan dengan kesulitan membaca yang tidak digolongkan ke dalam dyslexia ditemui lebih dari 50% dari jumlah penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diterapkan metode Fernald, metode Gillingham, dan metode Analisis Glass. Pembelajaran metode tersebut berpusat pada pengembangan metode pengajaran membaca multisensoris yang sering dikenal pula sebagai metode VAKT (Visual, auditory, kinesthetic, and tactile), pendekatan terstruktur taraf tinggi, dan metode pengajaran melalui pemecahan sandi kelompok huruf dalam kata. Mulyadi, (2010: 164) menuliskan bahwa dyslexia merupakan gangguan yang bersifat heterogen, dan masing-masing ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam melakukan studi dyslexia. Mulyadi, (2010: 169) juga menuliskan teori kognitif yang terbagi menjadi dua teori, yaitu: (a) phonological deficit theory dan (b) double deficit theoryKata Kunci: Disleksia, kesulitan belajar, gejala, penanganan
124
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
GEJALA DAN UPAYA MENGATASI KESULITAN
BELAJAR (DISLEKSIA)
Oleh: Kadek Yati Fitria Dewi1, Ni Putu Uliani2
Abstrak
Dyslexia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar, utamanya
kesulitan dalam membaca dan menulis yang biasanya dialami
oleh beberapa anak di dunia ini. Menurut Child Development
Institue, (2008:1) (Martini Jamaris, 2014: 139) bahwa kasus
dyslexia ditemui antara 3-6% dari jumlah penduduk. Namun,
kasus yang berkaitan dengan kesulitan membaca yang tidak
digolongkan ke dalam dyslexia ditemui lebih dari 50% dari
jumlah penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
diterapkan metode Fernald, metode Gillingham, dan metode
Analisis Glass. Pembelajaran metode tersebut berpusat pada
pengembangan metode pengajaran membaca multisensoris yang
sering dikenal pula sebagai metode VAKT (Visual, auditory,
kinesthetic, and tactile), pendekatan terstruktur taraf tinggi, dan
metode pengajaran melalui pemecahan sandi kelompok huruf
dalam kata. Mulyadi, (2010: 164) menuliskan bahwa dyslexia
merupakan gangguan yang bersifat heterogen, dan masing-
masing ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam
melakukan studi dyslexia. Mulyadi, (2010: 169) juga menuliskan
teori kognitif yang terbagi menjadi dua teori, yaitu: (a)
phonological deficit theory dan (b) double deficit theory
Kata Kunci: Disleksia, kesulitan belajar, gejala, penanganan
PENDAHULUAN
Kesulitan belajar pada umumnya dari kesulitan belajar spesifik khususnya
pada anak merupakan masalah, baik di sekolah maupun di lingkungan sosialnya.
Bila tidak ditangani dapat menjadi masalah seumur hidupnya. Salah satu dari
kesulitan belajar spesifik yang mendapat perhatian adalah kesulitan membaca atau
disleksia, karena kemampun membaca merupakan dasar atau fondasi untuk
memperoleh kepandaian skolastik lainnya (Rapin, 1993).
1 Kadek Ya Fitria Dewi adalah salah satu dosen di FKIP Unipas Singaraja.
2 Ni Putu Uliani adalah salah satu guru di SMP Negeri 1 Seririt
125
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
Frank Wood (1993) bahkan menyatakan dalam penelitian epidemiologisnya,
kesulitan membaca merupakan lebih dari 90% dari kelainan non-psikiatris pada
anak-anak sekolah. Pada anak-anak disebut disleksia perkembangan karena
terjadinya pada masa perkembangan anak.
Disleksia perkembangan merupakan salah satu gangguan perkembangan
fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup (developmental disorders across
the life span). Tidak jarang anak-anak yang mengalami disleksia terutama yang
ringan dianggap atau “dicap” sebagai anak yang bodoh, malas, kurang berusaha,
ceroboh, sehingga timbul rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mengalami
gangguan emosional sekunder. Padahal tidak jarang penyandang disleksia
mempunyai intelingensi yang tinggi seperti antara lain Nelson Rockefeller, Albert
Einstein, Churchiil yang disebut Gifted dyslexics.
Negara-negara yang sudah berkembang membentuk asosiasi disleksia dan
dyslexia centres untuk esesmen dan penanganan penyandang desleksia. Di
Singapura misalnya didirikan DAS-Dyslexia Association Singapore Learning
Centre (The Straits Time, 28 march 1994). Di Indonesia kesulitan membaca atau
disleksia pada umumnya sudah dikenal, namun jenis atau tipe disleksia masih
kurang dikenal sehingga program penanganan yang diberikan kurang terstruktur,
komprehensif, dan mendalam yang menyebabkan hasil kurang optimal.
PEMBAHASAN
Pengertian Disleksia (Dyslexia)
Pengertian disleksia menurut para ahli:
1. Martini Jamaris, (2014: 139) mendefinisikan dyslexia sebagai kondisi yang
berkaitan dengan kemampuan membaca yang sangat tidak memuaskan.
Individu yang mengalami dyslexia memiliki IQ normal, bahkan di atas
normal, akan tetapi memiliki kemampuan membaca satu atau satu setengah
tingkat di bawah IQ-nya.
2. Mulyadi, (2010: 154) memberikan cakupan yang lebih luas mengenai
dyslexia, yaitu merupakan kesulitan membaca, mengeja, menulis, dan
126
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata yang
memberikan efek terhadap proses belajar atau gangguan belajar.
3. Nini Subini, (2012: 54) memberikan pengertian tentang dyslexia
berdasarkan penyebab intern pada individu yang bersangkutan, dyslexia
merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi
sepanjang rentang hidup. Dyslexia dianggap suatu efek yang disebabkan
karena gangguan dalam asosiasi daya ingat (memori) dan pemrosesan
sentral yang disebut kesulitan membaca primer.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dyslexia pada dasarnya adalah kesulitan belajar membaca yang tidak ada
hubungannya dengan IQ karena biasanya penderita dyslexia memiliki IQ yang
normal. Dyslexia lebih disebabkan karena gangguan dalam asosiasi daya ingat
(memori). Akan tetapi, karena membaca merupakan keterampilan dasar bagi
kemampuan berbahasa lainnya, maka dapat dimengerti jika ada yang
mendefinisikan bahwa dyslexia merupakan kesulitan membaca ataupun menulis.
Hal ini disebabkan kesulitan membaca juga akan berdampak pada kesulitan
menulis.
Klasifikasi Disleksia
Klasifikasi jenis disleksia penting untuk penanganannya. Diagonis yang
kurang tepat dapat menyebabkan kegagalan penanganan atau penanganan kurang
optimal. Klasifikasi disleksia berdasarkan mekanisme serebal antara lain disleksia
diseidetis atau disleksia visual, disleksia verbal atau linguistik, dan dialeksia
auditoris.
1. Disleksia diseidetis atau disleksia visual
Disleksia diseidetis atau disleksia visual merupakan disleksia yang disebabkan
karena gangguan visual. Hal ini terjadi akibat dari gangguan fungsi otak
belakang yang menimbulkan gangguan dalam persepsi visual, sehingga
pengenalan visual terhadap simbol yang berupa huruf dan kata, tidak dapat
dilakukan secara maksimal yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pada saat
membaca dan mengeja. Misalnya seorang anak tidak dapat membedakan huruf
“b” dengan “d”, huruf “p” dengan “q”, angka “5” dengan “2”, huruf “m” dengan
127
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
“w”, huruf “n” dengan “u”. Selain itu juga tidak bisa membaca urutan huruf
atau kata, misalnya kata “bapak” menjadi “bakpa”, kata “ibu” menjadi “ubi”.
2. Disleksia verbal atau linguistik
Disleksia verbal atau linguistik merupakan disleksia yang terjadi akibat dari
gangguan bahasa. Gejala yang dapat dilihat pada jenis disleksia ini adalah
berupa kesulitan dalam diskriminasi atau persepsi auditoris atau dikenal
dengan disleksia disfonemis. Contohnya, seorang anak mengalami kesulitan
dalam menyebut kata atau kalimat, sehingga urutan auditorisnya menjadi kacau
yakni “sekolah” menjadi “sekolha”. Bila disleksia jenis ini tidak cepat
ditangani, akan berdampak pada masa depannya terutama dalam membuat
karangan.
2 Disleksia auditoris
Disleksia auditoris merupakan disleksia akibat adanya ganguan dalam koneksi
visual dan auditorisnya sehingga ini membuat anak lambat dalam membaca.
Namun pada disleksia ini bahasa verbal dan persepsi visualnya baik, tetapi
terkadang apa yang dilihat tidak dapat dinyatakan dalam bunyi bahasa.
Contohnya, seorang anak mendapat pelajaran membaca. Bagi anak tersebut
pelajaran membaca merupakan pelajaran yang sangat sulit. Hal itu karena
membaca merupakan kegiatan yang melibatkan kemampuan visual-auditorinya
secara bersamaan, seperti kemampuan memberikan makna simbol-simbol yang
ada, yaitu huruf dan kata, sehingga anak tersebut sulit melakukan kegiatan
membaca.
Selain tiga klasifikasi disleksia tersebut, Bakker (1987) membagi disleksia
dalam dua tipologi yaitu L-type dyslexia (linguistik) dan P-type
dyslexia (perseptif). Pada L-type dyslexia, anak membaca relatif cepat, tetapi saat
membaca cepat tersebut anak seringkali membuat kesalahan seperti
penghilangan (omission), penambahan (addition), atau penggantian huruf
(substitution) dan kesalahan mutilasi kata lainnya, sedangkan pada P-type
dyslexiaI, anak cenderung membaca lambat dan seringkali membuat kesalahan
seperti fragmentasi (membaca terputus-putus) dan mengulang-ulang (Lily
Djokosetio, 2007: 95).
128
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
Dari berbagai klasifikasi disleksia tersebut, sebagai orang tua dan guru
seharusnya lebih tanggap dengan yang terjadi pada anak yang mengalami kesulitan
belajar dalam membaca. Terlebih kemahiran membaca sangatlah bermanfaat bagi
kehidupan seorang anak karena membaca merupakan dasar untuk menguasai ilmu
(kemahiran) yang lain.
Gejala-Gejala Disleksia
Tanda-tanda disleksia sulit dikenali sebelum anak memasuki usia sekolah.
Ketika anak mulai belajar membaca dan menulis di sekolah, gejala-gejala disleksia
akan semakin terlihat jelas. Yang membuat anak disleksia kesulitan membaca
adalah karena ia melilhat huruf maupun kata seperti terbolak-balik. Misalnya, huruf
“d” terlihat seperti huruf “b”. Masalah itu dihubungkan dengan gen tertentu yang
memengaruhi otak. Adanya riwayat keluarga yang mengalami disleksia juga bisa
menjadi penyebab anak memiliki gangguan belajar tersebut.
Adapun tanda-tanda anak yang mengalami disleksia sebagai berikut:
1. Sulit mengingat urutan sesuatu, misalnya urutan abjad atau nama hari.
2. Butuh waktu lama dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
3. Sulit menemukan persamaan atau perbedaan pada abjad.
4. Sulit mengucapkan kata yang baru dikenal.
5. Susah mengeja, karena melihat huruf atau angka terbolak-balik, seperti
huruf “d” dengan huruf “b”, atau angka “6” dengan angka “9”.
6. Sering salah atau terlalu lamban saat membaca.
7. Kesulitan memroses dan memahami apa yang didengarnya.
8. Lamban juga dalam menulis
Faktor Penyebab Disleksia
Belum diketahui apa penyebab pasti disleksia, tetapi kondisi ini diduga terkait
dengan kelainan gen yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan
berbahasa. Sejumlah faktor yang diduga memicu kelainan gen tersebut adalah:
1. Infeksi atau paparan nikotin, alkohol, dan NAPZA pada masa kehamilan.
2. Lahir prematur atau terlahir dengan berat badan
129
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
3. Riwayat disleksia atau gangguan belajar dalam keluarga juga menjadikan
anak menderita disleksia.
Jenis Terapi Disleksia Yang Dapat Dilakukan
Ada empat terapi yang umum digunakan untuk meningkatkan kemampuan
baca tulisnya. Keempatnya dapat membantu anak untuk mengejar ketertinggalan di
sekolah.Semakin cepat terapi dimulai, maka tingkat kesuksesannya juga akan
semakin baik. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi penderita disleksia yang
sudah dewasa, untuk memperbaiki kemampuannya. Terapi disleksia akan
disesuaikan dengan masing-masing penderita. Untuk mendapatkan perawatan yang
tepat, dokter atau ahli yang memberikan perawatan, akan melakukan tes baca tulis,
untuk melihat kemampuan awalnya dan memberikan diagnosis. Setelah itu, dapat
dilakukan terapi untuk mengembangkan kemampuan anak tersebut. Terdapat empat
terapi membaca yang umum diberikan kepada penderita kondisi ini, yaitu:
1. Orton-Gillingham
Terapi ini mengaplikasikan teknik untuk mengajarkan membaca pada penderita
disleksia, secara bertahap. Pada metode ini, penderita disleksia untuk
mencocokkan huruf dengan suara dan mengenali cara pengucapan huruf
tersebut. Metode ini fokus untuk mengajarkan anak membaca pada tingkatan
kata, dan bukan terapi satu-satunya yang akan dilakukan. Selain itu, metode
Orton-Gilingham juga menggunakan berbagai cara untuk membantu anak
belajar, misalnya dengan sentuhan.
2. Instruksi multisensori
Metode ini mengajarkan anak menggunakan seluruh inderanya seperti sentuhan,
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan gerakan untuk membantunya belajar.
Penderita disleksia akan belajar dengan lebih efektif, apabila informasi yang
diberikan, diterima beberapa sensor secara berkesinambungan. Metode ini
memungkinkan peserta yang menjalaninya, untuk belajar menggunakan caranya
sendiri. Hal tersebut akan memungkinkan anak untuk belajar menggunakan
indera terkuatnya dan meningkatkan kemampuan indera terlemahnya.
130
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
3. Terapi dengan metode fonik
Terapi dengan metode fonik merupakan metode yang memanfaatkan kemampuan
visual dan auditori anak dengan cara menamakan huruf sesuai dengan bunyi
bacaannya. Misalnya, huruf B yang dibunyikan "be", huruf C dibunyikan "ce", dan
lain sebagainya. Selain itu, anak juga akan diajarkan beberapa hal seperti
mengeja, membaca, menulis, memahami huruf dan susunan huruf pada suatu kata,
serta menyusun suatu kalimat untuk memahami kosa kata baru.
4. Terapi visual dan auditori
Anak dengan disleksia umumnya tidak terlepas dari masalah pendengaran dan
penglihatan. Terapi visual dan auditori bisa Anda berikan untuk membantu anak
mengenali huruf dan membaca huruf tersebut dalam suatu kata ataupun kalimat.
Tips Untuk Orangtua Dengan Anak Disleksia
Selain menjalani terapi dengan bantuan para profesional, pendampingan
orangtua juga merupakan bagian penting dari perkembangan anak dengan disleksia.
Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mendampingi Si Buah Hati
antara lain:
1. Bantu anak saat belajar membaca
Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak belajar
membaca, di antaranya:
Mendengarkan audio book bersama anak. Anak bisa sembari membaca
tulisan yang sama.
Pastikan anak Anda memiliki waktu membaca sendiri, baik dalam hati
maupun diucapkan secara lantang
Selain buku pelajaran, Anda juga dapat menggunakan novel bergambar dan
buku komik untuk membantu anak membaca.
Jangan lupa, orang tua juga perlu rajin membaca, sebagai contoh yang baik
bagi anak.
2. Monitor performa belajar anak
Bangun kerjasama yang baik dengan para guru di sekolah, agar anak
mendapatkan pola belajar yang sesuai dengan kondisinya. Selain itu, orang tua
juga bisa menggunakan berbagai alat bantu seperti smartphone, tablet, maupun
131
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
komputer untuk membantu pembelajaran. Selain itu, orang tua juga bisa
membantu anak untuk mengatur pekerjaan sekolahnya tetap teratur.
3. Berikan dukungan emosional
Selain membantu anak dengan proses pembelajarannya, dukungan
emosional juga merupakan komponen penting yang perlu orang tua berikan.
Jadilah orangtua yang tegas, tapi tetap sabar, dan positif. Pastikan anak Anda
mengerti bahwa meski dirinya memiliki kondisi disleksia, masih banyak
kemampuan lain yang bisa dibanggakan. Beri pujian terhadap kemajuan yang
ditunjukkan, jangan biarkan kesulitan membaca menjadi satu-satunya fokus.
Biarkan anak melakukan kegiatan yang dia kuasai dan diminati. Kondisi
disleksia memang dapat memberikan banyak tantangan, baik bagi anak maupun
orangtua. Karena itu, dengan terapi disleksia yang tepat, diharapkan kondisi
tersebut akan terus membaik. Konsultasikan dengan dokter atau ahli terkait
sedini mungkin, agar mendapatkan penanganan yang tepat, serta hasil yang baik
SIMPULAN
Dyslexia adalah kesulitan belajar membaca yang tidak ada hubungannya
dengan IQ karena biasanya penderita dyslexia memiliki IQ yang normal. Klasifikasi
disleksia berdasarkan mekanisme serebal antara lain disleksia diseidetis atau
disleksia visual, disleksia verbal atau linguistik, dan dialeksia auditoris. Tanda-
tanda disleksia sulit dikenali sebelum anak memasuki usia sekolah. Adanya riwayat
keluarga yang mengalami disleksia juga bisa menjadi penyebab anak memiliki
gangguan belajar tersebut.
Belum diketahui apa penyebab pasti disleksia, tetapi kondisi ini diduga
terkait dengan kelainan gen yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan
berbahasa. Ada empat terapi yang umum digunakan untuk meningkatkan
kemampuan baca tulisnya antara lain: Orton-Gillingham, Instruksi multisensori,
Terapi dengan metode fonik dan Terapi visual dan auditori. Selain menjalani terapi
dengan bantuan para profesional, pendampingan orangtua juga merupakan bagian
penting dari perkembangan anak dengan disleksia.
132
DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.10 No.3 Edisi Desember 2023
DAFTAR PUSTAKA
Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan
Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Mulyadi.2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan
Belajar Khusus.Jogjakarta: Nuha Litera
Sidiarto, Lily Djokosetio. 2007. Perkembangan Otak dan Kesulitan Belajar Pada
Anak. Universitas Indonesia: UI-Press
Subini, Nini. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah
  • Martini Jamaris
Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Perkembangan Otak dan Kesulitan Belajar Pada Anak
  • Lily Sidiarto
  • Djokosetio
Sidiarto, Lily Djokosetio. 2007. Perkembangan Otak dan Kesulitan Belajar Pada Anak. Universitas Indonesia: UI-Press
Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka
  • Nini Subini
Subini, Nini. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka.