ArticlePDF Available

Studi Eksperimen Non-Destructive Test dengan Metode Semi-Direct pada Beton

Authors:

Abstract

Teknik pengukuran kualitas beton dapat dideteksi dengan mengetahui besarnya kecepatan perambatan gelombang ultrasonik. Dalam prosesnya, akurasi hasil pengukuran ditentukan oleh jarak transducer dan receiver, mutu material, impedansi akustik material, dan salah satunya homogenitas material. Hingga kini, metode yang populer digunakan adalah direct dan indirect untuk mengetahui kualitas material dan deteksi kerusakan pada beton. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah ketika kedua metode tersebut tidak dapat digunakan disebabkan kondisi eksisting Gedung. Skema uji semi-direct diusulkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang tidak dapat dijangkau oleh metode direct dan indirect. Hasil akhir pengujian menunjukkan tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan metode yang lainnya dengan selisih hasil pengujian 30%.
E-ISSN: 2528-388X INERSIA
P-ISSN: 0213-762X Vol. 18, No.1, Mei 2022
*Corresponding author.
E-mail: iskandaryasin@ustjogja.ac.id
https://doi.org/10.21831/inersia.v18i1
Received 17 April 2022; Revised 27 Mei 2022; Accepted 29 Mei 2022
Available online 31 May 2021
Studi Eksperimen Non-Destructive Test dengan Metode Semi-
Direct pada Beton
Faqih Ma’arif a, Iskandar Yasina,* Zainul Faizien Hazaa
a Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta 55281, Indonesia
keywords:
Non-Destructive Test
UPV
semi-direct
kata kunci:
Non-Destructive Test
UPV
semi-langsung
ABSTRACT
This study aims to determine the important role of the semi-direct method in concrete
using Ultrasonic Pulse Velocity (UPVM). The test method used a laboratory
experiment consisting of 18 normal concrete specimens with a quality of 20 MPa, 25
MPa, and 30 MPa respectively. Each variant was tested by Non-Destructive Testing
using the direct method with a total of 54 points, and each variance consisted of 18
(eighteen) points. As for the semi-direct method, 180 points were tested, with each
variance tested using different distances at the top and bottom using the notation
(S20A; S20B; S25A; S25B; and S30A; S30B). The destructive test was carried out
after 28 days old. The test results show that the pulse velocity propagation is
determined by the quality of the concrete, density, distance, and aggregates. The semi-
direct test has the best accuracy at the distance of 100 mm (Transducer and Receiver),
and the value of the deviation for the semi-direct test compared to the direct method
at that distance is 20% for all tests categories. These results can be used as a reference
for the circular column test with the placement of the second model point (minimum
distance of 100 mm).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penting metode semi-direct pada beton dengan
menggunakan Ultrasonic Pulse velocity (UPVM). Metode pengujian menggunakan eksperimen
laboratorium yang teridiri dari 18 benda uji beton normal dengan mutu 20 MPa, 25 MPa dan
30 MPa. Masing-masing varian diuji NDT dengan metode direct dengan total 54 titik, dan
masing-masing varians terdiri 18 (delapan belas) titik. Sedangkan untuk metode semi-direct
dilakukan pengujian 180 titik, dengan masing-masing varian diuji menggunakan jarak berbeda
pada bagian atas dan bawah menggunakan notasi (S20A; S20B; S25A; S25B; dan S30A; S30B).
Uji destructive dilaksanakan setelah benda uji berumur 28 hari. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa kecepatan perambatan gelombang ditentukan oleh mutu beton, kerapatan, dimensi dan
agregat. Pengujian semi-direct memiliki tingkat akurasi pembacaan terbaik pada jarak
Transducer dan Receiver sebesar 100 mm; dan besarnya deviasi untuk pengujian semi-direct
dibandingkan dengan metode direct pada jarak tersebut adalah 20% untuk semua kategori
pengujian. Nilai tersebut dapat dijadikan rujukan untuk skema pengujian kolom berbentuk
lingkaran dengan penempatan titik model kedua (jarak minimal 100 mm).
`
This is an open access article under the CCBY license.
1. Pendahuluan
Penilaian kondisi bangunan rumah tinggal menjadi hal
penting dalam beberapa dekade mendatang, karena salah
satu hal yang sering dipertanyakan oleh para ahli di bidang
struktur adalah perihal kualitas beton, kualitas baja
tulangan, terutama pada daerah sendi plastis atau
hubungan balok dan kolom. Non-destructive test dengan
Ultrasonic Pulse Velocity merupakan salah satu
seperangkat instrumen yang digunakan untuk mengetahui
kualitas beton terpasang dilapangan (kondisi eksisting).
Dengan alat ini dapat diketahui nilai kecepatan rambat
gelombang yang dipancarkan dari transducer dan diterima
Faqih Ma’arif, dkk. INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022
45
oleh receiver, cara bekerjanya sederhana dan mudah
diaplikasikan dalam pekerjaan proyek konstruksi [1]-[12].
.
Dalam proses pelaksanaan pengujian, terdapat 3 (tiga)
metode yang digunakan untuk menilai kualitas material
diantaranya adalah (1) langsung (direct); (2) tidak
langsung (indirect); dan (3) semi langsung (semi-direct).
Metode direct merupakan salah satu uji yang secara umum
digunakan untuk memprediksi besarnya kuat tekan beton,
pengujian ini paling banyak diimplementasikan dan
memiliki nilai akurasi yang paling baik diantaranya dua
uji lainnya. Selanjutnya uji indirect merupakan uji tidak
langsung yang dapat digunakan untuk mendeteksi retak
pada beton ataupun cacat lainnya pada struktur, yang
mana tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode
direct. Sedangkan uji semi-direct memiliki tingkat akurasi
yang cenderung kurang baik dibandingkan dengan kedua
uji sebelumnya [4]-[6].
Namun demikian, pengujian semi-direct dibutuhkan
terutama untuk kondisi eksisting yang sulit untuk
dijangkau, terutama pada kasus dimana antara Transducer
dan Receiver dalam posisi tidak saling berhadapan
(Gambar 1). Dalam hal ini, uji semi-direct sangat
dibutuhkan dan berperan penting untuk menghasilkan
suatu prediksi kualitas bangunan yang ditinjau.
Gambar 1. Pola pengujian semi-direct [9]
Skema di atas berlaku untuk benda uji berbentuk persegi
dan dapat ditemui pada kolom langsing ataupun kolom
pendek. Riset terapan lainnya terkait uji semi-direct
dilakukan pada benda uji dinding sebagaimana pada
Gambar 2.
Gambar 2. Pola pengujian semi-direct [13]
Transducer bergerak tegak lurus dengan receiver pada
titik 1 (kesatu), titik 2 (kedua) dan seterusnya hingga
menempati grid system yang telah ditentukan. Dalam hal
ini didapatkan hubungan antara pulse velocity (v) dan
posisi titik uji yang bervariasi.
Dalam hal sebuah kasus yang ditinjau berbentuk
lingkaran, belum ditemukan formulasi yang tepat dan
memadai. Uji eksperimen terkait hal tersebut perlu
dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan sebuah solusi
model pengujian yang dapat diterapkan dalam kondisi di
lapangan. Oleh karena itu, minimnya referensi tentang hal
ini penting untuk dapat diselesaikan melalui berbagai
skema modifikasi uji antar titik Transducer dan Receiver.
2. Metode
Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah
eksperimen laboratorium. Benda uji terdiri dari 18
specimen dengan varian S20, S25, dan S30. Masing-masing
varian memiliki kualitas beton yang berbeda diantaranya
adalah 20 MPa, 25 MPa dan 30 MPa sebagaimana pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah benda uji
No
Mutu beton
Jumlah benda
uji
Kuat
tekan
Jumlah titik pengujian
Semi direct
1
S20
6
6
60
2
S25
6
6
60
3
S30
6
6
60
Jumlah
18
18
180
keterangan:
S20: benda uji silinder dengan kuat tekan 20MPa; S25: benda uji silinder dengan kuat tekan 25MPa
S30: benda uji silinder dengan kuat tekan 30MPa
Konsep pengujian Ultrasonic Pulse Velocity mengacu
kepada ASTM C597-02-2003 sebagaimana Gambar 1.
T
R
1
2
R
T
specimen
INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022 Faqih Ma’arif, dkk.
46
Gambar 3. Konsep pengujian UPV [12]
Berdasarkan standar Eropa EN 12504-4, BS EN 12504-4
dan ASTM C597-02 (2003) dua metode transmisi
(transducer dan receiver) diterapkan dengan sistem
frekuensi pengiriman gelombang sebesar 54kHz. Dalam
pelaksanaannya, metode pengujian UPV dibagi menjadi
tiga diantaranya adalah: (1) pengujian langsung (direct);
(2) pengujian tidak langsung (indirect); dan (3) pengujian
semi-direct. Masing-masing metode memiliki keunggulan
dan kelemahan tergantung dari kondisi di lapangan.
2.1. Direct test
Mekanisme untuk pengujian Non-Destructive Test dengan
Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dilaksanakan pada benda
uji berumur 28 hari. Setiap varian pengujian diambil tiga
titik data dengan pola sebagaimana pada Gambar 4.
Gambar 4. Pola pengujian direct pada benda uji 150x300 mm
(tampak depan) [8]
Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan metode pengujian
direct pada silinder beton dengan tiga varian mutu (20
MPa, 25 MPa dan 30 MPa) yang jumlah 3 (tiga) titik
pengujian. jumlah total titik pengujian untuk setiap varian
adalah 54 (lima puluh empat).
Gambar 5. Pengujian direct pada benda uji silinder 150 mm x
300 mm (tampak samping) [11]
Besarnya nilai kecepatan perambatan gelombang dihitung
dengan persamaan (2).
󰇛󰇜
Keterangan: V: kecepatan (km/s); L: Panjang (m); T:
Travel time (μs)
2.2. Usulan Semi direct test
Pengujian semi direct dilaksanakan apabila pengujian
direct dan indirect tidak dapat diimplementasikan. Kasus
yang sering dijumpai adalah kondisi eksisting yang
menyulitkan sehingga dibutuhkan inovasi metode untuk
mengevaluasi mutu beton. Usulan yang dilaksanakan
mengacu pada Gambar 6 dengan berfokus pada receiver
yang digerakkan pada bidang permukaan silinder.
Sedangkan untuk posisi Transducer tetap pada bidang
muka. Jarak antar keduanya berubah-ubah dan setiap
kecepatan perambatan gelombang dianalisis sesuai
dengan besaran jaraknya.
A1
A2
A3
D
h
T
T
R
R
Faqih Ma’arif, dkk. INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022
47
Gambar 6. Metode pengujian semi-direct test
keterangan: (1) T : transducer; (2) R : receiver.
Gambar 7. Ilustrasi pengujian tampak samping
Gambar 6 melaporkan tentang metode usulan semi-direct
untuk benda uji berbentuk silinder. Transducer diletakkan
dalam satu titik, kemudian Receiver diposisikan pada lima
titik yang berbeda untuk sisi yang melingkar. Besaran L1
sampai dengan L5 diukur untuk mendapatkan besarnya
kecepatan pada setiap titik pengujian. Setiap benda uji
dilakukan 5 (lima) kali uji, sehingga untuk total jumlah uji
adalah 120 (seratus dua puluh). Sebagai catatan penting,
proses pengujian dilaksanakan pada sisi bawah dan atas
untuk akurasi data yang dihasilkan.
2.3. Uji kuat tekan
Pengujian kuat tekan beton dilaksanakan dengan mengacu
pada Gambar 8. Menggunakan mesin uji CONTROLS
AUTOMAX 5 Automatic EN Compression Testers
kapasitas 3000 kN.
Sebelum dilaksanakannya pengujian tekan, modulus juga
diperhitungkan [11], benda uji diberi capping yang
berfungsi untuk meratakan beban. Besarnya kuat tekan
dihitung sesuai dengan ASTM C39/C39M-14 pada
Persamaan (2).
󰇛󰇜
keterangan: σ: tegangan (MPa); P: Beban (kN); A: Luas
(mm2).
3. Pembahasan
3.1. Pengujian langsung (direct test)
Pengujian langsung dilaksanakan untuk tiga kategori kuat
tekan beton yaitu 20 MPa, 25 MPa, dan 30 MPa. Hasil
pengujian tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengujian direct untuk variasi mutu beton
No
Mutu
20MPa
Jarak
(mm)
Titik
pengujian
TT
Mutu
25MPa
Jarak
(mm)
Titik
pengujian
TT
Mutu
30MPa
Jarak
(mm)
Titik
pengujian
TT
1
S20A
30.40
A1
22.00
S25A
30.70
A1
21.00
S30A
30.18
A1
20.00
30.50
A2
22.00
30.60
A2
21.00
30.07
A2
21.00
30.40
A3
22.50
30.60
A3
21.00
29.92
A3
21.00
2
S20B
30.50
A4
21.00
S25B
30.40
A4
21.00
S30B
30.18
A4
20.00
30.50
A5
21.00
30.40
A5
14.50
30.07
A5
20.00
30.50
A6
21.00
30.40
A6
21.00
29.92
A6
20.50
3
S20C
30.60
A7
20.50
S25C
30.50
A7
21.00
S30C
30.18
A7
20.00
30.70
A8
21.50
30.60
A8
22.00
30.07
A8
20.00
30.60
A9
23.00
30.70
A9
22.00
29.92
A9
21.00
4
S20D
30.20
A10
23.00
S25D
30.30
A10
21.50
S30D
30.18
A10
20.50
30.20
A11
21.50
30.30
A11
22.50
30.07
A11
21.00
30.10
A12
21.50
30.30
A12
21.00
29.92
A12
20.00
5
S20E
30.60
A13
20.50
S25E
30.30
A13
21.50
S30E
30.18
A13
21.50
30.60
A14
21.00
30.50
A14
21.50
30.07
A14
21.00
30.80
A15
23.50
30.30
A15
21.50
29.92
A15
21.50
6
S20F
30.60
A16
20.50
S25F
30.60
A16
22.00
S30F
30.18
A16
21.00
30.60
A17
20.50
30.40
A17
22.00
30.07
A17
20.50
L5
L4
L3
L1
L2
T
R5
R4
R3
R1
R2
T
R
T
R
h
D
R
R
R
R
INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022 Faqih Ma’arif, dkk.
48
No
Mutu
20MPa
Jarak
(mm)
Titik
pengujian
TT
Mutu
25MPa
Jarak
(mm)
Titik
pengujian
TT
Mutu
30MPa
Jarak
(mm)
Titik
pengujian
TT
30.70
A18
21.00
30.50
A18
22.00
29.92
A18
21.00
keterangan: TT: travel time (μs); S20: kuat tekan beton
silinder 20 MPa; S25: kuat tekan beton silinder 25 MPa;
dan S30: kuat tekan beton silinder 30 MPa.
Selanjutnya, hasil pengujian direpresntasikan ke dalam
kecepatan sebagaimana pada Tabel 3 dengan
menggunakan Persamaan (2)
Tabel 3. Analsis kecepatan rambat gelombang
No
Mutu
20MPa
Titik
pengujian
V
(km/s)
Mutu
25MPa
Titik
pengujian
V
(km/s)
Mutu
30MPa
Titik
pengujian
V
(km/s)
1
S20A
A1
1.38
S25A
A1
1.46
S30A
A1
1.51
A2
1.39
A2
1.46
A2
1.43
A3
1.35
A3
1.46
A3
1.42
rerata
1.37
rerata
1.46
rerata
1.45
2
S20B
A4
1.45
S25B
A4
1.45
S30B
A4
1.51
A5
1.45
A5
2.10
A5
1.50
A6
1.45
A6
1.45
A6
1.46
rerata
1.45
rerata
1.67
rerata
1.49
3
S20C
A7
1.49
S25C
A7
1.45
S30C
A7
1.51
A8
1.43
A8
1.39
A8
1.50
A9
1.33
A9
1.40
A9
1.42
rerata
1.42
rerata
1.41
rerata
1.48
4
S20D
A10
1.31
S25D
A10
1.41
S30D
A10
1.47
A11
1.40
A11
1.35
A11
1.43
A12
1.40
A12
1.44
A12
1.50
rerata
1.37
rerata
1.40
rerata
1.47
5
S20E
A13
1.49
S25E
A13
1.41
S30E
A13
1.40
A14
1.46
A14
1.42
A14
1.43
A15
1.31
A15
1.41
A15
1.39
rerata
1.42
rerata
1.41
rerata
1.41
6
S20F
A16
1.49
S25F
A16
1.39
S30F
A16
1.44
A17
1.49
A17
1.38
A17
1.47
A18
1.46
A18
1.39
A18
1.42
rerata
1.48
rerata
1.39
rerata
1.44
Jumlah rerata
1.42
Jumlah rerata
1.46
Jumlah rerata
1.46
Berdasarkan pada Tabel 3 besarnya kecepatan perambatan
gelombang S20, S25, dan S30 berturut-turut sebesar 1.42
km/s, 1.46 km/s, dan 1.46 km/s.
Gambar 8. Pengujian kuat tekan beton [14]
Gambar 9. Hubungan antara kecepatan dan kuat tekan
Gambar 9 menunjukkan bahwa kecepatan perambatan
gelombang linear dengan kuat tekan betonnya. Semakin
tinggi kuat tekan beton, rapat masa semakin baik, dan akan
h
D
Faqih Ma’arif, dkk. INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022
49
berpengaruh terhadap pembacaan kecepatan perambatan
gelombang ultrasonik. Pada media padat, kecepatan akan
meningkat sedemikian rupa sehingga pada kasus tertentu
seperti keadaan beton retak, dapat dideteksi dengan
melemahnya nilai travel time di zona yang mengadung
cacat merujuk pada [15].
Selanjutnya, nilai yang dihasilkan dapat
ditransformasikan kedalam persamaan yang bermuara
kepada tindakan mitigasi untuk rencana tindaklanjut
proses perbaikan, atau perkuatan sebuah struktur
bangunan. Gambar 9 juga menunjukkan bahwa
pencapaian uji kecepatan rambat gelombang senada
dengan [8][12]-[15] sehingga keandalan uji ini masih
dapat dipertanggungjawabkan.
2.2. Pengujian semi-direct
Pengujian semi-direct jarang digunakan dalam aplikasi di
lapangan. Pada umumnya pengujian NDT menggunakan
UPV cenderung dititikberatkan kepada uji direct dan dan
indirect. Hal ini karena hasilnya lebih akurat [14] terutama
pada pengujian direct [14]-[17]. Dalam pengujian ini,
pembacaan kecepatan perambatan gelombang
sebagaimana pada Gambar 10 sampai dengan Gambar 12
dengan hasil disajikan pengujian pada Tabel 4 sampai
dengan Tabel 6.
Titik pengujian dilaksanakan secara merata pada bidang
permukaan silinder beton yang di notasikan dengan
Transducer (R) dan Receiver (R) yang menempati sepuluh
titik berbeda untuk bagian atas dan bawah. Data yang
didapatkan harus dianalisis ulang menggunakan metode
Chauvenet’s Criterion untuk dapat menemukan bahwa
data berdistribusi normal pasca analisis ANOVA.
Sehingga data yang berada di luar layer tersebut dapat
dihapus dari kumpulan data yang sudah terekam. Dalam
hal ini, fokus utama analisis tersebut didasarkan kepada
posisi transducer dan receiver yang saling berhadapan.

󰇛󰇜
keterangan: (a) Dmax: deviasi maksimum yang diijinkan; (b) x:
nilai outlier data; (c) : nilai rerata; (d) Sx: standar deviasi; (5) |
. | nilai absolut.
Langkah ini diambil karena konsep utama semi-direct
menitikberatkan kepada proses pengujian yang mana
kedua variabel tidak saling berhadapan. Di sisi yang lain,
pengukuran dengan titik T dan R yang berbeda dilakukan
untuk memprediksi jarak optimum antara transducer dan
receiver pada bidang muka lingkaran. Sehingga akibat
pengaruh tersebut akan didapatkan hubungan antara
kecepatan (V) dan jarak (mm) sebagaimana pada Gambar
9 sampai dengan Gambar 11.
Sebuah temuan dalam penelitian ini untuk masing-masing
kategori kuat tekan ditemukan bahwa jarak terbaik untuk
uji langsung adalah pada nilai 100 mm, yang
mengindikasikan nilai stabil pada semua pengujian yang
telah dilaksanakan.
Representasi dari Tabel 4 sampai dengan Tabel 6
diilustrasikan ke dalam Gambar 10 sampai dengan
Gambar 12 untuk setiap variasi mutu pengujian dengan
jarak masing-masing dari L1 sampai dengan L5. Gambar
10 sampai dengan Gambar 12 juga merupakan sebaran
data pengujian UPV silinder beton pada dua bidang muka
(bagian atas dan bawah), dengan variasi jarak yang
berbeda.
Gambar 10. Hubungan antara kecepatan dan jarak untuk
kualitas beton 20 MPa
Hasil pengujian menunjukkan konsistensi data kecepatan
pada saat kisaran jarak 100 mm-150 mm untuk masing-
masing kualitas beton 20 MPa, 25 MPa dan 30 MPa
dengan nilai berturut-turut sebesar 4.79 km/s, 4.09 km/s,
dan 3.44 km/s yang mengandung arti bahwa beton
memiliki kualitas yang baik sebagaimana yang dihasilkan
oleh [18-20].
Gambar 11. Hubungan antara kecepatan dan jarak untuk
kualitas beton 25 MPa
INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022 Faqih Ma’arif, dkk.
50
3.3. Pengujian kuat tekan beton
Pengujian kuat tekan dilakukan pada benda uji silinder
dengan dimensi 150 mm x 300 mm yang berumur 28 hari,
perawatan dengan cara perendaman. kecepatan
Pembebanan benda uji pada rentang nilai 0.15 MPa/detik
sampai dengan 0.35 MPa/detik [11].
Tabel 4. Hasil pengujian semi-direct mutu 20 MPa
Mutu
20MPa
Titik
pengujian
Jarak, pembacaan travel time, dan kecepatan
Jarak
(mm)
S20A
V
(km/s)
Jarak
(mm)
S20B
V
(km/s)
Jarak
(mm)
S20C
V
(km/s)
Jarak
(mm)
S20D
V
(km/s)
Atas
R1
60
18.00
3.33
60
23.00
2.61
68
27.00
2.52
68
33.00
2.06
R2
100
48.00
2.08
100
34.50
2.90
119
47.50
2.51
119
28.00
4.25
R3
150
37.50
4.00
150
37.00
4.05
151
32.00
4.72
151
33.00
4.58
R4
100
28.50
3.51
100
36.00
2.78
120
25.50
4.71
120
33.50
3.58
R5
60
16.00
3.75
60
48.50
1.24
64
40.00
1.60
64
28.00
2.29
Bawah
R1
67
42.00
1.60
67
29.00
2.31
63
24.50
2.57
63
27.50
2.29
R2
123
85.50
1.44
123
22.50
5.47
121
27.00
4.48
121
35.00
3.46
R3
151
19.00
7.95
151
37.00
4.08
150
35.00
4.29
150
32.00
4.69
R4
118
80.00
1.48
118
41.50
2.84
120
28.00
4.29
120
40.00
3.00
R5
70
22.50
3.11
70
44.00
1.59
62
33.50
1.85
62
25.00
2.48
Tabel 5. Hasil pengujian semi-direct mutu 25 MPa
Mutu
25MPa
Titik
pengujian
Jarak
(mm)
S25A
V
(km/s)
Jarak
(mm)
S25B
V (km/s)
Jarak
(mm)
S25C
V
(km/s)
Jarak
(mm)
S25D
V
(km/s)
Atas
R1
64
22.50
2.84
64
27.50
2.33
66
20.50
3.22
66
28.00
2.36
R2
93
31.00
3.00
93
37.00
2.51
90
34.50
2.61
90
27.50
3.127
R3
153
36.50
4.19
153
37.00
4.14
151
38.00
3.97
151
42.50
3.55
R4
92
35.50
2.59
92
33.00
2.79
91
41.50
2.19
91
41.50
2.19
R5
61
24.50
2.49
61
41.50
1.47
60
42.50
1.41
60
37.00
1.62
Bawah
R1
61
13.50
4.52
61
28.00
2.18
62
16.50
3.76
62
15.00
4.13
R2
92
28.00
3.29
92
40.50
2.27
91
27.00
3.37
91
31.50
2.89
R3
156
37.00
4.22
156
38.50
4.05
150
34.50
4.35
150
35.50
4.23
R4
91
36.00
2.53
91
33.00
2.76
91
28.50
3.19
91
32.50
2.80
R5
63
22.50
2.80
63
22.50
2.80
62
33.00
1.88
62
18.00
3.44
Tabel 6. Hasil pengujian semi-direct mutu 30 MPa
Mutu
30MPa
Titik
pengujian
Jarak
(mm)
S25A
V
(km/s)
Jarak
(mm)
S25B
V (km/s)
Jarak
(mm)
S25C
V
(km/s)
Jarak
(mm)
S25D
V
(km/s)
atas
R1
68
33.50
2.03
68
26.50
2.57
61
33.30
1.83
61
24.50
2.49
R2
91
28.00
3.25
91
92.50
0.98
90.1
28.00
3.22
90.1
51.50
1.75
R3
152
55.00
2.76
152
37.50
4.05
150.5
55.00
2.74
150.5
36.50
4.12
R4
93
42.00
2.21
93
39.00
2.38
91
42.00
2.17
91
42.00
2.17
R5
67
34.00
1.97
67
37.00
1.81
61
34.00
1.79
61
38.00
1.61
bawah
R1
60.2
29.00
2.08
60.2
41.00
1.47
67
29.00
2.31
67
25.50
2.63
R2
90.4
38.00
2.38
90.4
41.50
2.18
91
38.00
2.39
91
75.50
1.21
R3
151.1
43.50
3.47
151.1
44.00
3.43
150.9
43.50
3.47
150.9
43.50
3.47
R4
91
28.00
3.25
91
36.00
2.53
90.2
28.00
3.22
90.2
35.50
2.54
R5
63
24.50
2.57
63
23.50
2.68
60.2
24.50
2.46
60.2
54.50
1.10
Gambar 12. Hubungan antara kecepatan dan jarak untuk
kualitas beton 30 MPa
Tabel 7 menunjukkan bahwa kuat tekan rerata untuk
benda uji S20, S25, dan S30 berturut-turut sebesar 22.65
MPa, 28.32 MPa, dan 26.24 MPa. hasil pengujian ini
sesuai target rencana untuk masing-masing spesimen
sebesar 20 MPa, 25 MPa dan 30 MPa.
Tabel 7. Hasil pengujian kuat tekan beton
No
Benda uji
Tinggi
Diameter
(mm)
P(kN)
fc’
1
S20A
306.00
150.00
390
22.08
2
S20B
305.00
150.00
410
23.21
3
S25A
303.70
148.00
500
29.08
4
S25B
30.340
158.00
540
27.56
5
S30A
301.80
149.90
570
32.31
6
S30B
299.40
148.70
350
20.16
Faqih Ma’arif, dkk. INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022
51
Pada saat pelaksanaan, kontrol ketat dilakukan sejak
proses pembuatan benda uji yang termasuk dalam hal ini
adalah pemilihan butir agregat, pemadatan, hingga
perawatan beton dalam kurun waktu usia 28 hari.
Selanjutnya, besarnya nilai kecepatan untuk masing-
masing kualitas beton berturut-turut sebesar 4.79 km/s;
4.09 km/s dan 3.44 km/s termasuk dalam kategori sangat
baik [16]-[17]. Apabila ditinjau dari akurasi pengujian
antara direct dan semi-direct untuk penempatan titik uji
horizontal didapatkan nilai pada Tabel 8. Dalam proses
pengambilan data dilaksanakan pada sisi silinder. Hasil
yang diperoleh merupakan rerata dari setiap 4 (empat)
benda uji silinder yang masing-masing nilai kecepatannya
terdiri dari bagian atas dan bawah.
Gambar 13. Hubungan antara kecepatan dan kuat tekan beton.
Tabel 8. Jarak T dan R minimum 60mm
No
Benda uji
V (direct)
(km/s)
V (semi -direct)
(km/s)
%
%
Rerata dev
1
S20A
4.34
2.63
38.02
41.84
2
S20B
5.25
2.19
45.66
3
S25A
3.96
2.69
37.17
32.29
4
S25B
4.21
3.65
27.40
5
S30A
3.42
2.23
44.84
46.01
6
S30B
3.46
2.12
47.17
Keterangan: (a) S20A: pengujian benda uji dengan kuat tekan 20 MPa
bagian atas; (b) pengujian kecepatan pada kuat tekan benda uji 25 MPa
bagian bawah; (c) S25A, S25B, S30A, S30B sebagaimana penjelasan pada
S20A.
Besarnya tingkat akurasi antara pengujian direct dan semi-
direct rerata untuk beton dengan kualitas 20 MPa, 25 MPa
dan 30 MPa, sebagaimana pada Tabel 8 berturut-turut
sebesar 41.84%, 32.29% dan 46.01%. Hal ini
mengandung arti bahwa pada skema jarak pengujian L1
(60 mm) terdapat deviasi pembacaan data yang cukup
besar. Apabila nilai tersebut ditingkatkan, maka level
akurasi disajikan pada Tabel 9.
Sedangkan untuk mempermudah visualisasi, perubahan
jarak L seperti pada Gambar 13. Sebagaimana pada Tabel
8, hasil data kecepatan tersebut berdasarkan rerata dari
nilai hasil uji empat buah silinder, yang diambil pada
bagian atas dan bawah, sehingga dengan banyaknya data
yang diperoleh merupakan representasi dari homogenitas
setelah lolos uji ANOVA.
Tabel 9. Jarak T dan R ditingkatkan menjadi 100mm
No
Benda uji
V (direct)
(km/s)
V (semi-direct)
(km/s)
%
%
Rerata
1
S20A
4.34
2.93
32.49
30.91
2
S20B
5.25
3.71
29.33
3
S25A
3.96
2.85
28.03
29.98
4
S25B
4.21
2.95
29.93
5
S30A
3.42
2.30
32.75
36.89
6
S30B
3.46
2.04
41.04
Merujuk pada Gambar 14 menyatakan bahwa tingkat
akurasi pembacaan ditentukan oleh jarak L pada pengujian
semi direct. Apabila dibandingkan dengan uji direct pada
peletakan titik yang sama pada masing-masing kualitas
beton berturut-turut sebesar 26.12%; 10.25% dan 19.82%.
Kondisi kerapatan juga mempengaruhi hasil pembacaaan
INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022 Faqih Ma’arif, dkk.
52
kecepatan pada metode semi-direct yang ditunjukkan
dengan penurusan deviasi dibandingkan dengan metode
direct pada kualitas beton 25 MPa dan 30 MPa.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian serta pengamatan
laboratorium dapat dilaporkan bahwa mempengaruhi
pembacaan pada UPV test diantaranya adalah temperatur
benda uji, Panjang lintasan gelombang 100 mm untuk
ukuran agregat 20mm, serta Panjang 150 mm untuk
ukuran agregat maksimum sebesar 40 mm, serta kondisi
kelembaban benda uji. Kondisi permukaan harus
dipastikan tidak lembab atau basah dan harus bersih
sebelum dilaksanakannya pengujian. Sehingga peran
operator terlatih dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
maksimal.
Gambar 14. Deviasi pembacaan pada jarak L yang berbeda
3. Simpulan
Hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa: (1)
besarnya nilai kecepatan perambatan gelombang pada
pengujian direct ditentukan oleh mutu beton, kerapatan,
serta dimensi agregat disamping kelembaban pada benda
uji; (2) pengujian semi-direct memiliki tingkat akurasi
yang cukup baik pada Jarak L sebesar 100mm; (3) hasil
pengujian kuat tekan beton untuk ketiga kategori beton
normal menunjukkan bahwa pada uji coba nilai deviasi
pengujian semi-direct dibandingkan uji direct pada jarak
minimal 100 mm memiliki deviasi lebih baik dengan
kisaran persentasi untuk masing-masing benda uji sebesar
26.12%; 10.25% dan 19.82% atau tidak lebih dari 20%.
Ucapan Terimakasih
Terima kasih kami haturkan kepada laboratorium Jurusan
Teknik Sipil, Universitas Negeri Yogyakarta atas
dukungan yang telah diberikan dalam pengujian Non-
Destructive Test menggunakan Ultrasonic Pulse Velocity.
Daftar Rujukan
[1] M. Kazemi, R. Madandoust, and J. de Brito,
“Compressive strength assessment of recycled
aggregate concrete using Schmidt rebound hammer
and core testing,” Constr. Build. Mater., vol. 224, no.
July, pp. 630638, 2019, doi:
10.1016/j.conbuildmat.2019.07.110.
[2] Breysse D., Balayssac J.P. Strength Assessment in
Reinforced Concrete Structures: From Research to
Improved Practices [J]. Construction and Building
Materials, 2018, V182: 1-9.
[3] Lee T., Lee J., Choi H. Assessment of Strength
Development at Hardened Stage on High-Strength
Concrete Using NDT. Applied Science, 2020, V10:
1-15.
[4] Kaplan M F. The Relation Between Ultrasonic
Pulse Velocity and the Compressive Strength of
Concretes Having the Same Workability but
Different Mix Proportions. Magazine of Concrete
Research, 1960, V12(34):1-8.
[5] Carcano R S, Moreno E.I. Evaluation of concrete
made with crushed limestone aggregate based on
ultrasonic pulse velocity. Construction and Building
Materials, 2008, V22: 12251231.
[6] Naffa S O., Goueygou M., Piwakowski B., Bodin F
B. Detection of chemical damage in concrete using
ultrasound. Ultrasonics, 2002, V40: 247251.
[7] Jain A., Kathuria A., Kumar A., et al. Combined
Use of Non-Destructive Tests for Assessment of
Strength of Concrete in Structure. The 2nd
International Conference on Rehabilitation and
Maintenance in Civil Engineering. Procedia
Engineering, 2013, V54: 241 251.
[8] F Ma’arif., Z Gao., F LI. Investigation of concrete
quality using Discrete Element Method (DEM).
Journal of Physics: Conference Series, International
Conference on Technology and Vocational Teachers
(ICTVT) , IOP Publishing, 2021, V1883: 012053.
[9] Qasrawi H Y., Concrete strength by Combined
Nondestructive Methods Simply and Reliably
Predicted. Cement and Concrete Research, V30:
739-746
[10] Carrillo J., Ramirez J., Marriaga J. L. Modulus of
elasticity and Poisson's Ratio of Fiber-Reinforced
Concrete in Colombia from Ultrasonic Pulse
Velocities [J]. Journal of Building Engineering,
2019, V23: 18-26.
[11] Ma’arif F., Gao Z., Li F. The Modelling of
Compressive Strength of Concrete on Discrete
Element Method. Journal of Physics, 2021, V1845:
012079
Faqih Ma’arif, dkk. INERSIA, Vol. 18, No. 1, Mei 2022
53
[12] ASTM C597-16. Standard Test Method for Pulse
Velocity through Concrete. American Society for
Testing and Materials International, 2016, V04.02.
[13] Chih-Hung Chiang, Po-Chih Chen, Semi-direct
measurements of ultrasonic pulse velocity in
proposed concrete reference specimens.
https://www.ndt.net/apcndt2001/papers/1207/1207.
htm
[14] ASTM C469 / C469M-14e1. Standard Test Method
for Static Modulus of Elasticity and Poisson's Ratio
of Concrete in Compression [B]. ASTM
International, 2016, v04.02.
[15] Faqih Ma’arif, Priyosulistyo Priyosulistyo, Ashar
Saputra. The Effect of Variation Concrete Cube of
Axial Load on Ultrasonic Pulse Velocity Transmitter
[16] F Ma’Arif, Z Gao, F Li, HU Ghifarsyam. The New
Analysis of Discrete Element Method Using ARM
Processor.
[17] F Ma’arif, Z Gao, F Li, HRC Priyosulityo.
Experiment Study of Ultrasonic Pulse Velocity Test
of R/C Column Under Axial Load Variation
[18] Al-Mufti R L., Fried A N. The Early Age Non-
Destructive Testing of Concrete Made with Recycled
Concrete Aggregate [J]. Construction and Building
Materials, 2012, V37: 379-386.
[19] Faqih Ma'arif Agus Santoso, Slamet Widodo.
Prediction of Lighweight Concrete Panel
Homogeneity by Ultrasonic Pulse Velocity (UPV).
[20] Faqih Ma’arif, Slamet Widodo, Agus Santoso.
Analisis Homogenitas Self Compacting Mortar
Menggunakan Serat Polypropylene Berdasarkan
Kecepatan Perambatan Gelombang Ultrasonik
(UPVM).
... Salah satu pengukuran kualitas beton adalah Non-destructive test (NDT) dengan Ultrasonic Pulse Velocity (UPV). Alat ini digunakan untuk menghitung kecepatan rambat gelombang yang dipancarkan transmiter dan diterima receiver pada suatu beton (Yasin & Haza, 2022). Instrument ini dapat memberikan banyak informasi tentang kondisi bagian dalam serta permukaan beton jika digunakan dengan benar dan benar. ...
Article
Full-text available
Meluasnya penggunaan beton dalam konstruksi bangunan mengakibatkan kebutuhan akan lebih banyak pada bahan bangunan penyusun beton itu sendiri. Masalah yang timbul dari ini, turunnya jumlah material penyusun beton, dalam hal ini kerikil. Pecahan batu karang yang sering disebut crushed coral limestone merupakan salah satu material alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas beton menggunakan batu karang sebagai pengganti kerikil pada variasi 5%, 25%, dan 50%, dan mengetahui pengaruh umur beton, mutu beton dan prosentasi batu karang terhadap kecepatan rambat gelombang menggunakan UPV. Hasil penelitian (1) kualitas beton menggunakan batu karang sebagai pengganti kerikil variasi 5%, 25%, dan 50%, menunjukan kualitas beton pada kategori “bagus” dan koefisien variasi pada kategori “sangat bagus (excelent)”. (2) kecepatan gelombang UPV dipengaruhi oleh umur beton, mutu beton dan prosentasi penambahan batu karang menggantikan kerikil. Hal ini ditunjukan pada penambahan batu karang sebesar 5% dan 25%, terjadi peningkatan kecepatan gelombang UPV, sedangkan variasi 50%, kecepatan gelombang menurun.
Article
Full-text available
Concrete is the primary material in construction, so it needs further research to get good quality concrete. The quality and durability of concrete are influenced by the amount and shape of the air cavity inside the concrete. With vibrating, the air that is inside the concrete will be lost. The benefits of vibration will only be achieved if planned and implemented with a suitable method. With proper vibration, the air in the concrete will come out and make porous concrete. Reduction or removal of air cavities will make concrete mixes strong with low permeability, increasing the durability of concrete. This study aims to determine the optimum strong vibrating on the compressive strength of Fc’ 21,7 Mpa concrete. Vibrating will be performed on cylinder concrete samples with a duration time of 3 minutes and with different variations in acceleration 160 m/s2, 170 m/s2, 180 m/s2, 190 m/s2, 200 m/s2, variation velocity 140 mm/s, 150 mm/s, 160 mm/s, 170 mm/s, 180 mm/s, displacement variation 600 mm, 800 mm, 1000 mm, 1200 mm, 1500 mm. Each variation consists of 7 concrete samples. These tests were performed with methods of external vibrating by using MBT Vibrating table CO-410 in fresh concrete. Compressive strength testing is carried out at 28 days. This study shows that the optimum strong vibrating with acceleration 180 m/s2, velocity 160 mm/s, and displacement 1000 mm with the resulting compressive strength is Fc’ 23.06 MPa. So that knowing the optimum vibration strength can be the basis for the implementation of vibration to get the planned concrete quality.
Article
Full-text available
Nowadays, Non-Destructive Tests have been applied in many quality evaluations of existing concrete structures. One of the Non-Destructive Tests (NDT) is based on Ultrasonic Pulse Velocity (UPV). The use of the UPV method, among others, estimates the strength of concrete, detects the presence of crack, measures the homogeneity of concrete, the thickness of the concrete slab, and estimates the embedded steel reinforcement diameter. The NDT technique will apply to this research. This research used 24 cylinder test samples in four groups, which were reference cylinder (SR), cylinder-1 (S-01) with 0.5 kg/m3 of fibers, cylinder-2 (S-02) with 1.0 kg/m3 of fibers, and cylinder-3 (S-03) with 1.5kg/m3 of fibers. Those cylinders were 150 mm in diameter and 300mm in height. The Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) test was conducted with the direct test method. The data are then analyzed using a statistical program. The test result showed that the addition of polypropylene fibers optimum and pulse velocity was 1kg/m3 and 3,19km/s, respectively. The increased pulse velocity transmitter higher on the variation of fibers 1kg/m3 is 9,12% compared to reference cylinder. The statistical test indicated that the significance value (2- 2-tailed test) is homogeneity sample. This means that the ultrasonic pulse velocity method can use to knowing of homogeneity self-compacting mortar using fibers. Keyword: Homogeneity, polypropylene, Ultrasonic pulse velocity Method
Article
Full-text available
This study describes the pattern of concrete damage to compressive and tensile strength on various of concrete quality using DEM (Discrete Element Method). Concrete was design as a uniform material in the three-dimensional analysis. Sphere particle is used to simplified the complex analysis. Laboratory testing is carried out to validate the performance of the DEM in the macroscopic model. Each variant has two specimens, the specimens consist of three different compressions, and the Brazilian splitting tensile test was 20MPa, 25MPa, and 30MPa. The test results show that the DEM analysis can model crack behavior under loads. The model was capable of predicting the performance of plain concrete with different qualities. The stress-strain curve, damage particle, velocity, and mechanical parameter of concrete quality were obtained. Finally, the uniform of spherical particle material is an alternative that can be proposed in the concrete laboratory-scale test modelling.
Article
Full-text available
This paper investigates the compressive strength of concrete in a 3-dimensional contact problem using the Discrete Element Method (DEM). This method was chosen because it can simulate the development of a single fracture up to massive fragmentation, including cracks pattern and coalition. The experimental test consisted of four cubes with 150x150x150 mm in dimensions, the constant of axial load applied to each specimen of 0.05Po up to 0.70Po. The data analysis has been carried out in Discrete Element and opensource three-dimensional code (YADE). The spherical Particles were used to the material models of concrete cubes. The pulse velocity parameter proposed to determine the behavior of the material during loading. The DEM and pulse velocity results illustrate the conformity of the relationship between stress and strain, deformation characteristics, and compressive strength of concrete.
Article
Full-text available
This study proposes model formulae for predicting the strength of concrete by analyzing the relationships between the results of nondestructive testing (NDT) methods and the compressive strength of concrete specimens at the hardened stage. Further, NDT of concrete molds and mock-up specimens was conducted using NDT methods (rebound hammer, ultrasonic pulse velocity). The water/cement (W/C) ratios were set to 0.48, 0.41, and 0.33 to achieve concrete strengths within the compressive strength range of 24–60 MPa. The evaluation parameters included the fresh concrete properties, compressive strength (mold and core), temperature history, maturity, rebound value, and ultrasonic pulse velocity. Evaluation results indicated that the reliability of existing models, based on the rebound and ultrasonic pulse velocity, is significantly low on high-strength concrete of 40 MPa or higher, and cannot satisfy the ±20% error range. Consequently, this study proposes a regression equation of the concrete strength based on the experimental rebound and ultrasonic pulse velocity values in a 24–60 MPa range, which offers satisfactory reliability.
Article
Full-text available
Nowadays, Non Destructive Tests have been applied in some quality evaluation of existing concretes on site. One of the Non Destructive Test (NDT) methods is the application of the Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) method. In general, utilizations of UPV as one of NDT methods are to estimate the strength of concrete, to detect the presence of crack, to measure the homogeneity of concrete and the thickness of concrete plate, and also to estimate the diameter of steel attached by using UPV. Concrete cube specimens consisted of four samples of 150x150 mm, which were control cube (KB-I), cube II (KB-II), cube III (KB-III) and cube IV (KB-IV) and were randomly taken. UPV test with a direct method was applied before and during axial load. The resultant data of pulse velocity were then calculated and analyzed by using a statistic program. The type of load applied was constant axial (0,05P 0 up to 0,7P 0). The test result showed that the increase of ultrasonic pulse velocity effect on cube II due to axial load variation was optimum at 0,35P 0 and was minimum at 0,7P 0 , if compared to the one without axial load, the results were 4,17% and 11,60 respectively. The decrease of pulse velocity on cube III due to axial load variation was at 0,25P 0 and 0,7P 0 ; if compared to the one without axial load the result were 0,47% and 20,87% respectively. And the increase of ultrasonic pulse velocity effect on cube IV due to axial load variation was optimum at 0,35P 0 and was minimum at 0,7P 0 ; if compared to the one without axial load the result were 0,52% and 21,63% respectively. The maximum limit of effective load step at structure experiencing compressive load ranged from 0,35P 0 up to 0,4P 0. At high stress level, the crack that occurred was spread evenly to the concrete cubic components and was giving an exponential equation y = y= 5,11e 0,0467x. The result of analysis of cubes II, III and IV showed that on paired sample t-test 0,00<0,025, the significant value (2-tailed) (0,00)<(0,025); meaning there was a difference of pulse velocity due to axial load variation on concrete cube.
Article
Full-text available
The main objective of this study was to estimate the compressive strength of recycled aggregate concrete (RAC) by means of Schmidt rebound hammer and core testing. The use of recycled aggregate in concrete has been shown to lead to a decrease in the construction cost and it can reduce the burden on the environment by saving natural aggregates. On the other hand, some non-destructive and semi-destructive techniques, such as Schmidt rebound hammer and core testing, are long-established methods for strength estimation of materials. Thus, the present study intended to obtain the compressive strength of RAC using these methods and then compare it with the results of 150 mm cube specimens. To achieve this goal, after producing concrete mixes with 70% replacement of recycled coarse aggregate, 96 cube specimens and 8 concrete slabs were cast to perform Schmidt rebound hammer, core and cube testing. In addition, the combination of the methods was used to obtain correlations between Schmidt rebound hammer and core testing. The results demonstrate that a multi-variable equation using these tests' results can efficiently predict the compressive strength of RAC and conventional concrete and is more promising than single-variable equations based on the Schmidt rebound hammer test results.
Article
Full-text available
Modulus of elasticity and Poisson’s ratio are the main mechanical properties of concrete for assessing the flexural and shear stiffness of concrete elements. Although steel fibers are beginning to be accepted in modern building codes, equations for estimating the elasticity modulus and Poisson’s ratio of Fiber Reinforced Concrete (FRC) are not provided in such building codes. Even though the direct measurement of the modulus of elasticity and the Poisson’s ratio is adequately established, the use of non-destructive methods such the Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) test offers an economical and easy alternative that must be explored. The aim of this paper is to propose empirical relationships for estimating the dynamic modulus of elasticity and Poisson's ratio of concrete reinforced with steel, synthetic and hybrid fibers, using results measured during the UPV tests. The research is also intended to assess results of models reported in a literature review, to evaluate the effect of test setup (direct, semi-direct and direct), and to establish a relationship between the dynamic modulus of elasticity of FRC and the characteristics of steel, polypropylene/polyethylene and hybrid fibers. The experimental program included dynamic non-destructive tests and static destructive tests of 29 concrete specimens. The variables included in the experimental program were the fiber type (steel, synthetic and hybrid), the fiber content and the ultrasonic pulse velocity setup (direct and semi-direct). The length, diameter and aspect ratio of fibers were 50 mm, 1.05 mm and 48 for the steel fibers, and 50 mm, 0.68 mm and 74 for the polypropylene/polyethylene synthetic fibers. Fiber volume fractions in the concrete varied between 0.17% and 0.93%. The study also compared the results obtained in the static tests with the dynamic results, in order to identify the differences between static and dynamic behavior. https://authors.elsevier.com/a/1YRpI8MyS8qcjV
Article
The nondestructive assessment of concrete strength in existing structures is a real and complex challenge. Recent research advances have been done, like the idea of conditional coring or the development of a bi-objective approach for assessing concrete variability. It will be shown here how, through the use of synthetic simulations and the analysis of uncertainty propagation in the investigation and assessment process, it is possible to (a) confirm the interest of these research results, (b) develop a consistent approach for an efficient and reliable assessment of concrete strength in existing structures. This work will be based on the definition of prescribed targets in terms of uncertainty of assessment and on the concept of risk, i.e. probability of missing the targets.
Article
Experiments have been made to investigate whether, for concrete of a given workability, the relation hetween ultrasonic pulse velocity and compressive strength is independent of variations in age and in mix proportions (i.e. aggregate/cement and water/cement ratios). It is concluded that, for concrete made of the same type of material, curves relating pulse velocity to compressive strength may be drawn for concrete of the same workability but different mix proportions, provided that the tests are done at the same age. When tests are done at different ages the relation is dependent on both mix proportions and age. This dependence is, however, not so apparent at low compressive strengths.