ArticlePDF Available

Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS)

Authors:

Abstract

Measles or rubella is an infectious viral infectious disease that is a public health problem globally. Congenital Rubella Syndrome (CRS) is a disease in infants caused by infection of the fetus with the rubella virus during pregnancy. CRS therapy that can be done today is by giving rubella vaccination to children, adolescents, and adult women. To determine the effectiveness of the rubella vaccine in preventing and controlling CRS cases, an article review was carried out with a literature study using secondary data in the form of journals/articles, and books. Search the database of journals and articles retrieved through the internet through the google scholar database. Based on several journal results studied, it was concluded that rubella vaccination is effective and safe to prevent and control CRS cases.
Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS) 971
Volume 2 No. 07 November 2022 (971-977)
e-ISSN: 2798-5210
p-ISSN: 2798-5652
Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella
Syndrome (CRS)
Effectiveness of Rubella Vaccination In The Control of Congenital Rubella Syndrome (CRS)
1)* Riani, 2) Indah Laily Hilmi, 3) Salman
1,2,3 Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia
*Email: 1) riani05@outlook.com, 2)indahlalyy@gmail.com, 3)salman225@gmail.com
*Correspondence: 1) Riani
DOI:
10.36418/comserva.v2i07.432
Histori Artikel:
Diajukan
: 01-11-2022
Diterima
: 14-11-2022
Diterbitkan
: 28-11-2022
ABSTRAK
Infeksi virus menular seperti rubella menjadi masalah kesehatan
masyarakat secara global. Congenital Rubella Syndrome merupakan
penyakit pada bayi yang disebabkan adanya infeksi virus rubella pada
janin selama fase kehamilan. Terapi CRS yang dapat dilakukan saat ini
yaitu dengan pemberian vaksinasi rubella pada anak,remaja,dan wanita
dewasa. Untuk mengetahui efektivitas vaksin rubella dalam mencegah
dan mengendalikan kasus CRS dilakukan review artikel dengan studi
literatur menggunakan data sekunder berupa jurnal/artikel, dan buku.
Pencarian database jurnal dan artikel yang diambil melalui internet,
melalui database google scholar. Berdasarkan beberapa hasil jurnal yang
ditelaah diperoleh kesimpulan bahwa vaksinasi rubella efektif dan aman
untuk mencegah serta mengendalikan kasus CRS.
Kata kunci: Rubella; Congenital Rubella Syndrome; Vaksinasi
ABSTRACT
Measles or rubella is an infectious viral infectious disease that is a public
health problem globally. Congenital Rubella Syndrome (CRS) is a disease
in infants caused by infection of the fetus with the rubella virus during
pregnancy. CRS therapy that can be done today is by giving rubella
vaccination to children, adolescents, and adult women. To determine the
effectiveness of the rubella vaccine in preventing and controlling CRS
cases, an article review was carried out with a literature study using
secondary data in the form of journals/articles, and books. Search the
database of journals and articles retrieved through the internet through
the google scholar database. Based on several journal results studied, it
was concluded that rubella vaccination is effective and safe to prevent and
control CRS cases.
Keywords: Rubella; Congenital Rubella Syndrome; Vaccination
PENDAHULUAN
Rubella merupakan penyakit infeksi akut yang menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat secara global (Andriawan et al., 2022). Rubella dapat ditularkan melalui droplet yang
dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi rubella. Masa inkubasi virus rubella yaitu 14-21 hari (Kadek &
Darmadi, 2018). Masa infeksi dari 1 minggu sebelum hingga 4 hari setelah munculnya ruam. Rubella
dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa (Zuhriyah & Wahyuningsih, 2019). Namun, rubella
lebih sering terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak. Gejala rubella ditandai dengan adanya ruam
dan demam ringan. Gejala rubella juga terjadi dengan sedikit atau bahkan tanpa gejala1,2,3.
1*) Riani, 2) Indah Laily Hilmi, 3) Salman
Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS)
972
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (07) November 2022 - (971-977)
Kasus infeksi rubella 70% pada orang dewasa menyebabkan artritis. Pada anak infeksi rubella
sering dianggap sebagai penyakit ringan, tetapi jika infeksi virus rubella menyerang ibu hamil di bawah
usia kehamilan 20 minggu dapat menyebabkan keguguran dan congenital rubella syndrome (Azizah et
al., 2022; Tristianty, 2019).
Congenital Rubella Syndrome merupakan penyakit infeksi dengan kumpulan gejala yang terdiri
dari kelainan pada mata (katarak), penyakit jantung bawaan, gangguan sensorineural, dan keterlambatan
perkembangan seperti speech delay dan disabilitas intelektual (Fitriany & Husna, 2018). congenital
rubella syndrome dapat pada terjadi ibu yang tidak memiliki kekebalan terhadap virus rubella sehingga
menyebabkan infeksi pada janin oleh virus rubella selama masa kehamilan (R. D. P. Sari, 2019). Gejala
yang paling umum Congenital Rubella Syndrome pada anak-anak adalah gangguan pendengaran. Nama
lain untuk CRS adalah fetal rubella syndrome.
Prevalensi kasus rubella mencapai 1.379 pada tahun 2015 dan 1.170 pada tahun 2016. Pada
tahun 2017, jumlah kasus rubella meningkat sebanyak 4.327. Kementerian Kesehatan mencatat 57.056
kasus campak dan rubella dari tahun 2014 hingga Juli 2018, dimana kasus positif campak 8.964 dan
5.737 kasus rubella (Ridwan & Sugandi, 2020). Menurut data yang dihimpun Direktorat Jenderal
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada 15 Januari 2018, jumlah kasus campak dan rubella
(Januari hingga Juli 2017) sangat tinggi. Misalnya, kasus rubella pada Januari dan Juli 2017 mencapai
147 kasus pada Januari 2017. Pada Juli 2017, jumlahnya mencapai 1434 (Fitriani, n.d.).
Untuk mengurangi kejadian campak dan rubella di seluruh dunia, WHO merekomendasikan
agar semua negara di dunia, melaksanakan program imunisasi rubella dan campak (Rahayu, 2021).
Indonesia menargetkan penurunan angka kejadian campak dan rubella dengan memberikan imunisasi
MMR melalui Program Nasional Pemberantasan Virus Campak dan Pengendalian Virus Rubella
(Makarim, 2019). Sebagai langkah awal, kampanye dilaksanakan pada Tahap I di Jawa pada bulan
Agustus dan September 2017 dan Tahap II pada bulan yang sama tahun 2018, dengan sasaran 28
provinsi di luar Jawa. Meskipun sudah dilaksanakan kampanye campak dan rubella, kejadian kedua
penyakit ini masih sangat tinggi, bahkan provinsi Indonesia menempati urutan kelima di antara 10
negara teratas dengan insiden campak dan rubella tertinggi (M. H. N. Sari et al., 2021).
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu kajian literatur lebih lanjut tentang efektivitas
vaksin rubella dalam pengendalian penyakit congenital syndrom rubella untuk membantu pemerintah
dalam menurunkan angka kasus rubella di Indonesia.
METODE
Metode dalam review ini dengan melakukan pengumpulan literatur, identifikasi pencarian
sumber data atau artikel yang relevan berdasarkan masalah yang diteliti. Pencarian yang dilakukan
dengan menggunakan kata rubella, congenital syndrom rubella, dan imunisasi. Sumber data
dikumpulkan kemudian dikelompokkan sesuai dengan kasus yang akan diteliti yang berhubungan
dengan efektivitas vaksinasi rubella terhadap pengendalian congenital syndrom rubella (CRS).
Selanjutnya data yang diperoleh tersebut di tabulasikan kedalam tabel agar dapat diolah dan dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. menunjukkan hasil analisis kajian literatur efektivitas vaksinasi rubella terhadap
penyakit congenital rubella syndrom.
Tabel 1. Efektivitas Vaksinasi Rubella Terhadap Penyakit Congenital Rubella Syndrom.
Nama Peneliti
Tahun
Judul
Hasil
1*) Riani, 2) Indah Laily Hilmi, 3) Salman
Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS)
973
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (07) November 2022 - (971-977)
Ploktin S. A
2021
Rubella Eradication:
Not Yet Accomplished,
but Entirely Feasible.
Jornal of Infectious
Diseases. 224 (S4).
Halaman 360367
Vaksinasi rubella dinilai efektif dan
aman untuk mencegah terjadinya
Congenital Rubela Syndrome
(CRS). Untuk mencegah terjadinya
CRS vaksinasi rubella di berikan
kepada orang dewasa, anak-anak
dan wanita hamil (yang vaksinnya
tetap dikontraindikasikan).
Nazme N.I.,
Husain M., Das
A.C.
2015
Congenital Rubella
Syndrome - A Major
Review and Update.
Journal Delta Med Col.
Volume 3. Nomor 2.
Halaman 89-95.
(WHO) menganjurkan penggunaan
vaksin rubella di banyak negara
untuk mencegah terjadinya
Congenital Rubela Syndrome
(CRS). Imunisasi dilakukan pada
bayi dan vaksinasi dlakukan pada
remaja putri dan wanita dewasa. Hal
ini dilakukan sebagai pendekatan
yang paling efektif untuk
menghilangkan rubella dan CRS.
WHO menetapkan tujuan untuk
menghilangkan rubella dan CRS
pada tahun 2010 di Wilayah
Amerika dan tahun 2015 Wilayah
Eropa dengan melaksanakan
imunisasi/ vaksinasi berkelanjutan
sehingga di wilayah Amerika untuk
kasus rubella berkurang.
Shulhan M.I.A,
Sari R.D.P.
Infeksi Rubela Pada
Wanita Hamil. Jurnal
Medula. Volume 9
No.1, Juni 2019.
Congenital Rubela Syndrome pada
wanita hamil dengan usia
kandungan masih muda
menyebabkan terjadinya kerusakan
embrio. Sehingga perlu dilakukan
vaksinasi rubella pada ibu sebelum
kehamilan. Jika tidak melakukan
vaksinasi rubella bayi yang akan
dilahirkan kemungkinan besar
mengalami kecatatan fisik maupun
mental sehingga tidak menjamin
masa depannya. Pencegahan CRS
dapat dilakukan dengan vaksinasi
yang diberikan kepada wanita
sebelum masa kehamilan, sehingga
efek yang ditimbukan apabila tetap
terjangkit tidak terlalu berbahaya.
1*) Riani, 2) Indah Laily Hilmi, 3) Salman
Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS)
974
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (07) November 2022 - (971-977)
Durski K.N., Tituli
C., Ogaoga
D.,dkk.
2016
An Outbreak
Investigation of
Congenital Rubella
Syndrom in Solomon
Islands,2013. Volume
7. Nomor 1.halaman
10-13.
Data di wilayah pasifik barat
menunjukan bahwa 30% infeksi
rubella wanita terjadi pada usia
subur dari usia 15 hingga 44 tahun.
Dikepulauan Solomon terdapat
banyak ibu hamil yang positif
terkonfirmasi rubella. Karena tidak
adanya vaksinasi rubella yang
dilakukan secara rutin. Oleh sebab
itu pihak rumah sakit melakukan
pengendalian CRS untuk
menghindari penyebaran penyakit
dengan melaksanakan vaksinasi
rubella guna mencegah
konsekuensi serius dari CRS.
Karena vaksin rubella diangkap
efektif dan aman digunakan untuk
mencegah CRS.
Rubella atau nama lain campak jerman adalah infeksi virus yang menular. Infeksi virus rubella
pada awal kehamilan bisa berakibat fatal serta dapat menyebabkan keguguran, kematian, dan sindrom
rubella kongenital (CRS). Sindrom rubella kongenital adalah penyakit pada bayi dengan berbagai gejala
seperti kelainan pada mata, penyakit jantung bawaan, ketulian, dan keterlambatan perkembangan akibat
infeksi rubella pada ibu hamil9.
Pertama kali CRS dilaporkan oleh dokter spesialis mata Australia Norman Gregg pada tahun
1941. Pada ibu yang menderita rubella selama awal kehamilan ditemukan 78 bayi ditemukan mengidap
katarak kongenital. Di negara berkembang kasus CRS terjadi setiap tahun sekitar Sekitar 236.000 kasus,
menurut data WHO kasus CRS meningkat 10 kali lipat selama epidemi. Tahun 1962-1969 Selama
pandemi rubella global di Amerika Serikat diperkirakan kasus rubella terjadi sebanyak 12,5 juta kasus,
mengakibatkan terjadinya kasus ensefalitas sebanyak 2.000 kasus , 11.250 aborsi spontan, kematian
neonatal 2.100 , serta 20.000 kasus bayi CRS lahir. Diagnosis CRS dapat dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti isolasi virus, serologi (ELISA), dan tes RNA
virus rubella2.
Berdasarkan hasil review jurnal yang dilakukan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa vaksinasi atau
imunisasi rubella efektif dan aman dalam mencegah Congenital Rubela Syndrome (CRS) sehingga
penyebaran dan penularan virus rubella dapat dihentikan. Menurut World Health Organization (WHO)
imunisasi/ vaksinasi rubella dapat diberikan pada bayi, remaja, dan wanita dewasa. Adapula beberapa
negara yang mengharuskan bagi laki-laki untuk melakukan vaksinasi rubella10.
Menurut WHO Pendekatan paling efektif untuk perlindungan dari rubella dan CRS dengan
melakukan vaksinasi sejak kecil atau sebelum kehamilan. Vaksin yang direkomendasikan adalah vaksin
virus rubella hidup yang dilemahkan, diberikan melalui rute intramuskular atau subkutan sebagai
monovalen, MR (campak-rubella) atau MMR (gondong-campak-rubella). Vaksin rubella diberikan
pada usia 15 bulan. Kemudian harus diulang pada usia 4-6 tahun. Bahkan jika belum mendapat
vaksinasi pada usia 4 hingga 6 tahun, maka dapat diberikan pada masa pubertas antara usia 11 dan 12
tahun. Wanita yang sudah hamil tidak dapat divaksinasi. Rubella tidak lagi menjadi masalah kesehatan
1*) Riani, 2) Indah Laily Hilmi, 3) Salman
Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS)
975
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (07) November 2022 - (971-977)
di negara maju karena meluasnya vaksinasi. Sosial ekonomi mempunyai dampak yang signifikan
karena orang dengan sosial ekonomi yang baik memiliki kemungkinan menerima imunisasi penuh 1,8
kali lebih besar dibandingkan dengan orang dengan sosial ekonomi buruk11.
Pengenalan vaksin rubella sejak tahun 1969, membuat kemajuan besar untuk memberantas
rubella di seluruh dunia. Per 8 Juli 2020, 84 dari 195 negara (43%) telah mengeliminasi rubella, empat
wilayah memiliki target eliminasi, dan 173 dari 195 (89%) telah mengeliminasi rubella. Penggunaan
rubella-containing vaccines (RCV) secara signifikan mengurangi kasus rubella. Rubella memiliki
tingkat reproduksi yang lebih rendah daripada campak dan jauh lebih mudah untuk diberantas karena
efektivitas dosis tunggal RCV adalah 95% bahkan ketika diberikan vaksinasi pada usia 9 bulan. Negara
dibelahan dunia masih perlu memperluas cakupan RCV untuk mencegah CRS. Namun, yang menjadi
masalah saat ini yaitu pengetahuan dan kepekaan masyarakat terhadap penyakit CRS sangat minim,
sehingga diperlukan kampanye atau sosialisasi tentang bahaya CRS dan meyakinkan masyarakat bahwa
vaksin merupakan suatu langkah pencegahan yang paling tepat saat ini. Strategi vaksinasi kampanye
vaksinasi ditargetkan kepada laki-laki maupun perempuan untuk mengurangi kemungkinan
kesenjangan kekebalan12.
Bagi beberapa negara yang belum memperkenalkan vaksin memiliki resiko yang tinggi.
Negara-negara ini harus memperkenalkan vaksin yang mengandung rubella sesegera mungkin, untuk
menghilangkan rubella, dan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan CRS.
SIMPULAN
Infeksi janin dengan virus rubella selama kehamilan dapat menyebabkan congenital rubella
syndrome yang merupakan infeksi penyakit dengan kumpulan gejala yang terdiri dari kelainan pada
mata, penyakit jantung bawaan, gangguan sensorineural, dan keterlambatan perkembangan seperti
speech delay dan disabilitas intelektual. Dalam pengendalian CRS WHO menganjurkan vaksinasi
rubella pada bayi, remaja, maupun wanita dewasa untuk mencegah virus rubella. Vaksinasi virus rubella
ini efektif dalam mengendalikan penyakit CRS. Beberapa negara berkembang yang sudah
melaksanakan vaksinasi rubella mengalami penurunan kasus rubella dan CRS.
1*) Riani, 2) Indah Laily Hilmi, 3) Salman
Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS)
976
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (07) November 2022 - (971-977)
DAFTAR PUSTAKA
Andriawan, F. R., Kardin, L., & HN, M. R. (2022). Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat Infeksi
Dengue Pada Pasien Demam Berdarah Dengue. Nursing Care and Health Technology Journal
(NCHAT), 2(1), 815. https://doi.org/10.56742/nchat.v2i1.33
Azizah, N., Rahmawati, V. E., Hidayah, N., Purba, J., Mahmud, A., Argaheni, N. B., Sukaisi, S., Sirait,
S. H., Nainggolan, L., & Tania, P. O. A. (2022). Penyakit dan Kelainan dari Kehamilan. Yayasan
Kita Menulis.
Fitriani, H. L. (n.d.). KDRT Dalam Persimpangan Covid-19. GUEPEDIA.
Fitriany, J., & Husna, Y. (2018). Sindrom rubella kongenital. AVERROUS: Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan Malikussaleh, 4(1), 93106. https://doi.org/10.29103/averrous.v4i1.808
Kadek, K., & Darmadi, S. (2018). Gejala rubela bawaan (kongenital) berdasarkan pemeriksaan
serologis dan RNA virus. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory,
13(2), 6371.
Makarim, F. R. (2019). Kewajiban Imunisasi Dasar, Manfaat Dan Keamanan. Jurnal Riptek, 11(2), 87
96.
Rahayu, K. I. (2021). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dengan Pelaksanaan Imunisasi
Measles Rubella (MR) di Wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri Kota Jambi Tahun 2020. JURNAL
KESEHATAN BHAKTI HUSADA, 7(02), 3545. https://doi.org/10.37848/jurnal.v7i02.120
Ridwan, S. R., & Sugandi, N. (2020). ANALISIS FRAMING BERITA KONTROVERSI VAKSIN MR
(MEASLES RUBELLA) DI MEDIA ONLINE PROKAL. CO DAN TRIBUNKALTIM. CO. 8(2), 83
94.
Sari, M. H. N., Rasmaniar, R., Ashriady, A., Purnawinadi, I. G., Razak, R., Budiastuti, A., Hidayati,
W., Sianturi, E., Suryana, S., & Argaheni, N. B. (2021). Dasar-Dasar Epidemiologi. Yayasan Kita
Menulis.
Sari, R. D. P. (2019). Kehamilan dengan Infeksi TORCH. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung,
3(1), 176181. https://doi.org/10.23960/jkunila31176-181
Tristianty, Y. (2019). Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny YPK G1P0A0AH0Usia Kehamialan
36 minggu 1 Hari Janin Hidup Tunggal Letak Kepala Intra Uterine Keadaan Jalan Lahir Normal
Keadaan Ibu dan Janin Baik di Puskesmas Lewolaga Periode 24 April sampai 10 Juni 2019.
Poltekkes Kemenkes Kupang. repository.poltekeskupang.ac.id/1922/
Zuhriyah, S., & Wahyuningsih, P. (2019). Pengaplikasian Certainty Factor Pada Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosa Penyakit Campak Rubella. ILKOM Jurnal Ilmiah, 11(2), 159166.
https://doi.org/10.33096/ilkom.v11i2.441.159-166
© 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms
and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
1*) Riani, 2) Indah Laily Hilmi, 3) Salman
Efektivitas Vaksinasi Rubella Dalam Pengendalian Congenital Rubella Syndrome (CRS)
977
COMSERVA: (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 2 (07) November 2022 - (971-977)
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang muncul kebanyakan di daerah tropis dan subtropis di dunia. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan global dan di negara berkembang. DBD merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan derajat infeksi dengue pada pasien demam berdarah dengue di rumah sakit umum daerah kota baubau. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2021. Pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 37 responden yang dianalisis dengan menggunakan uji statistik Spearmen. Dari 37 responden, 10 responden yang memiliki status gizi kurang, 8 responden yang memiliki status gizi normal, 9 responden yang memiliki status gizi overweight, sementara 10 responden yang memiliki status gizi obesitas 1. 26 responden diantaranya mengalami DBD derajat 1 dan 11 responden mengalami derajat 2. Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Spearman didapatkan hubungan antara status gizi dan derajat infeksi DBD dengan nilai p=0.014 dan r = 0.476 yang menunjukkan korelasi sedang. Terdapat hubungan antara status gizi dengan derajat infeksi dengue pada pasien demam berdarah dengue di rumah sakit umum daerah kota bau-bau
Article
Full-text available
Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit terdiri dari katarak, penyakit jantung bawaan, gangguan pendengaran, dan keterlambatan perkembangan. Sindrom rubella kongenital disebabkan infeksi virus rubella pada janin selama masa kehamilan akibat ibu tidak mempunyai kekebalan terhadap virus rubella.. Virus rubella ditransmisikan melalui pernapasan yaitu melalui droplet yang dikeluarkan oleh seseorang yang terinfeksi rubella, setelah terkena droplet, virus ini akan mengalami replikasi di nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah terpajan virus rubella. Infeksi rubella menyebabkan kerusakan janin karena proses pembelahan terhambat. Diagnosis dari CRS bisa ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pebunjang. Pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis CRS antara lain: isolasi virus, pemeriksaan serologik (ELISA) dan pemeriksaan terhadap RNA virus rubella. Terapi untuk CRS sendiri hanya bersifat suportif untuk defek-defek yang dialami. Penting untuk mencegah CRS adalah dengan vaksin MMR sebelum hami. Prognosis untuk CRS lebih buruk dibandingkan dengan rubella postnatal karena disertai kerusakan organ multiple yang berat.
Article
Full-text available
Rubella measles is a disease that can infect to the pregnant mothers, toddlers, children, and adults. The purpose of this study is applicate the certainty factor method to the expert system application based on website to diagnose the rubella measles disease. The utilization of information technology into the expert system application can help society to detect the rubella measles disease early. Certainty factor is one method that can be used to handle a problem that is uncertain the answer. In this study, the certainty factor method has been applied on expert system application to diagnose rubella measles based on symptoms of the disease felt by patients. The result of this study is an expert system based on the website can provide information and diagnose symptoms of rubella measles following the questions proposed by the system and symptoms of the disease felt by the patient.
Article
Full-text available
Rubella infection with occurs during pregnancy, especially during the first trimester often caused by Congenital Rubella Syndrome(CRS). CRS can resulting abortions, miscarriages, stillbirth, and severe birth defects. The baby diagnosed with CRS when characterizedby signs or symptoms from the following two categories A (Cataracts/congenital glaucoma, congenital heart disease (most commonlypatent ductus arteriosus or peripheral pulmonary artery stenosis), loss of hearing, pigmentary retinopathy) or one categorie A andone catagorie B (Purpura, splenomegaly, jaundice, microencephaly, mental retardation, meningoencephalitis, radiolucent bone disease.Laboratory confirmation can be obtained by any of the following: virus isolation, serologi test (pasif hemaglutination, latex agglutinationtest, hemaglutination inhibisi, Flouresence immunoassay, Enzyme immunoassay), RNA test.
KDRT Dalam Persimpangan Covid-19
  • H L Fitriani
Fitriani, H. L. (n.d.). KDRT Dalam Persimpangan Covid-19. GUEPEDIA.
Kewajiban Imunisasi Dasar
  • F R Makarim
Makarim, F. R. (2019). Kewajiban Imunisasi Dasar, Manfaat Dan Keamanan. Jurnal Riptek, 11(2), 87-96.
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dengan Pelaksanaan Imunisasi Measles Rubella (MR) di Wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri Kota Jambi Tahun 2020
  • K I Rahayu
Rahayu, K. I. (2021). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dengan Pelaksanaan Imunisasi Measles Rubella (MR) di Wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri Kota Jambi Tahun 2020. JURNAL KESEHATAN BHAKTI HUSADA, 7(02), 35-45. https://doi.org/10.37848/jurnal.v7i02.120
Dasar-Dasar Epidemiologi
  • M H N Sari
  • R Rasmaniar
  • A Ashriady
  • I G Purnawinadi
  • R Razak
  • A Budiastuti
  • W Hidayati
  • E Sianturi
  • S Suryana
  • N B Argaheni
Sari, M. H. N., Rasmaniar, R., Ashriady, A., Purnawinadi, I. G., Razak, R., Budiastuti, A., Hidayati, W., Sianturi, E., Suryana, S., & Argaheni, N. B. (2021). Dasar-Dasar Epidemiologi. Yayasan Kita Menulis.
Kehamilan dengan Infeksi TORCH
  • R D P Sari
Sari, R. D. P. (2019). Kehamilan dengan Infeksi TORCH. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 3(1), 176-181. https://doi.org/10.23960/jkunila31176-181