ArticlePDF Available

PENINGKATAN KEMAMPUAN MASYARAKAT MENGOLAH SAMPAH MENJADI PUPUK ORGANIK DENGAN TEKNOLOGI TAKAKURA

Authors:

Abstract

ABSTRAKSelama ini, warga Desa Sukogidri masih belum memiliki kepedulian untuk memproses sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga. Untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk, hilangnya kesuburan tanah dalam waktu jangka panjang dan mudahnya serta murahnya penggunaan teknologi takakura, maka masyarakat Desa Sukogidri perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya menggunakan pupuk organik serta memberikan pelatihan pembuatan sampah organik dengan metode takakura. Tujuan kegiatan ini adalah pertama, masyarakat memiliki pola pikir bahwa sampah organik dalam waktu jangka panjang dapat mempertahankan dan bahkan membuat tanah menjadi bertambah subur, sehingga masyarakat tidak tergantung lagi pada pupuk buatan. Tujuan kedua adalah agar masyarakat terampil mengolah sampah organik sisa rumah tangga dan sampah organik yang berasal dari lingkungan sekitar menjadi pupuk organik dengan teknologi takakura. Tahapan pelaksanaan kegiatan dilakukan mulai dari observasi, koordinasi lapangan, menyiapkan peralatan, menyiapkan bahan, penyuluhan penggunaan pupuk organik, praktek membuat pupuk organik, penyerahan peralatan dan bahan serta penguatan kelompok masyarakat. Penguatan kelompok masyarakat ini dilakukan dengan cara menunjuk Koordinator Desa, Koordinator Dusun, Koordinator Dasawisma serta ketua kelompok Penilaian dilakukan dalam skala 0 sampai 100. Nilai 0 dianggap sangat tidak mampu dan nilai 100 dianggap sangat mampu. Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Stimulus (PKMS) ini telah memberikan dampak positif dari kategori kurang mampu menjadi mampu bagi peserta pada khususnya dan kepada masyarakat sukogidri pada umumnya dalam memahami manfaat pupuk organik maupun dalam pembuatan pupuk organik. Kata kunci: pupuk organik; takakura; sampah organik; lahan pertanian. ABSTRACTSo far, the residents of Sukogidri Village still do not have the awareness to process waste from household activities. To anticipate the scarcity of fertiliser, the loss of soil fertility in the long term and the easy and cheap use of takakura technology, the people of Sukogidri Village need to be educated about the importance of using organic fertiliser and provide training in making organic waste using the takakura method. The objectives of this activity are first, the community has the mindset that organic waste in the long term can maintain and even make the soil more fertile, so that people are no longer dependent on artificial fertilisers. The second goal is for the community to be skilled in processing organic waste from households and organic waste from the surrounding environment into organic fertiliser with takakura technology. Stages of activity implementation were carried out starting from observation, field coordination, preparing equipment, preparing materials, counselling on the use of organic fertiliser, practice making organic fertiliser, handing over equipment and materials and strengthening community groups. The assessment was carried out on a scale of 0 to 100. A score of 0 is considered very incapable and a score of 100 is considered very capable. This Stimulus Community Partnership Program (PKMS) activity has had a positive impact from the category of less capable to capable for participants in particular and to the Sukogidri community in general in understanding the benefits of organic fertiliser and in making organic fertiliser. Keywords: organic fertiliser; takakura; organic waste; farmland
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1590
PENINGKATAN KEMAMPUAN MASYARAKAT MENGOLAH SAMPAH MENJADI
PUPUK ORGANIK DENGAN TEKNOLOGI TAKAKURA
Abadi Sanosra1), Iskandar Umarie2), Muhtar3), Eko Budi Satoto1), Nanang Saiful Rizal3), Erna Ipak
Rahmawati4), Nely Ana Mufarida5), Amri Gunasti3)
1)Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Jember, Jember, Jawa Timur,
Indonesia
2)Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember, Jember, Jawa Timur,
Indonesia
3)Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember, Jember, Jawa Timur, Indonesia
4)Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Jember, Jember, Jawa Timur, Indonesia
5)Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember, Jember, Jawa Timur, Indonesia
Corresponding author: Abadi Sanosra
E-mail : abadi@unmuhjember.ac.id
Diterima 21 Mei 2023, Direvisi 10 Juli 2023, Disetujui 17 Juli 2023
ABSTRAK
Selama ini, warga Desa Sukogidri masih belum memiliki kepedulian untuk memproses sampah yang
berasal dari kegiatan rumah tangga. Untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk, hilangnya kesuburan
tanah dalam waktu jangka panjang dan mudahnya serta murahnya penggunaan teknologi takakura,
maka masyarakat Desa Sukogidri perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya menggunakan pupuk
organik serta memberikan pelatihan pembuatan sampah organik dengan metode takakura. Tujuan
kegiatan ini adalah pertama, masyarakat memiliki pola pikir bahwa sampah organik dalam waktu
jangka panjang dapat mempertahankan dan bahkan membuat tanah menjadi bertambah subur,
sehingga masyarakat tidak tergantung lagi pada pupuk buatan. Tujuan kedua adalah agar masyarakat
terampil mengolah sampah organik sisa rumah tangga dan sampah organik yang berasal dari
lingkungan sekitar menjadi pupuk organik dengan teknologi takakura. Tahapan pelaksanaan kegiatan
dilakukan mulai dari observasi, koordinasi lapangan, menyiapkan peralatan, menyiapkan bahan,
penyuluhan penggunaan pupuk organik, praktek membuat pupuk organik, penyerahan peralatan dan
bahan serta penguatan kelompok masyarakat. Penguatan kelompok masyarakat ini dilakukan dengan
cara menunjuk Koordinator Desa, Koordinator Dusun, Koordinator Dasawisma serta ketua kelompok
Penilaian dilakukan dalam skala 0 sampai 100. Nilai 0 dianggap sangat tidak mampu dan nilai 100
dianggap sangat mampu. Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Stimulus (PKMS) ini telah
memberikan dampak positif dari kategori kurang mampu menjadi mampu bagi peserta pada
khususnya dan kepada masyarakat sukogidri pada umumnya dalam memahami manfaat pupuk
organik maupun dalam pembuatan pupuk organik.
Kata kunci: pupuk organik; takakura; sampah organik; lahan pertanian.
ABSTRACT
So far, the residents of Sukogidri Village still do not have the awareness to process waste from
household activities. To anticipate the scarcity of fertiliser, the loss of soil fertility in the long term and
the easy and cheap use of takakura technology, the people of Sukogidri Village need to be educated
about the importance of using organic fertiliser and provide training in making organic waste using the
takakura method. The objectives of this activity are first, the community has the mindset that organic
waste in the long term can maintain and even make the soil more fertile, so that people are no longer
dependent on artificial fertilisers. The second goal is for the community to be skilled in processing
organic waste from households and organic waste from the surrounding environment into organic
fertiliser with takakura technology. Stages of activity implementation were carried out starting from
observation, field coordination, preparing equipment, preparing materials, counselling on the use of
organic fertiliser, practice making organic fertiliser, handing over equipment and materials and
strengthening community groups. The assessment was carried out on a scale of 0 to 100. A score of 0
is considered very incapable and a score of 100 is considered very capable. This Stimulus Community
Partnership Program (PKMS) activity has had a positive impact from the category of less capable to
capable for participants in particular and to the Sukogidri community in general in understanding the
benefits of organic fertiliser and in making organic fertiliser.
Keywords: organic fertiliser; takakura; organic waste; farmland
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1591
PENDAHULUAN
Desa Sukogidri berada pada kategori
daerah tertinggal dimana menurut catatan
geografisnya mempunyai area seluas 369,337
Ha, terdiri dari 210 Ha area pertanian, 76 Ha
lahan tegalan, 46 Ha pekarangan, 2 Ha lahan
pemakaman, dan 0,8 Ha kawasan rawa (Amri
Gunasti, et, al. 2023). Menurut perhitungan
Badan Pusat Statistik, rata-rata jumlah curah
hujan di Desa Sukogidri berkisar antara 15,89
milimeter/tahun.
Secara administratif, Desa Sukogidri
berada dalam kawasan wilayah Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember dengan
perbatasan sisi utara Desa Randu Agung, sisi
timur Desa Slateng, sisi selatan Desa
Ledokombo, dan sisi barat Desa Karang
Paiton. Ada tiga dusun di Desa Sukogidri,
yakni Sumber Nangka, Gedangan, dan Krajan.
Adapun jarak dari Desa Sukogidri ke ibu kota
kecamatan yaitu ± 7 kilometer dan jarak ke ibu
kota kabupaten yaitu ± 35 kilometer (Muhtar,
Gunasti et al., 2020).
Menurut data dari Kantor Desa, total
jumlah populasi Desa Sukogidri mencapai
3.761 orang, 1.849 orang diantaranya adalah
laki-laki dan 1.912 orang adalah perempuan,
serta total jumlah KK mencapai 1.407 KK.
Ditinjau dari sisi kondisi tingkat kelayakan
hidup, tercatat sejumlah 895 KK prasejahtera
atau 62,60% dan 512 KK sejahtera atau
36,39%. Sementara itu, dari sisi pekerjaan,
sebagian besar masyarakat Desa Sukogidri
merupakan pekerja di sektor pertanian (Amri
Gunasti, et. al., 2023).
Selama ini, warga desa sukogidri
masih belum memiliki kepedulian untuk
memproses sampah yang berasal dari
kegiatan rumah tangga. Masyarakat masih
belum melakukan pemilahan sampah organik
dan non-organik (Umarie & Gunasti, 2009).
Oleh karenanya sampah sebagai sisa kegiatan
rumah tangga masih terbuang percuma dan
menyisakan banyak problem diantaranya
pencemaran lingkungan (Gunasti & Sanosra,
2020). Masyarakat Desa Sukogidri dalam
mengolah lahan pertanian selama ini,
sebagian besar masih menggunakan pupuk
buatan (Wahyuni et al., 2016). Ada dua hal itu
yang menyebabkan masyarakat melakukan hal
tersebut, pertama, masyarakat masih belum
mendapatkan edukasi mengenai bagaimana
dampak penggunaan pupuk buatan dalam
waktu jangka panjang (Pangaribuan et al.,
2012). Kedua, masyarakat masih belum
mendapat edukasi bagaimana membuat pupuk
organik (Gunasti, Sanosra, et al., 2022).
Selain kedua masalah tersebut,
masyarakat Desa Sukogidri pada khususnya
dan masyarakat indonesia pada umumnya,
saat ini dihadapkan pada masalah kelangkaan
pupuk buatan, baik karena proses produksi
maupun karena proses distribusi (Gultom &
Harianto, 2021). Hal lain yang jarang disadari
oleh petani bahwa dalam waktu jangka
panjang, pupuk buatan ini dapat merusak dan
menghilangkan kesuburan tanah (Roidah,
2013). Sangat berbeda dengan penggunaan
pupuk organik. Penggunaan pupuk organik
secara terus-menerus atau berkesinambungan
akan membuat tanah semakin subur (Firdiani
et al., 2022).
Kelebihan lain jika menggunakan
pupuk organik adalah proses pembuatan yang
sangat mudah, dapat dilakukan oleh siapapun
dengan menggunakan teknologi sederhana
dan dengan harga peralatan yang sangat
murah (Abidin & Rohman, 2020). Teknologi
yang digunakan salahsatunya adalah
pembuatan sampah organik dengan teknologi
takakura (Amini et al., 2021). Teknologi ini
terkenal sangat mudah dan sangat murah
dengan bahan yang dapat diperoleh dari
lingkungan sekitar masyarakat petani yang ada
di Desa Sukogidri (Mulyanti et al., 2022).
Untuk mengantisipasi kelangkaan
pupuk, hilangnya kesuburan tanah dalam
waktu jangka panjang dan mudahnya serta
murahnya penggunaan teknologi takakura,
maka masyarakat Desa Sukogidri perlu
diberikan edukasi mengenai pentingnya
menggunakan pupuk organik dalam kegiatan
mengolah lahan pertanian serta memberikan
pelatihan pembuatan sampah organik dengan
metode takakura (Izzati et al., 2015).
Tujuan kegiatan ini adalah pertama,
masyarakat memiliki pola pikir bahwa sampah
organik dalam waktu jangka panjang dapat
mempertahankan dan bahkan membuat tanah
menjadi bertambah subur, sehingga
masyarakat tidak tergantung lagi pada pupuk
buatan (Swasono et al., 2020). Tujuan kedua
adalah agar masyarakat terampil mengolah
sampah organik sisa rumah tangga dan
sampah organik yang berasal dari lingkungan
sekitar menjadi pupuk organik dengan
teknologi takakura (Marselina et al., 2018).
METODE
Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di Dusun
Sumber-Nangka, Desa sukogidri Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember. Berdasarkan
data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah
penduduk Desa Sukogidri terdiri dari 3.761
jiwa dengan rincian 1.849 jiwa berjenis kelamin
laki-laki dan 1.912 jiwa berjenis kelamin
perempuan, dengan jumlah KK sebanyak
1.407 KK. Ditinjau dari tingkat kesejahteraan
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1592
sosial, jumlah keluarga miskin sebanyak 895
KK atau sekitar 62,60% dan keluarga
mampu/cukup mampu sebanyak 512 KK atau
36,39%, 38 jiwa. Sedangkan jika ditinjau dari
mata pencaharian warga Desa Sukogidri
mayoritas buruh tani, hanya 1,01% yang
berprofesi sebagai tukang (Muhtar, Amri
Gunasti, 2022).
Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan
pembuatan pupuk organik (Muhtar et al., 2020)
ini terdiri dari:
1. Observasi
2. Koordinasi Lapangan
3. Menyiapkan Peralatan
4. Menyiapkan Bahan
5. Penyuluhan Penggunaan Pupuk Organik
6. Praktek Membuat Pupuk Organik
7. Penyerahan Peralatan dan Bahan
8. Penguatan Kelompok Masyarakat
Pengukuran Keberhasilan Kegiatan
Untuk mengetahui peningkatan
kemampuan peserta, maka dilaksanakan
pretest sebelum dimulai pelaksanaan program.
Diakhir sesi diadakan postest untuk mengukur
perkembangan yang dialami peserta setelah
ada kegiatan. Hasil rata-rata pretest
dibandingkan dengan hasil rata-rata posttest
(Gunasti et al., 2023).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan dengan
cara mendatangi lahan pertanian dan rumah
masyarakat Desa Sukogidri (gambar 1).
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi (Gunasti, Ma’ruf, et al., 2022)
mengenai:
1. Bagaimana keadaan tanaman dan lahan
pertanian
2. Produktivitas lahan pertanian
3. Pupuk yang digunakan selama ini
4. Tingkat kesulitan/kemudahan mendapatkan
pupuk buatan
5. Sudah/belum menggunakan pupuk organik
6. Alasan menggunakan/tidak menggunakan
pupuk organik
7. Sudah/belum mengelola sampah sisa
rumah tangga
8. Alasan mengelola/belum mengelola
sampah sisa rumah tangga
9. Hal-hal lain yang penting yang terkait
dengan kegiatan ini.
Gambar 1. Kegiatan Observasi Pengolahan
Lahan Pertanian Masyarakat
(Sumber: Tim PKMS UM. Jember)
Hasil observasi menunjukkan bahwa
lahan yang digunakan masyarakat untuk
bertani sangat luas, yaitu sekitar 90 persen
dari seluruh lahan yang dimiliki oleh Desa
Sukogidri. Terdapat sekitar 90 persen
masyarakat masih menggunakan pupuk
buatan. Sisanya 10 persen masyarakat
menggunakan pupuk organik. Pengolahan
pupuk organik ini merupakan proses alami
tanpa sentuhan teknologi, sehingga hasilnya
tidak maksimal.
Hasil lain dari proses observasi
menyatakan bahwa hampir seluruh petani
menyatakan masih kurang puas dengan
kuantitas dan kualitas hasil pertanian yang
didapatkan. Akhir-akhir ini, masyarakat merasa
kesulitan untuk mendapatkan pupuk buatan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan produksi
dan pola distribusi yang tidak merata.
Masyarakat enggan menggunakan
pupuk organik karena dianggap tidak bisa
mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil
pertanian secara instan. Dari hasil observasi
juga diketahui bahwa hanya sebanyak 5
persen masyarakat mengolah sampah sisa
rumah tangga sebagai pupuk organik, sisanya
sebanyak 95 persen masih membuang
sampah sisa rumah tangga tanpa
mengolahnya terlebih dahulu. Alasan
masyarakat belum mengelola sampah sisa
rumah tangga berkaitan dengan pola pikir
bahwa pengelolaan sampah tidak akan
memberi manfaat dalam waktu cepat. Alasan
utama adalah masyarakat belum mengetahui
bagaimana cara dan teknologi pengolah
sampah menjadi pupuk organik yang
bermanfaat.
Koordinasi
Kegiatan koordinasi ini dilakukan untuk
menyamakan persepsi mengenai kegiatan
PKMS ini (gambar 2). Dari kegiatan ini
nantinya akan muncul beberapa keputusan
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1593
berupa langkah dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam PKMS ini. Kegiatan
koordinasi dilakukan dengan beberapa pihak
diantaranya:
1. Antara tim PKMS dengan Kepala Desa
Sukogidri beserta perangkat Desa.
2. Antar Tim PKMS
3. Antara Tim PKMS dan Mahasiswa yang
terlibat
4. Antara Tim dengan semua pihak yang
terkait dengan kegiatan ini.
Gambar 2. Koordinasi Dengan Kepala Desa
Sukogidri
(Sumber: Tim PKMS UM. Jember)
Dari kegiatan koordinasi ini disepakati
beberapa hal, diantaranya:
1. job description masing-masing pihak yang
terlibat, yakni pemerintahan desa, Tim
PKMS dan Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Jember.
2. Waktu pelaksanaan yang tepat bagi para
pihak yang terlibat
3. Tempat pelaksanaan yang terjangkau
terutama bagi peserta
4. Hal-hal lain yang penting bagi kelancaran
kegiatan PKMS ini.
Menyiapkan Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk
membuat pupuk organik ini sangat murah dan
sangat sederhana, diantaranya:
1. Jarum Penjahit yang berfungsi untuk
menjahid bantalan pupuk organik
menggunakan tangan
2. Gunting yang berfungsi untuk mencacah
sampah organik sisa rumah tangga
3. Cetok Tukang Bangunan yang berfungsi
untuk mengangkat pupuk organik serta
meratakannya
4. Sarung tangan agar tangan tidak kotor
akibat bersentuhan angsung dengan
sampah organik
5. Skop untuk berfungsi untuk memasukkan
dan mengeluarkan sampah dalam jumlah
yang banyak.
Gambar 3. Proses Menjahit Bantalan Pupuk
Organik Menggunakan Jarum
(Sumber: Tim PKMS UM. Jember)
Selain peralatan diatas dibutuhkan
peralatan yang dipakai secara permanen
selama pembuatan dan proses fermentasi
berlangsung. Alat-alat tersebut diantara:
1. Keranjang Takakura
2. Bantalan yang diisi dengan sekam
3. Kardus bekas yang berfungsi untuk
melindungi keranjang takakura dari udara
pada saat fermentasi
4. Penutup keranjang
5. Kain berwarna gelap yang berfungsi untuk
memfilter atau mengatur cahaya matahari
dan udara ke keranjang.
Menyiapkan Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam
pembuatan pupuk organik ini diantaranya:
1. Sampah organik sisa kegiatan rumah
tangga
2. Sekam yang dijadikan sebagai pengisi
bantalan
3. Kompos yang telah jadi, sebagai pengurai
sampah organik menjadi pupuk organik
4. EM4 yang dapat digunakan sebagai
alternatif apabila belum kompos jadi, tapi
bila sudah ada kompos, maka bahan ini
lebih baik karena tidak harus dibeli.
Gambar 4. Sekam Sebagai Salahsatu Bahan
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1594
Untuk Membuat Pupuk Organik
(Sumber: Tim PKMS UM. Jember)
Bahan utama selain sampah berupa
tumbuhan (sisa sayuran dan buah-buahan),
dapat pula bahan untuk pupuk organik ini
berasal dari kotoran hewan, seperti kotoran
ayam, kotoran burung, kotoran kambing serta
kotoran sapi.
Penyuluhan Penggunaan Pupuk Organik
Mengubah mindset masyarakat
bukanlah perkara yang mudah (Fatah et al.,
2014). Dalam konteks pengabdian kepada
Masyarakat ini Tim menargetkan mampu
mengubah pola pikir yang selama ini
tergantung pada pupuk buatan beralih menjadi
menggunakan pupuk organik. Untuk mencapai
target tersebut Tim mengadakan penyuluhan
mengenai pentingnya penggunaan pupuk
organik.
Kegiatan tersebut diadakan di rumah
Kepala Desa Sukogidri. Hadir dalam kegiatan
ini Kepala Desa dan seluruh perangkat Desa
serta masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan
pada tanggal 18 Maret 2023. Tim PPKM dan
mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Jember hadir dan memberikan informasi dan
pelatihan yang terbaik bagi masyarakat Desa
Sukogidri.
Materi yang disampaikan dalam
kegiatan ini terdiri dari:
1. Kelebihan dan kelemahan pupuk buatan
2. Kelebihan dan kelemahan pupuk organik
dalam waktu jangka panjang
3. Proses pembuatan pupuk organik.
Gambar 5. Penyuluhan Mengenai Pentingnya
Penggunaan Pupuk Organik
(Sumber: Tim PKMS UM. Jember)
Dalam kegiatan ini masyarakat sangat
antusias dan memberikan beberapa
pertanyaan. Salahsatu pertanyaannya adalah
apakah pembuatan pupuk organik ini dapat
memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarkat. Pemateri langsung memberikan
perhitungan secara ekonomi, yang apabila
dilakukan secara berkesinambungan dan
gotong royong maka kegiatan ini dapat
memberikan kesejahteraan kepada
Masyarakat Desa Sukogidri.
Praktek Membuat Pupuk Organik
Agar masyarakat juga memahami
bagaimana proses pembuata pupuk organik,
maka diberikan kegiatan praktek (gambar 6).
Langkah-langkah dalam pembuatan pupuk
organik ini terdiri dari:
1. Mempersiapkan keranjang takakura
sebagai wadah utama pupuk organik.
2. Meletakkan kardus disemua sisi dalam
keranjang takakura untuk menutupi lubang
sehingga udara tidak masuk.
3. Meletakkan bantalan pupuk organik yang
terbuat dari sarung bantal dan diisi dengan
sekam.
4. Meletakkan kompos atau pupuk organik
yang telah jadi. Hal ini berguna agar bakteri
yang ada dalam pupuk organik tersebut
dapat mengurai sampah yang berada
diatasnya. Bila tidak ada kompos, maka
dapat digantikan dengan EM4 yang
tersedia di toko-toko pertanian.
5. Meletakkan sampah organik yang telah
dicincang (dicacah) atau kotoran hewan
diatas kompos.
6. Meletakkan bantal yang terbuat dari sarung
bantal yang sudah diisi sekam diatas
sampah organik tersebut.
7. Menutup atas keranjang dengan kain
berwarna gelap.
8. Menutup keranjang atau diatasnya kain
berwarna gelap dengan penutup keranjang.
9. Terakhir, meletakkan keranjang yang telah
diisi dengan sampah organik pada tempat
yang terlindung dari matahari dan hujan
atau aliran air.
Gambar 6. Praktek Pembuatan Pupuk
Organik
(Sumber: Tim PKMS UM. Jember)
Praktek pembuata sampah organik ini
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1595
dilaksanakan secara berkelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari 4 orang.
Kelompok tersebut dianggap mewakili
dasawisma masing-masing. Harapan dari Tim,
setelah kegiatan ini pembuatan pupuk organik
dapat dilaksanakan secara berkelompok dan
bergotong royong.
Penyerahan Peralatan dan Bahan
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan,
Tim PKMS Universitas Muhammadiyah
Jember menyerahkan peralatan dan bahan
untuk membuat pupuk organik. Bahan dan alat
tersebut diterima secara langsung oleh Kepala
Desa Sukogidri.
Gambar 7. Penyerahan Bahan dan Alat
Pembuatan Pupuk Organik
(Sumber: Tim PKMS UM. Jember)
Pembuatan kompos dengan metode
Takakura bisa mengurangi hasil sampah dari
rumah juga dapat menghasilkan nilai
ekonomis di pasaran (Sa’adiyyah, 2019).
Pengelolaan sampah yang benar akan
mengurangi volume sampah atau merubah
bentuknya menjadi sesuatu yang bermanfaat
dan bernilai ekonomis bagi masyarakat (Erlyka
Setyaningsih, Premi Wahyu Widyaningrum,
2019). Pengolahan limbah yang baik akan
memberikan manfaat untuk manusia dan bisa
memberikan peluang besar bagi masyarakat
untuk berwirausaha. Peluang berwirausaha
dalam hal ini dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat, menciptakan industri kreatif dan
mengembangkan ekonomi kreatif (Hikmah et
al., 2021).
Dengan penyerahan alat dan bahan
setelah kegiatan ini, diharapkan masyarakat
dapat langsung mempraktekkan pembuatan
pupuk organik sampai proses panen. Dengan
demikian masyarak akan semakin berdaya
dan mendapat nilai tambah secara ekonomis.
Penguatan Kelompok Masyarakat
Penguatan kelompok masyarakat ini
dilakukan dengan cara menunjuk Koordinator
Desa, Koordinator Dusun, Koordinator
Dasawisma serta ketua kelompok (gambar 8).
Mekanisme kerjanya dengan cara koordinasi
secara struktural top down. Kepala Desa
berkoordinasi dengan Koordinator Desa
mengenai perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan serta evaluasi program
pemberdayaan masyarakat mengolah sampah
organik dengan metode Takakura ini.
Koordinator Desa melakukan koordinasi
dengan koordinator Dusun seterusnya sampai
Ketua Kelompok. Diharapkan kedepan para
koordinator ini menjadi penggerak masyarakat,
sehingga seluruh masyarakat desa memiliki
kesadaran yang tinggi untuk menggunakan
pupuk organik dalam mengolah lahan
pertanian. Selain itu, kelompok masyarakat ini
diharapkan dapat mengkoordinir masyarakat
Desa Sukogidri untuk membuat pupuk organik
secara sistematis, sehingga masyarakat
semakin berdaya secara ekonomi.
Gambar 8. Penguatan Kelompok Masyarakat
(Sumber: Tim PKMS UM. Jember)
Kegiatan ini diharapkan dapat
merubah mindset masyarakat bahwa
penggunaan pupuk organik dapat
meningkatkan kesuburan tanah. Secara
jangka panjang, masyarakat diharapkan akan
mengganti seluruh pupuk buatan yang
digunakan untuk mengolah lahan pertanian
yang ada di Desa Sukogidri dengan pupuk
organik.
Evaluasi Keberhasilan Program PKM
Karena praktek pembuatan pupuk
organik ini dilaksanakan secara berkelompok,
maka evaluasi juga dilaksanakan pada
kelompok bukan perorangan. Memang ada
kelemahan menggunakan cara ini, yakni
kemampuan individu tidak dapat di deteksi
secara detail. Tetapi harapannya, dengan
pelaksanaan praktek secara berkelompok ini,
kekurangan yang ada pada masing-masing
individu dapat ditutupi oleh individu yang lain
dengan cara mengedakusi anggota
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1596
kelompoknya. Evaluasi dilakukan dengan test
tertulis dan simulasi.
Secara lebih spesifik hasil evaluasi
untuk masing-masing kelompok dapat dilihat
pada tabel 1. Secara keseluruhan ada 6
kelompok yang berpartisipasi dalam kegiatan
ini. Penilaian dilakukan dalam skala 0 sampai
100. Nilai 0 dianggap sangat tidak mampu dan
nilai 100 dianggap sangat mampu.
Tabel 1. Pengukuran Kompetensi Masyarakat
dalam kegiatan PKMS
No
.
Kompetensi
Rata-rata
Pening-
katan
Pre
Post
1
Pemahaman
mengenai
dampak
kesuburan
tanah
menggunak
an pupuk
buatan
44,82
75,50
30,68
2
Pemahaman
mengenai
dampak
kesuburan
tanah
menggunak
an pupuk
organik
45,50
76,00
30,50
3
Simulasi
persiapan
alat
50,00
85,00
35,00
4
Simulasi
persiapan
bahan
52,50
85,00
32,50
5
Simulasi
Pembuatan
pupuk
organik
35,50
80,00
44,50
Total
228,32
401,50
173,18
Rata-rata
45,66
80,30
34,63
Sumber: Hasil Analisa Data oleh Tim PKMS UM. Jember
Dari peilaian yang dilakukan pada 6
kelompok, rata-rata nilai yang didapat sebesar
45,66. Nilai ini mengindikasikan bahwa
masyarakat masyarakat masih kurang mampu
baik memahami pengaruh pupuk pupuk
organik dan pupuk buatan terhadap kesuburan
tanah baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Selain itu, peserta PKMS juga
belum bisa mensimulasikan baik persiapan
alat, persiapan bahan maupun proses
pembuatan pupuk organik dengan baik. Nilai
terendah terdapat pada item simulasi
pembuatan pupuk organik yakni sebesar 35,50.
Sedangkan nilai tertinggi terdapat pada item
simulasi persiapan bahan yaitu sebesar 52,50
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa tim
PKMS harus memberi perhatian khusus pada
item simulasi pembuatan pupuk organik. Hal
tersebut, selain karena nilainya rendah juga
karena pembuatan pupuk organik merupakan
tujuan utama dalam kegiatan PKMS ini.
Setelah pelaksanaan kegiatan
dilakukan post-test untuk mengetahui
seberapa besar kegiatan PKMS ini
berpengaruh atau berdampak pada peserta
atau masyarakat Desa Sukogidri. Hasil
posttest menunjukkan bahwa rata-rata nilai
yang didapatkan oleh 6 kelompok peserta
adalah sebesar 80,30. Nilai ini
mengindikasikan bahwa masyarakat mampu
untuk melaksanaka kelima kompetensi yang
dinilai. Nilai tertinggi dari posttest ini terdapat
pada item simulasi persiapan alat dan simulasi
persiapan bahan yaitu sama-sama sebesar
85,00. Sebaliknya nilai terendah terdapat pada
item pemahaman mengenai dampak
kesuburan tanah menggunakan pupuk buatan
yakni sebesar 75,50. Hal ini dianggap wajar
karena perubahan mindset perlu dilakukan
secara jangka panjang.
Peningkatan nilai tertinggi antara
kegiatan pretest dengan posttest terdapat
pada item simulasi Pembuatan pupuk organik
yaitu sebesar 44,50 persen. Hal ini tentu
sangat menggembirakan karena merupakan
tujuan utama pelaksanaan PKMS ini.
Sedangkan peningkatan terkecil terdapat pada
item kegiatan pemahaman mengenai dampak
kesuburan tanah menggunakan pupuk organik
yakni sebesar 30,50. Hal ini dianggap wajar
karena mengubah pola pikir masyarakat harus
dilakukan dalam waktu yang sangat panjang.
Secara keseluruhan hasil nilai pretest
meningkat rata-rata sebesar 34,63 pada saat
posttest. Nilai ini mengindikasikan bahwa
kegiatan ini telah memberi pengaruh atau
dampak yang positif bagi peserta pada
khususnya dan masyarakat sukogidri pada
umumnya. Selain itu perubahan juga terjadi
pada kemampuan peserta yang awalnya
sebelum kegiatan berada pada kategori
kurang mampu meningkat menjadi kategori
mampu setelah pelaksanaan kegiatan PKMS
ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari kegiatan Program Kemitraan
Masyarakat Stimulus (PKMS) dapat
disimpulkan bahwa Kegiatan PKMS ini telah
memberikan dampak positif dari kategori
kurang mampu menjadi mampu bagi peserta
pada khususnya dan kepada masyarakat
sukogidri pada umumnya dalam memahami
manfaat pupuk organik dalam pengolahan
lahan pertanian maupun dalam pembuatan
pupuk organik.
Disarankan kepada Pemerintahan
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1597
Desa Sukogidri agar memperhatikan secara
khusus pada item pemahaman mengenai
dampak kesuburan tanah menggunakan
pupuk buatan dan pemahaman mengenai
dampak kesuburan tanah menggunakan
pupuk organik dengan cara mengadakan
tindak lanjut dan memperkuat kelompok
masyarakat yang telah dibentuk.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan Terima kasih disampaikan
kepada Pusat Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Universitas
Muhammadiyah Jember yang telah
mendukung pendanaan dalam pelaksanaan
Program Kemitraan Masyarakat Stimulus
(PKMS) ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada pemerintah Desa
Sukogidri, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten
Jember yang telah bersedia menjadi mitra
kegiatan ini. Penghargaan sebesar-besarnya
juga disampaikan kepada semua pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung telah
berpartisipasi menyuksiskan kegiatan ini.
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Z., & Rohman, M. (2020).
Pemberdayaan Kelompok Tani Dalam
Pembuatan Pupuk Organik Berbahan
Baku Limbah Rumah Tangga.
Community Development Journal : Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 1(2), 8994.
https://doi.org/10.31004/cdj.v1i2.709
Amini, Z., Dwirayani, D., & Eviyati, R. (2021).
Pemanfaatan Pupuk Organik Takakura
Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pakcoy. Agrosintesa Jurnal Ilmu
Budidaya Pertanian, 3(2), 63.
https://doi.org/10.33603/jas.v3i2.4854
Amri Gunasti, Muhtar, Rofi Budi Hamduwibawa,
Aditya Surya Manggala, Iskandar Umarie,
Nely Ana Mufarida, Abadi Sanosra, Eko
Budi Satoto, E. I. R. (2023). Peningkatan
keahlian tukang menerapkan teknologi
ferosemen dan tulangan beton dari
bambu. SELAPARANG. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Berkemajuan,
07(02).
Erlyka Setyaningsih, Premi Wahyu
Widyaningrum, S. C. (2019). Peningkatan
Nilai Ekonomis Sampah Dengan Metode
Takakura, Desa Ngunut, Kecamatan
Babadan, Kabupaten Ponorogo. Jurnal of
Social Dedication, 3(1), 2732.
Fatah, A., Taruna, T., & Purnaweni, H. (2014).
Konsep Pengelolaan Sampah Berbasis
Teologi. Jurnal Ilmu Lingkungan, 11(2),
84. https://doi.org/10.14710/jil.11.2.84-91
Firdiani, D., Astari, R., & Muhammadiyah
Enrekang, U. (2022). Pemanfaatan
Limbah Daun Pisang dan Kulit Bawang
Merah sebagai Pupuk Organik Cair untuk
Kesuburan Tanah di Desa Bambapuang.
Journal of Community Empowerment,
4(1), 96102.
Gultom, F., & Harianto, S. (2021). Revolusi
Hijau Merubah Sosial-Ekonomi
Masyarakat Petani. TEMALI : Jurnal
Pembangunan Sosial, 4(2), 145154.
https://doi.org/10.15575/jt.v4i2.12579
Gunasti, A., Ma’ruf, A., Rizki, A., Juniar, D.,
Fitrianti, D., Ani, F., Agustin, M., Reeza,
M., Aditya, R., Mardiatul, S., & Afifah, Z.
(2022). Pendampingan Pengelolaan
Website Sebagai Media Informasi Di
Desa Ambulu Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember. SELAPARANG:
Jurnal Pengabdian Masyarakat
Berkemajuan, 6(4), 2012.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v6i4.10942
Gunasti, A., & Sanosra, A. (2020). Added
Value Sampah Organik Dengan
Teknologi Komposter Untuk
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Gayo Jember-Bondowoso. Pambudi,
4(01), 1723.
https://doi.org/10.33503/pambudi.v4i01.8
33
Gunasti, A., Sanosra, A., Mufarida, N. A., &
Satoto, E. B. (2023). PEMANFAATAN
RASCH MODEL UNTUK MENGUKUR
KEMAMPUAN. 7(2), 15441557.
Gunasti, A., Sanosra, A., Umarie, I., & Rizal,
Nanang Saiful, Muhtar, M. (2022).
PENDAMPINGAN PENGELOLAAN
KOTORAN HEWAN MENJADI PUPUK
ORGANIK DAN BIOGAS DI PIMPINAN
RANTING MUHAMMADIYAH PANTI.
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan, 6(3), 1141
1148.
https://journal.ummat.ac.id/index.php/jpm
b/article/view/8812
Hikmah, S. F., Jauhariyah, N. A., Aziz, A.,
Faqih, M., Isnaini, F., & Pahlevi, M. R.
(2021). Optimalisasi Pengolahan Limbah
Rumah Tangga Menggunakan Metode
Takakura Di Desa Tamansari.
LOYALITAS, Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(2), 171.
https://doi.org/10.30739/loyalitas.v4i2.120
1
Izzati, M., Haryanti, S., & Biologi, J. (2015).
Pengaruh Pemupukan Organik Takakura
dengan Penambahan EM4 terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.).
Jurnal Biologi, 4(1), 1335.
Marselina, Prasetyo, T. J., & Saimul. (2018).
Pelatihan Pembuatan TAKAKURA Dari
Volume 7, Nomor 3 September 2023.
p-ISSN : 2614-5251
e-ISSN : 2614-526X
SELAPARANG. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 1598
Limbah Sampah Basah Dalam Rangka
Mengurangi Volume Sampah Rumah
Tangga. Prosiding Pengabdian Kepada
Masyarakat, 7075.
Muhtar, Amri Gunasti, A. S. (2022). PKM
KELOMPOK KREATIF TUKANG
BANGUNAN DESA SUKOGIDRI
DENGAN KETERAMPILAN MEMBUAT
TULANGAN BETON DARI BAMBU.
Jurnal Abdi Insani, 9(3), 10001011.
Muhtar, Gunasti, A., Dewi, I. C., Rahman, M.,
Hidayatullah, S., Nilogiri, A., & Galuh, S.
D. (2020). The Prediction of Stiffness of
Bamboo-Reinforced Concrete Beams
Using Experiment Data and Artificial
Neural Networks (ANNs). Crystals, 10, 1
12.
Muhtar, M., Gunasti, A., Manggala, A. S., &
Putra, N. A. F. (2020). Jembatan
Pracetak Beton Bertulang Bambu Untuk
Meningkatkan Roda Perekonomian
Masyarakat Desa Sukogidri Ledokombo
Jember. Jurnal Pengabdian Masyarakat
IPTEKS, 6(1), 161170.
Mulyanti, Salima, R., & Martunis, L. (2022).
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Dambupahsang (Daun Bambu Pelepah
Pisang) Di Desa Bineh Blang Kabupaten
Aceh Besar. I-Com: Indonesian
Community Journal, 2(2), 106112.
https://doi.org/10.33379/icom.v2i2.1344
Pangaribuan, D. H., Yasir, M., & Utami, N. K.
(1970). Dampak Bokashi Kotoran Ternak
dalam Pengurangan Pemakaian Pupuk
Anorganik pada Budidaya Tanaman
Tomat. Jurnal Agronomi Indonesia
(Indonesian Journal of Agronomy), 40(3),
204210.
https://doi.org/10.24831/jai.v40i3.6827
Roidah, I. S. (2013). Manfaat Penggunaan
Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.
1(1).
Sa’adiyyah, A. M. (2019). Pemanfaatan
Sampah Bernilai Ekonomis, Penyuluhan
Pemanfaatan Sampah Menjadi Kompos
Dengan Metode Takakura Di Desa Bale
Kambang Kecamatan Mancak
Kabupaten Serang. ABDIKARYA: Jurnal
Pengabdian Dan Pemberdayaan
Masyarakat, 1(1), 612.
https://doi.org/10.47080/abdikarya.v1i1.1
038
Swasono, M. A. H., Zahroh, F., Mutiara, R.,
Nabila, I., & Mufidah, T. Z. (2020).
Perkembangan Pola Pikir Masyarakat
Terhadap Pengelolaan Sampah Di Desa
Karangrejo Kecamatan Purwosari,
Kabupaten Pasuruan. Community
Development Journal : Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 1(3), 190204.
https://doi.org/10.31004/cdj.v1i3.914
Umarie, I., & Gunasti, A. (2009). IbM Anggota
PKK Melalui Penerapan Teknologi
Budidaya Sayur Secara Vertikultur di
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
Jurnal Pertanian, 1(1), 1426.
Wahyuni, S., Rianto, S., Muanisah, U., &
Setyanto, P. (2016). Pemanfaatan Pupuk
Organik untuk Meningkatkan Populasi
Bakteri dan Produksi Tanaman Padi
Gogorancah. Proceeding Biology
Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning, 13(1), 752
756.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Stiffness is the main parameter of the beam’s resistance to deformation. Based on advanced research, the stiffness of bamboo-reinforced concrete beams (BRC) tends to be lower than the stiffness of steel-reinforced concrete beams (SRC). However, the advantage of bamboo-reinforced concrete beams has enough good ductility according to the fundamental properties of bamboo, which have high tensile strength and high elastic properties. This study aims to predict and validate the stiffness of bamboo-reinforced concrete beams from the experimental results data using artificial neural networks (ANNs). The number of beam test specimens were 25 pieces with a size of 75 mm × 150 mm × 1100 mm. The testing method uses the four-point method with simple support. The results of the analysis showed the similarity between the stiffness of the beam’s experimental results with the artificial neural network (ANN) analysis results. The similarity rate of the two analyses is around 99% and the percentage of errors is not more than 1%, both for bamboo-reinforced concrete beams (BRC) and steel-reinforced concrete beams (SRC).
Article
The aim of the Community Service Program Community Work and Community Empowerment Study Program (KKN-PPM) is to provide counseling to residents of Bale Kambang Village, Mancak District, Serang Regency. The problem faced in Bale Kambang Village is about rubbish, rubbish produced from households and plants around the house, ie the community does not know about processing to compost using the Takakura method so that it can ultimately increase community productivity and well-being that has value selling. The methods of implementing this service are (1) survey through initial observation, problem analysis, interviews, and documentation. (2) Counseling for composting using the Takakura method. This community service program is expected to provide additional knowledge to the community and to provide added value about composting using the Takakura method which is very simple and can have selling points to increase the welfare of the community, so that Bale Kambang Village in Mancak District can be made into a clean village and its people are clean. skilled and have high productivity.
Article
The objective of this research was to study the effect of bokashi livestock on the growth and yield of tomatoes. The experiment was conducted in Bandar Lampung from October 2009 until February 2010. The experimental design was randomized complete block design with 3 replications. The treatments were: control; inorganic fertilizers at a recommended rate of (kg ha-1) 135 N, 75 P2O5, and 110 K2O (RR); chicken manure bokashi + RR; chicken manure bokashi + 50% RR; cow manure bokashi + RR; cow manure bokashi + 50% RR; sheep manure bokashi + RR; sheep manure bokashi + 50% RR; horse manure bokashi + RR; horse manure bokashi + 50% RR. Each bokashi treatment was applied at the rate of 20 ton ha-1. The result of experiment showed that chicken manure bokashi was the best among bokashi livestock. The application of 50% RR combined with chicken, cow, sheep or horse manure bokashi gave a higher yield than treatment with inorganic fertilizer at recommended rates. These results demostrated that the application of bokashi livestock could potentially reduce the use of inorganic fertilizers while maintaining higher yield. Keywords: animal manure, inorganic fertilizer, bokashi livestock, tomatoes
Jembatan Pracetak Beton Bertulang Bambu Untuk Meningkatkan Roda Perekonomian Masyarakat Desa Sukogidri Ledokombo Jember
  • M Muhtar
  • A Gunasti
  • A S Manggala
  • N A F Putra
Muhtar, M., Gunasti, A., Manggala, A. S., & Putra, N. A. F. (2020). Jembatan Pracetak Beton Bertulang Bambu Untuk Meningkatkan Roda Perekonomian Masyarakat Desa Sukogidri Ledokombo Jember. Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS, 6(1), 161-170.
Pembuatan Pupuk Organik Cair Dambupahsang
  • Salima Mulyanti
  • R Martunis
Mulyanti, Salima, R., & Martunis, L. (2022). Pembuatan Pupuk Organik Cair Dambupahsang (Daun Bambu Pelepah Pisang) Di Desa Bineh Blang Kabupaten Aceh Besar. I-Com: Indonesian Community Journal, 2(2), 106-112.
Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah
  • I S Roidah
Roidah, I. S. (2013). Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah. 1(1).
IbM Anggota PKK Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Sayur Secara Vertikultur di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember
  • I Umarie
  • A Gunasti
Umarie, I., & Gunasti, A. (2009). IbM Anggota PKK Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Sayur Secara Vertikultur di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Jurnal Pertanian, 1(1), 14-26.
Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Populasi Bakteri dan Produksi Tanaman Padi Gogorancah
  • S Wahyuni
  • S Rianto
  • U Muanisah
  • P Setyanto
Wahyuni, S., Rianto, S., Muanisah, U., & Setyanto, P. (2016). Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Populasi Bakteri dan Produksi Tanaman Padi Gogorancah. Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning, 13(1), 752-756.