ArticlePDF Available

Diagnosis Melanoma Subungual

Authors:

Abstract

Melanoma subungual adalah melanoma pada kuku yang merupakan variasi dari acral lentigenous melanoma. Insidensi melanoma kuku pada individu berkulit putih sekitar 1-2% dan 15-35% pada kulit berwarna. Kesulitan dalam penegakkan diagnosis dini adalah karena kurangnya perhatian dari penderita terhadap perubahan warna pada kuku. Penggunaan teknik non invasif seperti dermoskopi bermanfaat untuk evaluasi pra operasi dan pengambilan keputusan untuk operasi, namun bagaimanapun juga histopatologi tetap merupakan standar baku emas untuk diagnosis. Diagnosis secara dini sangat penting untuk mencegah amputasi yang luas. Meskipun angka kejadiannya jarang, penyakit ini mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan melanoma pada bagian tubuh lain.
193
HEME : Health and Medical Journal
pISSN : 2685 2772
eISSN : 2685 404x
Available Online at : https://jurnal.unbrah.ac.id/index.php/heme/issue/view/47
Email : heme@unbrah.ac.id
Abstrak
Melanoma subungual adalah melanoma pada kuku yang merupakan variasi dari acral lentigenous melanoma.
Insidensi melanoma kuku pada individu berkulit putih sekitar 1-2% dan 15-35% pada kulit berwarna. Kesulitan
dalam penegakkan diagnosis dini adalah karena kurangnya perhatian dari penderita terhadap perubahan warna
pada kuku. Penggunaan teknik non invasif seperti dermoskopi bermanfaat untuk evaluasi pra operasi dan
pengambilan keputusan untuk operasi, namun bagaimanapun juga histopatologi tetap merupakan standar baku
emas untuk diagnosis. Diagnosis secara dini sangat penting untuk mencegah amputasi yang luas. Meskipun
angka kejadiannya jarang, penyakit ini mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan melanoma pada
bagian tubuh lain.
Katakunci Melanoma kuku - keganasan kuku dermoskopi
Abstract
Subungual melanoma is melanoma of the nail which is a variation of acral lentigenous melanoma. The
incidence of nail melanoma in white individuals is 1-2% and 15-35% in colored skin. The difficulty in
establishing an early diagnosis is due to lack attention toward discoloration of the nails. Non-invasive
techniques such as dermoscopy is useful for preoperative evaluation and decision making of surgical technique,
but nevertheless histopathology remains the gold standard for diagnosis. Early diagnosis is essential to prevent
extensive amputation. Although rare, subungual melanoma has worse prognosis than melanoma on other parts
of the body
Keywords Nail melanoma, nail malignancy, dermoscopy
1 Bagian Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP Dr.M.Djamil Padang, Indonesia
Diagnosis Melanoma Subungual
2 Kepala Bagian Tumor dan Bedah Kulit, Departemen Kulit dan Kelamin RSUP Dr.M.Djamil, Padang, Indonesia
Email: ennestaasri@gmail.com
Putri, HA1, Asri, E2
Heme, Vol IV No 3
September 2022
194
Health & Medical Journal
I. PENDAHULUAN
Melanoma maligna (MM) merupakan salah
satu keganasan pada kulit yang berasal dari
sel melanosit dan merupakan jenis keganasan
kulit yang paling berbahaya oleh karena
sifatnya yang menyebar dengan cepat dan
invasif. Melanoma maligna dapat
diklasifikasikan menjadi 4 subtipe, yaitu
superficial spreading melanoma (SSM),
nodular melanoma (NM), lentigo maligna
melanoma (LMM), acral lentiginous
melanoma (ALM).1
Melanoma subungual adalah melanoma pada
kuku yang merupakan variasi dari acral
lentigenous melanoma (melanoma yang
terdapat pada tangan dan kaki). Insidensi
melanoma kuku pada individu berkulit putih
sekitar 1-2% dan 15-35% pada etnis kulit
berwarna. Meskipun angka kejadiannya
jarang, penyakit ini mempunyai prognosis
yang lebih buruk dibandingkan melanoma
pada bagian lain dari tubuh. Tingkat
kelangsungan hidup bervariasi tergantung
dari stadium, mulai dari 93 % pada stadium I
sampai 32% pada stadium III D.2,3
Kesulitan dalam penegakkan diagnosis dini
adalah karena ketidaktahuan dari penderita
terhadap perubahan warna pada kuku yang
bisa merupakan salah satu tanda keganasan
pada kuku. Pada melanoma subungual
terdapat tanda pigmentasi longitudinal pada
kuku, namun diagnosis bandingnya yang
luas menyebabkan melanoma subungual sulit
terdiagnosis sejak awal. Banyak pasien
melihat pigmentasi setelah trauma pada
kuku. Selain itu, melanoma daerah kuku
sering asimtomatik untuk periode yang lama.
Melanoma subungual sering ditemukan pada
kuku ibu jari kaki atau tangan kemungkinan
disebabkan oleh ukuran matriks kuku yang
lebih besar, sehingga mudah terlihat. 1,4
Pigmentasi longitudinal pada kuku lebih
sering pada individu berkulit berwarna,
diagnosis banding untuk lesi pigmentasi ini
termasuk didalamnya melanonikia,
onikomikosis, hematoma subungual dan lesi
melanositik (lentigo, nevus, melanoma).
Penggunaan teknik non invasif seperti
dermoskopi bermanfaat untuk evaluasi pra
operasi dan pengambilan keputusan untuk
operasi. Dengan menggunakan teknik ini,
akan dapat mengurangi operasi yang tidak
perlu dan untuk memilih lesi yang harus di
biopsi. Bagaimanapun juga histopatologi
tetap merupakan gold standart dalam kasus-
kasus yang meragukan dan dalam
menentukan diagnosis.2,4
Modalitas primer pada pengobatan
melanoma kuku adalah dengan eksisi lokal
luas dan amputasi. Pencangkokan kulit
setelah eksisi unit kuku total merupakan
prosedur sederhana yang memberikan hasil
fungsional dan kosmetik yang baik.
Diagnosis dini melanoma subungual
diperlukan untuk menghindari kecacatan
yang lebih luas.2,3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Melanoma Subungual merupakan bagian
dari acral lentiginous melanoma (ALM).
Melanoma subungual adalah keganasan pada
kuku yang berasal dari melanosit yang
berada pada matrik kuku dan dapat mengenai
semua elemen kuku.57
B. EPIDEMIOLOGI
Melanoma subungual merupakan penyakit
yang jarang ditemui dengan insiden antara
0.7%-3.5% dari seluruh kasus melanoma.
Penelitian Ishihara K (Jepang, 2001) selama
10 tahun, angka kejadian melanoma
subungual berkisar 4.4%-5.1% dibanding
melanoma lainnya. Penyakit ini mempunyai
prognosis yang buruk dibandingkan
melanoma kutis dengan angka harapan hidup
selama 5 tahun sebesar 16%-87%. Penyakit
ini lambat terdiagnosis pada stadium awal
dibandingkan dengan melanoma kutis.
Beberapa faktor penyebab keterlambatan
diagnosis tumor ini adalah kurang
perhatiannya pada perubahan kuku,
195
Heme, Vol IV No 3
September 2022
Email : heme@unbrah.ac.id
banyaknya variasi presentasi klinis sehingga
menyebabkan misdiagnosis serta adanya
melanoma amelanotik pada unit kuku yang
menyulitkan diagnosis.2,8
Melanoma subungual lebih sering terjadi
pada ras dengan kulit berwarna seperti
Afrika (60-70%) dan Asia (29-46%)
dibandingkan ras berkulit putih (1-13,5%).
Tidak ada perbedaan yang jelas antara
insiden pada laki-laki dan perempuan dan
lebih sering mengenai orang tua pada dekade
5-7. Melanoma subungual lebih sering
terjadi pada jari tangan (76%) daripada jari
kaki (24%).9,10
C. ETIOPATOGENESIS
Patogenesis dari MS belum seluruhnya
dimengerti. Melanoma subungual timbul dari
neoplastik sel melanosit yang berada pada
matrik kuku yang dapat timbul akibat faktor
genetik dan trauma. Beberapa literatur
menyebutkan bahwa MS tidak dikaitkan
dengan paparan sinar matahari. Bahkan,
lempeng kuku merupakan penghalang radiasi
sinar UVB. Penelitian oleh Bastian et al
(2005) menyebutkan adanya mutasi gen KIT
pada ALM. Literatur lain menyebutkan
bahwa MS mungkin merupakan akibat
langsung dari trauma. Satu penelitian
menunjukkan 20% insiden cedera kuku
dalam periode 20 tahun sebelum pasien
terdiagnosis MS. Dalam studi kohort di
Jepang, riwayat trauma pada ujung jari yang
terkena menunjukkan nilai hingga 44%.
Sebuah studi tahun 2002, juga mendukung
cedera sebagai faktor etiologi, karena
proliferasi yang disebabkan trauma dapat
menyebabkan bermutasinya melanosit.
Namun beberapa peneliti lain
mengungkapkan bahwa hubungan itu
bersifat insidental, yaitu dengan adanya
trauma menyebabkan perhatian pada kuku
yang terkena 79
D. MANIFESTASI KLINIS
Melanoma subungual berasal dari matriks
kuku kemudian melibatkan komponen lain
kuku termasuk lipatan kuku proksimal, dasar
kuku, dan hiponikium. Diawali dengan
warna hitam kecoklatan yang berbentuk pita
atau garis yang melebar, gelap, dan
memanjang disebut melanonychia striata,
yang kemudian meluas, berpigmen gelap
dengan batas lateral yang tidak jelas.
Perubahan warna ini akan berkembang
menjadi penebalan, pembelahan atau
penghancuran kuku yang nyeri, peradangan
serta perubahan pigmen pada kulit
sekitarnya. Studi oleh Takematsu
(Jepang,1985), 31% dari MS, dimulai
dengan gambaran garis berpigmen pada kuku
yang lama kelamaan menjadi ulserasi atau
nyeri terjadi dalam beberapa tahun dengan
keterlibatan eponychium dan paronychium.
Pigmentasi hitam pada lipatan kuku yang
berdekatan disebut sebagai tanda
Hutchinson. Namun 1/5 kasus dari MS dapat
muncul amelanotik.11
GAMBAR 1. MELANOMA SUBUNGUAL
MELANOSITIK7
GAMBAR 2. MELANOMA SUBUNGUAL
NONMELANOSITIK7
Panduan khusus dalam membantu diagnosis
MS dengan menggunakan ABCDEF2,6:
A. Age and ethnic: Antara umur 20-90
tahun, puncaknya pada dekade 5-7,
Heme, Vol IV No 3
September 2022
196
Health & Medical Journal
Ras: Africa America, Native
American, Asia
B. Band or strip: Pigmentasi berupa pita
berwarna coklat- hitam, lebar pita (≥3
mm), batas (tidak teratur / buram),
tepi bergerigi atau tidak teratur
C. Change: Peningkatan ukuran / tingkat
pertumbuhan pita kuku
Lack of Change: Kegagalan untuk
memperbaiki distrofi kuku walaupun
dengan berbagai terapi
D. Digit involved: jari yang terlibat: ibu
jari lebih sering terlibat dibandingkan
telunjuk dan lebih sering mengenai
satu jari
E. Extension: Perluasan pigmen melanin
pada proksimal atau lipatan kuku
lateral (tanda Hutchinson) atau
lempeng kuku
F. Family or personal history: terdapat
riwayat melanoma atau sindroma
nevus displasia sebelumnya baik pada
diri sendiri ataupun keluarga.
E. STADIUM SUBUNGUAL MELANOMA
Pembagian stadium pada subungual
melanoma sama dengan melanoma kutis.
Melanoma diklasifikasikan menjadi beberapa
stadium untuk mengindikasikan
pertumbuhan tumor, dan invasi tumor ke
jaringan sekitar. Ada 2 tipe dari klasifikasi
melanoma berdasarkan kelainan
histopatologi dan satu klasifikasi
berdasarkan sistem American Joint Comitte
on Cancer (AJCC).
1. KLASIFIKASI CLARK
Merupakan penetapan stadium melanoma
tertua yang dikembangkan oleh Dr. Wallace
Clark 1966. Berdasarkan pada pemeriksaan
secara histopatologis dari spesimen tumor
dan mengindikasikan invasi tumor kedalam
kulit. Klasifikasi melanoma dibagi menjadi 5
clarks level 1,12
Level I : Disebut juga melanoma insitu,
hanya berkembang di epidermis
dan tidak terdapat invasi.
Level II : Invasi tumor sampai daerah
papilla dermis, tetapi invasi tidak
sampai ke batas papilari reticular
dermis.
Level III : Sel tumor invansi sampai ke
papilla dermis sampai batas
papilari reticular, tetapi tidak
sampai ke retikuler dermis
Level IV : Invasi sel tumor sampai ke
retikuler dermis, tidak sampai ke
subkutan
Level V : Invasi sel tumor sampai ke
jaringan subkutan
2. KLASIFIKASI BRESLOW
Pada tahun 1970, Dr. Alexander Breslow
mengidentifikasi ketebalan tumor yang
didefinisikan sebagai kedalaman vertikal
total melanoma dari lapisan granular
epidermis ke daerah penetrasi terdalam ke
kulit.1,12
Stadium I : Ketebalan tumor ≤0.75 mm
Stadium II : Ketebalan tumor 0.76-1.5
mm
Stadium III : Ketebalan tumor 1.51-4mm
Stadium IV : Ketebalan tumor > 4 mm
Kriteria Clark dan Breslow adalah kriteria
yang paling sering digunakan untuk
prognosis secara histopatologis untuk
melanoma subungual.12
3. KLASIFIKASI TNM (TUMOR,
NODUS, METASTASE)
Pada tahun 2001, American Joint Comitte on
Cancer (AJCC) , komite stadium melanoma
mengeluarkan panduan dengan
menggunakan klasifikasi berdasarkan TNM
edisi ke 8 tahun 2017.3
F. PEMERIKSAAN RUTIN DAN
PENUNJANG
1) PEMERIKSAAN DERMOSKOPI KUKU
(ONIKOSKOPI)
Onikoskopi adalah pemeriksaan pada kuku
yang menggunakan alat berupa
dermoskopi/dermatoskop. Pemeriksaan ini
noninvasif, tidak nyeri, hemat biaya, dan
mudah digunakan di ruang praktik.
Dermoskopi mampu mengevaluasi bagian-
bagian kuku, misalnya lempeng kuku,
197
Heme, Vol IV No 3
September 2022
Email : heme@unbrah.ac.id
matriks kuku, dasar kuku, lipatan periungual
dan hiponikium.10
Untuk mengevaluasi kuku dapat digunakan
dermoskopi nonpolarisasi kontak dengan gel
imersi maupun dermoskopi polarisasi.
Isopropyl alcohol 70% maupun gel
ultrasonografi pada dermoskopi kontak dapat
mengurangi kemungkinan kontaminasi
silang antar pasien. Penggunaan gel
ultrasound untuk visualisasi kelainan kuku
dan lipat kuku lebih dipilih dibandingkan
dengan alkohol dan dapat digunakan pada
tepi bebas dan dapat melihat kulit serta
kapiler pada hiponikium. Observasi kapiler
lipatan kuku proksimal dapat dilakukan
dengan menggunakan dermoskopi polarisasi.
13,14
Evaluasi melanonikia dengan dermoskopi
pada lempeng kuku hanya dapat
memvisualisasikan lokasi deposit melanin
pada lempeng kuku namun tidak asal dari
melanin tersebut (matriks kuku dan dasar
kuku). Oleh karena itu, distribusi pigmen
pada lempeng kuku tidak selalu
menunjukkan lesi di bawahnya.13
Braun et al (2007) membuat algoritma
dermoskopi untuk mendiagnosis pigmentasi
pada kuku adalah dengan mengetahui asal
melanosit, bila pigmentasi berwarna abu-abu
merupakan aktivitas melanositik fokal tanpa
adanya hiperplasia melanosit, namun apabila
pigmentasi berwarna kecoklatan mendukung
kearah hiperplasia melanosit. Selanjutnya
dinilai teratur atau tidaknya garis pigmentasi,
garis pigmentasi yang irregular menunjukkna
kearah melanoma. Hal ini bisa dilihat pada
gambar 3.4
GAMBAR 3. ALGORITMA UNTUK PEMERIKSAAN
DERMOSKOPI PADA KUKU4
Gambaran dermoskopi yang mendukung
untuk MS adalah sebagai berikut:
1. Irregular pattern of longitudinal
parallel microlines
Irregular pattern of longitudinal parallel
microlines merupakan garis coklat-
kehitaman memanjang, dimana warna,
ketebalan dan jarak tidak teratur, serta
ditemukan area terputus pada garis tipis
longitudinal, maka disebut pola ireguler.
Irregular pattern of longitodunal parallel
micro-lines merupakan gambaran
dermoskopik utama pada melanoma
pigmented, dan bila ditemukan wajib
dilakukan biopsi matriks kuku.15,16
GAMBAR 4. IRREGULAR PATTERN OF
LONGITUDINAL PARALLEL MICROLINES16
2. Micro-Hutchinson sign
Micro-Hutchinson sign adalah pigmentasi
halus pada kutikula atau submatriks yang
nyaris tidak terlihat mata. Micro-Hutchinson
sign dapat dilihat dengan dermoskopi,
sedangkan Hutchinson sign adalah
pigmentasi kulit yang lebih nyata terlihat
Heme, Vol IV No 3
September 2022
198
Health & Medical Journal
pada area periungual di sekitar lempeng kuku
yang hiperpigmentasi. Tanda tersebut
merupakan sinyal peringatan yang sangat
menyokong diagnosis melanoma.
Hutchinson sign harus dapat dibedakan
dengan pseudo-Hutchinson sign yang terlihat
sebagai pita pigmentasi pada lempeng kuku
di bawah kutikula jernih. Pseudo-Hutchinson
sign tidak memiliki arti diagnostik
khusus.15,16
GAMBAR 5. MICRO-HUTCHINSONS SIGN16
3. Atypical Hutchinson sign
Atypical Hutchinson sign merupakan satu
dari dua kriteria mayor dermoskopi untuk
melanoma pada kulit periungual, disebut
juga pola parallel ridges. Pola parallel
ridges dikenal dengan adanya pigmen pita
paralel besar yang dipisahkan oleh pita
paralel tipis tidak berpigmen. Pada
melanoma kuku, pigmentasi difus ireguler
lebih sering ditemukan pada bagian matrik
kuku, sementara pola parallel ridges hanya
ditemukan pada ujung jari atau di sekitar
lipatan kuku.14,1719
GAMBAR 6. ATYPICAL HUTCHINSON SIGN15
4. Latar belakang kuku yang coklat
terang hingga coklat gelap
Latar belakang kuku yang coklat yaitu
dengan melihat warna dasar kuku yang
bervariasi mulai dari coklat terang hingga
coklat gelap 8,16
GAMBAR 7. LATAR BELAKANG KUKU COKLAT
TERANG HINGGA COKLAT GELAP8
Pada tahap yang lebih lanjut atau pada kasus
melanoma nonmelanositik, pada
pemeriksaan dermoskopi didapatkan6,15,16 :
1. Atypical vessel
Atypical vessel merupakan gambaran
pembuluh darah pada kuku yang ditandai
dengan adanya salah satu dari kriteria
berikut, yaitu 1) ditemukannya minimal tiga
jenis pembuluh darah (dots, globules,
comma-like, hairpin-like, corkscrew-like,
arborizing, dan linear) dalam satu lesi, 2)
ditemukannya pembuluh darah linear dan
ireguler dengan perbedaan ukuran diameter
pada beberapa segmen dalam satu pembuluh
darah; 3) adanya area milky-red yang
merupakan area tidak berstruktur, berwarna
merah muda tanpa terlihat struktur vaskular.
GAMBAR 8. ATYPICAL VESSEL17
199
Heme, Vol IV No 3
September 2022
Email : heme@unbrah.ac.id
2. Polikromia
Polikromia didefinisikan dengan adanya
empat atau lebih diskolorasi: hitam, merah,
biru, putih, kuning, coklat, abu-abu, dan
ungu.
GAMBAR 9. POLIKROMIA17
3. Sisa pigmentasi
Sisa pigmentasi merupakan pigmen melanin
yang tidak dapat dilihat secara makroskopis.
4. Area homogen yang merah
Area homogen yang merah merupakan
daerah erosi atau ekskoriasi dari lempeng
kuku.
GAMBAR 10. SISA PIGMENTASI (PANAH HITAM),
AREA HOMOGEN YANG MERAH (PANAH BIRU)17
2) PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Histopatologis merupakan gold standard
untuk MS. Setiap kasus yang meragukan
harus dievaluasi gambaran histopatologinya.
Matriks kuku berpigmen yang diambil
dengan cara biopsi dikirim untuk evaluasi
histopatologis.5
Biopsi Kuku
Biopsi dipilih pada kuku dengan gambaran
longitudinal melanonikia tergantung dari
beberapa faktor seperti adanya pigmentasi
periungual, lokasi, bentuk, asal dan ketebalan
dari melanonikia.
Beberapa tehnik biopsi pada melanonikia4,20:
a. Punch biopsy
b. Transvers matrix biopsy
c. Lateral Longitudinal biopsy
Gambaran Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada bagian
longitudinal kuku memperlihatkan adanya
proliferasi melanositik atipikal pada dermo
epidermal junction matrik kuku. Kasus
invasif menunjukkan adanya invasi dermal,
di kasus lanjut terdapat keterlibatan masif
dari dermis atau tulang.6
Hyun-Tae Shin (Korea, 2014) melakukan
penelitian pada 23 pasien dengan kasus MS,
didapat 5 kasus tanpa invasi dermal yang
menunjukkan lesi insitu, terdapat gambaran
proliferasi atipikal melanosit pada lapisan
basal dan suprabasal dari matrik kuku dan
proliferasi atipikal melanosit dari lapisan
basal dari hiponikium (gambar 11). Delapan
belas kasus menunjukkan invasi dermal,.
terdapat atipikal melanosit pada matrik kuku
dan invasi atipikal melanosit pada dermal
(terdapat gambaran seperti sarang dengan
ukuran dan bentuk yang berbeda pada
dermis) (Gambar 12). Empat kasus
menunjukkan invasi kulit di daerah nail unit
selain matriks kuku (gambar 13).17
GAMBAR 11. HISTOPATOLOGI PADA SUBUNGUAL
MELANOMA INSITU. (A) POTONGAN MELINTANG
NAIL UNIT. (B) PROLIFERASI MELANOSIT ATIPIKAL
PADA LAPISAN BASAL DARI MATRIK KUKU. (C)
PROLIFERASI ATIPIKAL MELANOSIT PADA LAPISAN
BASAL HIPONIKIUM19
Heme, Vol IV No 3
September 2022
200
Health & Medical Journal
GAMBAR 12. HISTOPATOLOGI MS YANG
MENGINVASI DERMAL. (A) POTONGAN MELINTANG
DARI NAIL UNIT. (B) PENUMPUKA MELANOSIT
ATIPIKAL DALA MATRIKS KUKU (C) INVASI DERMAL
MELANOSIT ATIPIKAL MENYERUPAI SARANG DALAM
HIPONIKIUM. TERDAPAT VARIASI DALAM UKURAN
DAN BENTUK19
GAMBAR 113. IMUNOHISTOKIMIA NAIL UNIT
DENGAN HMB-45. (A) BAGIAN LONGITUDINAL DARI
NAIL UNIT. (B) MELANOSIT ATIPIKAL TERDAPAT
DALAM MATRIKS KUKU DAN DERMIS BAGIAN ATAS
(C) MELANOSIT ATIPIKAL SOLITER DI DASAR KUKU
DAN DERMIS BAGIAN ATAS. (D) GARIS PUTUS-PUTUS
MENUNJUKKAN KETEBALAN TUMOR19
G. DIAGNOSIS BANDING
Melanonikia dengan berbagai penyebab
merupakan diagnosis banding pada MS. Lesi
yang menyerupai MS meliputi: nevus
melanositik, lentigo pada kuku, hematoma
subungual, onikomikosis, obat-obatan, atau
kondisi sistemik.5,11
1) NEVUS MELANOSITIK
Nevus melanositik merupakan nevus jinak
pada kuku yang biasanya dapat diidentifikasi
pada anak-anak dan dewasa muda. Biasanya
bersifat kongenital. Secara klinis didapatkan
longitudinal pararel dan pigmentasi homogen
berwarna coklat muda hingga hitam sampai
coklat tua hingga hitam. Nevus melanositik
dapat memiliki tanda pseudo-Hutchinson, di
mana pigmentasi warna terlihat melalui
kutikula yang tembus cahaya (translucent
cuticula).4,11
Gambaran dermoskopi pada kelainan ini
adalah :
a. Brown Background to the Pigmentation
Brown Background to the Pigmentation
merupakan pigmentasi longitudinal dengan
latar belakang coklat, yang mengindikasikan
adanya proliferasi atau hiperplasia
melanositik pada matriks kuku. Warna
pigmen dapat bervariasi dari coklat muda
hingga hitam. Gelapnya warna pita
menggambarkan tipe kulit Fitzpatrick. Tipe
kulit I, II, IIIa berwarna coklat muda, IIIb,
IV,V akan berwarna lebih gelap.16,18
GAMBAR 124. BROWN BACKGROUND OF THE
LONGITUDINAL BAND. WARNA COKLAT TERANG
PADA BENIGN NAIL MATRIX NEVUS PADA TIPE KULIT
II 5,17
GAMBAR 135. WARNA COKLAT GELAP BENIGN NAIL
MATRIX NEVUS PADA TIPE KULIT IV5
201
Heme, Vol IV No 3
September 2022
Email : heme@unbrah.ac.id
b. Regular pattern of longitudinal parallel
microlines
Regular pattern of longitudinal parallel
microlines merupakan garis tipis longitudinal
dapat dilihat bersamaan dengan pita coklat
pada kuku. Bila warna, ketebalan, jarak, serta
arah garis, pararelisme tersebut teratur,
disebut pola regular. Pada kuku yang
berwarna sangat hitam, pola garis menjadi
sulit13,15
GAMBAR 16. REGULAR PATTERN OF LONGITUDINAL
PARALLEL MICROLINES17
Gambaran histopatologik nevus melanositik
GAMBAR 17. GAMBARAN HISTOPATOLOGIK NEVUS
MELANOSITIK (A) NEVUS MELANOSITIK, (B)
JUNCTIONAL NEVUS DARI MATRIK KUKU PADA
PEWARNAAN HE, X10 (C) SARANG MELANOSIT
PADA EPITELIUM MATRIK KUKU , HE, X40 D
IMUNOHISTOKIMIA DENGAN MELAN-A
MEMPERLIHATKAN KANTONG MELANOSIT PADA
MATRIK KUKU22
2) LENTIGO PADA KUKU
Lentigo merupakan hiperplasia melanositik
yang jinak. Dapat terjadi pada anak-anak
maupun dewasa, pada satu ataupun beberapa
kuku. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
garis longitudinal menyerupai pita berwarna
kecoklatan. Pada dermoskopi didapatkan
regular pigmen network dengan warna
homogen. Pada histopatologi melanosit
meningkat jumlahnya, terletak pada lapisan
basal, tanpa pembentukan sarang di
dermoepidermal junction. 4,5,21
GAMBAR 18. LENTIGO PADA KUKU (A)
MAKROSKOPIS (B) DERMOSKOPI4
GAMBAR 19. GAMBARAN HISTOPATOLOGI LENTIGO
KUKU. PEWARNAAN HE, 40X (ATAS), PEWARNAAN
HMB-45, 40X (BAWAH)22
3) SUBUNGUAL HEMORRHAGIC
Subungual hemorrhagic merupakan
diagnosis banding dari melanoma kuku bila
ditemukan disposisi longitudinal hemoragik
pada kuku. Pola bercak darah ditandai
dengan warna hitam, ungu, dan coklat
kemerahan, berbatas tegas dan membulat
pada tepi proksimal dan terkadang
menyerupai filamen kearah distal kuku.
Beberapa gumpalan darah berwarna serupa
dapat terlihat di sekitar perdarahan..
Meskipun pola ini memiliki hubungan yang
kuat dengan subungual hemorrhage, namun
belum bisa menyingkirkan melanoma.4
Pengamatan pada Subungual hemorrhagic 3
sampai 4 bulan kemudian digunakan untuk
menilai gerakannya menuju ujung distal serta
menghilangnya lesi dibagian proksimal. Lesi
dianggap mencurigakan jika tidak ada
Heme, Vol IV No 3
September 2022
202
Health & Medical Journal
perubahan dari perdarahan atau perdarahan
muncul kembali di tempat yang sama. 17
Dermoskopi pada subungual hemorrhagic
a. Blood Spot
Blood spot atau bercak darah memiliki tepi
proksimal berbentuk bulat dan tegas, serta
tepi distal yang berserabut. Warna blood spot
dapat bervariasi,dari ungu-merah pada lesi
baru, hingga hitam coklat pada lesi lama.
Blood spot dapat ditemukan pada kasus
trauma yang menyebabkan perdarahan
subungual. Penyebab tersering adalah
mikrotrauma akibat pemakaian sepatu terlalu
sempit yang dapat menyebabkan perdarahan
subungual. Blood spot juga dapat diamati
pada tumor ganas kuku dan dapat muncul
akibat antikoagulasi atau terapi antiaggregasi
platelet. Pemeriksaan ulang dapat dilakukan
setelah 4-6 bulan kemudian, apabila
perdarahan menutupi gejala klinis tumor.15
GAMBAR 20. BLOOD SPOT17
4) INFEKSI JAMUR ATAU BAKTERI.
Infeksi jamur yang secara klinis menyerupai
MS adalah infeksi yang disebabkan oleh
Scytalidium dimidiatum dan Trichophyton
rubrum, kedua spesies tersebut menghasilkan
pigmen coklat hingga hitam homogen.
Meskipun sulit diobati, pigmentasi akan
memudar setelah terapi. Perubahan warna
kuku yang disebabkan oleh hiperpigmentasi
epitel mungkin menyerupai MS, ketika
muncul sebagai pita abu-abu garis abu-abu
homogen.11,22
Pemeriksaan dermoskopi dan histopatologi
pada infeksi jamur dapat dilihat pada gambar
19. Dermoskopi menunjukkan pola
longitudinal dengan warna berbeda dan
permukaan bersisik. Garis putus-putus
kuning menunjukkan pola segitiga terbalik.
Pada pemeriksaan histopatologi, terdapat
organisme jamur pada nail plate (Grocott
methenamine silver; pembesaran 400x.)22
GAMBAR 21. INFEKSI KUKU PADA TRICHOPHYTON
RUBRUM4
GAMBAR 22. INFEKSI KUKU OLEH DERMATOPHYTE
(A) PIGMENTASI BAGIAN LATERAL KUKU KAKI. (B)
HILANGNYA PIGMENTASI SETELAH TERAPI
ANTIJAMUR ORAL. (C) DERMOSKOPI MENUNJUKKAN
MULTICOLOR POLA LONGITUDINAL DAN
PERMUKAAN BERSISIK. GARIS PUTUS-PUTUS
KUNING MENUNJUKKAN POLA SEGITIGA TERBALIK.
(D) ORGANISME JAMUR DI NAIL PLATE POSITIF.
(GROCOTT METHENAMINE SILVER; PERBESARAN
400X).23
5) MELANONIKIA LAINNYA
a. Melanonikia akibat terapi
Melanonikia terjadi setelah mengkonsumsi
obat tertentu ataupun setelah terapi radiasi,
kemoterapi dan fototerapi, biasanya
mengenai beberapa jari tangan dan kaki.
Biasanya terjadi setelah 1-2 bulan terpapar
obat, dan akan memudar bila obat
dihentikan. Contoh obat yang dapat
menyebabkan melanonikia adalah obat-obat
kemoterapi (hidroksiurea,
daunorubicinhydroclorida, doxorubisin,
bleomisin, cyclophosphamide, 5-florourasil,
metotreksat), antimalaria (klorokuin,
mepacrine, quinacrine), terapi PUVA,
203
Heme, Vol IV No 3
September 2022
Email : heme@unbrah.ac.id
infliximab dan zidovudin. Gambaran klinis
menunjukkan adanya gambaran garis lurus
menyerupai pita baik horizontal maupun
longitudinal yang berwarna abu-abu hingga
kehitaman. Pada dermoskopi memberikan
gambaran garis lurus homogen berwarna
abu-abu hingga kehitaman.4,20
GAMBAR 23. MELANONIKA AKIBAT
HIDROKSIUREA21
b. Melanonikia akibat kelainan sistemik
Penyakit Addison merupakan penyebab
tersering yang dapat menyebabkan
melanonika diikuti oleh AIDS, cushing
syndrome, hipertiroid dan akromegali,
alkaptonuria, hemosiderosis,
hyperbilirubinemia serta porfiria. Secara
klinis dan dermoskopi sama seperti
melanonikia yang disebabkan oleh obat dan
radiasi namun biasanya mengenai seluruh
kuku.4
III. KESIMPULAN
Melanoma subungual merupakan keganasan
pada kuku, yang harus dideteksi sedini
mungkin karena mempunyai prognosis yang
buruk. Diagnosis berdasarkan gejala klinis
berdasarkan ABCDEF rules, pada
dermoskopi akan terlihat Irregular pattern of
longitudinal parallel microlines, Micro-
Hutchinson sign, Atypical Hutchinson sign,
latar belakang kuku yang coklat terang
hingga coklat gelap dan ditemukannya
melanosit atipikal pada pemeriksaan
histopatologi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Rotte A, Bhandaru M. MelanomaDiagnosis,
Subtypes and AJCC Stages. In: Rotte A,
Bhandaru M, editors. Immunotherapy of
melanoma. Springer, Cham; 2016. p. 2147.
[2] Levit EK, Kagen MH, Scher RK, Grossman M,
Altman E. The ABC rule for clinical detection of
subungual melanoma. J Am Acad Dermatol.
2000;42(2):26974.
[3] Gershenwald JE, Scolyer RA, Hess KR, Sondak
VK, Long G V., Ross MI, et al. Melanoma
Staging: Evidence-Based Changes in the
American Joint Committee on Cancer Eighth
Edition Cancer Staging Manual. Ca ancer Eighth
Edition Cancer Staging Manual. Ca Cancer J
Clin. 2017;
[4] Braun RP, Baran R, Le Gal FA, Dalle S, Ronger
S, Pandolfi R, et al. Diagnosis and management
of nail pigmentations. J Am Acad Dermatol.
2007;56(5):83547.
[5] Bailey EC, Sober AJ, Tsao H, Jr MCM, Johnson
TM. Cutaneous Melanoma. In: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
Klaus Wolff, editors. Fitzpatricks dermatology
in general medicine. 8th, vol 1 ed. New York:
The McGraw-Hill; 2012. p. 141644.
[6] Tosti A, Richert B, Pazzaglia M. Tumors of the
Nail Apparatus. In: Tosti A, Elewski BE,
Fleckman P, Rich P, editors. Nails Diagnosis
Therapy Surgery. 3rd ed. New York: Elsevier;
2005. p. 2023.
[7] Thomas L. Nail Apparatus Melanoma
(Subungual Melanoma, Nail Matrix Melanoma).
In: Soyer HP, Argenziano G, Hofmann-
Wellenhof R, Johr RH, editors. Color Atlas of
Melanocytic Lesions of the Skin. Berlin
Heidelberg: Springer-Verlag; 2007. p. 2708.
[8] Ishihara K, Saida T, Yamamoto A. Updated
statistical data for malignant melanoma in Japan.
Int J Clin Oncol. 2001;6(3):10916.
[9] Li C. Common Nail Disorder. In: Schalock PC,
Hsu JTS, Amdt KA, editors. Lippincott’s
Primary Care Dermatology. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p. 394
Heme, Vol IV No 3
September 2022
204
Health & Medical Journal
409.
[10] Banhill RL. Acral melanoma (palmoplantar
melanoma, volar-subungual melanoma). In:
Banhill RL, editor. Pathology of Malignant
Melanoma. New York: Springer-Verlag; 2004.
p. 605.
[11] Patel GA, Ragi G, Krysicki J, Schwartz RA.
Subungual melanoma: A deceptive disorder.
Acta Dermatovenerologica Croat.
2008;16(4):23642.
[12] Xhemalaj D, Alimehmeti M, Ikonomi M, Hasa
A. Breslow thickness and Clark level among
melanoma patients in Albania. Albanian Med J.
2016;2:6672.
[13] Lencastre A, Lamas A, D, Tosti A.
Onychoscopy. Clin Dermatol. 2013;31(5):587
93.
[14] Grover C, Jakhar D. Diagnostic Utility of
Onychoscopy: Review of Literature. Indian J
Dermatopathol Diagnostic Dermatology.
2017;4(2):31.
[15] Shihab N, Sirait SP, Paramita L, Widiaty S.
Dermoskopi pada kelainan kuku. MDVI.
2016;43(3):1108.
[16] Thomas L, Vaudaine M, Wortsman X, Jemec
GBE, Drapé J-L. Imaging the nail unit. In: Baran
R, Berker DAR de, Holzberg M, Thomas L,
editors. Baran & Dawber’s diseases of the nails
and their management. 4th ed. Oxford: Wiley:
Blackwell; 2012. p. 10125.
[17] Ronger S, Touzet S, Ligeron C, Balme B,
Viallard AM, Barrut D, et al. Dermoscopic
examination of nail pigmentation. Arch
Dermatol. 2002;138(10):132733.
[18] Phan A, Dalle S, Touzet S, Ronger-Savlé S,
Balme B, Thomas L. Dermoscopic features of
acral lentiginous melanoma in a large series of
110 cases in a white population. Br J Dermatol.
2010;162(4):76571.
[19] Zalaudek I, Kreusch J, Giacomel J, Ferrara G,
Catrical C, Argenziano G. How to diagnose
nonpigmented skin tumors: A review of vascular
structures seen with dermoscopy: Part I.
Melanocytic skin tumors. J Am Acad Dermatol.
2010;63(3):36174.
[20] Jefferson J, Oregon PR. Melanonychia. Hindawi
dermatology Res Pract. 2012;18.
[21] Güneş P, Göktay F. Melanocytic Lesions of the
Nail Unit. Dermatopathology. 2018;5(3):98107.
[22] Ohn J, Choe YS, Park J, Mun JH. Dermoscopic
patterns of fungal melanonychia: A comparative
study with other causes of melanonychia. J Am
Acad Dermatol. 2017;76(3):488-493.
[23] RAFLI, Rhandyka., Anggraini D., Pitra DAH.,
et al. Radiotherapy Adverse Effects Management
Training for Health Workers in Andalas
University Hospital. Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm), [S.l.], v.
5, n. 7, p. 2043-2051,
doi:https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i7.6865.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Cancer services in Indonesia have experienced a rapid increase with the addition of radiotherapy facilities in various hospitals. Increasing radiotherapy facilities will also increase the incidence of adverse radiation effects. Based on the initial survey, it was found that health workers from various professions, including doctors, nurses, and radiographers, did not understand radiotherapy and the side effects that could occur to patients. Training aims: To increase the knowledge of health workers and skills in managing adverse effects according to the competence of each profession. Pre-training survey was used to find the knowledge and skills discrepancy. Online training is provided with knowledge transfer, followed by monitoring practice in the field. It was found that the understanding and skills of health workers regarding the adverse effects of radiation increased, Based on the results of the pre-test, post-test, and practice evaluation of 37 training participants. It is hoped that from this training, the quality of cancer services will be better and can improve the quality of life of patients undergoing radiotherapy treatment Keywords: Radiotherapy, Adverse Effects, Health Workers
Article
Full-text available
Onychoscopy is being increasingly used as a diagnostic modality for various nail diseases. Initial research had focused mainly on nail pigmentation and nailfold capillaroscopy; however, it is now being evaluated in various infectious and inflammatory nail disorders as well. The present review aims to summarize current knowledge about onychoscopic diagnostic criteria in nail diseases. The best level of evidence attached to each indication is mentioned to answer the pertinent question: How much can we rely on onychoscopy in confirming diagnosis of nail disease?
Article
Answer questions and earn CME/CNE To update the melanoma staging system of the American Joint Committee on Cancer (AJCC) a large database was assembled comprising >46,000 patients from 10 centers worldwide with stages I, II, and III melanoma diagnosed since 1998. Based on analyses of this new database, the existing seventh edition AJCC stage IV database, and contemporary clinical trial data, the AJCC Melanoma Expert Panel introduced several important changes to the Tumor, Nodes, Metastasis (TNM) classification and stage grouping criteria. Key changes in the eighth edition AJCC Cancer Staging Manual include: 1) tumor thickness measurements to be recorded to the nearest 0.1 mm, not 0.01 mm; 2) definitions of T1a and T1b are revised (T1a, <0.8 mm without ulceration; T1b, 0.8-1.0 mm with or without ulceration or <0.8 mm with ulceration), with mitotic rate no longer a T category criterion; 3) pathological (but not clinical) stage IA is revised to include T1b N0 M0 (formerly pathologic stage IB); 4) the N category descriptors "microscopic" and "macroscopic" for regional node metastasis are redefined as "clinically occult" and "clinically apparent"; 5) prognostic stage III groupings are based on N category criteria and T category criteria (ie, primary tumor thickness and ulceration) and increased from 3 to 4 subgroups (stages IIIA-IIID); 6) definitions of N subcategories are revised, with the presence of microsatellites, satellites, or in-transit metastases now categorized as N1c, N2c, or N3c based on the number of tumor-involved regional lymph nodes, if any; 7) descriptors are added to each M1 subcategory designation for lactate dehydrogenase (LDH) level (LDH elevation no longer upstages to M1c); and 8) a new M1d designation is added for central nervous system metastases. This evidence-based revision of the AJCC melanoma staging system will guide patient treatment, provide better prognostic estimates, and refine stratification of patients entering clinical trials.
Article
Background: Diagnosing fungal melanonychia (FM) is often difficult because it mimics melanonychia caused by other factors. Dermoscopy is helpful in the setting of nail pigmentation. However, the diagnostic characteristics of FM on dermoscopy are not fully elucidated. Objective: We sought to determine the dermoscopic characteristics of FM. Methods: We evaluated the dermoscopic patterns of FM diagnosed at 2 university hospitals from January 2010 to February 2016. We included nail matrix melanocytic activation, nail matrix nevi, and nail unit malignant melanomas as control groups for comparison. Results: In all, 18 FM, 24 melanocytic activation of the nail matrix, 27 nail matrix nevi, and 11 malignant melanoma cases were analyzed. Statistical analysis revealed that yellow color, multicolor pattern, nonlongitudinal homogenous pattern, reverse triangular pattern, subungual keratosis, white or yellow streaks, and scales on the nail were more frequent in FM. However, gray color, longitudinal pattern, and pseudo-Hutchinson sign were less frequent in FM than in controls. Limitations: This was a retrospective study from 2 university hospitals, with a small sample size. Conclusion: The results revealed distinctive dermoscopic patterns for FM. Therefore, dermoscopy can be a useful ancillary tool for diagnosing FM.
Article
Subungual melanoma is a melanocytic malignant tumor that involves any part of the nail apparatus. In most cases, the lesion occurs in the nail matrix. Some rare cases, however, may have their origin in the nail bed. Nail melanoma belongs to the acral lentiginous melanoma group in the histopathological subclassification of melanoma.
Article
The Journal of Investigative Dermatology publishes basic and clinical research in cutaneous biology and skin disease.
Article
Dermoscopy is a noninvasive tool that can be helpful in the diagnosis of nonpigmented skin tumors. This is because dermoscopy permits the visualization of key vascular structures that are usually not visible to the naked eye. Much work has concentrated on the identification of specific morphologic types of vessels that allow a classification into melanocytic versus nonmelanocytic and benign versus malignant nonpigmented skin tumors. Among a broad spectrum of different types of vascular patterns, six main morphologies can be identified. These are comma-like, dotted, linear-irregular, hairpin, glomerular, and arborizing vessels. With some exceptions, comma, dotted, and linear irregular vessels are associated with melanocytic tumors, while the latter three vascular types are generally indicative of keratinocytic tumors. Aside from vascular morphology, the architectural arrangement of vessels within the tumor and the presence of additional dermoscopic clues are equally important for the diagnosis. This article provides a general overview of the dermoscopic evaluation of nonpigmented skin tumors and is divided into two parts. Part I discusses the dermoscopic vascular patterns of benign and malignant melanocytic skin tumors. Part II discusses the dermoscopic vascular patterns of benign and malignant nonmelanocytic nonpigmented skin tumors. In each part, additional special management guidelines for melanocytic and nonmelanocytic nonpigmented skin tumors, respectively, will be discussed.
Article
Acral lentiginous melanoma (ALM) is a rare but distinctive subtype of melanoma. The diagnosis is often delayed and misdiagnosis is common, due to frequently unusual clinical presentation and a higher rate of amelanosis than in other melanoma subtypes. We aimed to investigate the dermoscopic features of a large series of ALM in a white-skinned population, in order to emphasize their diagnostic value. All recorded dermoscopic photographs of ALM, including nail unit variants, were collected from the files of the University Hospital Department of Dermatology (Lyons, France) and reviewed. In total 110 lesions, including 66 (60%) palmoplantar ALM and 44 (40%) ALM of the nail apparatus, were analysed for dermoscopic characteristics. The mean Breslow thickness was 2.6 mm. In volar skin melanomas, the two most prevalent patterns were irregular diffuse pigmentation (60%) and the parallel-ridge pattern (53%). Minor dermoscopic patterns, commonly noted in benign lesions, were also detected but only focally within the lesions. Among the 44 nail unit lesions, 31 (70%) presented irregular lines with variegations in colours, spacing, width and disruption of parallelism. Two cases of melanonychia striata had a triangular shape. Both corresponded to early ungual ALM. Association with subungual haemorrhage was not uncommon. The study included 37 (34%) amelanotic melanomas. However, dermoscopy enabled detection of microscopic remnants of pigmentation in most cases. The vascular pattern found in almost half of these lesions was polymorphous, with combinations of milky-red areas (95%), linear irregular vessels (49%), dotted vessels (43%) and hairpin vessels (41%). The presence of a parallel-ridge pattern and/or irregular diffuse pigmentation within the lesion is highly indicative of melanoma on volar skin. An irregular lines pattern is the most prominent dermoscopic feature of pigmented ALM of the nail apparatus. Amelanotic ALM either in volar skin or in nail apparatus is characterized by remnants of pigmentation and a polymorphic vascular pattern.
Article
Subungual melanoma is an uncommon form of acral melanoma that arises within the nail bed. The incidence for acral melanomas is similar worldwide, but the proportion is higher in dark-skinned individuals. The subungual form represents about 2% of cutaneous non-sun induced melanomas in the western world, and up to 75% in Africans, 10% in Japanese, and 25% in the Chinese of Hong Kong. Up to 33% of subungual melanomas are amelanotic. Black pigmentation of the adjacent nail fold, termed Hutchinson's sign, may be a diagnostic clue. Non-specific features and symptoms along with a high incidence of amelanosis often lead to delayed diagnosis, disease progression, and a poor prognosis with challenging treatment options.