ArticlePDF Available

Perancangan Arsitektur Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi dengan Teknologi Blockchain

Authors:

Abstract

Pengendalian distribusi pupuk bersubsidi secara digital merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan efektivitas program. Teknologi informasi pada kartu tani mampu mencatat berbagai rekaman transaksi seperti sisa kuota pupuk bersubsidi bagi masing masing petani dan rekaman pembelian. Namun demikian, penggunaan kartu tani dirasa masih kurang optimal karena masih dijumpai beberapa permasalahan dalam penerapan teknologi tersebut. Masalah yang sering terjadi adalah kesalahan pencatatan data, penggunaan kartu yang tidak sesuai peruntukannya, dan masalah-masalah distribusi lainnya. Penelitian yang bertujuan untuk mengurangi kelemahan sistem pada program kartu tani telah banyak dilakukan sebelumnya, namun penerapan teknologi Blockchain dalam distribusi pupuk bersubsidi masih belum banyak dibahas. Dalam penelitian ini, akan diusulkan penggunaan Blockchain dengan Framework Hyperledger Fabric untuk merancang sistem informasi distribusi pupuk bersubsidi. Teknologi Blockchain dipilih karena memiliki sifat yang cocok untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi antara lain decentralized dan immutability. Kedua sifat tersebut dapat dikembangkan untuk membangun sistem informasi yang transparan dan berintegritas. Luaran dari studi ini adalah sebuah rancangan arsitektur distribusi pupuk bersubsidi yang mudah diterima oleh petani. Pengujian kelayakan arsitektur akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan sifat inovasi yaitu Keuntungan Relatif, Kompatibilitas, Kompleksitas, dan Observabilitas.
p-ISSN : 2443-2210 Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi
e-ISSN : 2443-2229 Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023
1
Perancangan Arsitektur Sistem Distribusi Pupuk
Bersubsidi dengan Teknologi Blockchain
http://dx.doi.org/10.28932/jutisi.v9i2.6098
Riwayat Artikel
Received: 19 Januari 2023 | Final Revision: 22 Juli 2023 | Accepted: 27 Juli 2023
Creative Commons License 4.0 (CC BY NC)
Eko Purwanto Aribowo #1, Andi Wahju Rahardjo Emanuel*2
# Magister Informatika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Babarsari No.44, Janti, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55281, Indonesia
1eko.purwanto@atmi.ac.id
2andi.emanuel@uajy.ac.id
Corresponding author: eko.purwanto@atmi.ac.id
Abstrak Pengendalian distribusi pupuk bersubsidi secara digital merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan
efektivitas program. Teknologi informasi pada kartu tani mampu mencatat berbagai rekaman transaksi seperti sisa kuota pupuk
bersubsidi bagi masing masing petani dan rekaman pembelian. Namun demikian, penggunaan kartu tani dirasa masih kurang
optimal karena masih dijumpai beberapa permasalahan dalam penerapan teknologi tersebut. Masalah yang sering terjadi adalah
kesalahan pencatatan data, penggunaan kartu yang tidak sesuai peruntukannya, dan masalah-masalah distribusi lainnya.
Penelitian yang bertujuan untuk mengurangi kelemahan sistem pada program kartu tani telah banyak dilakukan sebelumnya,
namun penerapan teknologi Blockchain dalam distribusi pupuk bersubsidi masih belum banyak dibahas. Dalam penelitian ini,
akan diusulkan penggunaan Blockchain dengan Framework Hyperledger Fabric untuk merancang sistem informasi distribusi
pupuk bersubsidi. Teknologi Blockchain dipilih karena memiliki sifat yang cocok untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
antara lain decentralized dan immutability. Kedua sifat tersebut dapat dikembangkan untuk membangun sistem informasi yang
transparan dan berintegritas. Luaran dari studi ini adalah sebuah rancangan arsitektur distribusi pupuk bersubsidi yang mudah
diterima oleh petani. Pengujian kelayakan arsitektur akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan sifat inovasi yaitu
Keuntungan Relatif, Kompatibilitas, Kompleksitas, dan Observabilitas.
Kata kunci Blockchain; Hyperledger Fabric; Kartu Tani; Pupuk Bersubsidi; Smart Farming.
Architecture Design of Subsidized Fertilizer
Distribution System with Blockchain Technology
Abstract Digitalizing subsidized fertilizers distribution control is one of the government's efforts to increase program effectiveness.
Information technology on Kartu Tani can record various transaction records, such as the remaining subsidized fertilizer quota for
each farmer and purchase records. However, using Kartu Tani is still not optimal because some problems apply to this technology. The
problems that often occur are data recording errors, using cards that do not fit their purpose and other distribution problems. This
research aimed at reducing system weaknesses in the farmer card program has been carried out before, but the application of
Blockchain technology in the distribution of subsidized fertilizers has not been widely discussed. This research will propose using
Blockchain with the Hyperledger Fabric Framework to design a subsidized fertilizer distribution information system. Blockchain
technology was chosen because it has suitable properties to overcome problems, including decentralization and immutability. These
characteristics can be developed to build a transparent and integrity information system. The output of this study is an architectural
design of subsidized fertilizer distribution that farmers easily accept. Architectural feasibility testing will be carried out using an
innovation approach: Relative Advantage, Compatibility, Complexity, and Observability.
Keywords Blockchain; Distribution; Hyperledger Fabric; Kartu Tani; Smart Farming.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi p-ISSN : 2443-2210
Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023 e-ISSN : 2443-2229
2
I. PENDAHULUAN
Salah satu usaha pemerintah dalam mengatur distribusi pupuk bersubsidi adalah dengan menciptakan program kartu tani
yang diinisiasi pada tahun 2016. Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan program ini sejak awal tahun 2018, namun dalam
pelaksanaanya terdapat berbagai kendala dalam penggunaan kartu tani yang terjadi pada distributor, pengecer, hingga petani.
Terdapat temuan berbagai kendala yang terjadi di lapangan sehingga terjadi penolakan di berbagai daerah [1]. Kebijakan
terkait penyediaan pupuk bagi petani melalui subsidi harga pupuk sebetulnya telah dibuat oleh pemerintah. Subsidi yang
diberikan akan mengkompensasi harga jual dan biaya distribusi pupuk. Harga pupuk terkadang sulit untuk dijangkau oleh
masyarakat, program ini bertujuan untuk meringankan beban petani terutama dalam hal pengadaan pupuk seperti Urea, SP-
36, ZA, NPK Phonska dan lain-lain [2]. Luasnya target pelaksanaan program menjadi tantangan terbesar dalam implementasi
program kartu tani yang berdampak pada efektivitas program [3].
Usulan solusi dan analisa dari berbagai kendala pada penerapan program kartu tani sebelumnya pernah dilakukan dalam
beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Moko, dkk (2017) [4] menyampaikan beberapa kendala diantaranya
adalah penyaluran pupuk tidak tepat sasaran. Terjadi perembesan, kelangkaan, dan penjualan diatas harga yang ditentukan.
Kendala lain disampaikan oleh Fahmi, dkk.(2020) [5] di mana terdapat penolakan terhadap penggunaan kartu tani oleh petani.
Penolakan yang terjadi didasari oleh berbagai argumen yang berbeda, keragaman argumen yang diberikan memiliki kaitan
terhadap usia dan tingkat pengetahuan petani. Chakim, dkk (2019) [6] melakukan pendekatan yang berbeda antara distribusi
pupuk bersubsidi dengan penggunaan kartu tani. Hasilnya distribusi pupuk bersubsidi telah dilaksanakan secara efektif
namun kepatuhan petani untuk menggunakan kartu tani masih kurang. Studi lain mengungkapkan bahwa penggunaan kartu
tani yang bersifat tidak wajib bagi petani mengakibatkan petani enggan untuk membeli pupuk menggunakan kartu tani dan
memilih menggunakan pembayaran konvensional. Lemahnya edukasi dan promosi berdampak pada kurangnya pengetahuan
petani terhadap penggunaan kartu tani [7].
Beberapa studi dilakukan melalui pendekatan dengan fokus kepada distribusi pupuk bersubsidi dan menemukan berbagai
permasalahan di dalamnya. Kelangkaan pasokan pupuk bersubsidi menjadi salah satu masalah yang harus segera ditangani
dalam rantai pasokan pupuk bersubsidi [8]. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2021, harga penjualan
pupuk bersubsidi diatur oleh pemerintah. Namun, dalam praktiknya terdapat beberapa pengecer yang menjual pupuk
bersubsidi di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Hal ini disebabkan oleh berbagai sebab seperti variasi pada jarak
pengiriman ekspedisi, perbedaan Upah Minimum Reguler Pekerja dan faktor lain seperti kecurangan pengecer dan lain-lain
[9]. Kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum distributor terhadap distribusi pupuk bersubsidi sering terjadi di
lapangan. Kondisi ini terjadi karena adanya celah-celah hukum yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan kejahatan.
Selain itu kurang efektifnya proses pengawasan dan pencatatan menjadi faktor lain pemicu adanya kecurangan [10].
Pelaporan hasil penjualan pupuk bersubsidi kepada pemerintah saat ini masih menggunakan dokumen cetak, selain itu
pengisian data memerlukan waktu yang lama. Meskipun saat ini terdapat sistem informasi pengisian data penjualan secara
online namun masih memerlukan proses input data dan tetap harus melakukan pencetakan dokumen [11]. Dengan banyaknya
problematika yang terjadi pada distribusi pupuk bersubsidi, menunjukkan perlunya perbaikan sistem informasi distribusi
pupuk bersubsidi. Teknologi Blockchain menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi sebagian maupun seluruh problematika
pada sistem distribusi pupuk bersubsidi.
Dalam penelitian ini akan dilakukan perancangan serta pengujian kelayakan penggunaan Blockchain dengan Framework
Hyperledger Fabric untuk menyempurnakan Sistem Informasi pada distribusi pupuk bersubsidi. Terdapat 4 tujuan utama
dari penerapan Blockchain pada distribusi pupuk bersubsidi untuk para petani. Tujuan yang pertama adalah memperkuat
fungsi pengawasan pada rantai pasokan. Teknologi Blockchain memberikan kemudahan dalam melakukan pelacakan ataupun
penelusuran pada rantai pasok pupuk bersubsidi. Penggunaan Blockchain memungkinkan adanya penyimpanan dan
pengelolaan data yang diperlukan dalam pengembangan inovasi teknologi berbasis data. Pengembangan teknologi berbasis
data saat ini sangat diperlukan untuk mendukung smart farming pada tata pemerintahan baik pusat maupun daerah.
Pengelolaan data ketersediaan pupuk bersubsidi yang lebih transparan dapat dibangun dengan teknologi Blockchain yang
diusulkan. Teknologi Blockchain yang digunakan pada distribusi pupuk bersubsidi mampu meningkatkan produktivitas
dengan mengurangi kekurangan pekerjaan manual manusia ke manusia yang lambat dan kurang efisien, sehingga pelayanan
terhadap petani menjadi tidak maksimal. Teknologi Blockchain memungkinkan penggunaan buku besar yang transparan,
distribusi pupuk dapat senantiasa disesuaikan sehingga meminimalkan penggunaan gudang. Dengan demikian biaya
penyimpanan dan distribusi pupuk melalui agen resmi dapat diturunkan sehingga efisiensi dapat ditingkatkan.
Penerapan teknologi Blockchain pada bidang pertanian, berarti juga menghubungkan petani dengan finansial global.
Potensi luar biasa yang dimiliki oleh teknologi Blockchain salah satunya adalah adanya alternatif bagi petani untuk
mendapatkan pinjaman mikro pada ruang lingkup internasional. Fitriani, dkk. [12] mengungkapkan bahwa petani kecil dan
menengah pada umumnya memerlukan dana pinjaman untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Blockchain dapat
membantu petani mendapatkan pinjaman mikro pada jaringan pemberi pinjaman di seluruh dunia. Penelitian yang melibatkan
blockchain dalam dunia pertanian juga dilakukan Akkela, dkk. [13] yang mengusulkan sebuah praktik pertanian pintar
berkelanjutan menggunakan tinjauan sistematis melalui metode PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews
p-ISSN : 2443-2210 Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi
e-ISSN : 2443-2229 Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023
3
and Meta-analyses). Studi tersebut menghasilkan berbagai rekomendasi dan implikasi yang disajikan untuk mengatasi
kesenjangan pengetahuan demi mengatasi hambatan implementasi blockchain di dalam pertanian. Srivastava, dkk. [14]
melakukan studi bibliometrik untuk menganalisis dan mengidentifikasi tema-tema yang muncul untuk penelitian masa depan
dalam teknologi blockchain, dengan fokus pada domain pertanian dan manajemen rantai pasokan. Sampel yang digunakan
adalah 1322 artikel dari Web of Science untuk periode 2015-2020. Hasil penelitian tersebut memberikan wawasan berharga
bagi para peneliti dan audiens global. Dengan berbagai studi dapat diketahui bahwa potensi blockchain dapat membantu
petani mempertahankan dan menjalankan aktivitas pertaniannya secara berkelanjutan.
Potensi lain penggunaan Blockchain adalah tersedianya Big Data untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Big data
merupakan fenomena yang sedang berkembang saat ini dimana ketika data yang dalam ukuran besar, variasi yang tinggi dan
kecepatan yang tinggi diolah menjadi informasi penting dengan menggunakan Artificial Intelligence (AI). Pemanfaatan
blockchain yang dikombinasikan dengan teknologi AI juga telah dilakukan oleh Jadav, dkk [15] untuk memantau penggunaan
pestisida berlebih yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Penelitian tersebut menghasilkan kerangka
kerja dengan performa yang baik dalam hal akurasi, skalabilitas, dan laten. Selain teknologi AI seperti diusulkan oleh Jadav,
dkk, teknologi Internet of Thing (IoT), juga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan bersama-sama dengan
blockchain. Zhao, dkk [16] mengkombinasikan teknologi blockchain dengan teknologi IoT untuk memantau rantai pasok
bahan makanan dan gudang penyimpanan bahan makanan. Sebuah model sistem pengumpulan data IoT pertanian
decentralized telah berhasil diciptakan dan digunakan dengan baik melalui penelitian tersebut. Hadirnya AI dan IoT tentunya
telah mengubah pola pertanian yang tadinya bersifat tradisional menuju ke arah smart farming. Dengan adanya smart farming
memungkinkan para petani dan pihak yang berhubungan dengannya dapat dengan mudah mengakses informasi mengenai
pertanian.
Informasi mengenai pertanian yang dapat diakses dengan mudah oleh para petani tentunya dapat meningkatkan
produktivitas produksi mereka. Potensi tersebut telah mendorong Sajja, dkk [17] untuk melakukan penelitian dalam
pemantauan rantai pasok komoditas pertanian. Dalam penelitiannya, teknologi blockchain dapat dimanfaatkan dengan baik
untuk memantau asal makanan dan membantu membangun rantai pasokan pangan yang dapat diandalkan serta meningkatkan
kepercayaan konsumen melalui kontrak pintar. Kontrak pintar merupakan salah satu fitur dalam Blockchain untuk
memberikan keandalan dan keamanan basis data sehingga dapat meningkatkan kepercayaan penggunanya. Teknologi
Blockchain juga bersifat tidak terpusat dan terbuka sehingga data dapat diakses oleh semua orang yang berada di dalam sistem
[18]. Dengan keunggulan tersebut, Blockchain juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tingkat kecurangan pada berbagai
sektor yang sebelumnya sulit ditangani dengan transaksi tradisional. Studi yang dilakukan Lubis, dkk. [19] menyimpulkan
bahwa teknologi blockchain memiliki banyak dampak positif kepada kemajuan sistem administrasi pajak untuk mencegah
penipuan dan penghindaran pajak. Rachmawati, dkk. [20] Menggunakan teknologi blockchain pada dunia akuntansi dan
dengan memanfaatkan karakteristik dari kontrak pintar pada blockchain, menciptakan adanya transparansi, trust,
immutable dan informasi yang sifatnya real-time. Studi menyimpulkan bahwa dengan teknologi ini kecurangan ataupun
penipuan akuntansi dapat dicegah dan meningkatkan kualitas dari produk akuntansi secara signifikan. Dari penelitian [17]-
[20] dapat diketahui bahwa kontrak pintar terbukti mampu menangani berbagai kecurangan dan meningkatkan kepercayaan
pengguna. Namun, belum banyak penelitian yang membahas mengenai penggunaan blockchain sebagai solusi berbagai
kecurangan pada distribusi pupuk dalam dunia pertanian.
Kecurangan dalam distribusi pupuk bersubsidi sering terjadi karena lemahnya sistem pelacakan dan distribusi. Menurut
Ibrahim, dkk [21], program Kartu Tani merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini.
Namun demikian, penimbunan pupuk dan penjualan pupuk yang tidak sesuai peruntukannya tidak dapat dideteksi dengan
sistem yang sekarang. Saat ini untuk mengatasi masalah tersebut, kepolisian Republik Indonesia menurunkan personilnya
yang menyamar sebagai pembeli [22]. Upaya tersebut memerlukan sumber daya yang besar meski hanya untuk menggali
informasi sekalipun. Akan tetapi, dengan teknologi Blockchain, rantai pasokan dapat dilacak dengan mudah dan deteksi
terhadap kecurangan dapat dilakukan secara otomatis. Berbagai keuntungan dari penggunaan blockchain dapat diaplikasikan
pada program kartu tani mengingat masih terdapat berbagai kekurangan di dalamnya yang menyebabkan keberhasilan
program menjadi kurang.
Keberhasilan pelaksanaan program kartu tani dapat dilihat dari jumlah serapan program kartu tani. Penerimaan program
kartu tani tertinggi di Provinsi Jawa Tengah adalah Pati. Studi sebelumnya yang dilakukan oleh Wianto, dkk. [23]
mengungkapkan bahwa tingkat adopsi kartu tani oleh petani dipengaruhi oleh sifat inovasi antara lain Keuntungan Relatif,
Kompatibilitas, Kompleksitas, Ketercobaan, dan Observabilitas. Pengaruh yang signifikan ditunjukkan antara Keuntungan
Relatif, Kompatibilitas, Kompleksitas, dan Observabilitas terhadap penerimaan kartu tani oleh petani. Sebuah aplikasi
manajemen distribusi pupuk bersubsidi yang dibuat dengan memperhatikan sifat inovasi diharapkan mampu meningkatkan
keterserapan program kartu tani. Penelitian yang dilakukan Adiraputra, dkk. [24] memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan teknologi distribusi pupuk bersubsidi dengan memanfaatkan teknologi RFID. Aplikasi yang dibangun
meliputi pengelolaan data pupuk, data transaksi dan data pendistribusian pupuk bersubsidi. Implementasi teknologi dimulai
dari pemerintah, agen-agen resmi, kios pupuk, hingga kepada petani. Aplikasi yang dibangun berhasil memberikan
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi p-ISSN : 2443-2210
Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023 e-ISSN : 2443-2229
4
kemudahan dalam pencatatan dan pengawasan rantai distribusi Pupuk bersubsidi. Namun demikian, aplikasi yang dibangun
bersifat non-mobile di mana aplikasi hanya dapat beroperasi pada Personal Computer (PC). Mengingat lingkungan pekerjaan
para petani, diperlukan aplikasi yang bersifat mobile agar memudahkan petani mengakses dan bertransaksi informasi.
Beberapa pengembangan teknologi mobile sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah, namun teknologi mobile yang
dikembangkan bersifat parsial dan dilaksanakan tidak secara serentak. Penentuan kuota pupuk bersubsidi dilakukan melalui
pembuatan aplikasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok atau (RDKK) dengan pendampingan dari Penyuluh. Tahapan
ini mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016. E-RDKK merupakan aplikasi mobile
yang dibangun pemerintah untuk memudahkan penyusunan RDKK [25]. Sistem eRDKK mengharuskan untuk memasukkan
data petani secara lengkap sesuai nama dan alamat sehingga penyaluran subsidi pupuk diharapkan lebih tepat sasaran [24].
Meskipun mampu mengakomodasi pengajuan kebutuhan kuota pupuk bersubsidi, namun eRDKK bukanlah merupakan
aplikasi penjualan. Aplikasi eRDKK tidak memiliki kemampuan verifikasi dan validasi. Untuk melakukan verifikasi dan
validasi digunakan aplikasi lain yang telah yang disebut E-Verval. E-Verval adalah sistem yang dibuat oleh pemerintah untuk
keperluan verifikasi maupun validasi pada penyaluran pupuk bersubsidi. Aplikasi E-Verval berbasis website dan diterbitkan
oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Aplikasi ini dibuat untuk mengurangi kecurangan dari para petani maupun
distributor dalam melakukan transaksi pupuk bersubsidi [26]. Kontribusi pada penelitian ini adalah penerapan teknologi
Blockchain pada aplikasi pembelian dan pencatatan distribusi pupuk.
Teknologi Blockchain telah digunakan pada berbagai kasus distribusi produk, dan terbukti berhasil memberikan
transparansi, dan sifat immutability [27]. Penggunaan blockchain dalam dunia pertanian juga telah menarik banyak minat
peneliti untuk melakukan studi seperti yang dilakukan pada penelitian [12] - [16]. Sifat decentralized dan immutability yang
dimiliki oleh teknologi blockchain terbukti mampu menumbuhkan rasa aman pengguna dari berbagai tindak kecurangan
sebagaimana telah dibuktikan pada penelitian [17] - [20]. Namun demikian, studi mengenai penggunaan blockchain pada
distribusi pupuk bersubsidi belum pernah dilakukan sebelumnya. Di sisi lain, kecurangan dan berbagai penolakan pengguna
pada program kartu tani masih terjadi seperti diungkapkan pada penelitian [21] - [26]. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
akan dilakukan studi untuk merancang arsitektur distribusi pupuk bersubsidi dengan teknologi blockchain dengan tingkat
penerimaan teknologi yang baik oleh masyarakat tani.
II. METODE PENELITIAN
Studi dilakukan melalui beberapa tahap antara lain studi literatur, penentuan tempat studi, pengembangan data, pembuatan
rancangan model, dan analisis penerimaan inovasi. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data awal dari penelitian
terdahulu dan dari data dinas pemerintahan terkait. Setelah kelengkapan data memadai, kemudian dilakukan penentuan
tempat studi melalui survey secara langsung. Survey yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kecamatan Juwiring,
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa tengah merupakan daerah yang cocok untuk dilakukan studi dimana sebagian besar
masyarakatnya merupakan petani. Menurut data yang dihimpun dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dipertan) Kab.Klaten, luas
total area persawahan Kec.Juwiring sebesar 2004.20 Ha dari total luas daerah sebesar 2977.40 Ha. Dengan demikian luas
area persawahan di Kec. Juwiring mencakup 68% dari luas total seluruh wilayah Kec. Juwiring. Dengan luasnya area
persawahan yang ada di wilayah kec. Juwiring, maka kebutuhan akan pupuk bersubsidi menjadi tinggi. Untuk mencukupi
kebutuhan pupuk bersubsidi tahun 2022, Pemerintah Kab. Klaten melalui Dipertan Kab. Klaten mengalokasikan sekitar 1000
ton pupuk bersubsidi untuk Kec. Juwiring. Melalui data tersebut dapat diputuskan bahwa wilayah Kec. Juwiring cocok untuk
dijadikan sebagai tempat studi dalam penelitian ini. Data dari pemerintah kecamatan kemudian dikumpulkan untuk dilakukan
pengembangan sehingga dapat memberikan gambaran terkait latar belakang sosial petani yang diperlukan untuk pengujian
penerimaan terhadap inovasi sehingga dapat digunakan untuk menentukan Frameworks yang tepat.
Pemilihan Frameworks teknologi Blockchain didasarkan pada hasil pengembangan data sehingga diperoleh deskripsi
kebutuhan fitur dan teknologi. Dari tinjauan terhadap kebutuhan fitur yang dilakukan, Frameworks Hyperledger memiliki
potensi yang baik untuk dikembangkan pada program kartu tani. Frameworks Hyperledger merupakan sebuah payung
organisasi open source untuk beberapa platform teknologi Blockchain. Hyperledger berada di bawah naungan Linux
Foundation dan juga mendapat dukungan dari beberapa perusahaan seperti IBM, Intel dan SAP Ariba. Hyperledger memiliki
framework dan tools yang banyak dan sering digunakan untuk membangun jaringan Blockchain. Masing-masing framework
dan tools ini memiliki fungsi khusus, namun bisa juga dikolaborasikan saat proses implementasi pembuatan jaringan
Blockchain. Hyperledger Fabric memiliki jaringan Blockchain berizin yang ditetapkan oleh organisasi yang berniat untuk
mendirikan konsorsium. Organisasi yang ikut serta dalam membangun jaringan Hyperledger Fabric disebut “anggota”.
Setiap organisasi anggota di jaringan Blockchain bertanggung jawab untuk mengatur rekan mereka untuk berpartisipasi dalam
jaringan. Semua kebutuhan Peer ini dikonfigurasikan dengan bahan kriptografi yang sesuai seperti Otoritas Sertifikat dan
informasi lainnya.
Dengan berbagai fitur yang dimiliki oleh Frameworks Hyperledger maka diputuskan bahwa Frameworks tersebut sesuai
untuk diterapkan dalam penelitian ini, namun pengujian terhadap penerimaan inovasi mutlak harus dilakukan untuk
menjamin agar inovasi dapat diterima oleh masyarakat. Pengujian dilakukan dengan memberikan analisis sifat inovasi dari
p-ISSN : 2443-2210 Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi
e-ISSN : 2443-2229 Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023
5
sistem yang saat ini digunakan dengan sistem yang diusulkan. Sifat inovasi yang akan dijadikan acuan meliputi Keuntungan
Relatif, Kompatibilitas, Kompleksitas, dan Observabilitas sesuai dengan yang disampaikan Wiyanto, dkk pada penelitian
[15]. Inovasi dapat dinyatakan layak dikembangkan dan dapat diterima masyarakat jika memiliki keuntungan relatif dan
kompatibilitas yang baik, kompleksitas yang rendah, serta Observabilitas yang baik.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Rancangan Arsitektur
Dalam arsitektur yang diusulkan semua anggota mempertahankan satu buku besar mereka pada setiap kanal yang mereka
miliki yang disebut dengan Distributed Ledger Technology (DLT). Hyperledger Fabric juga mempunyai subsistem ledger
yang terdiri dari world state dan transaction log. Sub sistem ini memungkinkan setiap partisipan di dalam jaringan Blockchain
memperoleh salinan dari ledger setiap kali ada proses transaksi ke jaringan Hyperledger Fabric yang mereka miliki.
Komponen world state berisi informasi dari state ledger pada titik waktu tertentu. Semantara komponen transaction log akan
mencatat semua data transaksi yang nilainya berasal dari hasil komponen world state. Isi dari ledger merupakan hasil
kombinasi dari database world state dan rekaman dari transaction log. Fitur ini menjadi salah satu penjamin keamanan dan
transparansi di dalam jaringan Blockchain khususnya Permissioned Blockchain. Peer di organisasi anggota menerima
permintaan pemanggilan transaksi dari client di dalam organisasi. Client dapat berupa aplikasi/portal khusus yang melayani
aktivitas organisasi/bisnis tertentu. Aplikasi client menggunakan Hyperledger Fabric SDK atau layanan web REST untuk
berinteraksi dengan jaringan Hyperledger Fabric. Chaincode yang di dalamnya juga termasuk Smart Contract dipasang pada
Peer untuk memulai permintaan permintaan transaksi. Tetapi tidak seperti Ethereum di jaringan Blockchain Hyperledger
Fabric, Peer memiliki peran yang berbeda sehingga tidak semua Peer sama. Berbagai tipe titik Peer dengan peran masing
ditunjukkan pada rancangan jaringan blockchain pada Gambar 1.
Gambar 1. Rancangan Jaringan Blockchain pada Distribusi Pupuk Bersubsidi
Tahapan proses transaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 1, dimulai ketika petani yang juga merupakan anggota dalam
Grup mengajukan permintaan transaksi melalui aplikasi client ditunjukkan pada anak panah (1). Pada aplikasi client terdapat
beberapa data yang diperlukan untuk menyusun chain code dimana tidak semua data bersifat publik. Aplikasi client dapat
mengambil data data pada kartu tani melalui scan QR-code seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi p-ISSN : 2443-2210
Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023 e-ISSN : 2443-2229
6
Gambar 2. Pengambilan Data Menggunakan QR-code
Pada Gambar 2, data-data seperti identitas nama, NIK, alamat, akan disimpan dalam bentuk QR code dan dapat dibaca oleh
aplikasi yang akan dibangun. Informasi ini bersifat privat dan memiliki resiko penyalahgunaan jika tidak dilindungi dengan
baik. Selain dengan menggunakan QR code, kebutuhan keamanan data dapat diakomodir dengan memanfaatkan fitur
Channeling pada Hyperledger Fabric. Namun, Channeling memiliki resiko menimbulkan overhead administrasi tambahan,
sehingga tidak digunakan dalam model yang diusulkan. Untuk mengatasi kasus tersebut, digunakan salah satu fitur yang
disebut dengan Private Data Collections (PDC). Pada fitur private data collection ini organisasi diberi akses untuk
mendefinisikan subset organisasi dalam sebuah Channel untuk dapat mendukung, commit, atau mengeksekusi query private
data tanpa harus membuat Channel baru atau Channel terpisah. Aplikasi client kemudian menyiarkan permintaan
pemanggilan transaksi ke rekan Endorser ditunjukkan anak panah (2). Pada tahap ini diperlukan sebuah nota kesepahaman
antara pihak pemesan dan distributor. Hyperledger Fabric merupakan salah satu framework unggulan dari Hyperledger yang
memiliki fitur penulisan kontrak cerdas (Smart Contract).
Hyperledger Fabric banyak digunakan untuk membangun Blockchain yang sifatnya permisioned (private). Salah satu
kelebihan dari Hyperledger Fabric adalah kemampuannya dalam mendukung penulisan Smart Contract hingga proses
instalasi Smart Contract tersebut kedalam jaringan Blockchain yang sedang dibangun. Fitur tersebut membuat Hyperledger
Fabric merupakan framework paling banyak digunakan dibanding framework Hyperledger lainnya. Pada arsitektur yang
diusulkan endorser Peer memeriksa detail Sertifikat dan lainnya untuk memvalidasi transaksi. Kemudian ia mengeksekusi
Chaincode berupa Smart Contract dan mengembalikan tanggapan Pengesahan kepada petani yang melakukan pemesanan.
Validasi kontrak ini dikerjakan oleh Node yang bernama endorser Peer. Endorser Peer kemudian mengirimkan persetujuan
atau penolakan transaksi sebagai bagian dari respons dukungan ditunjukkan anak panah (3). Smart Contract pada
Hyperledger Fabric ditulis/ didefinisikan di dalam Chaincode. Dimana Chaincode ini akan dipanggil oleh setiap aplikasi
yang akan berinteraksi dengan ledger. Chaincode paling banyak dipanggil saat aplikasi berinteraksi dengan database ledger
dan juga world state. Chaincode ditulis dengan menggunakan bahasa pemrograman Java, Go, dan NodeJS.
Client selanjutnya mengirimkan transaksi yang disetujui ke Orderer Peer untuk dipesan dengan benar dan disertakan
dalam blok ditunjukkan anak panah (4). Order Node menyertakan transaksi ke dalam blok dan meneruskan blok ke Node
jangkar (Anchor Node) dari Organisasi anggota yang berbeda dari jaringan Hyperledger Fabric ditunjukkan anak panah (5).
Node jangkar merupakan sebuah Peer Node pada sebuah kanal dimana seluruh Peer dapat berkomunikasi satu dengan yang
lain. Tugas utama dari anchor Peer adalah memberikan update terhadap Peer yang lain yang termasuk kedalam organisasi
melalui dua tahap. Tahap pertama, Node jangkar menyiarkan blok ke Peer lain di dalam organisasi mereka sendiri. Tahap
kedua Node jangkar kemudian memperbarui buku besar lokal mereka dengan blok terbaru ditunjukkan anak panah (6).
Dengan demikian semua jaringan mendapatkan buku besar yang disinkronkan. Adapun tahapan yang telah dijelaskan
merupakan arsitektur dasar yang diusulkan. Pengembangan teknologi Blockchain pada distribusi pupuk bersubsidi dapat
dikembangkan secara lebih luas dengan menyesuaikan kebutuhan di lapangan.
Pengembangan arsitektur secara lebih luas dapat digali dari berbagai fitur yang terdapat pada Frameworks Hyperledger
Fabric. Hyperledger Fabric memiliki fitur untuk membuat Channel terpisah dari ledger utama. Hal ini bertujuan agar
p-ISSN : 2443-2210 Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi
e-ISSN : 2443-2229 Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023
7
partisipan di dalam jaringan Blockchain bisa membuat beberapa group ledger untuk menjaga privasi dari masing-masing
group ledger. Sebagai contoh pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuat Channel khusus agar user diluar Channel Provinsi
Jawa Tengah tidak bisa melihat informasi yang terdapat didalam Channel tersebut. Mekanisme ini dibuat untuk memberikan
kemudahan dalam pemetaan distribusi sehingga seluruh anggota dapat memberikan perhatian penuh pada daerahnya masing
masing.
Dalam penggunaan Frameworks dan tools pada Hyperledger, keduanya memiliki perbedaan fungsional. Perbedaan
tersebut dapat disampaikan secara garis besar sebagai berikut. Framework merupakan kerangka aplikasi yang digunakan
untuk proses pembuatan/membangun jaringan Blockchain. Tools merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai alat pendukung
dari jaringan Blockchain yang sebelumnya sudah dibuat/dibangun dengan menggunakan Frameworks.
Hyperledger Fabric mempunyai fitur policy, dimana fitur ini merupakan salah satu pembeda antara Hyperledger dengan
Ethereum atau Bitcoin. Fitur policy pada Hyperledger merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk mengatur
manajemen infrastruktur. Fitur policy digunakan untuk mengatur bagaimana cara seorang member mampu berpartisipasi
dalam sebuah jaringan seperti bagaimana cara membuat Channel, Smart Contract, hingga user accept/reject. Fitur Policy
pada umumnya diatur di awal berdasarkan kesepakatan para anggota konsorsium saat jaringan Blockchain baru dan akan
dibangun. Namun nanti juga bisa diperbaharui ketika jaringan sudah dibuat.
B. Analisis Penerimaan Inovasi oleh Masyarakat
Tingkat penerimaan kartu tani oleh petani menurut Wiyanto dipengaruhi oleh sifat inovasi antara lain Keuntungan Relatif,
Kompatibilitas, Kompleksitas, dan Observabilitas. Kelayakan dari arsitektur yang dirancang akan dibahas berdasarkan sifat
inovasi tersebut. Arsitektur yang diusulkan dapat diadopsi jika mampu mengakomodasi seluruh sifat inovasi sehingga sesuai
dengan harapan dari pengguna. Pembahasan dimulai dari pemenuhan arsitektur atas sifat inovasi keuntungan relatif.
Keuntungan relatif adalah seberapa besar inovasi dianggap memberikan keuntungan bagi pengguna. Pengukuran tingkat
keuntungan inovasi dapat dilihat berdasarkan nilai ekonomi, faktor status sosial, seberapa menyenangkan, atau karena
mempunyai komponen yang sangat vital dalam sebuah sistem. Arsitektur sistem berbasis Blockchain yang ditawarkan
memiliki keunggulan terutama pada akses finansial dimana berbagai biaya dapat ditekan. Status sosial petani di masyarakat
akan meningkat karena petani menggunakan teknologi dengan taraf yang sama dengan profesi lain yang ada pada masyarakat.
Kartu tani menempati peran yang vital di masyarakat, setara dengan penggunaan kartu tol atau pembayaran berbasis kartu
lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Blockchain dalam arsitektur sistem distribusi pupuk
bersubsidi dengan menggunakan kartu tani memiliki keuntungan relatif yang tinggi terhadap pengguna, yaitu para petani.
Namun demikian, perlu dilakukan penilaian terhadap sifat inovasi kedua yaitu kompatibilitas.
Kompatibilitas merupakan seberapa besar kesesuaian antara inovasi dengan nilai (values), kondisi sebelumnya, dan
harapan dari pengguna. Sebuah Inovasi diyakini akan diterima jika sesuai dengan nilai atau norma yang berlaku pada
masyarakat. Dalam arsitektur sistem yang diusulkan, tidak dijumpai kesenjangan antara inovasi dengan kesenjangan nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat. Transparansi yang merupakan keunggulan dari Blockchain justru semakin
meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat baik antara petani dengan petani maupun distributor. Meskipun inovasi yang
ditawarkan kompatibel dengan penggunanya, namun masih perlu dilakukan penilaian kelayakan inovasi terhadap sifat inovasi
lain yaitu Kompleksitas.
Kompleksitas inovasi adalah level kesukaran pengguna dalam memahami dan menggunakan inovasi. Inovasi akan cepat
tersebar jika mudah dipahami dan digunakan oleh pengguna, tetapi inovasi akan sulit tersebar jika pengguna sulit memahami
penggunaannya. Teknologi Blockchain tidak secara langsung berpengaruh terhadap kompleksitas inovasi karena pengaruh
terbesar terdapat pada aplikasi client. Namun demikian, jika dibandingkan dengan kondisi saat ini dimana kartu tani masih
bergantung pada Electronic Data Capture tentu saja penggunaan aplikasi handphone memiliki kompleksitas yang lebih
rendah. Karena sifat ketercobaan (triability) tidak memiliki pengaruh yang signifikan, maka penilaian selanjutnya dilakukan
pada aspek Observabillitas. Observabilitas adalah seberapa mudah hasil inovasi dapat diamati oleh masyarakat luas. Hasil
Inovasi yang mudah diamati akan dengan cepat diterima oleh masyarakat, tetapi jika sebuah inovasi sulit diamati hasilnya,
maka akan semakin lama diterima oleh masyarakat.
Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan melalui proses diskusi atau Focus Group Discussion (FGD) yang
berlangsung selama momen rapat bulanan kelompok tani. Sebanyak 114 anggota kelompok tani Dadi Mulyo, dari Desa
Bolopleret, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menjadi responden dalam penelitian ini. Metode diskusi
dipilih dengan pertimbangan bahwa para responden yang mayoritas adalah petani, lebih nyaman dalam berinteraksi secara
langsung daripada mengisi angket atau kuesioner. Dengan seksama hasil dari diskusi tersebut dicatat dan dituangkan dalam
Tabel 1.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi p-ISSN : 2443-2210
Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023 e-ISSN : 2443-2229
8
TABEL 1
DATA HASIL FGD
Tema Diskusi
Temuan
Komentar Responden
Aspek
Penerimaan
Teknologi
Penggunaan
Telepon Pintar
Sebagian besar anggota
kelompok memiliki dan sering
menggunakan telepon pintar.
"HP android sih ada cuman
speknya minim" (FGD-22A)
"Pas mau vaksin corona kemarin
beli HP buat daftar peduli
lindungi"(FGD23A)
"tidak punya HP, sudah tua. Kalau
perlu apa-apa minta tolong anak"
(FGD24A)
Kompatibilitas
Dukungan dari
Anggota Keluarga
Seluruh anggota kelompok
memiliki minimal satu
anggota keluarga yang bisa
membantu mengakses telepon
pintar.
"Anak anak punya HP karena buat
sekolah. Mereka bisa membantu
menggunakan aplikasi"
(FGD24B)
"Ya kalau kuota habis pinjam istri
bisa" (FGD25A)
Kompatibilitas
Keterbatasan
Akses Informasi
Sebelum inovasi ini, anggota
kelompok hanya bisa
mengetahui informasi dengan
bertanya secara langsung ke
agen pupuk dengan membawa
kartu tani atau melalui
pengumuman saat rapat.
"Mengetahui namun harus
bertanya secara langsung ke agen
pupuk dengan membawa kartu
tani"(FGD25B) "Mengetahui
namun hanya diumumkan ketika
rapat saja" (FGD22B,25B)
Observabilitas
Manfaat yang
Signifikan
Inovasi ini dianggap sangat
bermanfaat oleh anggota
kelompok.
"Sangat bermanfaat karena
sebelumnya kita hanya dapat kartu
saja dan apa-apa harus datang ke
agen" (FGD25C)
Keuntungan
Relatif
Penggunaan
Aplikasi
Hampir semua anggota
kelompok yang memiliki
telepon pintar sering
mengunduh aplikasi dari situs
penyedia layanan aplikasi.
"Sering sih download aplikasi di
google store" (FGD26A,27A)
"Bisanya didownloadkan anak,
kayak pedulilindungi kemarin"
(FGD28A)
Kompatibilitas
Peringkat dan
Kemudahan
Penggunaan
Aplikasi
Anggota kelompok merespon
positif terhadap aplikasi yang
dapat didownload langsung
melalui Google Play Store.
"ya enak kalau apa-apa sekarang
pakai aplikasi" (FGD29A)
"Kalau bisa segera dibuat aja biar
gampang kalau mau beli (pupuk).
"" (FGD30A)
Observabilitas
p-ISSN : 2443-2210 Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi
e-ISSN : 2443-2229 Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023
9
Tema Diskusi
Temuan
Komentar Responden
Aspek
Penerimaan
Teknologi
Keunggulan Scan
QR
Anggota kelompok merasa
bahwa transaksi dengan scan
QR Code lebih mudah
daripada metode gesek kartu
tani.
Login Aplikasi dengan QR
code tidak rumit.
"Kalau Scan QR ya lebih mudah
daripada gesek kartu." (FGD25C)
"Loginnya kalau dibuat gini tidak
rumit kayak pedulilindungi. Ini
sih tinggal scan QR code saja"
(FGD31A)
Kompleksitas
Pada Tabel 1 ditunjukkan analisis yang menarik terkait aspek penerimaan teknologi pada inovasi untuk Arsitektur Sistem
Distribusi Pupuk Bersubsidi dengan Blockchain. Dalam konteks kompatibilitas, sebagian besar anggota kelompok tani yang
menjadi responden telah terbiasa menggunakan telepon pintar. Anggota kelompok tani yang tidak memiliki telepon pintar
memiliki minimal satu anggota keluarga yang dapat membantu mengakses telepon pintar. Hal ini menunjukkan kesiapan
mereka dalam mengadopsi teknologi digital. Kesiapan dalam mengadopsi teknologi ini juga ditunjukkan dengan kebiasaan
sebagian anggota kelompok yang terbiasa mengunduh aplikasi dari situs penyedia layanan aplikasi. Kondisi ini
mencerminkan kompatibilitas yang kuat terhadap penggunaan teknologi. Namun kompatibilitas yang baik perlu diikuti
dengan observabilitas yang tinggi sehingga masyarakat memiliki keyakinan yang tinggi terhadap aplikasi yang dibuat.
Pada program kartu tani saat ini, anggota kelompok hanya bisa mendapatkan informasi melalui pertanyaan langsung atau
pengumuman pada saat rapat. Namun, melalui aplikasi yang diusulkan dalam penelitian ini, observabilitas meningkat secara
signifikan. Anggota kelompok dan masyarakat luas dapat dengan mudah mengakses informasi terkait pupuk bersubsidi,
membuka peluang adopsi yang lebih luas terhadap inovasi ini. Pengguna aplikasi juga dapat dengan mudah melihat ulasan
terhadap aplikasi melalui Google Play Store. Selain itu, dari tabel 1 juga dapat diamati bahwa terdapat juga aspek keuntungan
relatif dan kompleksitas sebagai bagian dari penilaian kelayakan.
Keuntungan relatif juga menjadi faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi ini. Respons positif dari anggota
kelompok tani yang terlibat dalam FGD menunjukkan bahwa mereka menganggap inovasi ini sangat bermanfaat. Manfaat
yang signifikan dari arsitektur informasi ini, seperti kemudahan dalam memesan pupuk dan pemantauan kuota pupuk,
menjadi daya tarik yang kuat bagi anggota kelompok. Selanjutnya, aspek kompleksitas juga terlihat dalam penerimaan
teknologi pada Tabel 1. Kemudahan penggunaan aplikasi dengan metode scan QR code, dibandingkan dengan penggunaan
kartu tani atau login yang rumit, dianggap lebih sederhana oleh anggota kelompok. Kemudahan ini memainkan peran penting
dalam mempercepat adopsi teknologi dan meningkatkan tingkat penerimaan inovasi ini.
Secara keseluruhan, analisis terhadap aspek penerimaan teknologi pada inovasi arsitektur informasi untuk pemesanan
pupuk bersubsidi menunjukkan tingkat penerimaan yang positif. Faktor-faktor seperti kompatibilitas penggunaan telepon
pintar, peningkatan observabilitas melalui aplikasi, keuntungan relatif yang signifikan, serta kemudahan kompleksitas dalam
penggunaan, semua berperan penting dalam mempengaruhi penerimaan teknologi ini oleh anggota kelompok tani. Dengan
melakukan analisis terhadap berbagai aspek penerimaan teknologi pada Tabel 1, dapat dilakukan penilaian kelayakan
teknologi sehingga ketika arsitektur diwujudkan, akan memiliki tingkat penerimaan yang baik oleh penggunanya. Penilaian
kelayakan pada Perancangan Arsitektur Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi dengan Blockchain untuk Mendukung Program
Kartu Tani ditunjukkan pada Tabel 2.
TABEL 2
PENILAIAN KELAYAKAN
No
Hasil penilaian
Sifat Inovasi
Saat ini
1
Keuntungan Relatif
Kurang
2
Kompatibilitas
Baik
3
Kompleksitas
Tinggi
4
Observabilitas
Kurang
Data yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Arsitektur yang diusulkan memiliki keuntungan relatif yang lebih
baik daripada sistem yang ada saat ini. Selain itu, arsitektur yang diusulkan memiliki kompatibilitas yang sama baiknya
dengan sistem saat ini. Kompleksitas rendah yang dimiliki arsitektur yang diusulkan memiliki makna bahwa pengguna tidak
akan kesulitan dalam menggunakan inovasi. Hasil pengujian kelayakan menunjukkan bahwa arsitektur yang diusulkan
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi p-ISSN : 2443-2210
Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023 e-ISSN : 2443-2229
10
memiliki kompleksitas yang rendah. Sistem yang ada saat ini memiliki Observabilitas yang kurang, hal ini dikarenakan
pemegang kartu menyerahkan kartu kepada operator untuk dilakukan proses transaksi, ini menyebabkan pengguna tidak
dapat memahami proses bisnis yang berlangsung.
SIMPULAN
Studi ini menghasilkan sebuah rancangan arsitektur sistem informasi berbasis Blockchain yang dapat mengatasi berbagai
permasalahan pada program kartu tani. Sifat decentralized dan immutability yang dimiliki oleh teknologi Blockchain dapat
mengatasi permasalahan pencatatan distribusi, dan mengurangi resiko kecurangan dalam pengadaan pupuk. Studi kelayakan
yang dilaksanakan berdasarkan sifat sifat inovasi memberikan hasil bahwa arsitektur yang diusulkan memiliki kompleksitas
yang rendah sehingga mudah digunakan oleh pengguna. Penggunaan Blockchain pada sistem distribusi pupuk bersubsidi
juga memiliki keuntungan relatif, kompatibilitas, dan Observabilitas yang baik sehingga dapat menjawab permasalahan
rendahnya tingkat penerimaan inovasi oleh petani. Dengan demikian, rancangan arsitektur sistem dengan teknologi
Blockchain berbasis Frameworks Hyperledger Fabric layak untuk diterapkan dalam distribusi pupuk bersubsidi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
R. S. Jorgi, S. Gayatri and T. Dalmiyatun, “Hubungan Tingkat Pengetahuan Petani dengan Efektivitas Pelaksanaan Program Kartu Tani di Kabupaten
Semarang,” AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development Research, 2019.
[2]
Kemendag, “Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-DAG/PER/4/2013 Tahun 2013 tentang pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk
Sektor Pertanian.,” 2013. [Online]. Available: https://jdih.kemendag.go.id/peraturan/detail/114/1.
[3]
Kemendag, “Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/. PER/6/2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk.,” 2013. [Online].
Available: https://jdih.kemendag.go.id/peraturan/detail/2275/1.
[4]
K. W. Moko, S. Suwarto and B. W. Utami, “Persepsi petani terhadap program kartu tani di Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen,” Caraka Tani:
Journal of Sustainable Agriculture, vol. 32, no. 1, pp. 9-13, (2017)..
[5]
Fahmi and Maria, “Persepsi Petani Terhadap Implementasi Kartu Tani (Studi Kasus Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten S emarang),”
Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisni, vol. 19, no. 2, p. 315330, 2020.
[6]
M. L. Chakim, “Pengaruh Implementasi Kartu Tani Terhadap Efektivitas Penyaluran Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,” Jurnal
Pangan, vol. 28, no. 3, pp. 171-182, 2019.
[7]
Gunawan, endro and a. S. Pasaribu, “Persepsi Petani dan Permasalahan Program Kartu Tani Mendukung Distribusi Pupuk Bersubsidi ,” Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan, vol. 28, no. 2, pp. 131-144, 2020.
[8]
M. R. Kautsar, S. Sofyan and T. Makmur, “Analisis Kelangkaan Pupuk Bersubsidi dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Padi (Oryza sativa) di
Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, vol. 5, no. 1, pp. 97-107, 2020.
[9]
N. Rigi, S. Raessi and R. Azhari, “Analisis Efektivitas Kebijakan Pupuk Bersubsidi Bagi Petani Padi Di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok,” JOSETA: Journal of Socioeconomics on Tropical Agriculture, vol. 1, no. 3, 2019.
[10]
D. B. Pratama, “Pendistribusian Pupuk Bersubsidi yang Berimplikasi Tindak Pidana Ekonomi,” JURNAL RECHTENS, vol. 9, no. 2, pp. 197-214,
2020.
[11]
R. Novita and N. Sari, “Sistem Informasi Penjualan Pupuk Berbasis E -Commerce,” Jurnal Teknoif Teknik Informatika Institut Teknologi Padang,
vol. 3, no. 2, pp. 1-6, 2015.
[12]
Y. Fitriani, U. Usman, A. Rahim and Nurmalasari, “Analisis Program Pemberdayaan Ekonomi Petani Dalam Menanggulangi Kemiskinan Di Desa
Leseng Kecamatan Moyo Hulu.,” Jurnal Ekonomi & Bisnis,, vol. 8, no. 3, pp. 175-184, 2020.
[13]
G. K. Akella, S. Wibowo, S. Grandhi and S. Mubarak, “A Systematic Review of Blockchain Technology Adoption Barriers and Enablers for Smart
and Sustainable Agriculture,” Big Data and Cognitive Computing, vol. 7, no. 2, p. 86, 2023.
[14]
P. R. Srivastava, J. Z. Zhang and E. P, “Blockchain technology and its applications in agriculture and supply chain management: a retrospective
overview and analysis,” Enterprise Information Systems, vol. 17, no. 5, 2023.
[15]
N. K. Jadav, T. Rathod, R. Gupta, S. Tanwar, N. Kumar and A. Alkhayyat, “Blockchain and artificial intelligence-empowered smart agriculture
framework for maximizing human life expectancy,” Computers and Electrical Engineering, vol. 105, 2023.
[16]
Zhao, Yingding, Q. Li, W. Yi and a. H. Xiong, “Agricultural IoT Data Storage Optimization and Information Security Method Based on Blockchain,”
Agriculture, vol. 13, no. 2, p. 274, 2023.
[17]
G. S. Sajja, K. P. Rane, K. Phasinam, T. Kassanuk, E. Okoronkwo and P. Prabhu, “Towards applicability of blockchain in agriculture sector.,”
Materials Today: Proceedings,, vol. 80, pp. 3705-3708, 2023.
[18]
F. D. Wihartiko, S. Nurdiati, A. Buono and E. Santosa, “Blockchain dan Kecerdasan Buatan dalam Pertanian: Studi Literatur.,” Jurnal Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer, vol. 8, no. 1, pp. 177-188, 2021.
[19]
N. I. Lubis and A. & Pratama, “Perkembangan Sistem Administrasi Pajak Berbasis Blockchain.,” Accumulated Journal (Accounting and Management
Research Edition),, vol. 5, no. 1, pp. 27-41, 2023.
[20]
M. I. Rahmawati and A. Subardjo, “Apakah blockchain mampu mencegah kecurangan akuntansi?,” Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Keuangan, vol. 4, no. 5, pp. 2204-2210, 2022.
[21]
M. Y. Ibrahim, “Pemberian Pupuk Bersubsidi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan
Petani,” Fenomena,, vol. 19, no. 2, pp. 124-148, 2021.
p-ISSN : 2443-2210 Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi
e-ISSN : 2443-2229 Volume 9 Nomor 2 Agustus 2023
11
[22]
R. Laily, “Polri-Kementan awasi distribusi pupuk bersubsidi di Malang-Probolinggo [Halaman web]. Diakses dari
https://www.antaranews.com/berita/2982753/polri-kementan-awasi-distribusi-pupuk-bersubsidi-di-malang-probolinggo,” antaranews, (2022, Juli 7).
[23]
A. O. Wianto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program Kartu Tani di Kabupaten Pati,” in (Doctoral
dissertation, UNS (Sebelas Maret University))., 2020.
[24]
P. Adiraputra and D. Supyandi, “Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk Di Desa Sukaasih Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi Effectiveness Of
Fertilizer Subsidies In Sukaasih Village Sukatani District Bekasi Regency,” Jurnal Pemikiran Masyarakat Il, vol. 7 , no. 1, 2021.
[25]
Permentan, “Peraturan Menteri Pertanian Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016,,” Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2021.
[26]
M. D. S. Aryanti, “Kegiatan Sosialisasi Aplikasi Si Verval Pupuk Bersubsidi oleh PPL Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang.,” 2021. [Online].
Available: https://ereport.ipb.ac.id/id/eprint/6580/1/J3A118118-Monica-01-Cover.pdf.
[27]
M. Romdoni and N. Rizqullah, “Sistem Informasi Distribusi Gas Elpiji 3 Kg Bersubsidi Berbasis Teknologi Blockchain,” Jurnal Bangkit Indonesia,,
vol. 10, no. 2, pp. 1-12, 2021.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Smart and sustainable agricultural practices are more complex than other industries as the production depends on many pre- and post-harvesting factors which are difficult to predict and control. Previous studies have shown that technologies such as blockchain along with sustainable practices can achieve smart and sustainable agriculture. These studies state that there is a need for a reliable and trustworthy environment among the intermediaries throughout the agrifood supply chain to achieve sustainability. However, there are limited studies on blockchain technology adoption for smart and sustainable agriculture. Therefore, this systematic review uses the PRISMA technique to explore the barriers and enablers of blockchain adoption for smart and sustainable agriculture. Data was collected using exhaustive selection criteria and filters to evaluate the barriers and enablers of blockchain technology for smart and sustainable agriculture. The results provide on the one hand adoption enablers such as stakeholder collaboration, enhance customer trust, and democratization, and, on the other hand, barriers such as lack of global standards, industry level best practices and policies for blockchain adoption in the agrifood sector. The outcome of this review highlights the adoption barriers over enablers of blockchain technology for smart and sustainable agriculture. Furthermore, several recommendations and implications are presented for addressing knowledge gaps for successful implementation.
Article
Full-text available
Given the issues of low efficiency of agricultural Internet of Things (IoT) data collection and data storage security, this study proposes a fast and reliable storage method for IoT data based on blockchain. Firstly, it performs RC5 encryption for data in the IoT sensor module. Secondly, it aggregates the same batch of collected data in the gateway into a transaction and reconstructs the Merkle ordered tree to verify the data integrity. Finally, it modifies the configuration rules of blockchain to improve the efficiency of blockchain data storage. Compared with experimental results for hash values of blockchain storage data and the stored data itself in the blockchain, the proposed method has significant advantages in data writing, and its efficiency in data reading was nearly 10 times higher than the other methods. At the same time, the method has the advantages of confidentiality, integrity, availability, controllability and non-repudiation of information security. The study can provide a solution for efficient collection and secure storage of agricultural IoT data, and it can provide technical support for realizing decentralized agricultural IoT data collection.
Article
Full-text available
The farmer card program had been launched since 2016 in the java region, but its implementation had not shown significant progress until now. The objective of this study is to analyze the farmers perception of the farmer card program in supporting the distribution of subsidized fertilizers. The results of the analysis using the weighted average index (wai) showed that there were some strong and weak factors of farmers perceptions of this program. The farmers gave a strong factor in their perception about the certainty of obtaining subsidized fertilizers and the ease of obtaining subsidized fertilizer by using the card. However, the farmers also had a strong factor in their perception that the farmer card program wqs not well socialized and had difficulty using the card. On the other hand, the analysis also found that farmers had a weak perception of using farmer cards. This was because the use of farmer cards was not compulsory for the farmer, and there was a lack of promotion from the local kiosk in using the farmer card to obtain fertilizer from local fertilizer distributors. The main problem in implementing farmer card was the lack of awareness from the farmer to use them, difficulties in using the card, and the use of this card was not being required by the local government. To make farmer card program successful, we recommended to implement it as a national program, enhance cooperation and common views among the parties, provide the availability of a communication infrastructure network, and socialize it more comprehensive and planned
Article
Full-text available
Abstrak Pupuk mempunyai peran yang strategis serta penting untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas pertanian. Pada dasarnya tindak pidana ekonomi dalam pendistribusian pupuk ini banyak dilakukan oleh para oknum-oknum terkait karena adanya celah hukum pada setiap regulasi yang mengatur tentang pengadaan, pengawasan maupun pendistribusian pupuk. Tujuan yang ingin diperoleh penulis dengan penelitian ini ialah untuk menganalisis karakteristik tindak pidana yang dilarang dan diancam pidana terkait dalam pendistribusian pupuk bersubsidi dan untuk menganalisis pertanggung-jawaban pidana pelaku pendistribusian pupuk bersubsidi, yang berimplikasi tindak pidana. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini ialah pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual maupun diaplikasikan dalam studi kasus Kata Kunci : tindak pidana ekonomi, pupuk, subsidi, pertanian, Abstract Fertilizer has a strategic and important role to increase agricultural production and productivity. Therefore, the government, with a variety of policies covering technical aspects, supply and distribution despite subsidized prices, continues to encourage the use of fertilizers efficiently. Basically, the economic crime in distributing fertilizer is mostly carried out by related individuals because of the legal loopholes in any regulations governing the procurement, supervision and distribution of fertilizers. The aim of the writer with this research is to analyze the characteristics of criminal acts that are prohibited and punishable by crimes related to the distribution of subsidized fertilizers and to analyze the criminal responsibility of the perpetrators of distributing subsidized fertilizers, which have implications for criminal acts. The approach used in this paper is the statutory approach, conceptual approach or applied in case studies Keywords : economic crime, fertilizers, subsidies, agriculture
Article
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan sektor pertanian, salah satunya adalah pupuk. Penggunaan pupuk anorganik di kalangan petani Indonesia sangat dianjurkan. Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produktivitas pertanian. Penggunaan pupuk yang berimbang sesuai kebutuhan tanaman telah membuktikan mampu memberikan produktivitas dan pendapatan yang lebih baik bagi petani. Kondisi inilah yang menjadikan pupuk sebagai sarana produksi yang sangat strategis bagi petani. Tipe Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian normatif atau penelitian kepustakaan. Penelitian Kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Dilihat dari bentuknya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk memberikan bahan yang diteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Berdasarkan uraian latar belakang dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Prinsip Hukum Pemberian Pupuk Bersubsidi Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang pemberian pupuk bersubsidi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan subsidi benih atau bibit tanaman, bibit atau bakalan ternak, pupuk, dan/atau alat dan mesin Pertanian sesuai dengan kebutuhan. Akibat hukum terkait penyalahgunaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi bahwa Distributor dan penyalur pupuk bersubsidi yang kedapatan melakukan kecurangan akan ditindak tegas maka pasal yang dilanggar ialah Praktik penjualan pupuk bersubsidi secara ilegal maka pasal 110 jo pasal 36 jo pasal 35 ayat 2 Undang Undang nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan. Jo pasal 2 Perpres RI nomor 15 tahun 2011 tentang perubahan Perpres nomor 77 tahun 2005 tentang penetapan pupuk bersubsidi dalam pengawasan, j uga diancam pasal 30 ayat 3 jo pasal 21 ayat 2 Permendag RI, nomor 15/M-DAG/PER/4/2013 tentang pengadaan penyaluran pupuk bersubsidi sektor pertanian dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara.
Article
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana private blockchain yang menggunakan platform multichain dengan arsitekur yang dikembangkan oleh [1] dapat digunakan untuk sistem informasi distribusi gas elpiji 3 kg bersubsidi studi kasus kota Tanjungpinang. Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ialah metode angket, wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh data – data yang relevan dengan penelitian ini. Angket dijadikan sebagai instrumen penelitian yang disebarkan untuk mendapatkan informasi dari sub agen dan masyarakat mengenai gas elpiji 3 kg bersubsidi. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap agen untuk mengetahui informasi mengenai gas elpiji 3 kg bersubsidi. Untuk metode pengembangan lunaknya, penulis menggunakan metode air terjun (waterfall). Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan sistem berdasarkan sistem arsitektur yang dikembangkan oleh [1]. Dari hasil analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa dengan menggunakan private blockchain platform multichain arsitektur rancangan [1] pada proses pendistribusian gas elpiji 3 kg bersubsidi dengan memanfaatkan sistem informasi yang baik maka dapat merekam data/informasi mengenai pendistribusian gas elpiji 3 kg bersubsidi sehingga dapat dikatakan bahwa private blockchain yang menggunakan platform multichain dengan arsitekur yang dikembangkan oleh [1] dapat digunakan untuk pendistribusian gas elpiji 3 kg bersubsidi studi kasus kota Tanjungpinang.
Article
This study aims to know the economic empowerment program of farmers in overcoming poverty in Leseng Village, Moyo Hulu Sub-District. Type of this study was descriptive study. The type of data used in this study was qualitative data obtained directly from the source through interviews. Informants in the study were divided into two, namely key informants who were policy makers and supervisors consisting of village heads and Village Owned enterprise (BUMDes) officers, and key informants consisting of farmers who were targeted by the policy. Data analysis was done using data analysis techniques of Miles and Huberman which consisted of data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The validity of the data was tested using triangulation. Based on the results of study showed that in the implementation of economic empowerment for farmers in Leseng Village, which has done through several development efforts including counseling programs, such as the construction of irrigation channels, capital loans, seeds and medicines, could make it easier for people who have difficulty obtaining loans and difficulties from reaching water although the eater supply was still limited, it can help community.
Article
The massive population growth and rising environmental issues raise several challenges in the agriculture sector, such as agricultural land scarcity, overuse of pesticides, and global food demand. To meet global food demand, farmer uses large quantities of pesticides to enhance crop quality and quantity. However, consuming food from pesticide crops reduces human life expectancy. To overcome the aforementioned issue and improve human life expectancy, we proposed a blockchain and artificial intelligence (AI)-empowered smart agriculture framework to predict pesticide crop’s beyond the threshold. The blockchain is integrated to confront the data manipulation attack, where the crop that uses minimum pesticides is securely stored inside the blockchain’s immutable ledger. Finally, the proposed framework is evaluated with performance metrics, such as accuracy, blockchain scalability, and latency. The result shows that the proposed framework outperforms in terms of accuracy, scalability, and latency compared to the baseline approaches.
Article
The paper undertakes a bibliometric study to analyse and identify emerging themes for future research in blockchain technology, focusing on agriculture and supply chain management domains. A sample of 1322 articles from Web of Science for 2015–2020 is the basis of the study. The publications are grouped into five clusters, of which Cluster 1 is consistently dominant in the Information Systems publication landscape. Clusters 2, 3, and 4 are evolving, and topics with scant coverage are primarily in Cluster 5, indicating saturation in the area of interdisciplinary studies. The results provide valuable insights for potential contributors and global audiences.