ArticlePDF Available

PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP SUMBER DAYA MANUSIA DAN KETENAGAKERJAAN DI PASAR TENAGA KERJA

Authors:

Abstract

Revolusi industri 4.0 berpengaruh terhadap sumber daya manusia dan ketenagakerjaan di pasar tenaga kerja. Perkembangan teknologi dalam revolusi industri 4.0. membawa perubahan yang massif bagi pasar tenaga kerja. Peluang dan tantangan yang terus hadir mengharuskan tenaga kerja untuk adaptif dengan perkembangan teknologi. Kehadiran otomatisasi, Internet of Things (IoT), dan Artificial Intelligence (AI) memberikan kemudahan dan efisiensi kepada tenaga kerja dan secara tidak langsung membuka peluang untuk menggeser peran sumber daya manusia di pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, strategi pemerintah dan peran aktif sumber daya manusia untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi menjadi sangat penting dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini.
PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI
4.0 TERHADAP SUMBER DAYA MANUSIA DAN KETENAGAKERJAAN DI
PASAR TENAGA KERJA
THE INFLUENCE OF TECHNOLOGICAL DEVELOPMENT IN THE ERA OF
INDUSTRIAL REVOLUTION 4.0 ON HUMAN RESOURCES AND EMPLOYMENT IN THE
LABOR MARKET
Afinsha Sekar Cahyaningtyas¹, Airil Nurul Aeni², Hany Nisrina Adipura³
120610220070¹, 120610220105², 120610220068³
email: afinsha22001@mail.unpad.ac.id¹, airil22001@mail.unpad.ac.id²,
hany22001@mail.unpad.ac.id³
Universitas Padjadjaran
Abstrak
Revolusi industri 4.0 berpengaruh terhadap sumber daya manusia dan ketenagakerjaan di
pasar tenaga kerja. Perkembangan teknologi dalam revolusi industri 4.0. membawa perubahan
yang massif bagi pasar tenaga kerja. Peluang dan tantangan yang terus hadir mengharuskan
tenaga kerja untuk adaptif dengan perkembangan teknologi. Kehadiran otomatisasi, Internet
of Things (IoT), dan Artificial Intelligence (AI) memberikan kemudahan dan efisiensi kepada
tenaga kerja dan secara tidak langsung membuka peluang untuk menggeser peran sumber
daya manusia di pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, strategi pemerintah dan peran aktif
sumber daya manusia untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi menjadi
sangat penting dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini.
Abstract
The industrial revolution 4.0 has an impact on human resources and employment in the labor
market. Technological developments in the Industrial Revolution 4.0 bring massive changes
to the labor market. The ever-present opportunities and challenges require the workforce to
be adaptive to technological developments. The presence of automation, the Internet of
Things (IoT), and artificial intelligence (AI) provides convenience and efficiency to the
workforce and indirectly opens up opportunities to shift the role of human resources in the
labor market. Therefore, government strategies and the active role of human resources to
adapt to technological developments are very important in facing this industrial revolution
4.0.
1
PENDAHULUAN
Lanskap global telah bertransisi ke
era yang biasa disebut sebagai Revolusi
Industri 4.0. Konsep Revolusi Industri 4.0
pada awalnya diperkenalkan oleh Profesor
Klaus Schwab. Beliau adalah seorang
ekonom Jerman yang berjasa dalam
mendirikan World Economic Forum (WEF)
sebagai hasil dari publikasinya, "Revolusi
Industri 4.0". Karya penting ini menyatakan
bahwa munculnya revolusi industri
keempat memiliki potensi untuk mengubah
beberapa aspek kehidupan manusia secara
mendalam, termasuk gaya hidup, pekerjaan,
dan dinamika antarpribadi. Dibandingkan
dengan revolusi sebelumnya, revolusi
industri 4.0 mencakup kemajuan Internet of
Things bersama dengan inovasi
revolusioner, termasuk di bidang robotika,
sains, dan yang lainnya.
Indonesia telah memasuki periode
revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi secara luas. Selain itu,
kemajuan internet dan teknologi yang
sangat cepat telah muncul sebagai elemen
fundamental dalam konvergensi dan
penggabungan antara manusia dan mesin.
Dalam konteks revolusi industri 4.0,
terdapat prevalensi yang menonjol dari
prosedur aktivasi otomatis. Fenomena ini
terkait erat dengan meningkatnya
jangkauan teknologi internet, yang tidak
hanya memfasilitasi konektivitas global di
antara individu, tetapi juga berfungsi
sebagai infrastruktur dasar untuk kegiatan
perdagangan dan transportasi online.
Kemunculan layanan transportasi
online telah secara signifikan meningkatkan
aksesibilitas di berbagai bidang kehidupan
manusia. Integrasi teknologi digital telah
meningkatkan kecepatan, efisiensi, dan
konektivitas layanan, sehingga
menghasilkan beragam kemudahan dan
inovasi di dalam sistem online. Namun
demikian, hal ini menimbulkan masalah
yang signifikan dalam masyarakat untuk
mempertahankan keseimbangan di
tengah-tengah pesatnya kemajuan teknologi
yang terjadi di zaman sekarang.
Sejarah Revolusi Industri :
1. Revolusi industri awal, juga dikenal
sebagai revolusi industri 1.0,
mencakup transformasi signifikan
dalam bidang pertanian, industri,
pertambangan, transportasi, dan
teknologi. Munculnya mesin uap,
yang dipelopori oleh James Watt,
memicu transisi yang signifikan
dalam pemanfaatan tenaga,
menggantikan ketergantungan pada
tenaga manusia dan hewan dengan
energi mekanik. Perkembangan
penting ini, yang terjadi menjelang
akhir abad ke-18 di Inggris, secara
efektif meresmikan gelombang
pertama revolusi industri, yang biasa
2
disebut sebagai revolusi industri 1.0.
Selanjutnya, fenomena transformatif
ini menyebar ke negara-negara
Eropa lainnya, termasuk Belgia,
Prancis, dan Jerman. Meskipun
terjadi peningkatan output,
penurunan penggunaan tenaga kerja
manusia mengakibatkan hilangnya
pekerjaan dan kenaikan tingkat
pengangguran.
2. Revolusi industri kedua terjadi dari
awal abad ke-19 hingga abad ke-20,
ditandai dengan munculnya listrik
sebagai inovasi transformatif yang
secara signifikan mengurangi biaya
produksi. Pada era ini, terjadi
penurunan ketergantungan pada
tenaga kerja manusia dan peralihan
dari mesin uap ke tenaga listrik.
Namun, tantangan tambahan muncul
dalam bentuk masalah di dalam
proses produksi, yaitu terkait fase
transportasi. Penemuan jalur
produksi dengan ban berjalan terjadi
pada tahun 1913. Terobosan ini
memungkinkan produksi massal
mobil yang sebelumnya dibuat
secara manual oleh banyak orang
akibat adanya listrik dan penerapan
jalur perakitan yang fasilitasi proses
produksi massal.
3. Revolusi Industri 3.0, juga disebut
sebagai Revolusi Digital,
merupakan fase transformasi
progresif yang ditandai dengan
integrasi teknologi digital ke dalam
mesin operasi, termasuk robot dan
komputer, dengan tujuan
meningkatkan produktivitas dan
efisiensi tenaga kerja. Revolusi
digital telah menyaksikan kemajuan
teknologi yang signifikan, terutama
di bidang komputer, internet, dan
sistem informasi, yang telah
mengambil peran penting.
Modifikasi yang disebutkan di atas
telah secara efektif mendorong
kemajuan industri dalam bidang
teknologi dan sistem komunikasi.
4. Revolusi Industri 4.0 adalah periode
dalam sejarah yang ditandai dengan
terintegrasinya teknologi otomasi
dan teknologi siber di dalam sektor
industri. Pada periode kontemporer,
sektor industri semakin merangkul
platform virtual, memfasilitasi
konektivitas di antara individu,
mesin, dan data. Konektivitas yang
meluas ini memungkinkan
komunikasi tanpa batas antara
seluruh individu, melampaui
batas-batas geografis dan batasan
waktu, dengan pemanfaatan
teknologi internet. Kemudahan ini
kemudian memfasilitasi terciptanya
nilai baru.
3
PEMBAHASAN
Revolusi Industri memiliki dampak
terhadap ekonomi dan masyarakat dunia
yang sangat signifikan, terutama terhadap
negara berkembang seperti Indonesia.
Revolusi industri ini menghasilkan ekspansi
ekonomi yang substansial, pembangunan
perkotaan, dan perubahan sosial. Namun,
hal ini juga memunculkan berbagai
kesulitan yang membutuhkan perhatian dan
penyelesaian.
Hambatan utama yang hadir dari
adanya revolusi industri adalah munculnya
pengangguran struktural. Hambatan ini
muncul karena ada transisi dari
sektor-sektor tradisional menuju sektor
industri. Otomatisasi dan teknologi
mengakibatkan berkurangnya permintaan
tenaga kerja di pasar input. Transisi ini
membuat sumber daya manusia harus
bersaing untuk menempati ruang di pasar
input yang terbatas. Memiliki keahlian baru
sehingga sangat penting bagi sumber daya
manusia di Indonesia untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang dinamis ini.
Saat ini Indonesia sudah memasuki
revolusi industri 4.0, dimana semula
industry di Indonesia bertransisi dari yang
mengandalkan tenaga kerja manual menjadi
lebih menekankan pada pemrograman dan
pengoperasian mesin-mesin canggih.
Individu yang tidak memiliki keterampilan
terutama dalam menggunakan teknologi
yang memiliki risiko tinggi untuk
menghadapi pengangguran, kecuali jika
mereka terlibat dalam proses pelatihan
ulang. Sebaliknya, mereka yang memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan persyaratan Industri 4.0 akan
memiliki otonomi yang lebih besar dan
peluang untuk terlibat dalam pekerjaan
yang menarik secara intelektual atau
aktivitas yang tidak terlalu berat secara
fisik.
Selain itu, hambatan lain yang harus
dihadapi di industri 4.0 adalah
berkurangnya produktivitas tenaga kerja
yang ada di Indonesia. Kemudahan dalam
melakukan pekerjaan karena adanya
kemajuan teknologi membuat masyarakat
cenderung bergantung dan mengandalkan
segala hal terhadap teknologi. Hal ini
menjadi tantangan bagi organisasi untuk
secara aktif mencari individu yang mampu
berpikir inovatif dan memiliki kapasitas
untuk terlibat secara efektif dengan sistem
otomatis sehingga tenaga kerja tersebut
mampu untuk menyeimbangi
perkembangan teknologi. Kebutuhan akan
tenaga kerja yang berketerampilan dan
berkontribusi pada proses inovasi menjadi
kriteria yang sangat penting dan dibutuhkan
dalam dunia kerja saat ini.
Hadirnya Revolusi industri 4.0
menyebabkan tergantikannya peran tenaga
kerja manusia oleh teknologi. Kesulitan
yang terkait dengan kompetensi sumber
4
daya manusia di era digital menjadi
semakin rumit dan beragam. Tugas-tugas
yang sebelumnya dilakukan melalui
pekerjaan manual kini telah dimekanisasi
atau difasilitasi melalui pemanfaatan
kemajuan teknologi. Hal ini menimbulkan
kesulitan bagi sumber daya manusia untuk
secara konsisten beradaptasi dengan
kemajuan dan secara efektif merespons
perubahan yang cepat. Oleh karena itu,
tenaga kerja harus memiliki kemampuan
dan kemauan untuk belajar dan
mengembangkan potensi yang dimiliki.
Kompetensi sumber daya manusia
merupakan karakteristik utama yang
memungkinkan individu untuk secara
efisien melaksanakan dan unggul dalam
pekerjaan mereka. Pencapaian keunggulan
dalam pekerjaan memerlukan integrasi
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
atribut pribadi yang sangat penting untuk
mencapai kesuksesan dalam dunia kerja.
Kuantifikasi pencapaian ini dapat dinilai
dengan menggunakan kriteria yang diterima
secara universal dan spesifik untuk setiap
negara. Setiap individu memiliki
kesempatan untuk meningkatkan tingkat
kemahiran mereka dengan mengikuti
program pelatihan dan pengembangan yang
diakui di tingkat lokal, nasional, dan global.
Meningkatkan kompetensi pribadi
mereka merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan oleh setiap individu.
Pengembangan sumber daya manusia
mencakup berbagai faktor seperti
pendidikan, perolehan kompetensi yang
berkualitas, menumbuhkan kreativitas dan
inovasi, serta mendorong kemandirian.
Selain itu, pengembangan sumber daya
manusia dapat difasilitasi oleh pemahaman
perusahaan terhadap atribut-atribut khas
yang dimiliki oleh karyawan dari berbagai
generasi, pembentukan pola komunikasi
antar generasi yang efektif, serta
pemanfaatan dan penguasaan teknologi
yang baik untuk meningkatkan kinerja
secara keseluruhan. Selain itu, perusahaan
juga memiliki kapasitas untuk memfasilitasi
kemajuan digital melalui penerapan sistem
manajemen karyawan yang berpusat pada
digital. Penggunaan pendekatan ini
memiliki potensi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas prosedur sumber
daya manusia, mengoptimalkan manajemen
biaya, mendorong fokus yang lebih
strategis, dan meningkatkan reputasi dan
kredibilitas perusahaan di antara para
pemangku kepentingan sumber daya
manusianya.
Selain terhadap kompetensi sumber
daya manusia, revolusi industri 4.0 juga
memiliki dampak tidak langsung terhadap
kemajuan pendidikan. Mempertahankan
sistem pendidikan yang hanya berfokus
pada pengembangan kemampuan otak kiri
sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Transformasi metode pengajaran dan
pembelajaran dalam pendidikan penting
5
untuk menghasilkan lulusan yang
berketerampilan tinggi yang mampu
menavigasi secara efektif dan unggul di era
globalisasi. Era ini ditandai dengan
berbagai masalah dan tantangan yang rumit
dan beraneka ragam. Oleh karena itu,
sistem pendidikan harus memprioritaskan
pengembangan kapasitas otak kanan, yang
mengharuskan penerapan kurikulum yang
didasarkan pada kepraktisan, kemampuan
beradaptasi, dan kedinamisan.
Memiliki kemampuan berpikir
kritis, pemecahan masalah, kreativitas,
inovasi, serta keterampilan komunikasi dan
kolaborasi yang efektif merupakan hal yang
sangat penting untuk dimiliki seorang
pelajar yang akan menjadi penerus bangsa.
Oleh karena itu, penting bagi bidang
pendidikan untuk menjalani revolusi
transformatif dalam rangka menumbuhkan
sumber daya manusia yang luar biasa.
Penerapan kerangka kerja pendidikan yang
memprioritaskan pengembangan
kreativitas, inovasi, dan kewirausahaan
sangat penting dalam mendorong
pengembangan individu yang memiliki
keterampilan dan kualitas yang diperlukan
untuk menavigasi dan mengatasi tantangan
secara efektif.
Agar dapat secara efektif
menavigasi tantangan dari periode yang
semakin kompetitif dan berteknologi maju,
sangat penting bahwa pendidikan di masa
depan memiliki kapasitas untuk
menumbuhkan kemunculan bangsa yang
mampu melampaui kehebatan kecerdasan
teknologi. Sebagai individu yang terlibat
dalam pencarian pengetahuan dalam ranah
perguruan tinggi, sangat penting bagi kita
untuk secara tekun mematuhi
prinsip-prinsip yang tercakup dalam Tri
Dharma. Sangat penting bagi mahasiswa
untuk secara aktif berkontribusi pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia
melalui penyediaan pendidikan dan
dukungan kepada masyarakat, dengan
demikian menumbuhkan kemampuan
mereka untuk terlibat dalam kompetisi
kreatif. Selain itu, mahasiswa juga
diwajibkan untuk secara aktif terlibat dalam
pengabdian kepada masyarakat.
Modifikasi potensial mencakup
peningkatan keahlian dan kemahiran
seseorang juga dapat dilakukan melalui
metode pelatihan dan non-pelatihan.
Pelatihan dapat memfasilitasi perubahan
dengan menawarkan berbagai kursus, yang
mencakup pendidikan formal dan
non-formal, yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan
kemampuan teknis. Selain itu, pelatihan
dapat berkontribusi dalam mengubah sikap,
moralitas, dan perilaku individu di dalam
organisasi. Selain pendekatan pelatihan,
cara alternatif lainnya adalah dengan
membangun lingkungan dan kondisi kerja
yang mendukung, dengan tujuan membina
hubungan interpersonal yang harmonis.
6
Pendidikan dan pelatihan juga memainkan
peran penting dalam meningkatkan
produksi, efektivitas, dan efisiensi
organisasi. Penyediaan pendidikan dan
pelatihan secara teratur sangat penting
untuk memastikan bahwa setiap individu
menjaga kompetensi mereka, sehingga
dapat meningkatkan kinerja organisasi.
Terjadinya revolusi industri 4.0 juga
mempengaruhi berbagai sektor dalam
kehidupan masyarakat global, termasuk
pekerjaan juga ketenagakerjaan.
Berdasarkan laporan Eurofound (2018),
Revolusi digital mempengaruhi pekerjaan
dan ketenagakerjaan dari tiga aspek
transformasi yang berbeda: (1) otomatisasi,
(2) pengembangan sensor dan perangkat
yang dapat memfasilitasi tranformasi dari
proses produksi menjadi informasi digital
dan sebaliknya, serta (3) koordinasi yang
didasari oleh platform.
World Economic Forum
memprediksi dalam 4 tahun ke depan, 75
juta pekerjaan akan berubah dan 133 juta
pekerjaan baru akan muncul sebagai hasil
dari perkembangan teknologi. Salah satu
wilayah yang akan mengalami dampak
besar dari perubahan ini adalah Asia
Tenggara. Seiring perkembangan teknologi,
kawasan ini diprediksi akan mencoba
beralih dari pekerjaan pada sektor pertanian
ke pekerjaan yang berfokus pada layanan
dalam beberapa tahun ke depan. Sebagai
negara dengan kepadatan penduduk
tertinggi di ASEAN diprediksi akan
mengalami dampak dari pengalihan
pekerjaan terbesar.
Berbagai studi (Frey & Osborne,
2013; Tassey, 2014; Leopold et al., 2016)
telah menunjukkan bahwa kemajuan
teknologi memiliki dampak yang beragam
terhadap ketenagakerjaan, baik hal yang
menguntungkan maupun merugikan. Dari
sisi output, teknologi menjadi hal yang
menguntungkan karena dapat
meningkatkan produktivitas dan
menstimulus permintaan konsumen untuk
berbagai produk, layanan, dan sektor yang
baru. Adanya peningkatan permintaan
konsumen akan produk, jasa, dan industri
baru berpotensi untuk menghasilkan
lapangan pekerjaan baru. Meskipun pada
awalnya teknologi dilihat sebagai suatu
disrupsi bagi pasar tenaga kerja yang sudah
ada, tetapi pada realisasinya teknologi juga
membuka jalan untuk terciptanya lapangan
pekerjaan dan industri baru. Salah satunya
pada sektor perdagangan online.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI),
transaksi e-commerce pada 2022 mencapai
Rp 476,3 triliun atau tumbuh sekitar 18%
dari 2021 yang mencapai Rp 401 triliun.
Industri e-commerce menghadirkan potensi
yang signifikan bagi usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM) untuk
mempromosikan dan memperluas operasi
perusahaan mereka secara efektif.
Implementasi e-commerce memiliki potensi
7
untuk meningkatkan jangkauan pasar,
menciptakan peluang kerja, dan
memberikan hasil yang menguntungkan di
beberapa sektor tambahan yang mendukung
perusahaan e-commerce. Akibatnya, hal ini
dapat memfasilitasi kemajuan
perekonomian Indonesia.
Di samping itu, pemanfaatan
teknologi memiliki potensi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi
tenaga kerja di berbagai industri sehingga
memiliki potensi untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja dalam
perusahaan. Salah satu ilustrasi dari konsep
ini adalah pemanfaatan perangkat lunak
manajemen waktu, yang memberdayakan
individu untuk menyusun jadwal kerja
mereka secara efektif dan mengoptimalkan
pemanfaatan waktu mereka untuk
meningkatkan produktivitas. Selain itu,
penerapan alat teknologi, seperti sistem
pengingat dan aplikasi penjadwalan, dapat
secara efektif membantu tenaga kerja dalam
mengelola organisasi dan mengurangi
dampak buruk dari beban kerja yang berat.
Dalam kasus lainnya, pengenalan
otomatisasi dan digitalisasi dalam
perekonomian dapat mengambil seluruh
kendali dan menyebabkan hilangnya
pekerjaan serta menghasilkan perubahan
struktural yang berkontribusi pada
peningkatan pengangguran struktural.
Penerapan otomatisasi dapat menggantikan
peran tenaga kerja di berbagai industri.
Beberapa pekerjaan yang bersifat sederhana
dan mendasar memiliki resiko tinggi untuk
digantikan oleh teknologi.
Dikutip dari ASEAN in
transformation : the future of jobs at risk of
automation, pada tahun 2016, Organisasi
Ketenagakerjaan Internasional (ILO)
melakukan penilaian terhadap tingkat risiko
otomatisasi yang terkait dengan berbagai
pekerjaan di lima negara anggota
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (ASEAN), yaitu Kamboja,
Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
ASEAN-5, yang meliputi lima negara,
secara kolektif menyumbang 80 persen dari
keseluruhan tenaga kerja di sepuluh negara
anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (ASEAN).
Dampak potensial dari kemajuan
teknologi, seperti otomatisasi dan robot,
terhadap lapangan kerja di Indonesia dalam
dua dekade ke depan patut diperhatikan.
Menurut Organisasi Ketenagakerjaan
Internasional (ILO), sekitar 56 persen
pekerjaan di Indonesia, atau setara dengan
sekitar 60 juta pekerjaan, dianggap
terancam oleh otomatisasi yang signifikan.
Jumlah tersebut setara dengan rata-rata
negara ASEAN-5, meskipun relatif lebih
rendah dibandingkan dengan negara-negara
dengan proporsi tenaga kerja yang lebih
besar yang terdiri dari individu
berketerampilan rendah, seperti Vietnam
yang mencapai 70 persen. Dalam konteks
8
Indonesia, pekerjaan yang dianggap
memiliki tingkat risiko tinggi antara lain
tukang kebun, dengan total 9,1 juta orang
yang terlibat dalam pekerjaan ini. Selain
itu, pramuniaga toko, pegawai kantor, dan
penjahit juga diidentifikasi sebagai
pekerjaan yang memiliki tingkat risiko
yang relatif tinggi, dengan jumlah
masing-masing 1,8 juta, 1,7 juta, dan 1,1
juta orang.
Potensi perubahan pekerjaan oleh
mesin dan teknologi tidak hanya terjadi
pada tenaga kerja tradisional atau manual
tetapi juga berpotensi untuk menggantikan
pekerjaan administratif yang bersifat
repetitif. Hal ini telah menghasilkan sebuah
fenomena yang dikenal sebagai polarisasi
pekerjaan, dimana terjadi penurunan
lapangan pekerjaan yang membutuhkan
keterampilan tingkat menengah. Untuk
mengatasi masalah pengangguran
struktural, setiap individu harus terlibat
dalam peningkatan keterampilan atau
memperoleh kemampuan baru untuk
meningkatkan daya saing mereka di pasar
kerja.
Munculnya pekerjaan baru dan
tergantikannya pekerjaan lama
mempengaruhi pola perilaku tenaga kerja
dalam upaya pencarian kerja. Di masa lalu,
proses pencarian kerja membutuhkan
investasi waktu dan upaya yang signifikan,
karena akses ke informasi yang relevan
terutama terbatas pada media cetak seperti
koran dan majalah, atau dengan keterlibatan
langsung dengan perusahaan yang
ditargetkan. Namun, munculnya teknologi
digital telah memberikan para pencari kerja
kemampuan untuk mengoptimalkan waktu
mereka dengan melakukan pencarian kerja
online dan lamaran kerja jarak jauh.
Kemudahan ini menghilangkan kebutuhan
untuk meninggalkan tempat tinggal secara
fisik, karena semua tugas yang diperlukan
dapat diselesaikan dengan lancar melalui
platform online, sehingga meminimalkan
potensi ketidaknyamanan. Internet telah
mengambil alih fungsi yang sebelumnya
dipenuhi oleh media fisik, sehingga
memungkinkan untuk menyelesaikan
semua tugas hanya melalui penggunaan
perangkat elektronik. Selain itu,
ketersediaan platform pencarian kerja yang
memiliki reputasi baik dan resmi telah
memfasilitasi proses pencarian pekerjaan,
pengadaan aplikasi, dan pengaturan
wawancara.
Pemanfaatan gadget berbasis
aplikasi online memfasilitasi proses
mendapatkan peluang kerja yang tidak
terbatas pada organisasi atau ruang kantor
fisik tertentu. Fenomena yang muncul ini
umumnya dikenal sebagai crowd working,
ketika individu yang mencari layanan
tertentu dapat menjalin hubungan dengan
individu yang menawarkan layanan
tersebut. Hal ini mencakup banyak tugas
seperti perawatan rumah, pembersihan
9
rumah, perbaikan mobil, dan kegiatan
serupa. Terdapat data empiris yang
menunjukkan adanya peningkatan
penggunaan pengaturan tenaga kerja
alternatif, seperti kerja bersama, di
negara-negara berpenghasilan tinggi seperti
Amerika Serikat (Katz & Krueger, 2017).
Mengingat langkanya data yang
tersedia, sulit untuk memastikan jumlah
pasti orang Indonesia yang terlibat dalam
kegiatan crowd working. Menjamurnya
platform penyedia jasa online dan
meningkatnya jumlah pengguna layanan ini
menunjukkan semakin maraknya crowd
working. Meningkatnya sumber daya
pekerjaan online mendorong hubungan
yang lebih baik antara perusahaan dan
pencari kerja. Pendekatan ini memiliki
potensi untuk mengurangi pengangguran
friksional, yang sering muncul ketika
pemberi kerja mengalami kesulitan dalam
mengkomunikasikan lowongan pekerjaan
secara efektif dan calon pencari kerja tidak
memiliki kesadaran akan peluang tersebut.
Internet dan platform media sosial telah
muncul sebagai alat yang berpengaruh
dalam memfasilitasi hubungan antara
pencari kerja dan pemberi kerja (Kuhn,
2014).
Di samping manfaat yang diberikan
kepada para pencari kerja, teknologi yang
semakin berkembang telah menyebabkan
kaburnya garis batas dalam berbagai aspek
kehidupan. Salah satu transformasi yang
terjadi pada kondisi kerja yaitu munculnya
fenomena gig economy.Gig economy
dapat didefinisikan sebagai kerangka kerja
ekonomi yang dicirikan oleh kondisi kerja
yang otonom dan fleksibel, yang
memungkinkan individu untuk terlibat
dalam peluang kerja sesuai dengan
keinginan mereka. Gig economy
menyediakan struktur pasar tenaga kerja di
mana pekerja memiliki otonomi dalam
menentukan jadwal kerja dan tujuan yang
ingin mereka capai atau uang yang mereka
peroleh dari pekerjaan mereka. Gig
economy semakin mengalami peningkatan
sejak terjadinya pandemi Covid-19.
Gambar 1. Segmentasi Pekerja
Ekonomi Gig
Terlepas dari kemampuannya untuk
melampaui batasan waktu dan ruang, gig
economy memiliki risiko intrinsik terhadap
tenaga kerja. Menurut penelitian yang
10
Sumber
Penghasilan
Utama
Sumber
Penghasilan
Tambahan
Piliha
n
Free agent
(pekerja
freelance)
Casual earners
(pekerja
serabutan)
Keter
paksa
an
Reluctant
(tidak punya
pilihan)
Financially
strapped
dilakukan oleh The SMERU Institute, ada
beberapa implikasi dari gig economy yang
perlu mendapat perhatian bersama,
terutama terkait dengan pekerja.
Implikasi-implikasi tersebut mencakup
perlindungan sosial dan jaminan
kesejahteraan yang tidak memadai,
kerentanan terhadap fluktuasi dan
ketidakpastian ekonomi, kerentanan
terhadap stres dan jam kerja yang terlalu
panjang, serta kerentanan terhadap jebakan
keterampilan (skill trap).
Sampai saat ini, Indonesia belum
memiliki peraturan yang pasti terkait model
gig economy. Omnibus Law yang disahkan
pada tahun lalu meningkatkan fleksibilitas
model ekonomi ini, sehingga memfasilitasi
eksploitasi terhadap para pesertanya.
Perspektif ini berlawanan dengan sikap
pemerintah yang menganggap gig economy
sebagai cara yang tepat untuk mengurangi
masalah pengangguran. Untuk melindungi
pekerja gig, sangat penting untuk
mengimplementasikan langkah-langkah
strategis yang mencakup pemberian
klasifikasi yang tepat bagi pekerja gig
economy sebagai pekerja atau buruh.
Implementasi perlindungan ini dapat
dicapai dengan memanfaatkan mekanisme
legislatif yang sudah ada.
Tantangan dan risiko dari
perkembangan teknologi di era Revolusi
Industri 4.0 yang terus hadir ini harus
diatasi. Penggunaan teknologi otomatisasi,
Internet of Things (IoT), dan Artificial
Intelligence (AI) ini yang menjadi aspek
dan poin utama dari perubahan di era ini.
Salah satu perubahan signifikan
yang datang bersamaan dengan tantangan
baru Revolusi 4.0 adalah penggunaan
otomatisasi dalam berbagai industri. Di
pabrik-pabrik besar, robot sudah banyak
digunakan untuk menggantikan pekerja
manusia guna meningkatkan produktivitas
dan efisiensi. Hal ini menciptakan
tantangan besar bagi sumber daya manusia
yang mungkin melihat pekerjaan tradisional
mereka terancam.
Namun, perubahan ini juga turut
menciptakan peluang baru. Dalam contoh
pabrik otomatisasi, lapangan pekerjaan baru
muncul untuk teknisi yang memahami dan
mengoperasikan sistem otomatisasi ini.
Mereka harus memiliki keterampilan
khusus dan pengetahuan teknis yang
relevan. Ini menunjukkan bahwa adaptasi
dan pembelajaran berkelanjutan menjadi
kunci untuk memenuhi kebutuhan pasar
yang terus berubah.
Pengembangan Internet of Things
(IoT) juga telah membuka jaringan yang
lebih luas dan terhubung, memungkinkan
perusahaan untuk memaksimalkan
produksinya. Namun, konektivitas yang
luas ini juga membawa risiko serangan
siber yang lebih besar. Semakin banyak
perangkat terhubung dan data yang beredar,
semakin besar tantangan untuk memastikan
11
keamanan sistem. Perusahaan harus
berinvestasi dalam keamanan siber dan
melibatkan para ahli untuk melindungi data
dan operasional mereka.
Selain itu, hadirnya Artificial
Intelligence (AI) telah memberikan manfaat
besar dalam meningkatkan efisiensi dan
produktivitas. Namun, manfaat tersebut
diiringi pula tantangan yang baru.
Kemudahan akses ke Artificial Intelligence
(AI) seringkali disalahgunakan yang dapat
menyebabkan penurunan produktivitas
sumber daya manusia. Sebagai contoh,
platform seperti ChatGPT yang mampu
menjawab pertanyaan dapat digunakan
untuk menggantikan pekerjaan manusia
dalam tugas-tugas tertentu.
Dalam menghadapi tantangan yang
ditimbulkan oleh Revolusi 4.0, adaptasi dan
pengembangan keterampilan menjadi
sangat penting. Sumber daya manusia harus
siap untuk memahami dan mengoperasikan
teknologi baru, mengatasi perubahan
pekerjaan, dan menjaga keamanan data. Ini
membutuhkan pembelajaran berkelanjutan,
pelatihan, dan investasi dalam sumber daya
manusia.
Hadirnya revolusi industri
membuka peluang yang besar bagi
siapapun untuk maju. Dengan
memanfaatkan internet, semua orang dapat
dengan mudah mengakses segala informasi
baik dalam maupun luar negeri.
Konektivitas dan kemudahan akses tersebut
mengajak masyarakat untuk terus beropini
dan belajar sehingga dapat menjadikan
masyarakat yang kritis dengan pola pikir
yang maju. Hal inilah yang menjadi salah
satu peluang untuk memunculkan
masyarakat dengan pola pikir unggul dalam
berbisnis.
Kelahiran revolusi industri 4.0 yang
mendorong perusahaan untuk mampu
beradaptasi dan memahami teknologi
memberikan perubahan yang tidak terduga
di Indonesia. Saat ini, telah banyak muncul
industri-industri baru yang tidak pernah
tampak sebelumnya tetapi kini menjadi
raksasa bisnis di Indonesia, seperti Gojek,
Grab, dan Shopee. Hal ini membuka
peluang yang sangat besar bagi perusahaan
di Indonesia untuk mampu berkembang dan
bersaing dengan perusahaan dunia.
Munculnya raksasa bisnis tersebut juga
sangat berdampak dan memberikan
keuntungan bagi masyarakat Indonesia
sendiri.
Berdasarkan data yang dilansir oleh
BPS, pada tahun 2020 pekerjaan sektor
informal telah mendominasi sekitar
56,405% pasar tenaga kerja di Indonesia.
Persentase tersebut kian meningkat seiring
berjalannya waktu mengalahkan sektor
kerja formal. Hal ini membuktikan bahwa
munculnya lapangan pekerjaan informal
seperti driver ojek online menjadi salah satu
faktor dari naiknya sektor informal tenaga
kerja. Lapangan pekerjaan yang muncul
12
dari banyaknya perusahaan informal,
membantu masyarakat Indonesia untuk
mendapatkan pekerjaan dan mengurangi
pengangguran yang ada. Kemudahan dalam
mengaplikasikan diri untuk bekerja di
lapangan tersebut membuat masyarakat
semakin tertarik dengan sektor lapangan
kerja tersebut. Selain itu, lapangan
pekerjaan seperti menjadi driver ojek online
juga tidak membutuhkan kualifikasi
minimal jenjang pendidikan kepada calon
pendaftarnya, melainkan dibutuhkannya
keterampilan atau keahlian tersendiri untuk
menjadi kualifikasi.
Saat ini, sudah marak hadirnya
perusahaan baru, baik dalam skala kecil
maupun besar yang mampu beradaptasi dan
paham akan pentingnya teknologi guna
meningkatkan efisiensi dan
mengoptimalkan sistem produksi.
Perusahaan tersebut memanfaatkan peran
teknologi dan mengaplikasikannya dalam
kegiatan produksi, distribusi, dan
pemasaran. Dengan menggunakan artificial
intelligence (AI) dan Internet of Things
(IoT) untuk menyusun sistem produksi
serta memanfaatkan konektivitas yang luas
dalam melakukan pemasaran dapat
membuka peluang bagi industri tersebut
untuk mengepakkan sayap di mata global.
Melihat peluang tersebut,
pemerintah turut mendukung dan
berpartisipasi melalui program kerja
"Making Indonesia 4.0" untuk menerapkan
strategi dan Peta Jalan 4IR di Indonesia.
Peta Jalan ini melibatkan berbagai
pemangku kepentingan untuk memberikan
arah dan strategi yang jelas untuk
pergerakan industri Indonesia di masa
depan. Peta Jalan ini mencakup lima sektor
utama dan sepuluh prioritas nasional untuk
memperkuat struktur perindustrian
Indonesia.
Pemerintah saat ini berusaha untuk
melihat potensi besar yang ada di Indonesia
yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, meningkatkan
daya saing di pasar global, serta
meningkatkan pangsa pasar ekspor. Lebih
banyak lapangan pekerjaan akan muncul
sebagai hasil dari ekspor yang lebih tinggi,
yang berarti bahwa Indonesia dapat menjadi
salah satu dari sepuluh ekonomi terbaik di
dunia. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
memfokuskan penciptaan lima sektor
dengan daya saing regional, yang meliputi
sektor makanan dan minuman, tekstil dan
pakaian, otomotif, kimia, dan elektronik.
Dengan memanfaatkan keberagaman dalam
teknologi canggih yang hadir saat ini,
seperti Artificial Intelligence (AI), Internet
of Things (IoT), wearables, robot canggih,
dan 3D printing, pemerintah mencoba
untuk meninjau dan mengevaluasi strategi
serta tantangan yang ada untuk
memaksimalkan daya saing guna
menjadikan sektor tersebut sebagai sektor
unggulan Indonesia.
13
Dilansir dari situs resmi
Kementerian Perindustrian, Pemerintah
Indonesia juga telah menetapkan 10
prioritas nasional yang bersifat lintas
sektoral untuk mempercepat perkembangan
industri manufaktur di Indonesia, yakni :
1. Perbaikan alur aliran barang dan
material
2. Desain ulang zona industri
3. Mengakomodasi standar-standar
keberlanjutan (sustainability)
4. Memberdayakan UMKM
5. Membangun infrastruktur digital
nasional
6. Menarik minat investasi asing
7. Peningkatan kualitas SDM
8. Pembangunan ekosistem inovasi
9. Insentif untuk investasi teknologi
10. Harmonisasi aturan dan kebijakan
Pemerintah menetapkan
prioritas-prioritas ini sebagai langkah utama
untuk memperkuat struktur industri di
Indonesia. Berdasarkan informasi dari situs
resmi Kementerian Perindustrian,
Pemerintah juga memproyeksikan bahwa
berhasilnya implementasi inisiatif "Making
Indonesia 4.0" akan berdampak positif pada
pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) riil, dengan kenaikan sekitar 1-2
persen per tahun. Dengan demikian,
pertumbuhan PDB per tahun diperkirakan
akan meningkat dari tingkat dasar sekitar
5,Revolusi Industri telah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap ekonomi
dan peradaban, dengan penekanan khusus
pada negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Fenomena yang telah dijelaskan
sebelumnya telah menghasilkan banyak
konsekuensi yang menguntungkan,
termasuk ekspansi ekonomi, kemajuan di
berbagai sektor, dan transformasi sosial
yang signifikan. Namun demikian,
kemunculan teknologi juga telah
menghadirkan tantangan tertentu, seperti
transisi dari sektor tradisional ke sektor
kontemporer, penurunan efisiensi manusia,
dan kebutuhan untuk meningkatkan
keterampilan tenaga kerja.
Revolusi digital mencakup berbagai
terobosan teknologi, termasuk otomatisasi,
pengembangan sensor, dan koordinasi
platform. Perkembangan teknologi ini
memiliki potensi untuk meningkatkan
produktivitas dan merangsang permintaan
klien akan produk, layanan, dan industri
baru.
Pemanfaatan teknologi memiliki
kemampuan untuk memitigasi bahaya yang
mungkin timbul dari otomatisasi di
berbagai sektor. Tenaga kerja di Indonesia
menunjukkan kerentanan yang cukup tinggi
terhadap isu-isu yang timbul dari
otomatisasi. Pemerintah Indonesia saat ini
terlibat dalam pelaksanaan program
"Making Indonesia 4.0", yang berupaya
menyusun strategi dan mengalokasikan
sumber daya ke sektor-sektor penting untuk
mendorong perluasan dan kemajuan
14
industri di Indonesia. Munculnya program
"Making Indonesia 4.0" menunjukkan
peluang signifikan yang dihadirkan oleh
Revolusi Industri bagi
perusahaan-perusahaan Indonesia untuk
secara efektif menyesuaikan diri dan
berkembang di era digitalisasi saat ini.
17 persen menjadi 6-7 persen dalam
periode 2018-2030. Pada tahun 2030,
sektor manufaktur diharapkan akan
menyumbang sekitar 21-26 persen dari total
PDB. Pertumbuhan PDB ini akan didorong
oleh peningkatan yang signifikan dalam
ekspor bersih, dengan target Indonesia
mencapai rasio ekspor bersih terhadap PDB
sebesar 5-10 persen pada tahun 2030.
Selain itu, "Making Indonesia 4.0" juga
diharapkan akan menciptakan peluang kerja
sebanyak 7-19 juta pada tahun 2030, baik di
sektor manufaktur maupun non-manufaktur,
sebagai akibat dari peningkatan permintaan
ekspor yang lebih besar.
KESIMPULAN
Revolusi Industri telah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap ekonomi
dan peradaban, dengan penekanan khusus
pada negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Fenomena yang telah dijelaskan
sebelumnya telah menghasilkan banyak
konsekuensi yang menguntungkan,
termasuk ekspansi ekonomi, kemajuan di
berbagai sektor, dan transformasi sosial
yang signifikan. Namun demikian,
kemunculan teknologi juga telah
menghadirkan tantangan tertentu, seperti
transisi dari sektor tradisional ke sektor
kontemporer, penurunan efisiensi manusia,
dan kebutuhan untuk meningkatkan
keterampilan tenaga kerja.
Revolusi digital mencakup berbagai
terobosan teknologi, termasuk otomatisasi,
pengembangan sensor, dan koordinasi
platform. Perkembangan teknologi ini
memiliki potensi untuk meningkatkan
produktivitas dan merangsang permintaan
klien akan produk, layanan, dan industri
baru.
Pemanfaatan teknologi memiliki
kemampuan untuk memitigasi bahaya yang
mungkin timbul dari otomatisasi di
berbagai sektor. Tenaga kerja di Indonesia
menunjukkan kerentanan yang cukup tinggi
terhadap isu-isu yang timbul dari
otomatisasi. Pemerintah Indonesia saat ini
terlibat dalam pelaksanaan program
"Making Indonesia 4.0", yang berupaya
menyusun strategi dan mengalokasikan
sumber daya ke sektor-sektor penting untuk
mendorong perluasan dan kemajuan
industri di Indonesia. Munculnya program
"Making Indonesia 4.0" menunjukkan
peluang signifikan yang dihadirkan oleh
Revolusi Industri bagi
perusahaan-perusahaan Indonesia untuk
secara efektif menyesuaikan diri dan
berkembang di era digitalisasi saat ini
15
DAFTAR PUSTAKA
Candra Iswanto, A., & Wahjono. (n.d.). PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI 4.0
TERHADAP ILMU AKUNTANSI -ESAI (The Impact of Industry Revolution 4.0 Towards
Accounting Science - an Essay). Retrieved October 21, 2023.
Setiono, B. A. (2023). View of Increased Competitiveness of Human Resources in
FacingIndustrial Revolution 4.0. Hangtuah.ac.id.
Kemenperin: Making Indonesia 4.0: Strategi RI Masuki Revolusi Industri Ke-4. (2018).
Kemenperin.go.id.
Rohida, L. (2023). View of Pengaruh Era Revolusi Industri 4.0 terhadap Kompetensi Sumber
Daya Manusia. Fmi.or.id.
Sihite, M. (2018). PERAN KOMPETENSI DALAM MEWUJUDKAN SUMBER DAYA
MANUSIA YANG BERDAYA SAING TINGGI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0:
SUATU TINJAUAN KONSEPTUAL.4, 2460–2562.
Annisa, A. (2021, January 7). Sejarah Revolusi Industri dari 1.0 sampai 4.0. ResearchGate;
unknown.
Achmad Tahar, Setiadi, P. B., & Sri Rahayu. (2022). Strategi Pengembangan Sumber Daya
Manusia dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0. Jurnal
Pendidikan Tambusai,6(2), 12380–12394.
Welimas Kristina Parinsi, & Musa, L. (2023, October 10). Strategi Pengelolaan Sumber Daya
Manusia Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan yang Berkelanjutan di Industri 4.0
ResearchGate; Universitas Batanghari Jambi.
Predy Rezky, M., Sutarto, J., Prihatin, T., Yulianto, A., & Haidar, I. (2023). View of Generasi
Milenial yang Siap Menghadapi Era Revolusi Digital (Society 5.0 dan Revolusi Industri
4.0) di Bidang Pendidikan Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Unnes.ac.id.
16
Ading Sunarto. (2020). Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Berbasis Inovasi untuk
Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi
(MEA),4(2), 397–407.
Dini Fajriyani, Dr Achmad Fauzi, Made Devi Kurniawati, & Korespondensi Penulis. (2023,
September 2). Tantangan Kompetensi SDM dalam Menghadapi Era Digital (Literatur
Review). ResearchGate; unknown.
Eko Risdianto, & M Cs. (2019). ANALISIS PENDIDIKAN INDONESIA DI ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0. ResearchGate; unknown.
Ellitan, L. (2020, December). Bersaing di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0".
ResearchGate; unknown.
Nova Jayanti Harahap. (2019). MAHASISWA DAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Jurnal
Ekonomi, Bisnis Dan Manajemen,6(1), 70–78.
Gina Nurvina Darise. (2019). Implementasi Kurikulum 2013 Revisi Sebagai Solusi Alternatif
Pendidikan Di Indonesia Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Iqra’,
13(2), 41–41.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan. (2018). Bps.go.id.
Cantika Adinda Putri. (2019, October 9). Angka Pengangguran Turun Gegara Jadi Driver
Gojek-Grab? CNBC Indonesia; cnbcindonesia.com.
Pemerintah Luncurkan Making Indonesia 4.0 - Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Republik Indonesia. (2018). Ekon.go.id.
Agarwala, T. (2003). Innovative human resource practices and organizational commitment:
An empirical investigation. International Journal of Human Resource Management,
14(2), 175-197.
ILO, Laporan Ketenagakerjaan Indonesia , (2017), Memanfaatkan Teknologi untuk
Pertumbuhan dan Penciptaan Lapangan Kerja, Living digital 2040 : future of work,
17
education and healthcare, A project of Lee Kuan Yew Centre for Innovative Cities
Singapore University of Technology and Design, Singapore.
Vaughan-Whitehead, D. (2021). The new world of work: Challenges and opportunities for
social partners and labour institutions. Ilo.org. print: 9789220342343, Web PDF:
9789220342336
Industry 4.0: Digitalisation for productivity and growth | Think Tank | European Parliament.
(2015). Europa.eu.
Chang, J.-H., & Huynh, P. (2016). THE FUTURE OF JOBS AT RISK OF AUTOMATION A.
Ciarli, T., Kenney, M., Massini, S., Piscitello, L., 2021. Digital Technologies, Innovation, and
Skills: Emerging Trajectories and Challenges. Research Policy.
Chang, J.H., Rynhart, G., Huynh, P., 2016. ASEAN In Transformation: How Technology is
Changing Jobs and Enterprises. Report International Labour Organisation, Geneva,
Switzerland.
Mc Kinsey , (2017), A Future That Works : Automation, Employment and Productivity,
Global institute, Executive Summary.
18
... According to the International Labor Organization (ILO), about 56 percent of jobs in Indonesia, equivalent to about 60 million jobs, are considered threatened by significant automation. The potential for job change by machines and technology does not only occur in traditional or manual labor but also has the potential to replace repetitive administrative work (Cahyaningtyas, Afinsha S., et al. 2023). This has resulted in a phenomenon known as job polarization, where there is a decline in jobs that require middle-level skills. ...
Article
Full-text available
The rapid development of information and communication technology has an impact on economic growth that is increasingly varied. Economic stability is a basic prerequisite for achieving improvements in people's welfare through high growth and improved growth quality. In line with that, technological progress also has a significant impact on the dynamics of the labor market. The labor market has a mutual relationship between companies and labor. If developing countries want to achieve higher economic development, they must increase trade and physical capital with a stable macroeconomic environment. But on the other hand, technology automatically leads to a decrease in employment and wages. This changes the relative demand for jobs.
Article
Full-text available
In the contemporary business environment, human resource (HR) is an indispensable input for organizational effectiveness. Hence, an effective management of human resources has an important role to play in the performance and success of organizations. Competitive pressures have encouraged organizations to be proactive in diagnosing HR problems and to adopt more innovative HR practices since these were no longer a matter of trend, but rather of survival. The present study attempted to explore the relationship of three dimensions of innovative human resource practices (IHRPs): that is, the extent of introduction of IHRPs, their importance for organizational goal achievement and satisfaction with implementation of IHRPs, with organizational commitment (OC). Regression analyses showed that the perceived extent of introduction of innovative human resource practices by the organizations was the most significant predictor of organizational commitment.
Article
Sejarah revolusi industry dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0. Fase industri merupakan real change dari perubahan yang ada. Revolusi industri saat ini memasuki fase keempat dimana sedang mengalami puncaknya, dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap kehidupan manusia di seluruh dunia. Melalui studi literatur, tulisan ini bertujuan melihat dari pendekatan kualitatif data mengenai bagaimana kemunculan Industri 4.0 dikaitkan dengan mahasiswa serta perannya dalam menghadapi revolusi industry 4.0. Hasil studi ini menunjukkan bahwa dalam perkembangannya, revolusi industry 4.0 membawa pengaruh terhadap sumber daya manusia, terutama bagi mahasiswa. Muncul berbagai tantangan bagi dunia pendidikan, ada beberapa yang mesti diperhatikan untuk menghadapi dampak negative dari munculnya revolusi industry 4.0 bagi Mahasiswa, diantaranya peningkatan kompetensi penguasaan teknologi komputer, keterampilan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama secara kolaboratif, dan kemampuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Article
Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh era revolusi industri 4.0 terhadap kompetensi sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh industri saat ini adalah yang memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi digital. Kompetensi ini untuk mewujudkan pabrik cerdas (smart factories), seperti salah satunya Internet of Things (IoT). Era revolusi industri 4.0 membuka kesempatan bagi sumber daya manusia (SDM) untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan perkembangan teknologi terkini. Untuk itu, diperlukan pelaksanaan program peningkatan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) para sumber daya manusia berdasarkan kebutuhan dunia industri saat ini, salah satu yang kompetensi yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki talent, dikarenakan talent menjadi kunci atau faktor penting untuk kesuksesan implementasi industri 4.0 Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif partisipatoris, yang menekankan pada kedalaman hasil penelitian dimana peneliti terlibat langsung sebagai instrumen penelitian. Data diperleh mealui studi literatur, wawancara dan praktek langsung. Hasil dari Penelitian ini akan menjelaskan upaya didalam mempersiapkan dan memetakan kompetensi sumber daya manusia dalam era revolusi industri 4.0. dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten. Apalagi di era bonus demografi yang sudah di depan mata. Ini penting jika bangsa kita tetap ingin berdaya di zaman revolusi industri keempat yang serba otomatis, robotik, dan tentu teknologi termutakhir. Kata Kunci : kompetensi; sumber daya manusia, upskill, reskilling
The Impact of Industry Revolution 4.0 Towards Accounting Science -an Essay)
  • Terhadap Ilmu Akuntansi -Esai
TERHADAP ILMU AKUNTANSI -ESAI (The Impact of Industry Revolution 4.0 Towards Accounting Science -an Essay). Retrieved October 21, 2023.
View of Increased Competitiveness of Human Resources in FacingIndustrial
  • B A Setiono
Setiono, B. A. (2023). View of Increased Competitiveness of Human Resources in FacingIndustrial Revolution 4.0. Hangtuah.ac.id.
Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0
  • Achmad Tahar
  • P B Setiadi
  • Sri Rahayu
Achmad Tahar, Setiadi, P. B., & Sri Rahayu. (2022). Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 12380-12394.
View of Generasi Milenial yang Siap Menghadapi Era Revolusi Digital
  • M Predy Rezky
  • J Sutarto
  • T Prihatin
  • A Yulianto
  • I Haidar
Predy Rezky, M., Sutarto, J., Prihatin, T., Yulianto, A., & Haidar, I. (2023). View of Generasi Milenial yang Siap Menghadapi Era Revolusi Digital (Society 5.0 dan Revolusi Industri 4.0) di Bidang Pendidikan Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Berbasis Inovasi untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0
  • Ading Sunarto
Ading Sunarto. (2020). Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Berbasis Inovasi untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 4(2), 397-407.
Implementasi Kurikulum
  • Gina Nurvina Darise
Gina Nurvina Darise. (2019). Implementasi Kurikulum 2013 Revisi Sebagai Solusi Alternatif Pendidikan Di Indonesia Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Iqra', 13(2), 41-41.
Angka Pengangguran Turun Gegara Jadi Driver Gojek-Grab? CNBC Indonesia
  • Putri Cantika Adinda
Cantika Adinda Putri. (2019, October 9). Angka Pengangguran Turun Gegara Jadi Driver Gojek-Grab? CNBC Indonesia; cnbcindonesia.com.