ChapterPDF Available

MEDIA BARU & PANDEMI COVID-19

Authors:

Abstract

Isi Book Chapter ini terdiri dari tiga tema. Tema pertama tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap media sosial. Pada tema itu ada tujuh penulis, masing-masing menguraikan tentang dampak pandemi terhadap perilaku dan media sosial, kecanduan pornografi, misinformasi, dan validitas data, hingga kreativitas yang ditimbulkan oleh kebosananan karena masa pandemi. Tema berikutnya yaitu tentang media sosial, persepsi masyarakat, dan pandemi Covid-19. Pada tema kedua ini para penulis mengutarakan tentang kepelikan aktivitas media sosial terhadap persepsi masyarakat dengan berbagi variasinya. Tema terakhir berisi tentang jurnalisme sains, di dalamnya ada tiga penulis berisi tentang jurnalisme sains di masa pande- mi, tantangan jurnalisme dalam menekan angka penyebaran Covid, serta merebaknya jurnalisme dan infodemik
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Media Sosial
Jurnalisme Sains dan Pandemi Covid-19
Media Sosial, Persepsi Masyarakat, dan Pandemi Covid-19
Book Chapter :
MEDIA BARU &
PANDEMI COVID-19
Kata Pengantar :
Dr. Suhadi Purwantara, M.Si. (Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNY)
Editor :
Awanis Akalili, S.I.P., M.A. & Benni Setiawan, S.H.I., M.S.I.
Penulis :
Febriansyah Kulau, Eugenius Damar Pradipta, Mawadah Dias Nita,
Lilian Ratu Lintang, Syarifah Nur Aini, Ilham Hilal Ramadhan,
Ryan Priatama, Rahmatullah Assyihabi, Tegar Satria Yudha Leksana,
Dyan Putri Amelia, Anggit Wara Sukesti, Bintan Auliya Qurrota A’yun,
Mas’ud Hamdani Bin Rohmad, Safiratul Khodijah, Az-Zuhaida
Book Chapter :
Media Baru dan Pandemi Covid-19
Penulis :
Febriansyah Kulau
Eugenius Damar Pradipta
Mawadah Dias Nita
Lilian Ratu Lintang
Syarifah Nur Aini
Ilham Hilal Ramadhan
Ryan Priatama
Rahmatullah Assyihabi
Tegar Satria Yudha Leksana
Dyan Putri Amelia
Anggit Wara Sukesti
Bintan Auliya Qurrota A’yun
Mas’ud Hamdani Bin Rohmad
Safiratul Khodijah
Az-Zuhaida
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
Book Chapter :
Media Baru dan Pandemi Covid-19
Penulis :
Febriansyah Kulau
Eugenius Damar Pradipta
Mawadah Dias Nita
Lilian Ratu Lintang
Syarifah Nur Aini
Ilham Hilal Ramadhan
Ryan Priatama
Rahmatullah Assyihabi
iii+116 hlm; 21,0 cm x 29,7 cm
ISBN : 978-623-98126-4-5
Editor :
Awanis Akalili, S.I.P., M.A.
Benni Setiawan, S.H.I., M.S.I.
Proofreader :
Febriansyah Kulau
Desainer Sampul dan Tata Letak :
Debora Glori Permatasari
Penerbit :
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
Cetakan pertama, Oktober 2021
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
ii
Tegar Satria Yudha Leksana
Dyan Putri Amelia
Anggit Wara Sukesti
Bintan Auliya Qurrota A’yun
Mas’ud Hamdani Bin Rohmad
Safiratul Khodijah
Az-Zuhaida
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Sub Tema 1 : Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Media Sosial
Kepelikan Aktivitas Media Sosial terhadap Persepsi Masyarakat di Masa
Pandemi Covid-19
Persepsi Masyarakat dan Isu-Isu Pandemi Covid-19 dalam Media Sosial
Media Sosial Wujud Kepedulian di Era Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 dalam Persepsi Masyarakat
Kecemasan dalam Media Sosial Kala Pandemi Covid-19
Dampak Infodemik di Media Sosial saat Pandemi Covid-19 terhadap
Persepsi Masyarakat
Mengenal Jurnalisme Sains di Era Pandemi Covid-19
Tantangan Jurnalisme dalam Membantu Menekan Angka Penyebaran
Virus Corona
Melihat Perilaku Masyarakat dan Fenomena Infodemi di Masa Pandemi
Covid-19
Isu Misinformasi dan Validitas Data Pada Saat Pandemi Covid-19
Keluarga Berperan dalam Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19
Zona Online Porn Addiction di Tengah Hiruk Pikuk Pandemi
Dampak Covid-19 terhadap Perilaku dan Media Sosial
Rasa Bosan Akibat Pandemi Covid-19 Mampu Meningkatkan Kreativitas
dalam Penggunaan Media Sosial
110
103
94
87
80
71
63
56
48
41
34
27
20
10
3
1
Sub Tema 2 : Jurnalisme Sains dan Pandemi Covid-19
Sub Tema 3 : Media Sosial, Persepsi Masyarakat, dan Pandemi
Merebaknya Netizen Journalism dan Infodemic: Peran Jurnalis dalam
Membangun Kepercayaan Publik terhadap Media Mainstream di Masa
Pandemi Covid-19
Covid-19
Setiap generasi ditandai dengan kemunculan
suatu karya. Tidak terkecuali, mahasiwa Ilmu
Komunikasi FIS UNY. Di masa pandemi ini,
para mahasiswa yang aktif di Laboratorium
Komunikasi dan Media FIS UNY menghasilkan
karya tulis yang menarik untuk dibaca. Karya
tulis para mahasiswa ini perlu dibaca, sejauh
apa pandangan para penulis yang memberi
judul Book Chapter ini “Media Baru dan
Isi Book Chapter ini terdiri dari tiga tema. Tema pertama tentang dampak
pandemi Covid-19 terhadap media sosial. Pada tema itu ada tujuh penulis,
masing-masing menguraikan tentang dampak pandemi terhadap perilaku
dan media sosial, kecanduan pornografi, misinformasi, dan validitas data,
hingga kreativitas yang ditimbulkan oleh kebosananan karena masa
pandemi. Tema berikutnya yaitu tentang media sosial, persepsi masyarakat,
dan pandemi Covid-19. Pada tema kedua ini para penulis mengutarakan
tentang kepelikan aktivitas media sosial terhadap persepsi masyarakat
dengan berbagi variasinya. Tema terakhir berisi tentang jurnalisme sains,
di dalamnya ada tiga penulis berisi tentang jurnalisme sains di masa pande-
mi, tantangan jurnalisme dalam menekan angka penyebaran Covid, serta
Karya-karya pemikiran yang ditelorkan para mahasiswa ini sungguh patut
diacungi jempol. Cikal bakal para pemikir yang dituangkan pada karya tulis
diawali dari kecerdasan, ketekunan para mahasiswa sejak di bangku kuliah
ini semoga menjadikan bekal kelak bila telah terjun di dunia nyata. Selamat
untuk Laboratorium Komunikasi dan Media FIS UNY yang telah berhasil
Yogyakarta, 8 Juni 2021
Dekan FIS UNY,
Suhadi Purwantara
KATA PENGANTAR
1
Pandemi Covid-19.”
merebaknya jurnalisme dan infodemik.
menyusun Book Chapter ini. Semoga Tuhan YME selalu memberkati.
DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP MEDIA SOSIAL
Sub Tema 1 :
3
Penulis : Febriansyah Kulau
Isu Misinformasi dan Validitas Data
Pada Saat Pandemi Covid-19
Infeksi penyakit coronavirus (Covid-19) telah menjadi masalah kesehatan masya-
rakat yang parah di seluruh dunia. Covid-19 disebabkan oleh sindrom pernafasan a-
kut parah, coronavirus 2 (SARS-CoV-2), virus korona baru yang baru-baru ini muncul
dari Tiongkok. Pada Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa Covid-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi. Oleh karena itu, sangat pen-
ting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut pandemi di tempat umum dan pera-
watan kesehatan (Giustini dkk, 2018; Velasco, dkk, 2014). Para ahli telah melaporkan
bahwa bukti dampak media sosial pada pengetahuan kesehatan, perilaku, dan hasil
menunjukkan bahwa platform ini dapat efektif dalam memenuhi kebutuhan infor-
Sebagian besar penelitian membahas intervensi dan pendekatan khusus, yang
sangat bervariasi dalam fokus, populasi sasaran, landasan teoritis, cara penyampai-
an, fungsionalitas, dan kegunaan. Karena variasi yang luas ini, sulit untuk menemu-
kan apa yang berhasil dan bagaimana, dan upaya untuk membandingkan pendeka-
tan menjadi rumit (Korda dan Itani, 2013). Strategi dan pedoman umum termasuk
jarak sosial, pengujian setiap kasus yang dicurigai, tinggal di rumah, menghindari
pertemuan sosial, merawat pasien, dan pelacakan kontak (Chan dkk, 2020). Namun,
beberapa negara mengambil tindakan lebih progresif untuk mengatasi pandemi,
seperti menerapkan lockdown secara makro maupun mikroIndonesia sendiri kasus
pertama Covid-19 menurut Kompas.com, dikonfirmasi berasal dari seorang ibu dan
anak yang berasal dari Depok, Jawa Barat. Ibu tersebut berusia 64 tahun dan putri-
Menurut (Misra, Rai, dan Takeuchi, 2018; Kumar, Srivastava, dan Takeuchi, 2017;
Al-Surimi, Khalifa, Bahkali, Ashraf, dan Househ, 2016; Misra, Sharma, dan Shukla,
2015) memaparkan bahwa sebagian besar negara berkembang menghadapi kesuli-
tan yang serius dalam mencegah penyebaran penyakit menular karena fasilitas me-
dis yang tidak memadai dan kurangnya sumber daya yang mendukung. Melihat ke-
lemahan dari sisi fasilitas dan sumber daya tersebut, kesadaran publik tentang pe-
nyakit menular sangatlah penting untuk ditumbuhkan. Kesadaran tersebut diharap-
kan dapat membantu perubahan perilaku di masyarakat. Kesadaran tersebut dapat
Pendahuluan
masi.
mengurangi tekanan dan beban ekonomi pada fasilitas medis.
nya 31 tahun, tertular virus covid-19 dari seorang berkebangsaan Jepang.
Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak sendi kehidupan manusia didunia de-
ngan lebih dari dua juta kasus di seluruh dunia, pandemi penyakit coronavirus 2019
(Covid-19) telah mengakibatkan gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya
pada masyarakat manusia. Tidak seperti pandemi sebelumnya, seperti pandemi 1918
H1N1 (flu spanyol), informasi mengenai pandemi COVID-19 menyebar ke seluruh du-
nia dengan sanat cepat, karena masyarakat dunia sekarang terhubung kedalam satu
dunia yang menurut McLuhan disebut sebagai global village (McLuhan, dan Powers,
1989). Karena berkontak fisik sangat riskan meningkatkan potensi penularan, orang
sangat bergantung pada penggunaan media sosial seperti Facebook atau Twitter,
untuk menunjang interaksi manusia dan berbagi informasi tentang pandemi Covid-
Untuk meningkatkan kesadaran publik dan tetap membuat masyarakat terko-
neksi, platform media sosial dianggap sebagai alat efektif yang berkontribusi pada
penyebaran informasi secara real-time tentang status penyakit saat ini dan membe-
rikan saran yang sesuai kepada publik tentang cara menghindari penularan. Lebih
lanjut, menurut [Gluskin, Johansson, Santillana, dan Brownstein, 2014), platform me-
dia sosial menyediakan data serta iklim dan sosial ekonomi yang bermanfaat. Selain
itu, platform media sosial telah terbukti mewakili sumber komunikasi penting yang
memungkinkan penciptaan dan penyebaran informasi kepada orang-orang melalui
Perlu ditekankan bahwa platform media sosial memungkinkan kelompok dan
individu untuk bertukar informasi tentang semua subjek dan masalah, termasuk
anggota kelompok minoritas atau orang yang tidak memiliki kesempatan untuk
mengungkapkan pendapat mereka menggunakan sumber informasi lain. Para pe-
neliti berpendapat bahwa informasi dan perspektif yang berkaitan dengan masalah
yang terkait dengan kesehatan manusia diungkapkan secara informal mengguna-
kan platform media sosial jauh lebih efektif dibangingkan dengan informasi yang
disampaikan departemen medis dan kesehatan resmi (Dubey, Dubey, dan Dubey,
Informasi yang disampaikan melalui media sosial tidaklah terlepas dari kemung-
kinan misinformasi. Terlebih pada pandemi saat ini, misinformasi dan juga validitas
data sangatlah penting. Untuk dapat melihat bagaimana misinformasi dan validitas
Diskursus tentang validitas di platform media sosial pada pandemi Covid-19
menarik untuk diulas lebih lanjut karena dengan adanya pandemi, validitas data
menjadi sangatlah penting. Pengguna media sosial melihat bahwa semakin sering
informasi disebarkan, informasi tersebut dapat dikatakan sebagai informasi yang
valid. (Remaja dan Ardana, 2020). Metode “saring sebelum sharing guna mening-
katkan validitas informasi nyatanya tidak lebih efektif dibandingkan dengan media
Validitas dan Misinformasi di Media Sosial
19.
internet (Kouri, Rissanen, Weber, dan Park, 2017; Laranjo, dkk 2015).
2016).
data bermain di saat pandemi, berikut ulasannya.
44
konvensional yang menerapkan validasi bertingkat yang dilakukan oleh yang memi-
liki pengetahuan khusus dan tanggung jawab khusus terkait dengan verifikasi dan
Model berbagi informasi ini telah menjadi fitur yang mendorong publik untuk
memproduksi dan menyebarkan informasi yang berkaitan dengan kesehatan dan
obat-obatan. Dalam pandemi Covid-19, tidak mengherankan jika individu beralih
ke realitas digital baru ini untuk dijadikan sumber informasi. Hal tersebut dikarena-
kan jejaring sosial digital telah memfasilitasi penyebaran informasi agar dapat men-
jadi viral dan berpotensi misinformasi. Istilah misinformasi, sama dengan istilah
‘berita palsu,’ bukanlah hal baru (Wang, McKee, Torbica dan Stuckler, 2019). Namun
disaat pandemi seperti ini sangat penting karena efek “mematikan” dan semua
konsekuensi yang akan timbul. Misinformasi ilmiah atau psudo sains telah secara
aktif disebarkan sebagai cara untuk mengacaukan kepercayaan pada pemerintah
dan sebagai senjata politik (Guess, Nyhan, dan Reifler, 2018; Singer dan Brooking,
Berbagai misinformasi telah tersebar di media tradisional dan media sosial sejak
beberapa bulan sejak kasus Covid-19 pertama kali muncul. Misinformasi tersebut be-
rupa kesalahan informasi, disinformasi, dan rumor yang berlebihan yang membuat
sulit untuk mengidentifikasi sumber yang dapat dipercaya atau tsunami informasi
Garrett, (2020). Salah satu contoh yang viral adalah dimana pemerintahan Trump
yang menyebut pandemi Covid-19 sebagai tipuan dan serangan politik oleh politisi
oposisi. Kesalahan informasi dapat berakibat fatal, seperti yang ditunjukkan oleh pe-
nyebaran bukti dini yang menunjukkan bahwa klorokuin adalah pengobatan yang
Melihat kecenderungan misinformasi yang cukup besar dikarenakan kurang
validnya informasi, lembaga pemerintahan bermitra dengan raksasa media sosial
seperti Facebook, Twitter, dan Instagram untuk memeriksa informasi atau bahkan
menghapus konten yang dapat memperburuk situasi pandemi Covid-19. Perusaha-
an media sosial telah berkomitmen untuk mengatur konten terkait pandemi. Tinda-
kan mitigasi terhadap misinformasi dapat membantu pengguna media sosial me-
ngumpulkan dan menyebarkan informasi yang akurat, membantu mereka tetap a-
man dan mengurangi risiko bagi orang lain. Berbagai inovasi yang muncul, terma-
suk deteksi misinformasi berbasis kecerdasan kerumunan, dapat mendukung media
sosial untuk menggurangi missinformasi (Guo, Ding, Yao, Liang, Yu, 2019).
Tindakan untuk meminimalisir informasi yang salah tentang Covid-19 dan me-
ningkatkan informasi yang benar adalah langkah yang disambut baik untuk mem-
bantu melindungi kesehatan masyarakat di saat yang luar biasa ini. Standar konten
harus dirancang untuk memungkinkan beragam suara, termasuk suara yang kritis
terhadap kebijakan pemerintah, sambil mempertahankan kontrol atas validitas dan
keaslian informasi dan saran. Dapat dimengerti bahwa tujuan ini rumit. Dalam me-
berbagi informasi (Eysenbach, 2007).
2018).
efektif untuk Covid-19.
55
netapkan standar ini, sangat penting untuk mempertahankan peran media sosial
sebagai platform untuk diskusi publik yang terbuka dan kritis terhadap suatu kebi-
jakan. Risiko penyebaran informasi yang salah mungkin akan meningkat, karena
ketegangan antara pemerhati kesehatan dengan masyarakat awam terus meningkat.
Media sosial menyediakan platform penting untuk memastikan bahwa warga me-
miliki suara dan mempromosikan kepercayaan publik dalam transparansi dan akun-
Masifnya kesalahan informasi yang ada pada masa pandemi Covid-19 menyebab-
kan banyak pengguna media sosial yang termakan akan berita palsu. Banyak praktisi
komunikasi yang berusaha meluruskan kesalahan informasi dengan berbagai cara.
Salah satu cara yang popular adalah dengan menggunakan infografis. Dalam kon-
teks kesehatan infografis yang dirancang dengan baik memiliki potensi untuk mem-
berikan informasi yang ringkas dan praktis kepada audiens yang dituju (Martin dkk,
2019; Thoma, dkk, 2018). Infografis membantu menerjemahkan pengetahuan de-
ngan menyederhanakan informasi sesuai dengan yang disesuaikan dengan kognisi
udiens (Martin dkk, 2019). Selain itu, membuat infografis mudah diakses, menarik,
dapat digunakan kembali dan dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan lokal dan
kebutuhan pengguna, dapat dilakukan untuk mendukung inovasi (Rogers, 1995)
Kementerian kesehatan sebagai pemegang otoritas kesahatan yang ada di Indo-
nesia saat ini sudah cukup baik dalam memproduksi infografis, baik dari segi inten-
sitasnya maumpun dari sisi kesederhanaan informasinya. Nyatanya, infografis yang
dibuat oleh kementerian kesehatan sering dijadikan acuan dan diproduksi kembali
oleh instansi atau perseorangan. Hal ini menunjukan bahwa kalimat yang penulis
paparkan sebelumnya benar adanya. Berikut merupakan beberapa contoh infografis
Mitigasi Misinformasi pada Media Sosial
agar dapat memasifkan penyebarannya.
yang diproduksi oleh kementerian kesehatan.
Gambar 1. Infografis Kementerian Kesehatan
(Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI)
Gambar 2. Infografis PT. PAL Indonesia
(Official Facebook PT. PAL Indonesia)
tabilitas kepada pembuatan kebijakan (Song dan Lee, 2016).
6
Dari kedua gambar tersebut dapat dilihat bahwa Kementerian Kesehatan sebagai
pemegang otoritas kesehatan di Indonesia berhasil menjadi pilot dalam sumber in-
formasi bagi instansi lainnya. Cara yang dapat digunakan selain memasifkan hal di
atas, para ahli kesehatan juga dapat melakukan beberapa hal di bawah ini, yang pe-
nulis susun atas riset para ahli dan telah diaplikasikan oleh beberapa pihak:
Salah seorang ahli kesehatan atau dapat kita sebut dokter yang ahli pada bidang
kesehatan. Salah satu contoh dokter yang cukup rutin menyebarkan informasi di
media sosial adalah Dokter Tirta. Dengan bahasanya ia dapat mempersuasi orang la-
in, setidaknya followers-nya akan bahaya covid 19. Salah satu ahli lainnya adalah Prof.
Wiku, yang saat ini merupakan juru bicara satgas Covid-19. Prof. Wiku cukup sering
tampil di televisi dan juga beberapa kali di media sosial seperti Youtube.
Para ahli kesehatan harus terlibat dalam media sosial. Berbagi pengetahuan
penelitian dengan followers. Berbagi ilmu pengetahuan dapat tersebarkan de-
ngan baik dengan beberapa strategi yang memanfaatkan teknologi jejaring so-
sial (misalnya, Tweetorial, explain-it-like-I’m Reddit, sesi Q and A Session Insta-
Membantu dan mendukung pengecekan fakta oleh para ahli. Ilmuwan adalah
satu-satunya 'senjata' terbesar untuk melawan 'berita palsu.’ Baik dengan mela-
yani sebagai pemeriksa fakta profesional untuk jaringan berita, atau dengan
crowdsourcing (penggunaan banyak pikiran untuk mencapai tujuan bersama
yaitu pengetahuan yang lebih baik) pada masing masing platform sosial media
Memasifkan untuk dapat berinteraksi di platform media sosial dengan orang
yang khalayak yang awam untuk meningkatkan kewaspadaan saat menerima
informasi yang salah dengan membagikan informasi atau, atau menyarankan
untuk mempertimbangkan dampak dari penyebaran informasi tersebut (Schü-
Jika memungkinkan dapat menggunakan media tradisional (TV atau radio)
untuk memberikan informasi berbasis bukti dan menjangkau khalayak yang
lebih luas. Ini pada akhirnya akan mengalir ke pengguna media sosial. Hal ini
karena tingkat penetrasi TV di Indonesia khususnya masih tinggi (Muhammad,
2019; Tyas dan Herieningsih, 2019; Eleonora, 2017; Respati, 2013; Suryadi, 2013).
gram, video, dll.) (Bernstein, 2019; Breu, 2019).
1.
2.
3.
4.
(Pennycook dan Rand, 2019).
nemann dkk, 2020).
Gambar 3. Prof. Wiku di Channel Youtube
Milik Deddy Corbuzier
Gambar 4. Prof. Wiku pada acara
Mata Najwa
7
Daftar Pustaka
Al-Surimi, K., Khalifa, M., Bahkali, S., Ashraf, E. M., & Househ, M. (2016). The potential of social media
and internet-based data in preventing and fighting infectious diseases: from internet to twitter.
In Emerging and Re-emerging Viral Infections (pp. 131-139). Springer, Cham.
Bernstein, L. (2019). Tweetorials—from early beginnings to huge growth and beyond. Symplur LLC.
Breu, A. C. (2019). Why is a cow? Curiosity, tweetorials, and the return to why.
Chan, J. F. W., Yuan, S., Kok, K. H., To, K. K. W., Chu, H., Yang, J., ... & Tsoi, H. W. (2020). A familial cluster
of pneumonia associated with the 2019 novel coronavirus indicating person-to-person transmi-
ssion: a study of a family cluster. The Lancet, 395(10223), 514-523.
Dubey, B., Dubey, P., & Dubey, U. S. (2016). Role of media and treatment on an SIR model. Nonlinear
Anal. Model. Control, 21(2), 185-200.
Egan L. Trump calls coronavirus Democrats’ new hoax’. NBC News. 2020. https://www.nbcnews.com/po-
litics/donald-trump/trump-calls-coronavirus- democrats-newhoax-n1145721 (accessed March 20,
2020).
Eleonora, L. H. P. (2017). Hubungan Terpaan Iklan Rokok di Televisi dan Intensitas Komunikasi Peer
Group dengan Minat Merokok Remaja Perempuan (Doctoral dissertation, Faculty of Social and
Political Science).
Eysenbach, G. (2007). From intermediation to disintermediation and apomediation: new models for
consumers to access and assess the credibility of health information in the age of Web2. 0. In
Medinfo 2007: Proceedings of the 12th World Congress on Health (Medical) Informatics; Building
Sustainable Health Systems (p. 162). IOS Press.
Garrett, L. (2020). COVID-19: the medium is the message. The lancet, 395(10228), 942-943.
Giustini, D., Ali, S. M., Fraser, M., & Boulos, M. N. K. (2018). Effective uses of social media in public
health and medicine: a systematic review of systematic reviews. Online Journal of Public Health
Informatics, 10(2).
Gluskin, R. T., Johansson, M. A., Santillana, M., & Brownstein, J. S. (2014). Evaluation of Internet-based
dengue query data: Google Dengue Trends. PLoS Negl Trop Dis, 8(2), e2713.
Guo, B., Ding, Y., Yao, L., Liang, Y., & Yu, Z. (2019). The future of misinformation detection: new pers-
pectives and trends. arXiv preprint arXiv:1909.03654.
Guess, A., Nyhan, B., & Reifler, J. (2018). Selective exposure to misinformation: Evidence from the
consumption of fake news during the 2016 US presidential campaign. European Research Coun-
cil, 9(3), 4.
Kumar, A., Srivastava, P. K., & Takeuchi, Y. (2017). Modeling the role of information and limited opti-
mal treatment on disease prevalence. Journal of theoretical biology, 414, 103-119.
Kompas.com, (2020). https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta- lengkap-kasus-
pertama-virus-corona-di-indonesia?page=all
Kouri, P., Rissanen, M. L., Weber, P., & Park, H. A. (2017). Competences in social media use in the area
of health and healthcare. Stud Health Technol Inform, 232, 183-93.
Korda, H., & Itani, Z. (2013). Harnessing social media for health promotion and behavior change.
Health promotion practice, 14(1), 15-23.
Laranjo, L., Arguel, A., Neves, A. L., Gallagher, A. M., Kaplan, R., Mortimer, N., ... & Lau, A. Y. (2015). The
influence of social networking sites on health behavior change: a systematic review and meta-
analysis. Journal of the American Medical Informatics Association, 22(1), 243-256.
Martin, L. J., Turnquist, A., Groot, B., Huang, S. Y., Kok, E., Thoma, B., & van Merriënboer, J. J. (2019).
Exploring the role of infographics for summarizing medical literature. Health Professions Educa-
tion, 5(1), 48-57.
McLuhan, M., & Powers, B. R. (1989). The global village: Transformations in world life and media in the
21st century. Communication and Society.
Misra, A. K., Rai, R. K., & Takeuchi, Y. (2018). Modeling the control of infectious diseases: Effects of TV
and social media advertisements.
8
Misra, A. K., Sharma, A., & Shukla, J. B. (2015). Stability analysis and optimal control of an epidemic
model with awareness programs by media. Biosystems, 138, 53-62.
Muhammad, A. R. S. A. (2019). Pengaruh Terpaan Iklan Bukalapak di Televisi dan Promosi Penjualan
terhadap Keputusan Pembelian di Situs Jual Beli online Bukalapak (Doctoral dissertation, Faculty
of Social and Political Sciences).
Pennycook, G., & Rand, D. G. (2019). Fighting misinformation on social media using crowdsourced
judgments of news source quality. Proceedings of the National Academy of Sciences, 116(7), 2521-
2526.
Remaja, I. N. G., & Ardana, D. M. J. (2020). Pengamanan Informasi Dalam Rangka Mengawal Generasi
Milenial Tolak Ancaman Berita Hoax. Jnana Karya, 1(01), 10.
Respati, W. (2013). Media Literasi: Upaya Bijak Menyikapi Terpaan Tayangan Televisi. Humaniora, 4(1),
619-631.
Rogers, E. M. (1995). Diffusion of innovations (4th edn)(NewYork, NY, Free Press).
Schünemann, H. J., Santesso, N., Vist, G. E., Cuello, C., Lotfi, T., Flottorp, S., ... & Akl, E. A. (2020). Using
GRADE in situations of emergencies and urgencies: certainty in evidence and recommendations
matters during the COVID-19 pandemic, now more than ever and no matter what. Journal of cli-
nical epidemiology.
Singer, P. W., & Brooking, E. T. (2018). LikeWar: The weaponization of social media. Eamon Dolan
Books.
Song, C., & Lee, J. (2016). Citizens’ use of social media in government, perceived transparency, and
trust in government. Public Performance & Management Review, 39(2), 430-453.
Suryadi, I. (2013). Kajian perilaku menonton tayangan televisi dan pendidikan literasi media pada re-
maja. Academica, 5(1).
Thoma, B., Murray, H., Huang, S. Y. M., Milne, W. K., Martin, L. J., Bond, C. M., ... & Chan, T. M. (2018).
The impact of social media promotion with infographics and podcasts on research dissemination
and readership. Canadian Journal of Emergency Medicine, 20(2), 300-306.
Tyas, S. C., & Herieningsih, S. W. (2019). Pengaruh Terpaan Iklan Bukalapak di Televisi dan Intensitas
Komunikasi Word of Mouth Terhadap Minat Bertransaksi di Bukalapak. Interaksi Online, 7(4), 153-
163.
Velasco, E., Agheneza, T., Denecke, K., Kirchner, G., & Eckmanns, T. (2014). Social media and internet‐
based data in global systems for public health surveillance: a systematic review. The Milbank
Quarterly, 92(1), 7-33.
Wang, Y., McKee, M., Torbica, A., & Stuckler, D. (2019). Systematic literature review on the spread of
health-related misinformation on social media. Social Science & Medicine, 240, 112552.
9
10
Penulis : Eugenius Damar Pradipta
Melihat Perilaku Masyarakat dan Fenomena
Infodemi di Masa Pandemi Covid-19
Munculnya pandemi Covid-19 membuat resah seluruh masyarakat dunia. Tak ter-
kecuali masyarakat Indonesia. Dari masyarakat ekonomi kelas bawah hingga ekono-
mi kelas atas terkena dampak dari pandemi Covid-19 ini. Virus ini juga menyebabkan
lumpuhnya berbagai kegiatan dan menghambat interaksi antar manusia. Manusia
dituntut untuk beradaptasi dalam keadaan pandemi dengan tetap seraya melaku-
kan beberapa kewajiban agar juga dapat melangsungkan kehidupannya dan tetap
Sebelum kita beranjak lebih jauh, mari kita mengingat-ingat terlebih dahulu ka-
pan munculnya penyakit Covid-19 ini. Kasus Covid-19 yang terkonfirmasi sebenarnya
muncul pertama kali di kota Wuhan negara China pada 8 Desember 2019. Pencata-
tan ini berdasarkan laporan WHO ke-37 tentang situasi Covid-19. Akan tetapi peme-
rintah China baru secara resmi melaporkan adanya penyakit baru ini pada tanggal
31 Desember 2019, tepat di penghujung tahun 2019. Sedangkan di Indonesia sendiri,
Bapak Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia melaporkan kasus pertama
Covid-19 di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Pada tanggal ini lah kasus pertama
Semenjak munculnya kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pemerintah Indone-
sia sebenarnya belum menetapkan peraturan dan kebijakan secara tegas dalam
penanggulangan penyebaran Covid-19 ini. Bahkan di daerah tempat saya tinggal,
suasana masih biasa saja dan tidak ada yang berubah. Saat pagi hari, orang-orang
pergi ke pasar, banyak orang tua yang pergi ke kantor, bahkan anak-anak juga ber-
Pada tanggal 31 Maret 2020, Presiden Joko Widodo menetapkan Peraturan Pe-
merintah nomor 21 Tahun 2020 tentang diberlakukannya Pembatasan Sosial Berska-
la Besar atau yang kerap kali familiar kita sebut sebagai PSBB. Kebijakan yang dite-
tapkan ialah kebijakan PSBB bukan lockdown yang benar-benar membatasi masya-
rakat Indonesia untuk keluar dari wilayahnya. Akan tetapi, dengan berbagai pertim-
bangan peraturan inilah yang akhirnya diberlakukan. Pada saat-saat itu, sebenarnya
telah digencarkan budaya dan tagar di rumah saja. Tujuannya adalah meminta ma-
syarakat di Indonesia untuk berada di rumah saja tanpa bepergian kecuali dalam
keadaan darurat. Sebagai resiko kebijakan yang masih longgar masyarakat ternyata
masih banyak yang melanggar anjuran itu dan banyak yang masih keluar rumah
dan bepergian. Hal inilah yang juga menyebabkan pemerintah mengalami kewala-
bertahan di tengah-tengah wabah pandemi Covid-19 ini.
muncul secara resmi di Indonesia.
sekolah selayaknya keadaan normal.
han dalam proses penanggulangan penyebaran wabah penyakit Covid-19.
11
Di masa-masa PSBB pemerintah juga telah menetapkan kebijakan belajar me-
ngajar di rumah. Kegiatan yang dulunya dilakukan di sekolah secara luring, harus
dilakukan di masing-masing rumah secara daring. Dari sinilah adaptasi baru dimulai.
Yaitu di mana banyak orang dari berbagai kalangan masyarakat di seluruh Indonesia
menggubah aktivitas keseharian dari yang bersifat during berubah bentuk menjadi
daring. Hampir semua orang menjadi belajar dan mengenal teknologi komunikasi
yang paling tidak berupa handphone pintar. Banyaknya orang yang mulai belajar
dan mengenal teknologi komunikasi menambah jumlah pengguna internet dan
Ketika kita membicarakan penggunaan teknologi komunikasi. Kegiatan yang
hanya di rumah saja membuat banyak orang bosan dan kehilangan banyak kesibu-
kan yang dilakukan. Akhirnya, banyak yang mengalihkan kegiatan atau rutinitas
awal mereka dengan bermain di ponsel pintar mereka. Kegiatan yang dilakukan pun
bermacam-macam. Kegiatan pembelajaran daring bagi para pelajar dari SD sampai
perguruan tinggi, kegiatan rapat daring bagi mereka yang bekerja kantoran atau-
pun pekerjaan lainnya yang membutuhkan media tempat bertemu, hanya sekadar
Peningkatan penggunaan ponsel pintar yang dalam hal ini berupa internet da-
pat kita ketahui salah satunya dari lonjakan pengguna paket data yang dapat dilihat
melalui laporan masing-masing perusahaan penyedia layanan internet. Perusahaan
Telkomsel, XL Axiata, dan Smartfren mengalami peningkatan penggunaan layanan
pada pelanggannya. Perusahaan Telkomsel melaporkan adanya peningkatan peng-
gunaan aplikasi penyedia layanan konferensi video sebagai media bekerja sebesar
443 persen dari sebelum pandemi. Penggunaan aplikasi belajar online mengalami
lonjakan lebih dari 5.404 persen, aplikasi komunikasi instan mengalami peningkatan
40 persen, dan yang tak kalah ketinggalan permainan gim online sebesar 34 persen..
Selanjutnya untuk perusahaan XL Axiata dari awal hingga akhir Maret 2020 menga-
lami peningkatan 52 persen pada layanan streaming, 13 persen pesan instan, 11 per-
sen media sosial, dan VOIP sebesar 3 persen. Sedangkan Smartfren mencatat kenai-
Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-4 dunia memiliki peng-
guna internet yang cukup besar. Lonjakan terjadi sekitar 17.3% juta dari 64% dari total
penduduk Indonesia mayoritas pengguna menggunakan ponsel sebanyak 171 juta
atau setara dengan 98%. Selain penggunaan ponsel yang semakin banyak, eksistensi
dari berbegai media juga mengalami peningkatan selama masa pandemi Covid-19
ni. Media sosial YouTube adalah salah satu media sosial dengan pengguna terbesar
dunia dan khususnya Indonesia dengan jumlah pengguna sekitar 88%. Selanjutnya,
disusul oleh media sosial Whatsapp dengan jumlah akses sebesar 84% serta Insta-
gram dengan 79%. Dari data tersebut dapat kita lihat perbandingan tingkat eksis-
tensi sosial media populer selama masa pandemi Covid-19 yang menempatkan
media sosial di kalangan masyarakat.
Pengguna Teknologi Komunikasi
kan data secara umum sebesar 15 persen.
bermain media sosial, bermain gim online, dan lain sebagainya.
12
YouTube sebagai media pertama dan sangat digemari dengan jumlah pengguna
Penggunaan media sosial telah menjamur di masyarakat. Semua orang atau ke-
banyakan orang pasti sudah pernah menjumpai media sosial. Akan tetapi, tidak ba-
nyak orang tahu pengertian dari media sosial itu sendiri. Menurut Van Dijk dalam
Hendra Junawan dan Nurdin Laugu (2020) media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam berakti-
vitas maupun berkolaborasi. Sedangkan, menurut Shirky yang juga dalam Hendra
Junawan dan Nurdin Laugu (2020) mengatakan bahwa media sosial dan perangkat
lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk
berbagi (to share), bekerja sama (to cooperate) di antara pengguna dan melakukan
tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional mau-
pun organisasional. Dengan kata lain, media sosial dapat dikatakan sebagai media
yang digunakan sebagai untuk memberikan wadah dalam melakukan aktivitas sosi-
Setelah mengetahui pengertiannya, kita dapat lebih mengerti fungsi dan dam-
pak dari media sosial. Fungsi utamanya adalah untuk menjalin interaksi sosial mela-
lui perangkat lunak itu sendiri. Dari fungsi utama ini, nantinya dapat diturunkan
menjadi fungsi-fungsi lain yang lebih spesifik. Seperti berkomunikasi, baik satu arah
maupun dua arah. Bahkan di zaman ini berkomunikasi tidak hanya melalui tulisan
saya, tetapi juga dapat memunculkan audio bahkan video secara langsung saat itu
juga. Contoh turunan fungsi lainnya adalah menyebarkan informasi, menarik perha-
tian, dan lain sebagainya. Selain fungsi, media sosial juga dapat memberikan dam-
pak, yakni dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif ini juga akan kita se-
but sebagai manfaat. Dampak positif merupakan implementasi utama dari fungsi
media sosial. Artinya, media sosial selayaknya memberikan dampak positif. Akan te-
tapi, tidak mungkin tidak, media sosial juga dapat memberikan dampak negatif.
Bahkan saat ini, dampak negatif media sosial juga dapat dikatakan sangat mence-
Dampak positif media sosial atau manfaat dari media sosial terdapat berbagai
macam hal. Terutama di masa Covid-19 ini media sosial banyak memberikan manfa-
at karena kinerja kita yang terbatas oleh dimensi ruang, dalam hal ini anjuran peme-
rintah untuk tetap menjaga jarak. Berikut beberapa manfaat dari media sosial.
Sebagai sarana media belajar. Berbagai konten media sosial dapat berisi kon-
ten-konten pendidikan. Tentu ini sangat bermanfaat terutama saat pandemi,
dimana pembelajaran dilaksanakan secara daring di rumah masing-masing.
Sebagai sarana berjualan. Para pedagang yang biasanya berdagang di toko-
toko telah menutup tokonya untuk sementara. Selain itu, mungkin saja bukan
karena tutup melainkan omset hasil penjualan menurun akibat para pembeli
yang tidak bisa berbelanja seperti waktu dahulu sebelum pandemi.
1.
2.
tertinggi di dunia. (Junawan, K. dan Laugu, N., 2020: 55).
al dalam bentuk perangkat lunak.
mari media sosial itu sendiri.
Apa itu Media Sosial?
13
Maka dari itu, media sosial dapat digunakan sebagai wadah untuk menjual da-
gangannya. Kurang lebih media sosial digunakan sebagai sarana untuk me-
Sarana berkomunikasi. Tentu tidak perlu tanya lagi, media sosial menjadi kebu-
tuhan sehari-hari juga karena digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh secara
cepat bahkan di waktu itu juga. Keadaan tidak bisa pulang ke kampung dan
tempat lain sebagai maksud untuk berkomunikasi dapat digantikan dengan
media massa ini. Media massa sudah menjadi hal pokok dalam mengatasi jarak
Sebagai sarana mencari dan mendapatkan informasi. Media sosial menjadi
tempat berkumpul banyaknya informasi dari berbagai macam sumber. Infor-
masi ini dapat tersebar dengan cepat. Sebuah berita dapat tersebar hanya da-
lam waktu singkat saja. Berbeda dengan koran atau media konvensional lain-
nya yang agak ribet bahkan memerlukan waktu yang cukup lama untuk berita
Sebagai sarana hiburan. Media sosial menyediakan berbagai macam konten
yang dapat menghibur. Banyak video yang termuat dalam media sosial. Video-
video ini terdiri dari berbagai jenis, maka dari itu sangat dapat menjangkau se-
Sebagai sarana menyampaikan gagasan. Media sosial juga dapat digunakan
sebagai tempat untuk mencurahkan hati dan pikiran. Bagi sebagian orang ini
sangat berguna demi kesehatan mental mereka. Seseorang dapat merasa lega
Sebagai sarana berkarya. Media sosial dapat digunakan sebagai sarana untuk
berkarya. Seni merupakan hobi dan kesukaan beberapa orang. Seni dapat
memberikan rasa puas dan bahagia bagi penikmatnya, begitu pula bagi sang
kreatornya. Berkarya dapat berupa banyak hal. Contohnya fotografi, videografi,
3.
4.
5.
6.
7.
ngenalkan dagangannya.
yang semakin jauh akibat pandemi Covid-19.
itu terbit.
ketika menyampaikan masalah ke dalam suatu media.
desain, musik, dan lain sebagainya.
luruh masyarakat dengan berbagai kebutuhan hiburan.
Gambar Pendukung : freepik.com
10
Berikut ini adalah tabel hasil polling kepada 50 orang melalui salah satu platform
media sosial yakni Instagram. Tabel ini dikutip dari salah satu jurnal dan didapatkan
hasil manfaat media sosial berdasarkan motif informasi di masa pandemi Covid-19
Tabel 1. Presentasi Hasil Manfaat Masyarakat (Rohmah, 2020)
No. Kategori Pertanyaan
Ya Tidak
Persentase
1.
2.
3.
3.
Hubungan
Persona
Identitas
Pribadi
atau
Psikologi
Individu
Pengawasan
Pengalihan Dari segi manfaat, apakah media
sosial bisa Anda anggap sebagai
pelarian dari rutinitas dan masalah
pribadi Anda di masa Covid-19?
Apakah media sosial bermanfaat bagi Anda
sebagai sosial informasi dalam percakapan
pertemanan Anda?
Apakah media sosial bermanfaat bagi Anda
sebagai sosial informasi dalam percakapan
pertemanan Anda?
Apakah media sosial bermanfaat
bagi Anda sebagai pengganti media
di dunia pertemanan Anda?
Apakah dengan media sosial Anda lebih
memahami diri Anda?
Apakah media sosial bermanfaat sebagai
media informasi Covid-19 bagi Anda?
Apakah informasi-informasi Covid-19
tersebut berpengaruh kuat terhadap Anda?
Apakah informasi-informasi Covid-19
tersebut membantu Anda dalam membantu
orang lain?
Apakah informasi-informasi Covid-19
tersebut membantu Anda dalam melakukan
sesuatu?
Apakah informasi-informasi Covid-19
tersebut dapat menuntaskan kepentingan
Anda?
Apakah dengan media sosial Anda dapat
mengeksplorasi diri Anda secara nyata?
Apakah media sosial bermanfaat bagi Anda
sebagai pengganti media di dunia
pertemanan Anda?
62%
80%
51%
22%
23%
14% 86%
32%
93%
48%
83%
85%
36%
7%
52%
17%
15%
64%
68%
38%
20%
49%
78%
77%
15
Dari tabel di atas, dapat kita simpulkan bahwa media sosial dapat membantu dan
memberikan manfaat di kala pandemi Covid-19. Walaupun tidak dapat mengganti-
kan seratus persen apa yang terjadi di kehidupan nyata, media sosial cukup ampuh
dalam memberikan manfaat kepada penggunanya. Di samping itu, itu tandanya ada
kemungkinan banyak orang mulai mengerti dan memahami bagaimana cara meng-
gunakan media sosial sebagai konsekuensi adaptasi akibat pandemi Covid-19.
Selanjutnya adalah dampak negatif dari media sosial. Selain berbagai macam
manfaat tadi, tentu terdapat pula dampak-dampak negatif yang mengancam atau
juga mengganggu pengguna media sosial. Berikut beberapa di antaranya.
Dapat menyebabkan bocornya data privasi. Tentu saat mendaftar akun media
sosial kita akan memberikan data pribadi kita, seperti nomor telepon atau alamat
e-mail. Kita tidak bisa menjamin seratus persen keamanan dari data pribadi kita
itu. Mungkin saja ada orang jahat yang berusaha mencuri data kita itu untuk diju-
al atau digunakan secara tidak bijak. Selain dari pendaftaran, kita juga perlu ber-
hati-hati dalam mengunggah foto, gambar, tulisan, atau yang lainnya. Barangkali
dalam konten yang kita unggah mengandung unsur-unsur pribadi kita. Hindari
berfoto di depan rumah yang terdapat nomor rumahnya, hindari memfoto nomor
identitas pribadi, hindari terlalu banyak mengunggah posisi pribadi kita, dan lain
sebagainnya. Hal seperti ini dapat dimanfaatkan oleh orang yang berniat jahat
untuk mengganggu kita, merampas uang kita, bahkan dapat pula menculik
Mengubah kehidupan masyarakat. Media sosial dapat mengubah kehidupan
masyarakat. Orang yang sudah kecanduan media sosial pasti sulit untuk lepas.
Media sosial juga dapat bersifat candu karena konten yang tersedia sangat varia-
tif, sehingga ada rasa ingin tahu yang juga lebih meluas. Terkadang kehidupan
nyatanya juga akan tergeser oleh dunia media sosial ini. Tentu perilaku ini kurang
baik, dikarenakan proses interaksi secara langsung juga diperlukan agar seseo-
rang dapat lebih mengerti orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia juga perlu
saling berinteraksi demi menjaga kesehatan mental mereka. Kecanduan media
sosial juga berbahaya karena dapat mengalihkan kegiatan yang penting dan uta-
ma dalam perilaku masyarakat. Akibatnya, seseorang dapat meninggalkan kewa-
jibannya. Contohnya seperti seorang pelajar yang kecanduan media sosial, ia
akan lebih fokus pada kegiatan bermedia sosial daripada kegiatan belajar menga-
jar. Begitu pula seorang anak yang berubah kebiasaannya dalam memakai uang
elektronik akan merubah pola hidupnya dalam hal berbelanja. Tentu pola masya-
rakat yang terjadi di luar lingkungannya dapat mempengaruhi kehidupan seseo-
Munculnya berita palsu/hoax. Media sosial merupakan tempat berkumpulnya
banyak orang dalam satu tempat. Akibatnya, interaksi antar orang terjadi sangat
intensif di media sosial. Banyaknya informasi atau berita yang muncul membuat
sulitnya mencari dan memastikan berita atau informasi mana yang valid. Valid
disini merupakan berita yang asli, tidak dibuat-buat, dan tidak difungsikan untuk
1.
2.
3.
orang. Maka dari itu kita perlu benar-benar berhati-hati.
rang hanya melalui perantara media sosial.
hal-hal lain. Seperti menggiring masa, memutarbalikkan fakta, dan hanya mem-
buat berita yang kontroversial saja. Berita ini tentu saja pada dasarnya tidak ber-
manfaat bahkan membuat resah berbagai kalangan masyarakat. Berita palsu
yang tiba-tiba menghebohkan tentu menimbulkan sikap resah dan juga menim-
bulkan kepanikan. Penyebaran berita yang cepat nantinya akan dijelaskan dalam
topik infodemi.
Pernyataan Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kese-
hatan Dunia (WHO), dalam sambutannya di Konferensi Keamanan Dunia, Muenchen,
Jerman, 15 Februari 2020 dalam Aurelius RL Teluma (2020) mengatakan “Kami tidak
hanya memerangi pandemi, kami sedang berjuang melawan infodemi.”
Dalam kamus daring Merriam-Webster (2020) tertulis bahwa kata bahasa Inggris
“infodemic” merupakan gabungan 2 kata benda bahasa Inggris, information (infor-
masi) dan epidemic (epidemi) yang menunjuk pada cepat dan luasnya penyebaran
informasi baik yang akurat maupun tidak akurat terkait suatu penyakit. (Teluna, A.R.
L., 2020: 2). Selain itu, dalam jurnal itu David Rothkopf (2003), seorang jurnalis dan
ilmuwan politik menulis, “What exactly do I mean by the "infodemic"? A few facts,
mixed with fear, speculation and rumor, amplified and relayed swiftly worldwide by
modern information technologies, have affected national and international econo-
mies, politics and even security in ways that are utterly disproportionate with the
Oleh karena itu, dapat kita artikan infodemi sebagai hoax atau berita palsu yang
tersebar secara meluas dan masif di media maya atau media sosial dikarenakan luas
serta cepatnya penyebaran informasi. Banyaknya orang dan media yang berkumpul
dalam suatu platform media dan adanya saling menyebar informasi dapat menye-
babkan kebingungan informasi yang tidak diketahui keakuratannya. Apakah infode-
mi ini berbahaya? Ya, tentu saja. Seseorang yang bingung akan mana informasi yang
benar dari semua informasi yang tersebar membuat orang tersebut merasa cemas
dan takut. Bahkan dapat menimbulkan kepanikan. Seperti yang terjadi di awal pan-
demi Covid-19 membuat banyak orang melakukan panic buying. Hal seperti ini tentu
tidak baik. Selain itu, kepercayaan seseorang pada suatu berita atau media dapat ju-
ga menghilang. Perilaku semacam ini menjadi berbahaya jika terdapat berita pen-
ting yang harus diperhatikan malah tidak dipercaya oleh orang-orang akibat masya-
rakat terkena pengaruh infodemi ini. Sebenarnya, jika ingin dilihat lebih luas lagi ke-
percayaan yang hilang ini akan berpengaruh pada stabilitas ekonomi dan politik
nasional. Infodemi menjadi sebuah permasalahan baru di tengah-tengah masyara-
Apa itu Infodemi?
root realities.” (Teluna, A.R.L., 2020: 2).
kat di kala pandemi Covid-19.
16
Lalu, bagaimana keadaan infodemi di Indonesia? Simak grafik di bawah ini.
Dari grafik di atas kita dapat mengetahui bahwa pada sekitar bulan Januari sam-
pai Februari terjadi lonjakan infodemi. Kaitannya dengan fakta yang ada di masyara-
kat adalah masyarakat mulai bingung dengan informasi yang beredar di masyarakat.
Kebenaran dari informasi yang beredar saling dipertanyakan. Akibatnya, banyak ma-
syarakat yang masih apatis dengan Covid-19 di awal saat itu. Akan tetapi, ada pula
yang sudah panik mempersiapkan diri agar terhindar dari Covid-19 ini. Bahkan, para
pedagang nakal telah memborong masker di pasar untuk ditimbun. Kelangkaan
masker pun terjadi di masa awal-awal pandemi Covid-19. Contoh semacam ini tentu
dapat berpengaruh pada psikologis masyarakat juga ketidakstabilan pasokan ba-
Selain contoh tadi, Pendiri Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Harry
Sufehmi, mengatakan bahwa, “Akibat infodemi ini bisa cukup fatal, sampai menye-
babkan korban nyawa. Misalnya informasi mengenai obat tapi hoaks, jadi lengah
nggak papa kalau kena, tinggal kasi bawang putih, padahal sebetulnya hoaks. Terus
berbagai narasi yang menghasut tapi hoax sehingga menyebabkan kepanikan di
tengah masyarakat yang sudah cukup susah karena wabah ini, jadi kita kasihan se-
kali.” (Infopena, 2020, para. 5). Dari pernyataan ini semakin terlihat efek buruk info-
demi bagi masyarakat. Maka dari itu kita perlu tenang dan tetap berhati-hati serta
Sumber: Tangkapan Layar Website Covid-19 Infodemics Observatory
Grafik 1. Indeks Risiko Infodemik Covid-19 di Indonesia
Periode (22 Januari – 13 November 2020)
teliti dalam memilah-milah informasi di media sosial.
rang di pasar yang akan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi pula.
17
18
Terakhir, bagaimana cara menanggulangi dan menghadapi infodemi? Ada bebe-
rapa langkah opsional yang dapat kita lakukan sebagai pencegahan pengaruh info-
1.
2.
3.
4.
Akhirnya, dapat kita ketahui dampak dari pandemi Covid-19 ini tidak hanya me-
nyerang kita melalui virus secara langsung, tetapi terdapat pula efek tambahan yak-
ni akibat dari infodemi. Saat ini, pemerintah juga telah menganti kebijakan PSBB
dengan masa Kenormalan Baru. Dengan demikian, kita perlu lebih berhati-hati dan
demi ini.
Kita dapat menjaga kesehatan mental dengan membatasi diri dalam mengkon-
sumsi berita seputar Covid-19. Mencari berita memang penting, tetapi kita juga
perlu membatasi diri dalam memakan banyaknya informasi di media sosial. Terla-
lu banyak informasi juga dapat membuat kita stres dan cemas dalam menghada-
Kita perlu memeriksa informasi tersebut sebelum kita sebarkan agar orang lain
juga tidak mendapatkan efek buruk dari informasi tersebut. Salah satu caranya
adalah dengan menganalisis berita dengan menggunakan panduan kata tanya
5W. Setelah kita mengetahui kualitas dari informasi itu dan juga tidak menimbul-
kan kecemasan, ketakutan, dan kepanikan, maka kita baru dapat menyebarkan
Kita wajib mencari berita di situs-situs terpercaya. Bisa melalui website pemerin-
Kita juga dapat berperan dalam memotong rantai penyebaran efek buruk dari
infodemi ini dengan menjadi penolong bagi orang-orang di sekitar kita. Kita da-
pat meluruskan berita palsu salah satunya dengan mengingatkan dan melurus-
Menjaga kesehatan mental
Menyaring informasi sebelum menyebarkan
Mencari informasi di situs yang terpercaya
Meluruskan misinformasi di sekitar kita
pi Covid-19 ini.
konten itu.
tah, website gugus tugas Covid-19, atau dari website WHO.
kan berita itu secara langsung atau lewat jalur privat.
berwaspada akan dua pengaruh dari pandemi Covid-19 ini.
INFODEMIC
19
Daftar Pustaka
Ayuningtyas, C. H. (2020, July 13). Infodemi Di Tengah Pandemi. digitalMamaID. Retrieved November
15, 2020, from https://www.digitalmama.id/2020/07/infodemi-di-tengah-pandemi.html
Baskara, B. (2020, April 18). Rangkaian Peristiwa Pertama COVID-19. Kompas.id. Retrieved November
15, 2020, from https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/04/18/rangkaian-peristiwa-pertama-covid-
19/
CoMuNeLab. (2020). Covid19 Infodemics Observatory. covid19obs. Retrieved November 15, 2020, from
https://covid19obs.fbk.eu/#/
Ihsanuddin. (2020, April 1). Jokowi Izinkan Pemda Terapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar, Ini
Syaratnya. Kompas.com. Retrieved November 15, 2020, from https://nasional.kompas.com/read/
2020/04/01/07305501/jokowi-izinkan-pemda-terapkan-pembatasan-sosial-berskala-besar-ini-
syaratnya
Infopena. (2020, April 18). Waspadai Fenomena Infodemik Yang Memperburuk Pandemi COVID-19.
Infopena.com. Retrieved November 15, 2020, from https://www.infopena.com/blog/waspadai-feno
mena-infodemik-yang-dapat-memperburuk-pandemi-covid-19/
Junawan, H., & Laugu, N. (2020). Eksistensi media Sosial, Youtube, Instagram Dan WhatsApp Dite-
ngah Pandemi COVID-19 Dikalangan Masyarakat virtual Indonesia. Baitul 'Ulum: Jurnal Ilmu Per-
pustakaan dan Informasi, 41-57. https://doi.org/10.30631/baitululum.v4i1.46
Patrick, J. (2020, April 9). Pengguna internet kala WFH corona Meningkat 40 Persen Di RI.
CNNIndonesia. Retrieved November 15, 2020, from https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20
200408124947-213-491594/pengguna-internet-kala-wfh-corona-meningkat-40-persen-di-ri
Rohmah, N. N. (2020). Media Sosial Sebagai Media Alternatif Manfaat dan Pemuas Kebutuhan Infor-
masi Masa Pandemik Global Covid 19 (Kajian Analisis Teori Uses And Gratification). Al-I'lam: Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam, 4(1), 1-16. https://doi.org/10.31764/jail.v4i1.2957.
Teluma, A. R. (2020). Membaca Realitas Infodemi COVID-19 Di Indonesia. JCommsci - Journal Of Me-
dia and Communication Science, 1(1), 1. https://doi.org/10.29303/jcommsci.v1i1.91
Penulis : Mawadah Dias Nita
Dampak Covid-19
terhadap Perilaku dan Media Sosial
Saat ini semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia tak dapat lepas kaitannya
dengan Coronavirus Disease 2019 atau yang sering disebut juga Covid-19. Virus ini
menyebar dengan cepat, luas dan sulit dikendalikan sehingga akhirnya membuat
penyakit ini ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) pa-
da 11 Maret 2020 lalu. Pandemi Covid-19 membuat berbagai kegiatan dan aktivitas
yang sebelumnya dapat dilakukan dengan bebas seperti menonton di bioskop, ber-
sekolah, bekerja di kantor, berkumpul dengan teman-teman dan kegiatan lain yang
serupa dihentikan dan dibatasi sementara. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan
memperlambat penyebaran virus. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan tersebut akhir-
Saat dihadapkan pada kondisi pandemi seperti ini, masyarakat menjadi lebih ba-
nyak menghabiskan waktu mereka di media-media yang memungkinkan mereka
untuk berhubungan dengan satu sama lain dengan praktis, mudah dan cepat salah
satunya ialah media sosial. Oleh karena itu terjadi peningkatan pada intensitas peng-
gunaan media sosial. Survei global yang dilakukan oleh Globalwebindex menunjuk-
kan bahwa 43% responden penelitian mereka mengakui bahwa mereka menghabis-
kan waktu di media sosial lebih lama dari sebelumnya karena adanya pandemi (Tri-
fonova, 2020). Survei diatas membuktikan bahwa terdapat perubahan pada intensi-
tas penggunaan media sosial selama masa pandemi dimana terdapat peningkatan
Tak hanya mengubah intensitas penggunaan media sosial, pandemi juga turut
mengubah perilaku masyarakat dalam menggunakan media sosial. Menurut peneli-
tian yang dilakukan oleh Taegen Nabity, Chirsty M.K Chengyng dan Jason Bannet
Thatcher (2020) masa pandemi telah turut mengubah cara pengguna media sosial
mengungkapkan diri (self-disclosure) mereka di media sosial. Masyarakat cenderung
menjadi lebih berhati-hati saat ia hendak mengunggah sesuatu tentang dirinya
khususnya yang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan pribadi orang tersebut.
Nabity, Cheung, dan Jason menggunakan istilah Outside-in dan Inside-out untuk
menjelaskan bagaimana terjadinya perubahan pada pada pengungkapan diri (self-
disclosure) di media sosial. Dimana Outside-in didefinisikan sebagai topik-topik yang
biasanya disukai namun kemudian menjadi topik yang tidak disukai. Contohnya se-
perti mengunggah foto, stories (cerita) atau video saat mengadakan pesta, berkum-
pul dengan teman-teman, berlibur, menghabiskan waktu di tempat yang ramai dan
lain-lain. Kegiatan tersebut awalnya merupakan kegiatan yang dianggap sebagai
nya terpaksa dilakukan dari rumah.
dalam penggunaan media sosial.
20
kegiatan normal dan biasa tetapi di masa pandemi kegiatan tersebut telah men-
jadi sesuatu yang tabu sehingga menjadi sasaran kritik. Dengan demikian, hal terse-
but membuat pengguna media sosial mempertimbangkan atau mengantisipasi
personal benefit dan personal cost (self-focus persefective) apa yang akan mereka
Sedangkan Inside-out didefinisikan sebagai topik yang dulunya jarang diungkap-
kan namun sekarang menjadi suatu topik yang banyak diperbicarakan dan menjadi
suatu dorongan secara sosial. Informasi kesehatan yang dulunya dianggap sebagai
sesuatu sebuah hal yang pribadi dan sensitif pada masa pandemi menjadi suatu to-
pik yang ‘harus’ diperbincangkan. Hal ini dikarenakan adanya rasa tanggung jawab
pada komunitas. Contohnya pada masa awal pandemi, ada banyak sekali orang-
orang yang membagikan bagaimana kondisi kesehatannya sehingga membuat me-
reka menjadi orang-orang yang rentan sebagai cara untuk mendesak orang lain un-
tuk menangani pandemi secara serius. Dengan demikian, keputusan pengungkapan
diri Inside-out selama masa pandemi juga menekankan perspektif fokus lain (Other-
focus Perspective) dan mempertimbangkan manfaat informasi yang diantisipasi
Agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka proses pengungkapan diri
(self-disclosure) pada masa pandemi dapat digambarkan dalam tabel berikut.
Sumber : Nabity-Grover, T., Cheung, C. M. K., & Thatcher, J. B. (2020)
Other-Focus Perspective
External Benefit
External Cost
Self-Focus Perspective
Personal Benefit
Personal Cost
Pandemic Related
Self Diclosure
Outside-in
Inside-out
terima dan keluarkan apabila ia mengunggah konten tersebut.
untuk orang lain.
21
Seperti yang dijelaskan sebelumnya masa pandemi membuat pengguna media
sosial lebih berhati-hati dalam mengungkapkan dirinya (self-disclosure). Salah satu
faktor penyebabnya ialah social media shaming. Social media shaming atau yang di-
artikan sebagai mempermalukan seseorang di media sosial bukanlah suatu hal yang
baru. Di masa pandemi, social media shaming menjadi sesuatu yang sangat sering
dijumpai saat seseorang mengunggah foto, cerita atau videonya yang didalamnya
meliput kegiatan yang tidak mematuhi standar atau protokol kesehatan di masa
pandemi, seperti tidak menggunakan masker atau tidak mematuhi jarak aman.
Bahkan ada beberapa istilah baru yang terbentuk untuk mempermalukan orang-
orang yang dianggap melanggar aturan di masa pandemi yaitu Covidiot. Covidiot
merupakan gabungan dari coronavirus dan idiot yang mengacu pada orang yang ti-
dak mematuhi peringatan yang berkaitan dengan kesehatan publik yaitu orang-
orang yang tidak mengikuti aturan kesehatan seperti tidak memakai masker dan
tidak menjaga jarak (Asif, Zhiyong Iram & Nisar, 2020). Social media shaming yang
berkaitan dengan isu-isu pandemi juga sering disebut dengan Pandemic Shaming.
Yasmine Wong dalam paper-nya yang berjudul pandemic conundrum: Tp Control
or to Trust (2020) menjelaskan bahwa Covid-19 menimbulkan rasa curiga dan tidak
percaya pada seseorang. Kecurigaan dan ketidakpercayaan tersebut merupakan ba-
gian dari sistem imun perilaku kita atau behavioral immune system. Imun ini terben-
tuk karena adanya adaptasi perilaku dan psikologis yang kita jalani selama masa
pandemi. Untuk mengurangi rasa cemas akan kemungkinan berkontak dengan vi-
rus maka orang tersebut menjadi lebih konformis dan secara moral lebih waspada
sehingga akhirnya mengecam keras orang-orang yang tidak mengikuti aturan. Oleh
karena itulah, sering kali kita temui banyak sekali komentar-komentar negatif yang
muncul di unggahan seseorang saat ia melanggar aturan/protokol kesehatan.
Wong (2020) juga menjelaskan sayangnya tindakan pengecaman yang dilakukan
oleh seseorang untuk mengurangi rasa cemasnya tersebut dapat berpotensi me-
nimbulkan bullying, intimidasi dan perpecahan sosial. Artikel yang ditulis oleh Ame-
lia Tait (2020) yang berjudul ‘pandemic shaming: is it helping us keep our distance?’
telah menunjukkan beberapa contoh bullying dan intimidasi yang ada di media sosi-
al saat seseorang tersebut melakukan pelanggaran aturan/protokol kesehatan. Di-
kutip dalam artikel ini seorang profesor psychology George Mason University Dr.
June Tangey mengungkapkan bahwa ia ragu bahwa shaming akan mengubah peri-
laku buruk dimasa pandemi, Dr June menjelaskan bahwa saat seseorang merasa
malu, maka orang tersebut cenderung kan bertindak defensif, mereka cenderung
untuk menyalahkan orang lain, enggan mengambil tanggung jawab dan cende-
rung tidak akan mengubah tingkah laku mereka. Sependapat dengan Tangey, Dr.
Aaron Balick, seorang Psychotherapies dari London juga berpendapat bahwa
shaming itu kontraproduktif dan dapat membahayakan. Balick menyatakan bahwa
rasa malu merupakan salah satu dari berbagai perasaan primitif kita. Hal tersebut
menyakitkan dan apabila terjadi dalam skala besar seperti di Twitter, dapat menim-
Social media shaming di masa pandemi Covid-19
22
Disisi lain seorang Profesor dari Universitas Denver yang merupakan seorang ahli
yang telah mempelajari social media behaviors bertahun-tahun Lynn Schofield Clark
berpendapat bahwa calling out orang-orang yang mempunyai privilege saat ia me-
langgar aturan dimasa pandemi bukanlah sesuatu yang buruk Ia melihat hal in se-
bagai suatu perkembangan positif di media sosial. (Brown, 2020). Schofield Clar me-
nyatakan bahwa orang-orang mengecam orang lain yang tidak melanggar aturan di
media sosial karena hal tersebut dinilai sebagai satu-satunya jalan keluar untuk
membantu mencegah penyebaran. Sehingga terjadi pergeseran ideologis, dimana
pada era baru ini orang-orang tidak hanya ingin melindungi dirinya sendiri namun
Media sosial tak hanya menjadi wadah untuk berkomunikasi dan berinteraksi.
Namun, juga digunakan untuk sebagai wadah untuk mencari informasi. Masih da-
lam survei yang sama dengan sebelumnya, dari data Globalwebindex (Trifonova,
2020) diketahui bahwa alasan utama generasi baby boomers, Generasi X dan gene-
rasi Millennials mengakses media sosial pada masa pandemi ialah untuk mencari
informasi terkini, lalu dilanjutkan dengan alasan untuk menghabiskan waktu luang
dan mencari hiburan. Namun, berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi Z
cenderung menggunakan media sosial mereka untuk menghabiskan waktu luang
dan mencari hiburan lalu diikuti dengan alasan untuk mencari informasi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa saat ini media sosial menjadi salah satu media pilihan un-
Namun sayangnya, tak semua informasi yang beredar di media sosial merupakan
informasi yang benar. Tak sedikit dari informasi tersebut merupakan informasi hoax
yang menyesatkan. Kamus Oxford mendefinisikan hoax sebagai sebuah bentuk
pembohongan yang memiliki tujuan sebagai bahan candaan atau dapat juga mem-
bahayakan. (dalam Juditha, 2018). Bahkan di Indonesia sendiri dikutip dari nasional.
sindonews.com (08/20) setidaknya sampai 8 Agustus 2020 sosial tercatat ada 1.028
informasi hoax terkait Covid-19 yang tersebar luas di platform media sosial.
Tak hanya itu, pandemi Covid-19 juga membuka isu-isu lainnya di media sosial.
Salah satunya ialah teori konspirasi. Teori konspirasi menurut Swami dan Furham
adalah narasi palsu di mana penyebab utama dari suatu peristiwa diyakini disebab-
kan oleh rencana jahat/plot oleh banyak tokoh yang bekerja sama (Christina, 2020).
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Christina (2020) selama pandemi ada bebe-
rapa teori konspirasi yang populer di media sosial. Dua diantaranya ialah teori kons-
pirasi bahwa Covid-19 tidak berbahaya dan teori konspirasi 5G, dimana menurut teo-
ri ini virus corona merupakan senjata biologis sehingga penyebarannya diduga di-
juga orang lain.
Perubahan kebijakan konten media sosial selama masa pandemi
bulkan traumatis secara psikologis.
tuk tempat mencari informasi terkini.
sengaja.
23
Kemunculan teori konspirasi di berbagai media sosial turut andil dalam memben-
tuk persepsi masyarakat tentang pandemi Covid-19. Tak sedikit orang yang percaya
pada teori konspirasi tersebut. Bahkan dikutip dari cnnindonesia.com (Ikhsan, 2020),
data yang dikumpulkan oleh Ilmuwan Universitas Cambridge menunjukkan bahwa
sebagian besar populasi dari sampel yang diteliti percaya bahwa Covid-19 merupakan
sebuah konspirasi dengan persentase Inggris sebanyak 22%, Amerika 23%, Irlandia
26%, Meksiko 33% dan Spanyol 37%. Tak hanya di luar negeri, masyarakat di dalam
negeri pun tak jauh berbeda. Sebuah survei di Sumatera Barat menunjukkan bahwa
39.9% masyarakat Sumatera Barat percaya bahwa Covid-19 hanyalah sebuah konspi-
Masifnya informasi hoax dan teori konspirasi di media sosial membuat informasi
ini menjadi sebuah informasi yang sangat rentan. Oleh karena itu, berbagai platform
media sosial membuat berbagai kebijakan terkait konten yang memuat informasi
tentang Covid-19. Kebijakan-kebijakan tersebut ditujukan untuk melindungi komuni-
tas mereka dari informasi menyesatkan dan sebagai sebuah bentuk tanggung jawab
platform kepada pengguna mereka. Perubahan pada kebijakan yang mengatur ten-
tang konten seputar informasi Covid-19 di berbagai platform media sosial tidaklah ja-
uh berbeda. Kebijakan tersebut meliputi informasi-informasi apa saja yang boleh dan
informasi-informasi apa saja yang tidak boleh dicantumkan saat membagikan infor-
masi seputar Covid-19. Namun media sosial memiliki caranya masing-masing dalam
Dikutip dari website resmi Facebook yaitu about.facebook.com saat pandemi,
Facebook memiliki beberapa pembaharuan baru (update) yang membantu penggu-
nanya dalam menemukan informasi seputar Covid-19 yang akurat. Bekerja sama de-
ngan sumber-sumber terpercaya Facebook membuat Covid-19 infomation center.
Konten unggahan, akun dan grup yang membagikan informasi menyesatkan pula
Tak berbeda jauh dengan Facebook Instagram sebagai anak perusahaan Face-
book juga menetapkan kebijakan yang sama, namun yang berbeda ialah Instagram
tidak menyediakan information center melainkan ia membuat pembaruan fitur pen-
carian dan stiker yang memudahkan penggunanya mencari informasi seputar Covid-
19. Sementara itu, dikutip dari bussines.twitter.com konten-konten yang berkaitan
tentang covid-19 di Twitter akan diberi label yang nantinya akan mengarahkan peng-
guna kepada sumber-sumber terpercaya. Apabila konten tersebut merupakan kon-
ten yang mengandung informasi hoax maka Twitter akan melabeli konten tersebut
dengan label informasi tidak benar. Sementara itu, dikutip dari tiktok.com Tiktok ju-
ga memberikan label terhadap informasi yang didalamnya terdapat informasi ten-
tang Covid-19, tak hanya itu Tiktok juga sering mengadakan live secara langsung
dengan sumber-sumber terpercaya seperti WHO yang tujuannya selain memberikan
rasi (cnnindonesia.com, 2020).
menghadirkan konten-konten seputar informasi Covid-19.
telah dihapus.
informasi juga mengedukasi.
24
Di media sosial Facebook, Instagram dan Twitter perubahan kebijakan tak hanya
sebatas pada kebijakan konten saja namun juga pada kebijakan beriklan mereka.
Dikutip dari website resmi Facebook about.facebook.com Facebook telah memper-
barui aturan pada iklan layanan publik dan iklan produk yang berhubungan dengan
alat kesehatan. Iklan layanan publik diperbolehkan untuk tayang di Facebook tetapi
apabila ikan layanan-layanan tersebut merupakan iklan layanan publik yang me-
ngandung unsur politik maka dalam iklan wajib mencantumkan nama orang/orga-
nisasi yang mendanai iklan tersebut. Selain itu Facebook dan Instagram juga sem-
pat melakukan pelarangan sementara pada iklan produk-produk kesehatan seperti
Hans Saniter, tisu desinfektan, alat uji Covid-19 serta pasokan kebutuhan medis lain
yang menjamin pencegahan virus atau menciptakan kesan kondisi darurat (scam).
Setelah Facebook memonitor tren dan aktivitas pengguna dalam menggunakan
platform mereka untuk keperluan iklan maka pada Oktober 2020 lalu Facebook
kembali memperbolehkan pengiklan memasang iklan tentang produk-produk yang
Tak hanya facebook dan Instagram, platform media sosial Twitter juga turut me-
ngubah kebijakan beriklan mereka dikutip dari web resmi Twitter, business.twitter.
com, iklan di Twitter khususnya managed advertisers dilarang untuk mempromosi-
kan secara implisit maupun eksplisit produk-produk yang berkaitan dengan Covid-
19. Kecuali iklan tersebut telah memenuhi standar praktik bisnis dalam menanggapi
Menghentikan penyebaran hoax bukan hanya tanggung jawab pengguna media
sosial, dan platform media sosial saja. Pemerintah sebagai pemegang otoritas tentu-
nya memiliki tanggung jawab yang sama untuk memberikan informasi yang benar
dan akurat pada masyarakatnya. Sayangnya dimasa pandemi seperti ini peran pe-
merintah dalam menanggulangi informasi hoax dinilai masih cukup lemah. Peneliti-
an yang dilakukan oleh Oemar Madri Bafadhal dan Anang Dwi Santoso (2020) me-
nunjukkan bahwa banyak disinformasi yang beredar digunakan untuk menimbul-
kan rasa tidak percaya pada otoritas-otoritas yang berkaitan langsung dengan
Covid-19 seperti ilmu pengetahuan dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa
saat diminta untuk menjawab keingintahuan publik pemerintah tak berhasil mem-
berikan informasi yang jelas dan berguna. Kekosongan informasi inilah yang akhir-
nya dapat membuat publik sulit untuk mempercayai komunikasi dari pemerintah.
Sehingga informasi-informasi hoax yang bersifat menyesatkan masih beredar luas
berkaitan dengan alat-alat medis.
Covid-19 dan dibuat untuk mendukung karyawan ataupun pelanggan.
di masyarakat terutama di media sosial.
FAKE NEWS
?
25
Daftar Pustaka
Nabity-Grover, T., Cheung, C. M. K., & Thatcher, J. B. (2020). Inside out and outside in: How the COVID-19
pandemic affects self-disclosure on social media. International Journal of Information Management,
102188. doi:10.1016/j.ijinfomgt.2020.102188
Wong, Y. (2020). Pandemic conundrum : to control or to trust? (RSIS Commentaries, No. 132). RSIS Com
mentaries. Singapore: Nanyang Technological University.
Bafadhal, O. M., & Santoso, A. D. (2020). Memetakan Pesan Hoaks Berita Covid-19 Di Indonesia Lintas
Kategori, Sumber, Dan Jenis Disinformasi. Bricolage: Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 6(02), 235-
249.
Asif, M., Zhiyong, D., Iram, A., & Nisar, M (2020). Linguistic Analysis of Neologism Related to Corona
virus (COVID-19).
Juditha, C. (2018). Hoax Communication Interactivity in Social Media and Anticipation (Interaksi Komu-
nikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya). Pekommas, 3(1).
Christina, E. (2020). Pandemi Covid-19 adalah 666?. LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta, 1(2), 1-22.
Trifonova, V (2020). How the outbreak has changed the way we use social media. Globalwebindex.
com, Agusutus 4. https://blog.globalwebindex.com/chart-of-the-week/social-media-amid-the-out
break/, (diakses pada 13 November 2020)
Mufarida, B. (2020). Kominfo Mencatat Sebanyak 1.028 Hoaks Tersebar terkait COVID-19. Retrieved from
Nasional.sindownews.com: https://nasional.sindonews.com/read/131216/15/kominfo-mencatat-sebany
ak-1028-hoaks-tersebar-terkait-covid-19-1597219726
Brown, J (2020). Social media shaming in spiking during the coronavirus pandemic, for better or for wor
se. The colorando Sun April 1. https://coloradosun.com/2020/04/01/socialmedia-shaming-about-coro
navirus/, (diakses 21 November 2020)
Tait, A (2020). Pandemic Shaming: is it helping us keep our distance?. The Guardian April 4. .https://www.
theguardian.com/science/2020/apr/04/pandemic-shaming-is-it-helping-us-keep-our-distance, (diak-
ses 21 November 2020)
Coronavirus. staying safe and informed on twitter. (2020, April 3). Diambil kembali dari blog.twitter.com
https://blog.twitter.com/en_us/topics/company/2020/covid-19.html
Cnn indonesia. (2020, 10 5). Survei: 39 Persen Warga Sumbar Sebut Corona Konspirasi Global. Diambil
kembali dari cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201005090348-20-554336
/survei-39-persen-warga-sumbar-sebut-corona-konspirasi-global
ikhsan, M. (2020). Hasil Survei Ahli soal Konspirasi Corona dan Keraguan Vaksin. Retrievedfromcnnind
onesia.com:https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201015075933-199-558577/hasil-survei-ahli-
soal-konspirasi-corona-dan-keraguan-vaksin
26
Ibu pertiwi tengah dilanda musibah yang sangat berat, Indonesia dapat
dikatakan sedang dalam suasana yang rapuh. Tidak hanya Indonesia bahkan
dunia pun sedang mengalami duka karena lumpuhnya kehidupan normal
yang telah digantikan oleh kehidupan normal baru dimana hal ini telah
diakibatkan oleh merebaknya pandemi Covid-19 yang sedang terjadi hingga
saat ini. Semenjak munculnya dan merebaknya pandemi Covid-19, sektor-
sektor dan lini kehidupan mulai mengalami goncangan. Banyak sektor
kehidupan ekonomi, sosial budaya, dan politik di Indonesia mengalami
peergolakan yang tak ada habisnya. Pandemi yang dengan cepat menyebar
dan melumpuhkan kehidupan masyarakat sehingga tidak ada kesiapan yang
berar ti diantara Pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi dan
memberikan respond terhadap pandemi Covid-19 ini. Pemerintah dan
masyarakat terkesan gelagapan dalam menangani pandemi Covid-19 sehingga
kedua komponen negara tersebut menyikapi dengan memperhatikan arahan
dari WHO agar menjaga potensi menyebar atau tertularnya virus ini dengan
cara melalukan physichal distancing, cuci tangan, dan memakai masker.
Gejolak yang terjadi dan dirasa cukup menjadi suatu perhatian adalah pada
saat terjadinya transisi dari kehidupan normal berubah dan menuju kepada pola
kehidupan normal baru. Dalam kehidupan normal baru ini sangat menyesuaikan
dengan keadaan serta kondisi yang harus ditaati pada masa pandemi Covid-19
saat ini. Dari beberapa kegiatan yang mulanya terjadi dan harus dilaksanakan
secara luring atau tatap muka maka mengharuskan kegiatan tersebut untuk
dilakukan secara daring atau online dalam rangka mentaati protokol kesehatan
dan himbauan yang telah diberikan oleh Pemerintah yang semata-mata beru-
saha mengurangi peningkatan kasus penyebaran virus Covid-19 dan menekan
angka kematian korban jiwa yang terkena virus ini. Kehidupan yang memaksa
untuk melakukan aktivitas secara normal baru secara tidak langsung melibat-
katkan peran media massa dalam bentuk digital lebih intensif. Kegiatan yang
mulanya dilakukan secara tatap muka sekarang dialihkan menjadi daring pada
sebagian besar kegiatan. Pada masa pandemi seperti sekarang ini, dapat dikata-
kan masyarakat atau khalayak lebih menjadi audience aktif. Dalam hal ini
audience aktif seperti yang dijelaskan pada teori Uses and Gratification yang
dikemukakan oleh Blumer dan Ellul Katz (1974) bahwa teori Uses and
Gratification merupakan kata lain dari teori peluru atau yang biasa kita kenal
denga teori jarum hipodermik, di mana didalam teori tersebut dijelaskan bahwa
media dianggap dan memiliki peran yang sangat aktif dan sementara dalam teori
Penulis : Lilian Ratu Lintang
Kepelikan Aktivitas Media Sosial terhadap
Persepsi Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
27
ini peran khalayak berada di pihak yang pasif. Dalam teori uses and gratification
juga turut menjelaskan tentang bagaimana sebuah media tersebut dapat me-
menuhi kebutuhan pribadi sosial khalayak yang aktif dalam menggunakan me-
Teori uses and gratification dapat kita lihat dengan jelas pada fenomena
penggunaan dan kepelikan penggunaan aktivitas yang terjadi pada media sosial.
Kegiatan dan semua berita secara tidak langsung terjadi di media massa dan
media sosial. Pada masa pandemi dan situasi normal baru ini masyarakat cen-
derung tidak dapat terlepas dari genggaman media sosial karena tidak adanya
kegiatan yang berarti di luar ruangan menjadikan media sosial sebagai wadah
dan tempat untuk merilekskan pikiran, sebagai sarana hiburan, dan sebagai
platform yang digunakan masyarakat, pemerintah, maupun konten creator
dalam menyajikan berita dan menanggapi informasi terhadap terpaan berita
pandemi Covid-19. Pada era normal baru ini media sosial juga mengajak khala-
yak untuk lebih intens dalam menggunakan media sosial, karena beberapa
hal terkait pemberitaan Covid-19 selain ditayangkan oleh media massa juga
ditayangkan melalui media sosial. Namun, pada media sosial ini pemberitaan
yang dihadirkan adalah terkait dengan tanggapan dan respond masyarakat
terhadap fenomena yang terjadi. Dapat dijabarkan bahwa informasi yang ter-
saji dalam tanggapan terkait pemberitaan terkait fenomena pandemi Covid-19
bersifat subyektif selain yang tersaji dan dipaparkan oleh media massa. Dalam
ruang lingkup ini, khalayak atau masyarakat lebih menggunakan sosial media
atas dasar intensitas penggunaan sosial media di masa pandemi Covid-19 men-
Selain asumsi kebutuhan khalayak terdapat juga efek yang timbulkan dari diri
khalayak itu sendiri seperti emosi dan perilaku dapat diklasifikasikan sebagai
evaluasi kemampuan media dalam usaha untuk memberi kepuasan. Dalam hal
ini sebuah pendekatan uses and gratification tertuju dan memiliki fokus kepada
khalayak yang berperan aktif dan selektif dalam memilih dan menggunakan
media sesuai kebutuhannya. Khalayak sudah mampu untuk menentukan media
mana yang sesuai dengan kebutuhannya, hal ini merupakan gambaran nyata
dari upaya pemenuhan kebutuhan sesuai dengan motif. Khalayak yang lebih aktif
dalam memilih media karena masing-masing pengguna memiliki tingkatan yang
berbeda dalam melakukan pemanfaatan terhadap medianya. Dalam hal ini, pen-
dekatan ini jelas bertujuan untuk menggali motif pendorong bagi seseorang
dia (Santoso & Setiansah, 2010).
jadi lebih sering.
dalam menggunakan media.
28
Teori ini sangat bersinggunggan dengan apa yang telah ada di masa pandemi
Covid-19 dimana persepsi masyarakat mulai timbul dan bermunculan di tengah
pandemi Covid-19. Dengan banyaknya opini dan pandangan subyektif masyara-
kat. Sosial media sendiri memiliki kekuatan yang cukup baik dalam memberikan
stimutulus kesenangan bagi masyarakat atau khalayak yang dimana memiliki
rasa jenuh akan keadaan pandemi Covid-19. Karena dapat kita ketahui bahwa
perkembangan dunia para era globalisasi dan era revolusi teknologi 4.0 memba-
wa umat manusia untuk melakukan berbagai macam aktivitas pada kanal media
sosial yang dibersamai dengan perkembangan perangkat yang sepadan. Social
media atau media sosial berjalan beriringan dengan kehidupan masyarakat masa
kini sehingga mereka memiliki magnet yang sangat kuat dalam keterkaitan anta-
ra kehidupan sosial dan kehidupan dunia maya. Media sosial atau social media
didefinisikan oleh Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (dalam Sulianta, 2015:6)
media sosial berfungsi sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang
dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0. Media sosial atau social
media juga dirancang dan memungkinkan dalam penciptaan user-generated
Dengan intensitas penggunaan media sosial yang melonjak menjadikan terpa-
an pemberitaan banyak terjadi. Dari pandangan dan pendapat yang subjektif,
munculnya opini yang tidak selaras dengan berita yang tersaji menimbulkan ba-
nyak persepsi masyarakat terkait pemberitaan pandemi Covid-19. Pandemi ini
memberikan banyak spekulasi dan asumsi-asumsi dari masyarakat yang mereka
kemukakan melalui kanal media sosial miliknya. Contohnya saja yang dialami oleh
beberapa selebritas terkait dengan asumsi yang terjadi pada media sosial terha-
dap Covid-19 dengan menganggap bahwa Covid-19 ini adalah sebagai teori kons-
Dalam konteks media sosial dimaknai bahwa jejaring sosial menjadi situs di-
mana setiap orang dapat membuat web page pribadi yang kemudian mereka da-
pat berinteraksi dan berteman dengan siapa saja untuk membagi informasi dan
melakukan komunikasi. Media sosial bekerja seperti magnet yang bersifat meng-
himpun dan mengajak siapa saja yang tertarik dan berpartisipasi dengan cara
memberikan kontribusi serta umpan balik secara terbuka seperti memberikan
content.
pirasi yang terjadi pada seluruh dunia dimana dimulai oleh Wuhan, China.
komentar, dan membagi informasi secara cepat.
29
Sosial media diikuti dengan beberapa fungsi yang akan kita rasakan sebagai
user atau pengguna. Sosial media didefinisikan oleh Antony Mayfield (dalam
prezi.com, 2012) dijelaskan bahwa mereka didesain untuk memperluas interaksi
manusia dalam menggunakan internet atau website. Sosial media telah berhasil
dalam mentransformasikan sebuah praktek komunikasi yang dimana dirasa se-
arah dengan penjelasan dimana adanya media siaran dari satu institusi media ke
banyak audience (one to many) yang menjadi praktik komunikasi dialogis antar
banyak audience (many to many). Dalam hal ini sosial media juga telah berperan
dalam mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi. Sosial media juga
telah mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan
itu sendiri. Pada masa pandemi, penggunaan sosial media memang sangat me-
ningkat dengan jumlah presentase yang cukup signifikan. Dimana penggunaan
media sosial seperti WhatsApp dan Instagram mengalami lonjakan hingga 40%
selama pandemi virus corona. Sebab, banyak orang menggunakan media sosial
untuk berkomunikasi di tengah karantina wilayah atau lockdown. Pada hari-hari
awal pandemi, penggunaan aplikasi tersebut secara global melonjak sampai 27%
kemudian melonjak hingga 40%. Dari data tersebut kita dapat tahu bahwa tingkat
penggunaan aplikasi WhatsApp khusus di negara-negara yang sudah dalam fase
Peningkatan penggunaan aplikasi dan akun pada sosial media memanglah
pesat terlebih pada masa Covid-19 yang telah dijelaskan pada hal-hal di atas. Sehi-
ngga keadaan sangat mudah dipengaruhi, banyak orang-orang yang mudah ter-
papar berita atau informasi dengan sekejap. Masifnya berita yang beredar mem-
buat masyarakat menyadari begitu gentingnya masalah virus tersebut. Sehingga
berbagai reaksi ditunjukkan oleh warga negara Indonesia, salah satunya kekhawa-
tiran netizen melalui laman media sosial. Berbagai pemberitaan di media membu-
at warga negara mendesak Indonesia juga melakukan lockdown. Desakan se-
makin kuat disuarakan oleh warga baik melalui opini di media cetak maupun di
media sosial. kekhawatiran penyebaran virus yang semakin meluas di Indonesia.
Berita dan pembahasan virus yang terus menerus di media massa baik yakni me-
dia cetak, media elektronik dan media online serta media sosial secara tidak lang-
sung mempengaruhi warga, membuat kepanikan dan kecemasan pada masyara-
kat. Selain itu, berita yang dihadirkan melalui laman media sosial bisa bercampur
antara berita valid dan berita hoax, sehingga berita mengenai Virus Corona sema-
kin mendominasi bahkan bisa dikatakan berita mengenai Virus Corona tersebut
memonopoli pemberitaan di Indonesia pada kurun waktu sepanjang akhir Februa-
ri - Maret 2020. Berita-berita yang lain seolah tenggelam. Dalam hal ini, memaklum-
kan sebuah teori bahwa jika berita yang sama dimasukkan terus menerus dalam
pemikiran/sajian maka akan menjadikan konstruksi media berupa tulisan atau li-
putan mampu menciptakan/mengkonstruksi realitas di mayarakat relevan dengan
isi media. Artinya, jika media meliput betapa gawatnya Virus Corona maka yang
akan terkonstruksi pada pemikiran masyarakat adalah betapa gawatnya keadaan
krisis pandemi melonjak hingga 51%.
sekarang sehingga pada kondisi yang gawat ini apa yang harus disiapkan.
30
Dengan munculnya informasi-informasi tersebut peran media sosial pada ma-
sa pandemi pada dasarnya seperti memiliki dua sisi seperti mata pisau yang telah
dijelaskan bahwa dapat saja sama-sama runcing tetapi juga bisa memberikan efek
yang baik. Hal atau berita sangat mudah tersebar bahkan terkadang sukar ditemui
keabsahan dan kevalidan dari data tersebut. Sosial media juga acap kali memberi-
kan hegemoni baru terhadap masyarakat, dimana masyarakat setelah mengguna-
kan sosial media atau menemukan informasi pada sosial media tersebut terkadang
dapat memberikan dan memunculkan pikiran dari perspektif yang lain. karena so-
sial media memiliki karakteristik sangat subjektif maka yang mereka sampaikan
biasanya adalah murni dari buah pikiran mereka sendiri. Ketika seseorang meng-
gunakan sosial media pasti mereka seringkali melihat kolom komentar. Kolom ko-
mentar mampu menyajikan pikiran dari perspektif dan keterbukaan pikiran terkait
fenomena yang terjadi. Kolom komentar dapat memberikan pandangan atau hal
yang baik dan buruk pula. Namun, terkadang dalam mengilhami sebuah fenome-
na, peristiwa atau berita pada yang ditampilkan di sosial media terutama pada ma-
sa pandemi ini masyarakat atau khalayak dapat menggugah asumsi dan terkadang
pemikiran atau sudut pandnag mereka sendiri. Terkadang pada informasi yang di-
paparkan, beberapa hal diselipi dengan adanya penggiringan opini. Namun, kolom
komentar kita juga dapat menilik keabsahan dan arah opini kita, dengan adanya
ungkapan atau opini dari orang lain kita juga mampu berpikir bahkan untuk meng-
kaji ulang tentang fenomena tersebut secara lebih nyata dan hal-hal yang mendu-
kung. Adanya aktivitas pada sosial media juga dapat memberikan kita sudut pan-
dang lain dalam menanggapi sesuatu yang ada. Contoh yang pernah terjadi dalam
masyarakat pada saat awal pandemi adalah munculnya respon masyarakat dalam
menanggapi pemberitaan mengenai Virus Corona yang dapat dikatakan reaktif
bahkan cenderung “kalap.” Beberapa pihak yang kurang bertanggung jawab ma-
lah melakukan pemborongan atau penimbunan barang- barang sehingga kelang-
kaan terjadi. Barang barang yang diperlukan dalam kegiatan sehari hari langka dan
bahkan jika tersedia maka harganya mahal berpuluh kali lipat dari harga normal.
Disebutkan bahwa harga per box masker merk “Sensi” dibandrol Rp350.000 per
pack sampai Rp2.500.000, dimana harga normalnya berkisar Rp45.000 - Rp60.000.
Disinilah tampak kuatnya pengaruh media. Media menjadi kekuatan yang mampu
memberi dorongan untuk melakukan sesuatu. Dampak konsumsi media menjadi-
kan konsumen media mengkonstruksi realitas sesuai dengan konstruksi media.
Dalam hal ini, memanglah kepelikan aktivitas sosial media di masa pandemi juga
tidak hanya berpengaruh kepada aktivitas di sosial media saja. Namun, juga dibawa
atau adanya implementasi yang dibawa menuju kehidupannya.
Dalam aktivitas yang dibangun ini, tampak selaras dengan adanya pemikiran
dari teori two step flow, dimana efek media terjadi sebagian besar dalam interaksi
dengan komunikasi antar perseorangan. Media tidak mempunyai efek langsung,
namun efek media terbantu oleh opinion leader yang menyampaikan infomasi yang
sama dengan media atau menguatkan informasi dari media. Adapun ke teori multi
step flow, yang artinya efek media adalah bagian dari kompleksitas interaksi. Pada
31
satu level, opini media massa dapat dipertajam oleh opini dari opinion leader, na-
mun pada saat yang sama interaksinya dengan orang orang di sekitarnya atau
informasi dari berbagai sumber mampu menguatkan atau melemahkan opini me-
dia massa tersebut. Interaksi yang kompleks tersebut dapat bersumber dari interak-
sinya dengan teman, keluarga, sekolah, perusahaan yang kemudian akan menjadi
penyaring (filter) informasi dari media yang akan mempengaruhi reaksi individu
Dalam artian, seseorang dapat terpapar oleh orang lain dalam rangka penerima-
an pesan dan pemahaman akan pesan yang diterima. Terhadap pandemi covid-19 ini
masyarakat juga memiliki persepsi masing-masing. Ada yang mentaati protokol dan
peraturan sampai ada pula masyarakat yang menganggap bahwa covid-19 adalah
sebuah teori konspirasi semata. Penerimaan baik proses encoding dan decoding
masyarakat menjadi simpang siur. Pemberitaan hoax juga tersaji ke dalam aplikasi
atau sosial media yang notabenenya memiliki segmentasi yang besar dan memiliki
potensi yang besar untuk menyebarkan berita tersebut dan menjadi trending.
Pengembangan dari teori ini mengenai persepsi masyarakat terhadap Pandemi
Covid-19, yaitu teori difusi inovasi menyatakan bahwa perbedaan tipe orang akan
mengadopsi pemikiran baru pada saat yang berbeda. Sedangkan pendekatan (2)
Cultivation Theory beranggapan bahwa media mempertajam bagaimana orang
melihat dunia. Teori ini menjelaskan bagaimana persepsi orang terhadap perma-
salahan dunia semakin tajam atau justru terbelokkan oleh media. Lalu, dapat dikait-
kan pula dengan pendekatan efek media yang lain adalah Agenda Setting Theory
yang di usulkan oleh peneliti pada tahun 1970-an. Teori ini menganggap bahwa isi
media itu tidak mengubah persepsi orang pada beberapa isu, namun mengubah
persepsi orang untuk memikirkan apa yang penting untuknya. Agenda setting yang
dikembangkan oleh Maxwell E. Mc Comb dan Donald L. Shaw menyatakan bahwa
media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media
massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam
agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada
isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dalam teori agenda setting,
audiens bersifat pasif sehingga tidak bisa mengontrol efek yang menimpanya.
Apabila kita melihat lebih jauh mengenai persepsi masyarakat di masa pandemi
ini pada sosial media, persepsi masyarakat ini mengandung suatu proses dalam diri
untuk mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang lain. Pada
proses ini kepekaan dalam diri seseorang terhadap lingkungan sekitar terlihat. Cara
pandang akan menentukan kesan yang dihasilkan dari proses persepsi. Proses inte-
raksi yang tidak dapat dilepaskan dari cara pandang atau persepsi satu individu ter-
hadap individu yang lain, memunculkan apa yang dinamakan persepsi masyarakat.
Persepsi masyarakat akan menghasilkan suatu penilain terhadap sikap. Perilaku dan
tindakan seseorang di dalam kehidupan bermasyrakat. Faktor-faktor yang mem-
pengaruhi persepsi menurut David Krech dan Richard S. Krutch yaitu faktor fungsio-
nal dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman ma-
terhadap informasi media.
32
sa lalu, dan hal-hal lain yang bersifat personal, seperti proses belajar, cakrawala dan
pengetahuannya, latar belakang budaya, pendidikan yang diwarnai oleh nilai kepri-
badian. Faktor-faktor fungsional lazim disebut sebagai kerangka rujukan (Frame of
Reference). Kerangka rujukan ini mempengaruhi bagaimana orang memberi makna
pada pesan yang diterimanya atau mempersepsikannya. Sementara itu faktor struk-
tural adalah faktor yang datang dari luar individu, dalam hal ini adalah stimulus dan
lingkungan. Persepsi yang terbentuk akan membentuk sikap dan perilaku.
Kepelikan yang terjadi ini tentu saja merupakan perubahan fase normal dari per-
kembangan era. Dimana efek media mengalami berbagai masa sosial yang berbeda
dan berubah seiring waktu yaitu diskusi efek kuat, efek lemah, dan efek kombinasi,
namun kembali kepada teori awal yaitu efek yang kuat. Penting untuk diperhatikan,
bahwa efek kuat media menjadikan medi punya kekuatan super untuk mementuk
masyarakat dan menggiring opini serta wacana yang terjadi di masyarakat. Terma-
suk dalam pembentukan kepribadian masyarakat dalam sebuah bangsa, hal terse-
but merupakan konsekuensi logis ketika peran opinion leader kurang dominan di
tengah masyarakat, media menjadi pengendali utama dari sebuah pergerakan
masyarakat. Konsekuensi logis lanjutannya adalah bagaimana peran pemilik media
sebagai salah satu eksekutor dan pengendali berita atau konten yang akan disam-
paikan kepada masyarakat. Dapat pula dikaitkan dengan adanya teori terpaan se-
lektif dimana memanglah kebijakan dan ketelitian masyarakat dalam memberikan
persepsi terkait isu bahkan situasi dan kondisi sangatlah diperlukan dimana kita
sebagai audience yang aktif seperti di masa pandemi Covid-19 ini sudah selayaknya
mampu meningkatkan kewaspadaan terhadap informasi yang diterima maupun
yang diberikan. Sehingga, data yang tersaji adalah valid dan sesuai realitas yang
terjadi di lapangan.
Baran and Davis. 2010. Mass Communication Theory, provides a concise, redable overview of uses
and gratifications theory. See ch.10, Using Media: Theories of the Active Audience. Hal 210-275.
De Fleur and Ball Rokeach. 2008. Theories of Mass Communication. The University of California. Hal
172-18.
Guru Pendidikan (2020, 05 Agustus). Pengertian Media Sosial – Sejarah, Fungsi, Peran, Jenis, Ciri,
Pertumbuhan, Dampak, Para Ahli. Diakses pada 09 Agustus 2020 pada https://www.gurupen-
didikan.co.id/pengertian-media-sosial/
Gusti Ngurah Aditya Lesmana, Tesis: Analisis Pengaruh Media Sosial Twitter Terhadap Pembentu-
kan Brand Attachment (Studi: PT. XL AXIATA), (Program Magister Manajemen, Fakultas Ekono-
mi, Universitas Indonesia). hal, 10-11.
Kata Data. 2020 Penggunaan Whatsapp dan Instagram Melonjak 40 Selama Pandemi Corona.
Diakses pada https://katadata.co.od/febrinaiskana/digital/5e9a41f84eb85/penggunaan-whatsapp
-dan-instagram-melonjak-40-selama-pandemi-corona.
Setiansah, M., & Santoso, E. (2010). Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulianta, Feri. 2015. Keajaiban Sosial Media. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Prezi.com (2012, 19 September). Social Media Definisi Fungsi Karakteristik. Diakses pada 09 Agustus
2020 pada http://prezi.com/vddmcub_-ss_ /social-media- definisi-fungsi-karakteristik/.
Daftar Pustaka
33
Penulis : Syarifah Nur Aini
Zona Online Porn Addiction
di Tengah Hiruk Pikuk Pandemi
Tahun 2020 menjadi sebuah masa tantangan tersendiri bagi siapapun dan me-
wajibkan jiwa yang saling menghidupi untuk tetap survive. Pandemi virus Covid-19
mampu mengambil alih kendali pada hampir semua aspek kehidupan di dunia ini.
Titik keseimbangan yang semula memiliki eksistensi kini harus diupayakan pemba-
haruannya atas situasi terkait. Sejak kasus pasien corona pertama dinyatakan pada
bulan Maret awal, hingga saat ini masih belum ada tanda signifikan perihal berakhir-
nya pandemi tersebut. Delapan bulan telah bergulir dan penularan virus corona ma-
sih terjadi pada individu tertentu. Di dalam data Worldometers tanggal 30 Oktober
2020 ditunjukkan mengenai kasus virus corona yang terdapat pada sejumlah negara
di kawasan Asia Tenggara. Indonesia pun menempati peringkat satu atas kasus virus
corona yakni telah dilaporkan sebanyak total 406.945. Tidak sebatas mengenai kasus
konfirmasi positif saja, Indonesia juga memberikan catatan tentang kasus aktif dan
kasus kematian. Dinyatakan bahwa terdapat 58.868 kasus aktif dan 13.782 kasus ke-
matian, keduanya menduduki posisi tertinggi pula di wilayah Asia Tenggara. Se-
dangkan per 31 Oktober 2020, terdapat 3.143 kasus baru yang terjadi di dalam kurun
waktu 24 jam terakhir. Penambahan itu memperlihatkan sebuah realita kasus Covid-
19 di Indonesia yang telah mencapai angka 410.088. Gelombang kasus Covid-19 di
Indonesia diperkirakan masih akan bergerak naik hingga tahun depan. Indonesia
bisa dikatakan masih berada pada gelombang pertama yang sampai saat ini belum
terlihat adanya tanda penurunan kasus. Selain itu, potensi kenaikan kasus tetap ada
hingga tahun depan apabila tidak terdapat perubahan di dalam proses penanganan
Dengan adanya penyebaran virus corona yang masif dan tidak terduga, pemerin-
tah telah menetapkan peraturan tertentu untuk tindakan antisipasi dan pengura-
ngan kasus. Hal tersebut sesuai dengan sifat virus corona yakni merupakan wabah
yang tidak dapat diabaikan dan dipandang sebelah mata saja. Kebijakan social
distancing menjadi sebuah jalan untuk pengendalian infeksi virus corona. Melalui
pembatasan kunjungan ke tempat tertentu dan kontak secara langsung kepada
orang lain merupakan realisasi dari social distancing. Menurut Direktur Eksekutif
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, kebija-
kan social distancing yang dikedepankan oleh pemerintah dinilai lebih baik dan ma-
sih berpotensi menggerakkan perekonomian dibandingkan dengan wacana penu-
tupan atau lockdown. Pembatasan sosial berbasis isolasi mandiri dilengkapi dengan
tindakan penegakkan hukum. Tujuannya ialah dapat dilakukan pencegahan atas
terjadinya kegiatan sosial dan mobilitas massa berlebih dalam ruang publik. Tak ayal,
sosial distancing berperan sebagai salah satu langkah efektif dalam memperlambat
pandemi.
34
penyebaran virus corona yang telah direkomendasikan oleh World Health Organiza-
tion (WHO). Penerapan social distancing tidak hanya dilakukan di Indonesia saja,
bahkan Singapura dan Korea Selatan pun melakukannya. Social distancing menga-
kibatkan pengurangan jumlah aktivitas di luar rumah dan interaksi secara langsung
dengan individu lain. Kebijakan tersebut memberikan efek adanya penurunan ter-
hadap kegiatan pada tempat umum yang memiliki cakupan banyak individu. Kegi-
atan seperti bekerja dari rumah (work from home), belajar dari rumah (school from
home), dan beribadah di rumah menjadi rutinitas baru masyarakat. Di dalam fase
pandemi Covid-19, menjaga jarak antarsesama merupakan kunci yang patut untuk
Adanya anjuran dan aturan dari pemerintah terkait dengan social distancing yak-
ni kegiatan ‘di rumah saja’ membuat masyarakat memiliki banyak waktu luang. Ke-
bijakan tersebut juga mewajibkan masyarakat untuk melakukan aktivitas secara
online di dalam ruang maya. Berdasarkan pada data dari YouGov yang dikutip oleh
Facebook for Business, terdapat lima aplikasi yang nilai penggunaannya mengalami
penambahan. Peningkatan aplikasi saat pandemi secara berurutan ialah media so-
sial, video streaming, pesan singkat, e-commerce, dan layanan antar makanan. Me-
dia sosial terpantau sebagai alternatif favorit pada masyarakat di wilayah Asia Teng-
gara. Hal tersebut dilihat dari adanya angka peningkatan penggunaan media sosial
hingga mencapai 38%. Media sosial memiliki kekuatan dan peranan yang tidak bisa
diindahkan lagi pada saat era pandemi Covid-19. Konsumsi informasi dengan melalui
internet bahkan sosial media mengalami peningkatan yang signifikan. Media sosial
menjadi jalan pintas yang tetap bisa digunakan untuk saling terhubung dan ber-
interaksi dengan individu lain secara aman. Dilansir dari tek.id sesuai dengan hasil
survei terhadap lebih dari 25.000 pengguna, Whatsapp pun berperan sebagai salah
satu aplikasi yang mendapatkan nilai peningkatan penggunaan yang tinggi sebesar
40% saat pandemi. Di lain sisi, penggunaan atas Facebook dan Instagram juga me-
ngalami peningkatan sebanyak lebih dari 40 persen. Tidak hanya itu saja, CEO
Alphabet dan Google menyatakan bahwa layanan Goggle, termasuk YouTube diklaim
mengalami peningkatan selama pandemi. Waktu menonton di YouTube yang dila-
kukan oleh pengguna meningkat, terkhusus dalam siaran langsung. YouTube sudah
memperoleh lebih dari 2 juta monthly logged in dan terdapat lebih dari 50 jam kon-
Kehadiran media massa tercermin seperti pisau yang bermata dua. Pada sebuah
sisi, media massa memiliki sifat yang fungsional yakni positif. Akan tetapi, di sisi lain
media massa dapat memberikan disfungsional yakni pengaruh yang negatif. Sesuai
dengan kondisi serba berbeda yang telah melingkupi masa pandemi Covid- 19, maka
tidak bisa dihindarkan lagi mengenai fenomena candu pornografi. Tak ayal pula ber-
kaitan dengan sederet aktivitas yang diharuskan berkonsep online dan penggunaan
media sosial. Situs porno menjadi salah satu tujuan di dalam aktivitas maya yang
sangat digemari. Perkembangan teknologi yang sangat pesat mempermudah akses
terhadap konten-konten pornografi. Selain itu, keunggulan dalam sisi kecepatan dan
dipertahankan dan disiplinkan.
ten yang di-upload dalam setiap menitnya.
35
kemudahan akses ke dalam ruang virtual menjadi penyebabnya. Perusahaan Kas-
persky telah merilis siaran pers yang mengungkapkan bahwa sebesar 51 persen indi-
vidu lebih banyak melihat konten pornografi saat bekerja di rumah (work from
home). Tidak hanya kalangan dewasa saja yang menjadi konsumen sajian pornogra-
fi, tetapi pada kondisi lain para remaja juga sebagai penikmat konten tersebut. Di
dalam situasi seperti itu, individu menjadi semakin sukar untuk menentukan batas-
an antara aktivitas milik pribadi dengan kewajibannya pada kegiatan bekerja atau
pendidikan. Konten-konten negatif marak bertebaran di internet, meskipun peme-
rintah sudah berusaha memblokir sebuah situs, faktanya situs-situs lainnya tetap
mampu hadir. Pornografi seakan telah menjadi suatu hal yang menarik dan diminati
oleh banyak pihak. Tidak jarang para penyedia konten melakukan beragam cara un-
tuk dapat memenuhi keinginan pengguna media dan demi mendapatkan keun-
tungan. Sisi antusias para pengguna pun menambah potensi maraknya siklus pro-
Fenomena konsumsi terhadap konten pornografi terlihat secara valid ketika situs
pornografi terbesar di dunia justru meraup banyak keuntungan di masa pandemi.
Jika dibandingkan dengan sektor bisnis lainnya, PornHub malah mengalami pening-
katan pendapatan yang signifikan. Pihak situs PornHub memberlakukan sebuah
privilege yakni adanya masa gratis akses dalam kurun waktu 30 hari untuk konten
premium selama pandemi Covid-19. Ternyata tindakan itu dilakukan oleh PornHub
untuk mendukung social distancing demi pengendalian infeksi virus corona di dunia
ini. Bantuan yang diberikannya dimaksudkan agar individu dapat betah untuk ting-
gal di tempat tinggal seraya melakukan isolasi diri secara mandiri. Akibat dari adanya
ketentuan tersebut, secara global angka pengunjung situs dilaporkan naik hingga di
atas 24 persen terhitung pada bulan Maret lalu. Tindakan konsumsi pornografi dise-
babkan adanya keinginan untuk tetap mendapatkan gairah seksual, mencapai kese-
nangan, faktor kesepian, dan tertekan, hingga stress yang melanda. Apalagi berkai-
tan dengan kebijakan pembatasan kegiatan sosial, perasaan kesepian pada individu
menjadi semakin meningkat. Ketentuan jaga jarak dan isolasi diri mendorong tim-
bulnya interaksi dengan individu lain secara minim sehingga mampu meningkatkan
perasaan stress. Kegiatan yang ‘di rumah saja’ bisa dikatakan dapat menyebabkan
munculnya rasa penat dan bosan di dalam aktivitas keseharian. Ketika perasaan-
perasaan buruk tersebut melanda, pornografi berperan sebagai sebuah media un-
tuk dapat mengalihkan dan mengobati secara sementara. Penyaluran hasrat seksual
dengan visualisasi virtual dapat mengurangi beban di dalam kondisi yang sedang
tidak baik-baik saja. Pornografi sebagai sebuah pengalih perhatian saat rutinitas te-
Di samping kalangan dewasa, para anak-anak dan remaja juga rentan terkena
paparan pornografi di masa pandemi Covid-19. Berkaitan dengan sekolah secara da-
ring, aktivitas mereka lebih banyak dilakukan di dalam ruangan atau kamar sendiri.
Pembelajaran jarak jauh yang diterapkan membutuhkan tersedianya gawai di dalam
genggaman tangan para anak dan remaja. Mereka pun menghabiskan waktu de-
duksi dan tindakan konsumsi atas konten pornografi.
rasa penat dan tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi.
36
ngan gawai mulai dari bangun tidur sampai akan tidur kembali. Mungkin peringatan
dari orangtua pun sudah tidak berlaku lagi, mereka bisa berlindung atas nama ‘bela-
jar’. Tidak ada pengawasan dari keluarga dan guru secara intensif. Pengawasan yang
semakin sulit dilakukan oleh orangtua membuat mereka semakin lihai untuk men-
cari segala informasi yang tersedia di media. Gawai hingga mesin pencari bagaikan
dua mata sisi yang dapat mendatangkan hal yang positif dan negatif. Ketika para
anak dan remaja sedang menggunakan teknologi internet untuk mencari informasi
tertentu, terkadang muncul iklan atau konten yang tidak senonoh. Adanya rasa pe-
nasaran yang mengikuti, remaja dapat mengusut dan mencari tahu lebih lanjut
mengenai sesuatu yang telah dilihat. Hingga pada saat itu pula, informasi mengenai
pornografi menjadi hal yang menarik dan patut ditelusuri. Paparan konten porno-
grafi yang diterima oleh remaja bisa bersifat secara eksplisit maupun implisit, De-
ngan kemudahan untuk membagikan informasi di media sosial, maka semua ke-
mungkinan bisa saja terjadi di dalam aktivitasnya. Jika secara implisit, konten porno-
grafi tersedia dan mampu hadir langsung dengan melalui beragam media seperti
Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter. Meskipun konten yang dimaksud tidak
vulgar seluruhnya, tetapi sajian tersebut terkesan menjurus dalam nuansa seksual.
Dikatakan secara eksplisit, apabila konten tersebut memang sengaja diciptakan pa-
Individu yang sudah memiliki rasa candu terhadap pornografi bisa dipastikan se-
lalu menyibukan diri dengan gawainya. Tindakan interaksi menjadi jarang dan terhi-
tung tidak terbiasa menjalin komunikasi dengan orang lain. Bisa dilihat bahwa indi-
vidu tertentu cenderung memilih untuk menyendiri di ruangan pribadi dan enggan
berkomunikasi dalam intensitas waktu yang lama. Nilai adiksi yang sudah dimiliki
juga bisa dideteksi dalam penurunan semangat saat beraktivitas. Individu yang ke-
canduan terlihat malas, lesu, dan tidak antusias dalam melakukan pekerjaannya.
Motivasi terhadap aktivitas keseharian akan hadir kembali ketika konsumsi atas kon-
ten pornografi dilakukan. Individu yang kecanduan terhadap pornografi akan me-
miliki emosi yang cenderung agresif dan mendadak serta sukar untuk di kontrol. Hal
tersebut disebabkan bagian otak pre frontal cortex bekerja di dalam proses kecan-
duan pornografi. Dimana bagian itu terletak pada belakang kening dan memiliki
andil di dalam kestabilan emosi dalam diri seseorang. Waktu pun akan terbuang se-
cara sia-sia karena hanya digunakan untuk pemuasan hasrat melalui konten porno-
grafi yang tersedia. Sehingga individu tertentu akan mengalami regres di dalam
hidupnya. Banyak target dan pekerjaan yang terbengkalai serta tidak adanya kema-
juan yang signifikan. Setiap waktunya sering kali digunakan untuk berkutat dengan
konten-konten pornografi tanpa memikirkan hal-hal lain yang lebih bernilai positif.
Tak ayal individu itu tidak bisa dilepaskan dari gawai yang dimilikinya, justru bera-
gam history pada laman pencarian dan galeri menjadi amunisi terbesar. Sisi religius
mendapati pengaruh atas sifat candu pornografi yang hadir, penurunan terhadap
tindakan ibadah menjadi hal yang perlu disoroti. Asupan-asupan negatif yang dipe-
da sebuah situs dan mereka menjadi penikmatnya.
roleh dapat berpengaruh terhadap hubungan manusia dengan Tuhan.
37
Diketahui bahwa pornografi mampu memberikan dampak kecanduan seperti
layaknya candu pada obat-obatan terlarang (narkoba). Ketika sudah berada di taraf
ketagihan, seseorang menjadi berada di dalam kondisi untuk ingin menyaksikan
secara terus menerus. Faktor ketagihan tersebut membawa ke dalam suatu keadaan
pada otak yang dipenuhi dengan rangsangan atas visualisasi seksual. Para pecandu
pornografi berpotensi mengalami kerusakan pada bagian depan otak (pre frontal
cortex) sebagai produksi zat kimia pemicu rasa senang. Padahal bagian itu berperan
penting di dalam tubuh sebagai pembeda antara hewan dengan manusia. Pengeci-
lan bagian pada pre frontal cortex bisa merusak kinerja dari pengirim pesan (neu-
trotransmitter). Hingga pada akhirnya, kerusakan yang terjadi mampu mengakibat-
kan adanya penurunan self-control pada individu. Jika jalur komunikasi di dalam
otak sudah terganggu, maka tindakan emosi, kecerdasan, dan pengambilan kepu-
tusan pun mengalami gangguan. Individu yang sudah adiksi dengan pornografi le-
bih suka menyendiri dan menghabiskan waktunya dengan diri sendiri. Isolasi sosial
menjadi efek dari kecanduan pornografi dan dapat mengalami hubungan yang ti-
dak maksimal dengan orang lain. Kurangnya konsentrasi terhadap pekerjaan mau-
pun hal tertentu adalah akibat dari adanya konten-konten yang telah diserap dan
melekat di dalam otak. Individu menjadi memiliki penurunan minat dan produktivit-
as, aktivitas menghabiskan waktu dengan konten pornografi terkesan lebih menarik.
Perasaan cemas, kurang percaya diri, dan depresi pun menjadi dampak lanjutan da-
ri adanya perilaku adiksi. Tindakan penyimpangan perilaku seksual bisa terjadi dise-
babkan karena pengaruh konten maupun visualisasi yang sudah dikonsumsi ber-
ulang kali. Tingkat intensitas dalam melihat medium pornografi menjadi penyebab
Berkaca dari beragam dampak negatif yang mampu timbul dikarenakan aktivi-
tas mengonsumsi konten-konten pornografi, maka sudah sewajarnya kebiasaan
buruk itu diatasi. Kesemuanya diawali dengan adanya niatan dan tujuan untuk ber-
henti dari kecanduan atas konten-konten negatif. Kemudian, hapus history penelu-
suran di gawai ataupun perangkat lain yang digunakan untuk melihat hal-hal por-
nografi. Tindakan menghapus penelusuran tersebut penting karena agar diri sendiri
tidak mengunjungi kembali laman yang pernah disinggahi. Beberapa foto, video,
atau semacamnya pun patut untuk dihapus dari perangkat yang pernah digunakan.
Penghapusan itu bertujuan agar pikiran mampu tumbuh menjadi jernih kembali
dan energi yang dihasilkan dapat lebih positif. Pilih kegiatan tertentu dan kembang-
kan hobi untuk mengalihkan pemikiran yang negatif. Dengan aktivitas yang positif
dan produktif diharapkan dapat menyembuhkan serta menyibukan diri dengan hal-
hal bernilai baik. Ketika tiba-tiba pikiran mengenai pornografi muncul, maka segera
alihkan dengan kegiatan lainnya yang lebih mendatangkan manfaat yang positif.
Sebisa mungkin usahakan untuk tetap bisa mengontrol pikiran yang datang secara
tiba-tiba. Saat pikiran tidak karuan dan rasanya ingin kembali lagi ke konsumsi por-
nografi, hendaknya ingat niat awal untuk menyudahi itu semua. Evaluasi pula pe-
nyebab dari adanya tindakan kecanduan pornografi yang sempat dilakukan. Hal
tersebut bermanfaat untuk semakin menguatkan kembali langkah mengatasi ada-
terbesar dalam adanya tindakan penyimpangan perilaku sosial.
38
nya sifat adiksi yang sudah pernah ada. Pilihlah circle dan lingkungan pertemanan
yang mendukung rencana untuk stop dari dunia pornografi. Orang-orang terdekat
bisa menjadi pengingat dan pembimbing sekaligus penyemangat di dalam menja-
lani target yang sudah ditentukan sebelumnya. Rencana yang telah disusun dapat
dilakukan dengan pelan-pelan namun mendatangkan hasil yang maksimal.
Kesadaran mengenai bahaya pornografi patut untuk dikembangkan dan diper-
kuat. Kebiasaan dalam mengonsumsi konten yang negatif pun harus segera dimini-
malisir dan diatasi dengan cara yang bijak. Pemanfaatan waktu di saat luang bisa di-
isi dengan mengerjakan hal-hal yang positif. Rasa penat di masa pandemi Covid-19
seharusnya tidak jadi alasan utama dalam tindakan menikmati konten pornografi.
Padahal pada faktanya masih banyak aktivitas lain yang lebih mendatangkan ba-
nyak manfaat daripada memenuhi hasrat seksual semata. Aktivitas yang serba on-
line justru dapat digunakan dengan maksimal untuk memperoleh banyak informasi
dan pengetahuan. Kebebasan di dunia maya mampu menjadi potensi untuk meng-
gali kembali budaya literasi dan mencari lebih banyak lagi kajian tertentu. Waktu
yang tersisa banyak di saat aktivitas online juga dapat digunakan untuk berkomuni-
kasi secara intens dengan individu lain. Komunikasi sekunder mampu terlaksana
dan bisa menjadi ajang untuk mempererat hubungan atau silaturahmi. Kebijakan
social distancing yang mewajibkan masyarakat untuk menghabiskan banyak wak-
tunya di rumah menjadi bekal dalam menjalin keintiman bersama anggota keluar-
ga. Kelebihan tersebut hendaknya dimaksimalkan untuk memaknai masa-masa
pandemi Covid-19 yang terbilang cukup sulit. Kontrol akan pikiran menjadi sebuah
tindakan yang seharusnya mampu dikendalikan saat melakukan aktivitas apapun di
masa pandemi. Pikiran memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku, maka
dari itu tanamkan sejak dini mengenai pola pikir sehat. Dengan adanya tindakan
untuk mengontrol diri, setidaknya setiap individu mampu melindungi dirinya sendiri
dan selebihnya dapat bermanfaat bagi orang lain. Sebuah progres tidak harus dimu-
lai dengan langkah yang besar. Akan tetapi, langkah- langkah kecil akan menjadi le-
bih bermakna jika dilakukan dengan niat tulus dan konsisten.
39
Cakti, Aji. 2020. Indef: Kebijakan "social distancing" lebih baik ketimbang "lockdown". https://www.
antaranews.com/berita/1363678/indef-kebijakan-social-distancing-lebih-baik-ketimbang-lock
down. Diakses tanggal 2 November 2020.
Larassaty, Levi. 2020. Pemerintah Memberlakukan Social Distancing. Apa Itu Social Distancing?.
https://health.grid.id/read/352064010/pemerintah- memberlakukan-social-distancing-apa-itu-soci
al-distancing?page=all. Diakses tanggal 2 November 2020.
Rochimawati. 2020. Selama Lockdown, Lebih dari 50% Pekerja Menonton Film Porno. https://www.
viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/1215457-selama- lockdown-lebih-dari-50-pekerja-menon
ton-film-porno. Diakses tanggal 3 November 2020.
Wartakota.tribunnews.com. 2020. Pengakses Pornografi Meningkat Pesat Saat Pandemi Melanda
Dunia, Ini Alasannya. https://wartakota.tribunnews.com/2020/05/16/pandemi-sebabkan-banyak-
sektor-bisnis-sekarat-tapi-bisnis-pornografi-justru-menangguk-rezeki. Diakses tanggal 3 Novem-
ber 2020.
Daftar Pustaka
Ramadhan Ardito, dkk . 2020. UPDATE: Bertambah 3.143, Kasus Covid-19 di Indonesia Capai 410.088.
https://palu.tribunnews.com/2020/10/30/update- pandemi-covid-19-indonesia-catat-kasus-positif-
dan-kasus-aktif-tertinggi-di- asia-tenggara?page=3. Diakses tanggal 1 November 2020.
Hastuti Rahajeng. 2020. Jangan Kaget! Ini Prediksi Ahli Soal Puncak Corona Indonesia. https://www.
cnbcindonesia.com/tech/20201029081901-37- 197868/jangan-kaget-ini-prediksi-ahli-soal-puncak-
corona-indonesia. Diakses tanggal 1 November 2020.
Pusparisa Yosepha. 2020. Pandemi Tingkatkan Penggunaan Aplikasi Digital Asia Tenggara. https://
databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/08/31/pandemi- tingkatkan-penggunaan-aplikasi-
digital-asia-tenggara. Diakses tanggal 5 November 2020.
Patardo, Hieronimus. 2020. Trafik Media Sosial Meningkat Selama Masa Pandemi Corona. https://
www.tek.id/tek/trafik-media-sosial-meningkat-selama-masa- pandemi-corona-b1ZJU9hu4. Diak-
ses tanggal 5 November 2020.
40
Penulis : Ilham Hilal Ramadhan
Keluarga Berperan dalam Pendidikan Anak
di Masa Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 memang belum berakhir hingga saat ini. Tidak hanya di Indo-
nesia namun hampir seluruh dunia masih berhadapan dengan virus covid-19 ini. Co-
rona Virus Disease atau yang biasa kita sebut dengan Covid-19 memang sangat me-
resahkan masyarakat dunia saat ini (World Health Organization, 2020). Penyakit ini
memang belum pernah ada dan juga belum pernah terdeteksi atau terindikasi da-
lam dunia medis. Virus ini pertama kali terdeteksi di salah satu kota di China yaitu
kota Wuhan. Virus ini sendiri berkembang sangat cepat yang mana menginfeksi
manusia melalui sistem pernafasan. Wabah ini merupakan penyakit yang tergolong
baru, akan tetapi virus ini sangat berbahaya karena sangat mudah menular pada
manusia. Cara penularan virus ini terjadi pada saat berkontak langsung dengan
orang yang sudah terinfeksi. Bahkan akhir-akhir ini ditemukan juga penularan pada
feses, tetapi belum diketahui apakah melalui feses benar bisa terjadi (Tim Kerja Ke-
menterian Dalam Negeri, 2020). Virus ini memiliki ketahanan yang kuat karena bisa
bertahan paling lama tiga hari di plastik atau stainless steel dan juga di aerosol pa-
ling lama hingga tiga jam. Penyakit ini paling banyak ditemukan menyerang organ
paru-paru, karena virus ini mengakses sel inang melalui enzim tertentu yang terda-
pat pada bagian sel alveola tipe II paru- paru. Isolasi atau masa inkubasi virus covid-
19 ini memiliki tenggat waktu sekitar 1-14 hari, yang secara umum terjadi pada hari
ke-3 dan ke-7 (Isbaniah, 2020). Gejala yang ditimbulkan akibat terinfeksi virus ini
adalah kelelahan, demam, batuk kering, dan gejala yang lainya seperti, pilek, hidung
tersumbat, myalgia, pharyngalgia, dan diare. Bahkan virus ini dapat menjadi sangat
parah seperti sindrom gangguan pernafasan akut, disfungsi pendarahan, syok sep-
Virus Covid-19 ini memang sangat berbahaya, oleh karena itu pemerintah tentu-
nya sangat serius dalam mengatasi penyebaran virus ini. Bahkan hingga saat ini juga
belum adanya ditemukan obat untuk megatasi permasalahan ini. Selain obat yang
belum ditemukan, vaksin juga belum ditemukan hingga saat ini. Beberapa ahli su-
dah mencoba untuk menangani penyakit ini, akan tetapi belum ada yang menemu-
kan pasti terkait obat ataupun vaksin itu sendiri. Maka dari itu jalan satu- satunya saat
ini untuk menangani masalah ini adalah memutus rantai penyebaran covid-19. Dalam
hal ini pemerintah sudah melakukan beberapa kebijakan agar dapat memutus rantai
dari penyebaran virus ini. Seperti halnya melakukan pembatasan sosial (social
distancing) atau pembatasan fisik (physical distancing). Pembatasan sosial (social
distancing) atau pembatasan fisik (physical distancing) merupakan kegiatan atau
tindakan intervensi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk dapat mencegah penye-
baran penyakit menular dengan menjaga jarak fisik antara satu dengan yang lain.
tik, batuk bahkan bisa mengakibatkan kegagalan banyak organ.
41
Tindakan ini dilakukan biasanya dengan menjaga jarak tertentu dari orang lain dan
menghindari berkumpul bersama dalam kelompok yang besar. Selain itu juga pene-
rapan pola hidup sehat dan bersih juga sangat diperlukan disaat kondisi seperti ini.
Pemerintah sendiri mengampanyekan dengan sebutan 3M, mencuci tangan, me-
Pemerintah Indonesia tentunya telah mengeluarkan beberapa kebijakan. Untuk
mengatur mengenai hal tersebut pemerintah sudah sangat jelas dan tegas menge-
luarkan beberapa kebijakan di berbagai bidang (Surharyanto, 2020). Misalnya di da-
lam bidang kesehatan pemerintah itu telah mengeluarkan kebijakan tentang pem-
batasan sosial berskala besar atau biasa disebut dengan PSBB. Pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) merupakan pembatasan kegiatan tertentu pada suatu pen-
duduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi oleh Corona Virus Disease 2019
agar dapat mencegah kemungkinan terpapar virus Covid-19. Bapak Presiden Jokowi
menyatakan bahwa kebijakan pembatasan sosial berskala besar ini merupakan ke-
bijakan yang dipilih dalam merespon adanya kedaruratan kesehatan. Pada Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang karantina kesehatan menjadi dasar hukum
dari adanya kebijakan antisipatif tersebut. Kemudian juga ada kebijakan mengenai
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat ini pada hakikatnya merupakan perilaku pencegahan baik individu atau
keluarga dari berbagai penyakit. Sasaran dari penerapan program ini adalah pada
tatanan rumah tangga, yang mana bertujuan untuk meningkatkan derajat keseha-
tan keluarga dan produktivitas kerja setiap anggota keluarga (Depkes RI, 2006). Se-
lain di bidang kesehatan, bidang lainya yaitu bidang pendidikan. Kementerian pen-
didikan dan kebudayaan mengeluarkan surat edaran tentang pembelajaran dari ru-
mah (Learning from home). Tidak hanya bidang kesehatan dan pendidikan saja, te-
tapi juga bidang yang lainya telah memberlakukan kebijakan terbaiknya supaya ter-
Kebijakan-kebijakan tersebut tentunya terdapat sisi kelebihan dan kekurangan-
nya. Memang sangat memprihatinkan kondisi sekarang ini, akan tetapi ini yang me-
mang bisa dilakukan saat ini. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang mana siswa
dipaksa harus bisa belajar dari rumah dengan melakukan pembelajaran jarak jauh
(Remote Teaching) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). Pembelajaran
jarak jauh (PJJ) merupakan pembelajaran ketika siswa dan pengajar tidak selalu ha-
dir secara fisik secara bersamaan di sekolah. Pembelajaran jarak jauh ini pada dasar-
nya memang tidak mudah untuk dilakukan. Sangat berbeda memang dengan
pembelajaran tatap muka (face to face). Bisa dilihat bahwa ada perbedaan yang pa-
ling dasar yaitu siswa tidak dapat melakukan interaksi secara langsung dengan gu-
ru. Akibatnya komunikasi antara siswa dengan guru pun terbatas. Tentu dengan
adanya keterbatasan komunikasi ini mengakibatkan informasi yang didapatkan dari
guru sangat terbatas dan kurang maksimal. Pembelajaran jarak jauh ini pada dasar-
nya menitikberatkan terhadap kemandirian siswa. Di masa pandemi saat ini me-
mang kemandirian inilah yang sangat diperlukan. Dalam pembelajaran jarak jauh
makai masker, dan menjaga jarak.
hindar dari virus covid-19 ini.
42
ini terdapat kelebihan dan kekurangannya pula. Untuk kelebihannya sendiri yaitu
dapat memperluas akses pendidikan yang ingin diperoleh, belajarnya lebih fleksibel,
dan tempatnya pun tentunya dapat dikondisikan dengan situasi dan kondisi yang
ada. Namun, terdapat pula kekurangannya yaitu kurangnya interaksi antara siswa
dengan siswa dan juga antara siswa dengan guru, tidak maksimal dalam mendapat-
kan ilmu karena penyampaian informasinya terbatas. Siswa juga menjadi sangat
bergantung kepada internet dan juga kurangnya fasilitas yang memadai untuk me-
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pembelajaran jarak jauh tidak sepe-
nuhnya buruk. Terdapat hal yang positif juga dimana siswa akan mendapatkan sikap
kemandirian yang bisa didapatkan. Karakter inilah yang bisa dikembangkan oleh pa-
ra siswa. Karakter merupakan hal yang hakiki yang mana setiap orang memilikinya.
Memang pada dasarnya karakter ini bisa menjadi pembeda antara orang satu de-
ngan lainya. Menurut Sjarkawi, karakter adalah bentuk kepribadian atau ciri yang
mencirikan seseorang yang didapatkan melalui proses pembentukan dalam lingku-
ngan hidupnya (Kusuma, 2010). Dalam prosesnya karakter ini memang sa-
ngat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dimana seorang individu berkembang.
Memang ada yang mengatakan bahwa karakter ini dapat dipengaruhi oleh faktor
dalam dirinya atau bawaan. Akan tetapi, karakter ini tidak tumbuh begitu saja terda-
pat proses di dalamnya. Proses itulah yang didapatkan dari lingkungan yang kemu-
dian dapat dikonstruksikan dengan terus menerus secara simultan. Orang tua lah
disini yang memegang peran paling penting dalam pembentukan karakter kepada
anaknya. Karakter anak berasal dari keluarga. Dimana dari usia 1 sampai dengan usia
8 tahun anak-anak menghabiskan waktunya sekitar 60-80% bersama keluarga. Bah-
kan sampai usia 18 tahun, anak- anak masih membutuhkan peran dari orang tua dan
kenyamanan dalam keluarga. Orang tua sendiri tentunya dapat menyediakan serta
mengondisikan tempat yang nyaman sebagai wadah untuk memperoleh nilai karak-
ter yang mana hal itu dapat terbentuk pada setiap individu agar memiliki perilaku
moral yang baik. Lingkungan keluarga sebenarnya menjadi lingkungan yang tepat
dan baik tentunya bagi anak dalam mengembangkan sikap dan karakter yang posi-
tif. Pada dasarnya keluargalah menjadi lingkungan yang pertama seorang anak men-
dapatkan peran, melakukan interaksi, tumbuh dan berkembang baik secara fisik dan
emosinya. Interaksi-interaksi yang dilakukan akan membentuk pola pikir yang baik
Orang tua dan keluarga semestinya menjadi seorang pendidik yang baik meng-
gantikan posisi guru di sekolah. Karena memang orang tua disini mengambil peran
yang menjadi pusat sebagai life educator di masa pandemi saat ini. Orang tua atau
keluarga di masa sekarang ini harus bisa mendampingi anak belajar di rumah. Hal
ini dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk mengetahui perkembangan secara
mendetail terhadap anaknya. Keluarga sendiri sangat diharapkan oleh anak agar
dapat memfasilitasi kebutuhan anaknya baik biologis maupun psikologisnya. Keluar-
ga disini tentunya sangat mengharapkan anaknya agar menjadi orang yang aktif dan
nunjang pembelajaran jarak jauh ini.
karena dapat berkomunikasi secara intens.
43
mampu berkembang secara optimal guna mencapai kesuksesannya. Yang mana
nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat lingkungan sekitarnya.
Orang tua dalam mendidik anaknya tentu harus mengetahui dan memperhatikan
bagaimana karakteristik dan cara anak dalam melakukan sesuatu. Karena pada da-
sarnya orang tua itu benar-benar harus memberikan bimbingan, pengarahan, dan
penguatan serta pendidikan sehingga kelangsungan hidup, kualitas, dan masa de-
pan anak akan terjamin. Menurut Gunarsa (2017) mengungkapkan, bahwa peran
orang tua itu sangatlah besar dalam menciptakan suasana yang nyaman dan bersa-
haja melalui bimbingan dengan komunikasi yang positif. Orang tua harus sadar bah-
wa dengan adanya penguatan positif dari orang tua akan memberikan kenyamanan
Pendidikan di dalam keluarga itu pada dasarnya terletak pada pendidikan rohani,
maksudnya disini yaitu pendidikan kalbu (agama). Pendidikan agama sangat berpe-
ran dan penting dalam membentuk kepribadian serta pandangan hidup seseorang.
Terdapat dua arah tentang kegunaan pendidikan agama dalam keluarga. Pertama,
penanaman nilai dalam arti mengenai pandangan hidup yang kelak mewarnai per-
kembangan jasmani dan akalnya. Kedua, penanam sikap yang kelak menjadi basis
dalam menghargai guru dan pengetahuan sekolah. Oleh karena itu, orang tua me-
miliki fungsi utama di dalam kehidupan anak dengan memberikan bimbingan, arah-
an, petunjuk dengan sebaik mungkin. Hal ini dikarenakan baik buruknya kehidupan
anak di masa mendatang akan ditentukan dari berhasil atau tidaknya peran orang
tua dalam menjalankan fungsinya. Maka dari itu keluarga harus lebih kuat lagi dalam
mempengaruhi anak-anaknya. Sebagai orang tua ketika membangun dan memben-
tuk suatu watak dari anak, tentunya wajib memiliki cara tersendiri dan ilmu yang ba-
ik. Orang tua dapat berperan aktif terhadap pendidikan anaknya di masa pandemi
saat ini dengan beberapa cara, yaitu :
Anak tentunya harus memiliki sikap keteladanan yang baik. Karena pada dasarnya
keteladanan inilah menjadi sangat penting dalam proses pendidikan itu sendiri.
Keteladanan disini bukan hanya diterapkan dalam dunia pendidikan saja oleh gu-
ru tetapi juga menjadi peran dari orang tua dalam memberikan keteladanan. Me-
nurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa keteladanan berasal dari
kata “teladan” yang artinya perihal yang dapat ditiru dan dicontoh. Keteladanan
merupakan hal-hal yang dapat ditiru dan dicontoh. Keteladanan dalam pendidik-
an adalah bagian dari sejumlah metode yang bisa dibilang paling ampuh dan
efektif dalam mempersiapkan dan juga membentuk anak secara moral, spiritual
dan spiritual. Orang tua harus memberikan contoh sikap atau perilaku yang baik
kepada anaknya. Anak itu akan selalu memperhatikan terhadap apa yang dilaku-
kan oleh orang tuanya. Segala tindakannya, sopan santunnya, cara berpakaian dan
tutur katanya harus dicontohkan dengan baik kepada anaknya. Walapun memang
terkadang orang tua dalam memberikan contoh kepada anaknya masih belum
terlalu memperhatikan dalam proses penyampaiannya. Sudah sering dikatakan,
Memberikan teladan yang baik
1.
dan anak pun merasa terlindungi.
44
bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua. Apalagi ditambah de-
ngan kondisi pandemi seperti saat ini, orang tua harus bisa menjadi guru bagi
anaknya ketika dirumah. Pembelajaran jarak jauh yang diakibatkan oleh pandemi
ini memang mengembalikan fungsi dari orang tua itu sendiri yang mana juga se-
kaligus menjadi mitra dalam perkembangan anak. Kebiasaan yang diterapkan
oleh pihak orang tua haruslah baik tentunya. Mulai dari sikap sopan santun,
attitude, dan yang lainnya. Karena pada akhirnya kebiasaan yang sering dilakukan
itu akan menjadi habit dalam diri seorang anak akan merekam dan selalu me-
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting khu-
susnya bagi anak-anak. Anak-anak sendiri tentunya belum bisa memahami apa
yang disebut dengan baik dan buruknya dalam kehidupan. Sehingga anak-anak
itu perlu dibiasakan seperti dengan sikap, keterampilan, tingkah laku, kecakapan,
serta pola pikir tertentu. Pembiasaan yang baik itu akan memasukan unsur-unsur
yang positif dalam setiap pembelajaran yang diberikan kepada anak. Karena
pembiasaan ini merupakan proses suatu langkah yang dilakukan secara rutinitas
dan continue yang terjadi secara terus menerus sehingga akan menjadi habit
(Mulyasa, 2018). Pembiasaan ini sebenarnya berisi mengenai pengalaman-penga-
laman yang diamalkan secara berulang-ulang. Pembiasaan ini menjadi metode
yang efektif. Pembiasaan ini pada anak- anak tentunya akan membantu meletak-
kan dasar pada perkembangan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan dapat me-
nyesuaikan diri dengan lingkungan serta siap dalam menghadapi suatu perkem-
Menurut Saepul (2019), ada syarat yang harus diperhatikan ketika akan melakukan
Jadi, strategi pembiasaan ini sangat tepat guna melaksanakan proses pembelaja-
ran di rumah pada anak. Dalam hal ini anak tidak hanya belajar benar dan salah,
akan tetapi anak juga akan merasakan dan juga dapat membedakan nilai yang
baik dan tidak baik. Karena memang pembiasaan ini dapat dijadikan sebagai do-
rongan untuk seseorang agar dapat membiasakan diri dengan sifat dan sikap
Mulai dari hari ini. Sebelum terlambat, karena sesuatu yang tidak dibiasakan
sejak dini akan berdampak pada dewasanya nanti. Karena apa, anak nanti
akan mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan yang mana tentu tidak
Pembiasaan memang membutuhkan usaha yang keras. Namun hal ini juga
Metode ini merupakan sebuah pembiasaan yang mana akan memberikan
kita konsekuensi, teguh pada pendirian jangan diberikan ruang untuk me-
diinginkan.
1 )
2)
3)
harus dilaksanakan secara terus menerus.
langgar pembiasaan itu.
ngikuti.
Pembiasaan
bangan.
pembiasaan kepada anak, sebagai berikut :
yang baik.
2.
45
Dalam kondisi pandemi saat ini, anak-anak diharuskan untuk belajar di rumah. Ku-
rangnya pendampingan yang diberikan oleh bapak dan ibu guru, mewajibkan bagi
para orang tua yang harus mendampingi anak- anaknya dalam proses belajarnya.
Ya memang sekarang masyarakat sudah bisa menjalani aktivitas seperti biasanya
dengan menerapkan protokol kesehatan yang ada. Namun, dalam proses belajar
ini belum bisa diterapkan hal itu mengingat banyaknya pertimbangan. Oleh kare-
na itu, selama masih dalam proses belajar dirumah orang tua menjadi sangat pen-
ting dalam mendampingi anaknya ketika belajar. Hal tersebut perlu dilakukan agar
anak terus bersemangat dan dapat menerima pelajaran dengan maksimal. Hal
apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi anaknya, yaitu
Mendampingi anak belajar
Membuat jadwal harian bersama anak. Sudah hampir satu tahun belajar di
rumah terkadang menjadikan semangat anak itu menjadi berkurang. Hal
ini disebabkan oleh rendahnya motivasi yang didapat kemudian juga ada
yang merasa stress karena terlalu lama belajar di rumah. Maka dari itu orang
tua disini harus bisa menciptakan dan mengondisikan kenyaman anak da-
lam belajar. Selalu memberikan semangat dan motivasi terhadap anaknya.
Mengenali cara belajar anak. Setiap anak itu memiliki cara belajarnya ma-
sing-masing. Orang tua tentunya harus mengenali gaya atau cara belajar
anak-anaknya. Ketika memang orang tua sudah dapat mengenali gaya atau
cara belajar anaknya, hal itu tentu tidak akan menjadi penghambat dalam
proses pembelajaran dan anak juga dengan mudah akan menerima pela-
jaran. Karena memang sangat berpengaruh mengenali cara belajar anak
untuk kelangsungan proses belajarnya ketika di rumah.
1 )
2)
3.
Peran dari orang tua atau keluarga memang sangat berdampak terhadap perkem-
bangan anaknya. Peran orang tua sangat diharapkan, sehingga anak itu dapat ber-
kembang sesuai dengan harapan. Dalam kondisi yang seperti saat ini, tentunya
memberikan kesempatan kepada para orang tua agar dapat mengenal lebih dalam
lagi terhadap anaknya. Mengingat interaksi yang dilakukan itu cukup intens dan se-
ring. Orang tua sendiri memang harus bisa membimbing anaknya untuk kelancaran
dalam proses belajar anaknya. Sehingga pembelajaran jarak jauh tidak menjadikan-
nya sebagai alasan untuk anak tidak bersemangat dalam kegiatan belajarnya. Men-
dampingi anak belajar dirumah pada saat ini memang harus dilakukan oleh orang
tua. Hal kecil seperti ini sebaiknya dijadikan sebagai kebiasaan baru yang menye-
nangkan. Tidak hanya itu, akan tetapi orang tua juga harus menjaga perasaan anak,
seperti emosionalnya, kemudian menciptakan suasana yang nyaman juga. Orang tua
juga harus sabar dalam mendampingi anaknya ketika belajar. Memang sebenarnya
kebiasaan baru ini tidaklah mudah, namun hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi
orang tua. Karena orang tua juga harus bisa menyesuaikan dengan kondisi anaknya
pada saat pembelajaran jarak jauh seperti ini. Oleh karena itu, perlu ditekankan lagi,
bahwa pentingnya peran orang tua dalam mendukung aktivitas yang dilakukan anak
di masa pandemi saat ini sangatlah penting.
46
sebagai berikut.
Daftar Pustaka
Andayani, T. R. (2020). Sumber informasi serta dampak penerapan pembatasan sosial dan fisik pada
masa pandemi COVID-19: Studi eksploratif di Indonesia. Jurnal Psikologi Sosial.
Jayanti, L. D., Effendi, Y. H., & Sukandar, D. (2011). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta perila-
ku gizi seimbang ibu kaitannya dengan status gizi dan kesehatan balita di Kabupaten Bojonego-
ro, Jawa Timur. Jurnal Gizi dan Pangan, 6(3), 192-199.
Manan, S. (2017). Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan. Jurnal Pendidikan
Agama Islam-Ta’lim, 2(1), 49-65.
Purandina, I. P. Y., & W inaya, I. M. A. (2020). Pendidikan Karakter di Lingkungan Keluarga Selama
Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi COVID-19. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 270-
290.
Rahmi, M. (2020). PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM MENDAMPINGI ANAK BELAJAR DI MASA
PANDEMI COVID-19. Kreatifitas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 9(1), 81-105.
Ristyawati, A. (2020). Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Masa Pandemi
Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun 1945. Administrative Law and
Governance Journal, 3(2), 240- 249.
Setiawan, A. R. (2020). Lembar Kegiatan Literasi Saintifik untuk Pembelajaran Jarak Jauh Topik Pe-
nyakit Coronavirus 2019 (COVID-19).
47
Penulis : Ryan Priatama
Rasa Bosan Akibat Pandemi COVID-19
Mampu Meningkatkan Kreativitas dalam
Penggunaan Media Sosial
Corona Virus Disease 2019 atau yang sering disebut Covid-19 telah menyerang
hampir seluruh negara di dunia. Menurut Zi Yue Zu, dkk (2020) COVID-19 memiliki
gejala umum seperti demam, batuk, mialgia, dan kelelahan, virus ini menyerang sis-
tem pernapasan. Selain itu menurut Nur Rohim Yunus dan Annissa Rezki (2020) pa-
da jurnal “Kebijakan Pemberlakuan Lockdown sebagai Antisipasi Penyebaran
Corona Virus Covid-19,” Covid-19 merupakan sekumpulan virus dari subfamili
Orthocrona virinae dalam ordo Nidovirales dan keluarga Coronaviridae. Virus ini bisa
mengakibatkan penyakit bagi mamalia dan burung, termasuk manusia (Yunus dan
Rezki, 2020). Virus ini telah membuat tatanan segala aspek di dunia menjadi ber-
Dalam penanganan penyebaran Covid-19 yang cepat dan banyak, hampir selu-
ruh dunia terkhusus Indonesia menerapkan kebijakan karantina wilayah atau lock-
down. Menurut Undang-Undang No. 6 tahun 2018 Pasal 1 Ayat 10, karantina wilayah
adalah pembatasan penduduk dalam suatu wilayah termasuk wilayah pintu masuk
beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian
rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. Jadi
dapat dikatakan bahwa karantina wilayah merupakan sebuah kebijakan yang dite-
rapkan pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk mengurangi transmisi atau pe-
nyebaran dalam hal ini adalah wabah Covid-19 dengan cara membatasi seluruh ak-
Adanya penerapan karantina wilayah yang digagas oleh pemerintah Indonesia
memiliki beberapa dampak. Salah satunya adalah dampak dari sisi psikologis. Kebi-
jakan ini membuat masyarakat merasa jenuh atau bosan dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Timbulnya rasa jenuh dan bosan ini disebabkan oleh kegiatan di rumah
saja yang cenderung monoton dan berulang-ulang. Menurut Gray (2001) bosan me-
rupakan suatu kelelahan psikologis yang memiliki ciri-ciri seperti menghilangnya
atau menurunnya ketertarikan seseorang terhadap suatu hal. Sedangkan menurut
Anoraga (2014), bosan juga dapat disebut dengan kelelahan dalam mental. Hal ini
mempresentasikan ketidaksenangan, keresahan, dan kelelahan yang mampu me-
nguras seluruh minat dalam melakukan suatu hal. Jadi dari sini dapat diartikan bah-
wa kebosanan adalah sebuah perasaan seseorang atau individu bahwa segala akti-
vitas yang dilakukannya sangat menjenuhkan, sehingga hal ini dapat menyebabkan
ubah.
tivitas sosial di masyarakat.
seseorang menjadi tegang, lemah, dan cepat marah.
48
Ketika merasa bosan, maka seseorang akan dipenuhi oleh perasaan bahwa tidak
ada yang dapat dilakukan atau apa yang dilakukan adalah non-aktivitas yang tidak
menguntungkan. Seseorang atau sekelompok orang memiliki keinginan untuk me-
lakukan suatu hal yang memuaskan tetapi tidak dapat dilakukan. (Vodanovich, Ver-
nerand Gilbride, 1991; Fisher, 1993; Eastwood et al., 2012). Hal inilah yang dirasakan
oleh masyarakat Indonesia selama karantina wilayah akibat dari adanya pandemi
COVID-19. Masyarakat Indonesia tentu saja ingin melakukan aktivitas sosial seperti
berinteraksi secara langsung, berwisata, belajar secara tatap muka, dan kegiatan so-
sial lainnya. Akan tetapi keinginan tersebut tidak dapat terealisasikan atau terwujud,
maka dari itu masyarakat Indonesia mengalami kejenuhan dan kebosanan. hal ini
sejalan dengan ungkapan Phillips (1993) mengenai kebosanan. Phillips (1993) me-
nyimpulkan bahwa kebosanan sebagai sesuatu yang seseorang inginkan dan tidak
Apabila kita melihat kebosanan dalam perspektif yang berbeda, tidak semua me-
miliki dampak buruk. Rasa bosan juga mampu menigktakan kreativitas dari sese-
orang. Hal ini diungkapkan oleh Kets de Vries, M. F (2014) dalam bukunya yang ber-
judul “Doing Nothing and Nothing to Do: The Hidden Value of Empty Time and Bo-
redom”, bahwa kebosanan mampu menjadi hal yang sangat berharga dalam me-
numbuhkan kreatifitas seseorang. Dari pernyataan Manfred (2014) memberikan
perspektif yang berbeda mengenai rasa bosan. Pada biasanya rasa bosan akan di-
nilai sebagai rasa yang membuat masyarakat tidak berkembang dan cenderung
Hal diataslah yang membuat kebosanan selalu mendapat cap sebagai hal yang
buruk dan merugikan. Berbagai keluhan tentang kebosanan yang terus-menerus
dipandang sebagai tanda karakter yang cacat. Tapi apabila dilihat melalui panda-
ngan yang berbeda seperti apa yang diungkapkan oleh Manf red (2014), kebosanan
memiliki nilai yang unik. Dalam beberapa kasus, kebosanan menjadi titik awal dari
adanya sesuatu. Kebosanan juga menjadi titik pertama dari terciptanya sesuatu hal.
Kebosanan dianggap mampu menjadi pemicu munculnya imajinasi dan kreativitas.
Seseorang yang merasa bosan sedang mempersiapkan sesuatu yang tidak disadari-
nya (Phillips, 1993). Dengan pandangan yang berbeda, kebosanan dapat dilihat seba-
gai sumber daya kritis yang mendorong seseorang untuk mencari suatu hal yang
baru. Sehingga kebosanan dapat membantu seseorang dalam mengembangkan
Rasa bosan yang dialami oleh masyarakat karena kebijakan karantina wilayah
yang diterapkan oleh pemerintah di masa pandemi Covid-19 menjadikan aktivitas
masyarakat di dalam media sosial semakin intens dan meningkat. Media sosial ada-
lah sarana untuk berinteraksi, berbagi dan bertukar informasi dalam sebuah jaringan
yang digunakan oleh individu atau sekelompok orang (McGraw Hill Dictionary). Me-
nurut Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2002) media sosial merupakan media yang
digunakan oleh seseorang dalam upaya untuk menjadi sosial yang dilakakuan seca-
ada yang seseorang inginkan.
malas melakukan aktivitas sehari-hari.
kehidupan batin yang kaya dan menjadi lebih kreatif.
49
ra daring atau online. Sedangkan menurut Mark Hopkins (2008) menjelaskan bahwa
media sosial merupakan istilah yang berisi berbagai platform media untuk membe-
rikan informasi dan platform tersebut memiliki aktivitas sosial sebagai media komu-
Berdasarkan data yang dirilis oleh Hootsuite (We are Social) mengungkapkan
bahwa penggunan media sosial di Indonesia pada tahun 2020 mencapai angka 160
juta dengan rata-rata penggunaan internet selama 7 jam 59 menit dan penggunaan
media sosial selama 3 jam 26 menit. Apabila melihat data yang dirilis oleh Hootsuite
pada tahun 2019 menunjukan angka kenaikan penggunaan media sosial. Pengguna
media sosial dari tahun 2019 ke tahun 2020 mengalami kenaikan dengan total 10 ju-
ta pengguna. Hal ini menunjukan bahwa penerapan kebijakan karantina wilayah
atau lockdown di tengah masa pandemi Covid-19 membuat angka penggunaan
Media sosial yang berkembang di masyarakat tentu memiliki karakter khusus.
Hal ini sesuai dengan ungkapan Nasrullah (2015) yang menjelaskan bahwa di dalam
nikasi.
media sosial di Indonesia meningkat.
media sosial terdapat enam karakter khusus, yaitu :
Menurut Jafar Noor Yudianto (2007), jaringan adalah sebuah sistem yang terdiri
dari beberapa komputer yang dibentuk agar mampu berbagi, berkomunukasi,
dan mampu mengakses berbagai informasi. Selain itu Abudul Kadil (2003) men-
jelaskan bahwa jaringan merupakan sebuah hubungan antara dua atau lebih
buah simpul pada konteks ini berupa komputer yang memiliki tujuan agar
mampu melakukan pertukaran sebuah data. Dalam sebuah media sosial, keha-
diran jaringan sangat penting. Karena dengan jaringan, komunikasi antar kom-
puter atau perangkat lainnya bisa terjalin dengan baik dan maksimal.
Selain jaringan, informasi juga merupakan sebuah komponen yang penting di
dalam media sosial. Informasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sebuah penerangan atau pemberitahuan kabar dan berita mengenai sesuatu
yang menyangkut keseluruhan tentang makna untuk mendukung dalam setiap
bagiannya. Informasi menjadi sebuah entitas dan identitas yang penting dalam
media sosial. Hal ini dikarenakan penggunaannya mengkreasikan pengenalan
identitas, menciptakan suatu konten, serta membentuk sebuah komunikasi se-
Drs. The Liang Gie dalam Kamus Administrasi Perkantoran menjelaskan bahwa
arsip merupakan sebuah kumpulan warkat yang tersimpan dengan terencana
dan teratur. Warkat atau surat memiliki tiga syarat utama, yaitu disimpan teren-
cana dan teratur, memiliki nilai guna, serta bisa ditemukan kembali dengan te-
pat dan cepat. Sebuah arsip memiliki kegunaan untuk menemukan sesuatu
dengan mudah dan cepat. Dalam penggunan media sosial, arsip memiliki ciri
Jaringan atau Network
Informasi atau Information
1.
2.
3.
suai dengan informasi.
Arsip atau Archive
50
khas atau karakter untuk menjelaskan bahwa melalui perangkat manapun, in-
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) interaksi merupakan suatu hal
untuk saling melakukan aksi, menjalin hubungan, dan memberikan pengaruh.
Media sosial yang telah membentuk sebuah jaringan antar penggunanya, tidak
hanya sekadar memperluaskan setiap hubungan antar individu atau kelompok
akan tetapi media sosial juga harus dibangun dan dibarengi dengan interaksi
antar penggunanya tersebut. Hal ini tentu saja akan membantu memaksimal-
Media sosial merupakan sebuah sarana sosialisasi di dalam masyarakat yang
dilakukan secara daring atau online. Dalam menjalankan karakteristiknya seba-
gai hal yang memiliki peran dan fungsi untuk bersosialisasi antar masyarakat
secara daring, media sosial memiliki hal yang membedakan dengan bersosiali-
sasi di dalam kehidupan nyata pada masyarakat, seperti sosialisasi tidak ber-
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konten merupakan sebuah in-
formasi yang ada di dalam media ataupun dalam suatu produk elektronik. Pen-
jelasan lain tentang konten menurut Saylor dan Alexander (1966:160) konten
merupakan sebuah fakta, pemecahan masalah, data, penelitian, persepsi, dan
klasifikasi yang didapatkan melalui pengalaman dan hasil karya pemikiran ma-
nusia yang terbentuk dalam konsep ide, prinsip, solusi, perencanaan, serta ke-
simpulan. Di dalam media sosial konten menjadi sepenuhnya milik pengguna
tersebut. User Generated Content atau UGC merupakan sebuah bentuk relasi
simbolis yang terdapat pada media untuk memberikan kesempatan kepada
pengguna dalam berpartisipasi. Hal tersebut sangat berbeda dengan media
tradisional yang hanya menjadi sebuah objek dalam pengiriman dan penerima-
Selain jumlah pengguna dan aktivitas masyarakat di dalam sosial media yang
meningkat, adanya kebijakan karantina wilayah juga membuat penggunaan media
sosial dan konten yang diunggah menjadi lebih kreatif dan inofatif. Berdasarkan sur-
vey yang dilakukan pada sepuluh mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi, Fa-
kultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta menunjukan bahwa 9 dari 10 parti-
sipan menyatakan bahwa konten yang diunggah di dalam media sosial pada masa
pandemi Covid-19 lebih beragam, kreatif, dan menarik. Selain itu survey juga mem-
buktikan bahwa penggunaan media sosial pada masa pandemi Covid-19 lebih be-
formasi dapat disimpan dan diakses kapanpun.
Interaksi atau Interactivity
kan peran dan fungsi dari media sosial.
Simulasi Sosial atau Simulation of Society
langsung secara tatap muka dan sebagainya.
Konten oleh Pengguna atau User Generated Content (UGC)
an pesan.
4.
5.
6.
ragam dan bermanfaat.
51
Selain dari dua dampak poitif yang dihasilkan dari rasa bosan akibat kebijakan ka-
rantina wilayah pada masa pandemi Covid-19, efek atau bentuk nyata yang dihasil-
kan terhadap peningkatan kreatifitas dalam penggunaan media sosial adalah men-
jadikan media sosial sebagai tempat branding dan media pemasaran. Penggunaan
media sosial yang dulu hanya dijadikan sebagai media interaksi sosial berbasis
online, kini dalam masa pandemi Covid-19 penggunannya lebih beragam dan krea-
tif. Dalam jurnal “Pemanfaatan Media Sosial dan E-commerce Sebagai Media Pema-
saran dalam Mendukung Peluang Usaha Mandiri Pada Masa Pandemi Covid 19” oleh
Fata Nidaul Khasanah, Herlawati, Anita Setyowati Srie Gunarti, dan kawan-kawan
mengungkapkan bahwa media sosial mampu membantu sektor ekonomi masyara-
kat Indonesia, dengan menjadikannya sebagai media pemasaran. Dahulu sebelum
adanya pandemi Covid-19 pelaksanaan usaha ini cenderung masih pasif, dimana
hanya menunggu adanya pesana. Akan tetapi sekarang telah menggunakan media
sosial sebagai media pemasaranya. Pemanfaatan media sosial sebagai media pema-
saran dalam jurnal ini mendapatkan hasil yang maksimal dari segi kepuasan, man-
Selain itu Hadiwinata, K., Mundzir, H., & Muslim, S. (2020, Oktober) dalam jurnal
“Analisis Peran Media Sosial Instagram sebagai Media Pemasaran dan Branding Bis-
nis di Era Pandemi Covid-19” menjelaskan bahwa penggunaan media sosial insta-
gram sebagai media pemasaran dan branding mampu membuat meningkatkan
penjualan daripada dijual secara konvensional. Hadiwinata, K., Mundzir, H., & Muslim,
S. (2020, October) juga mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial sebagai
media pemasaran memiliki keuntungan sebagai berikut; (1) menyediakan fungsi in-
formasi yang lengkap; (2) segmentasi pasar lebih fokus; (3) dapat diakses kapan saja;
Contoh lain adalah dengan menggunakan TikTok sebagai digital marketing de-
ngan cara yang semakin unik dan menarik. TikTok yang dulu hanya digunakan seba-
gai platform untuk mengunggah video seperti menari dan menyanyi. Kini diguna-
kan sebagai tempat untuk digital marketing. Hal ini dituliskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Chriswardana Bayu Dewa dan Lina Ayu Safitri (2021) dengan judul
“Pemanfaatan Media Sosial Tiktok Sebagai Media Promosi Industri Kuliner Di Yogya-
karta Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Akun Tiktok Javafoodie).” Chriswar-
dana Bayu Dewa dan Lina Ayu Safitri (2021) menunjukan bahwa Tiktok menjadi me-
dia yang ideal dalam mempromosikan industri kuliner di Daerah Istimewa Yogyakar-
ta. Dalam penelitian ini juga meneliti bagaimana akun Tiktok @javafoodie yang
menjadi salah satu akun Tiktok di Yogyakarta mempromosikan beragam Kuliner
khas Yogyakarta. Video-video yang diunggah oleh akun @javafoodie mempromosi-
kan kuliner Yogyakarta yang menarik dikemas dengan metode story telling bernu-
faat, dan ilmu dengan rata-rata skor 4,4 dari 5.
(4) Komunikasi lebih mudah; (5) low budget, high impact.
ansa komedi.
52
Selain dari segi penggunaan media sosialnya, segi konten yang diunggah oleh
masyarakat di dalam media sosial juga lebih kreatif dan inovatif. Contohnya seperti
media sosial Instagram, Youtube, dan Tiktok, para konten kreator kini mengunggah
seuatu yang lebih menarik dan beragam. Konten yang diunggah di media sosial saat
ini lebih mengangkat bakat dan minat konten kreator seperti menyanyi, menari, dan
bakat-bakat lainnya. Selain bakat dan minat yang diunggah, konten di dalam media
sosial juga banyak tentang edukasi seperti tutorial melakukan sesuatu dan konten
pembelajaran lainnya. Tidak hanya itu, media sosial saat ini ditengah masa pandemi
juga dijadikan sebagai tempat promosi oleh pelaku usaha dalam memaksimalkan
pendapatan usahanya. Contoh lainnya adalah kompetisi online yang dilakukan me-
lalui media sosial, seperti lomba poster, puisi, voiceover, dan lain-lain. Apabila dilihat
dari segi pengemasan kontennya juga semakin menarik, tidak monoton, dan tidak
Pengaruh kebosanan dalam masa karantina wilayah pandemi Covid-19 juga me-
munculkan tagar-tagar di dalam media sosial yang menarik dan bermanfaat. Seperti
tagar #belajardaritiktok yang penggunaannya mencapai 50,1 juta. Tagar ini berisi
tentang hal-hal yang bersifat edukasi. Tagar lainnya seperti #samasamabelajardari
tiktok yang mencapai angka penggunaan 15,1 juta. Tagar ini juga berisikan video-
video pembelajaran tentang berbagai macam ilmu, seperti bahasa Inggris, bahasa
Indonesia, hingga bagaimana menerapkan protokol kesehatan yang benar. Begitu
pula penggunaan tagar #dirumahaja dalam media sosial instragram mencapai ang-
ka 18,5 juta. Tagar dalam Instagram ini lebih berisi tentang aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat selama masa pandemi Covid-19. Secara garis besar, dari
tagar-tagar ini adalah bentuk dari ekspresi seseorang dalam menjalani karantina
wilayah melalui caranya masing-masing yang unik dan kreatif. Tentunya tagar-tagar
kaku.
tersebut akan semakin menarik dan bertambah kedepannya.
Gambar 1.
Tagar #belajardaritiktok
Gambar 2. Tagar
#samasamabelajardaritiktok
Gambar 3.
Tagar #dirumahaja
100% 100% 100%
53
Tagar-tagar tersebut bertambah cukup pesat. Data yang penulis catat dalam ta-
gar #belajardaritiktok pada tanggal 23 November 2020 terdapat jumlah unggahan
dengan jumlah 3,3 juta. Sedangkan tagar tersebut mencatatkan jumlah unggahan
sebesar 50,1 juta per tanggal 19 Mei 2021. Selama hampir enam bulan, tagar ini telah
menambahkan 46,8 juta unggahan. Pada tagar #samasamabelajardaritiktok per
tanggal 23 November 2020 mencatatkan 3,5 juta postingkan, sedangkan per tanggal
19 Mei 2021 telah mencapai angka 15,1 juta. Hal ini menunjukan bahwa tagar ini me-
nambahkan unggahan sebesar 11,6 juta selama enam bulan. Sementara itu, tagar
#dirumahaja pada Instagram bertambah sebanayak 2,1 juta unggahan selama enam
Dari sini dapat disimpulkan bahwa adanya Corona Virus Disease 2019 atau yang
sering disebut Covid-19 membuat pemerintah menerapkan kebijakan karantina
wilayah atau pembatasan sosial. Kebijakan yang dilakukan pemerintah ini berdam-
pak pada sisi psikologis masyarakat yaitu membuat bosan dan jenuh. Hal tersebut
terjadi karena masyarakat melakukan kegiatan yang monoton dan dalam waktu
yang lama. Akan tetapi rasa bosan dan jenuh juga memiliki sisi positif, yaitu semakin
kreatif dan inovatifnya masyarakat dalam menggunakan dan mengunggah konten
di dalam media sosial. Jadi dapat dikatakan rasa bosan akibat pandemi Covid-19
bulan.
mampu meningkatkan kreatifitas dalam menggunakan media sosial.
Daftar Pustaka
Dewa, C. B., & Safitri, L. A. (2021). Pemanfaatan Media Sosial Tiktok Sebagai Media Promosi Industri Kuli-
ner Di Yogyakarta Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Akun TikTok Javafoodie). Khasanah
Ilmu-Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 12(1), 65-71.
Hadiwinata, K., Mundzir, H., & Muslim, S. (2020, October). Analisis Peran Media Sosial Instagram Sebagai
Media Pemasaran Dan Branding Bisnis Di Era Pandemi Covid 19. In Senabisma: Prosiding Seminar
Nasional Bisnis dan Manajemen (Vol. 5, pp. 62-68).
Kets de Vries, M. F. (2014). Doing nothing and nothing to do: The hidden value of empty time and bore-
dom.
Khasanah, F. N., Samsiana, S., Handayanto, R. T., Gunarti, A. S. S., & Raharja, I. (2020). Pemanfaatan Media
Sosial dan Ecommerce Sebagai Media Pemasaran Dalam Mendukung Peluang Usaha Mandiri Pada
Masa Pandemi Covid 19. Jurnal Sains Teknologi dalam Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 51-62.
Masniadi, R., Angkasa, M. A. Z., Karmeli, E., & Esabella, S. (2020). Telaah Kritis Ketahanan Pangan Kabu-
paten Sumbawa dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Indonesian Journal of Social Sciences and
Humanities, 1(2), 109-120.
Hootsuite. (2019). Indonesian Digital Report 2019. Hootsuit: We are Social, 1-77.
Hootsuite. (2020). Indonesian Digital Report 2020. Hootsuit: We are Social, 1-92.
Nasrullah, R. (2015). Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi. Jakarta: Simbiosa Rekatama
Media. Pemerintah Indonesia. (2018). Undang-Undang No. 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Ke-
sehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan pemberlakuan lock down sebagai antisipasi penyebaran
corona virus Covid-19. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(3), 227-238.
Zu, Z. Y., Jiang, M. D., Xu, P. P., Chen, W., Ni, Q. Q., Lu, G. M., & Zhang, L. J. (2020). Coronavirus disease
2019 (COVID-19): a perspective from China. Radiology, 296(2), E15-E25.
54
56
JURNALISME SAINS
DAN PANDEMI COVID-19
Sub Tema 2 :
Penulis : Rahmatullah Assyihabi
Mengenal Jurnalisme Sains
di Era Pandemi Covid-19
Jurnalisme merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan mencari dan
mengolah informasi untuk disiarkan ke khalayak. Dalam perkembangannya, jurnal-
isme menjadi sebuah profesi yang dilakukan oleh seorang yang bekerja pada media
massa, dan dalam menjalankan profesi sebagai seorang jurnalis dibutuhkan keahli-
an dan kinerja yang sesuai agar orang tersebut mendapatkan imbalan (Nurudin,
2009). Jurnalisme juga merupakan suatu seni dan profesi dengan tanggungjawab
profesional yang mensyaratkan setiap orang yang memiliki profesi sebagai jurnalis
untuk melihat secara mata ke mata pada setiap peristiwa sehingga dapat menelisik
aspek-aspek unik dari setiap peristiwa. Jurnalisme juga bukan sekedar tentang me-
nulis saja tetapi juga membutuhkan berbagai macam skill lain (Luwi, 2011). Seiring
dengan perkembangan zaman, dewasa ini jurnalisme ditinjau dari segi bagaimana
Merupakan suatu bentuk jurnalisme yang mempublikasikan informasi atau beri-
Merupakan suatu bentuk jurnalisme yang menggunakan media internet untuk
menyiarkan informasi tetapi tetap mengikuti standar jurnalisme yang ada dan
juga aturan kode etik dalam pembuatan beritanya. Jurnalisme daring akhir-akhir
ini juga mulai popular seiring dengan perkembangan dan ketergantungan ma-
syarakat umum terhadap teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan, media-
media yang biasanya menyiarkan beritanya melalui televisi ataupun radio pun
turut membuat portal berita daringnya tersendiri untuk mengikuti tuntutan za-
man yang ada. Konsep jurnalisme daring ini juga turut mengembangkan konsep
citizen journalism atau jurnalisme masyarakat umum dimana masyarakat dapat
turut berkontribusi terhadap berita atau informasi yang ada di sekitar lingku-
ngannya. Citizen journalism ini juga marak dilakukan seiring dengan perkemba-
ngan media sosial (social media) seperti Facebook, Twitter, dan YouTube.
Merupakan suatu bentuk jurnalisme yang menggunakan media penyiaran seper-
ti televisi ataupun radio dalam menyiarkan berita atau informasi yang telah dike-
mas sedemikian rupa. Dalam menggunakan jurnalisme siaran, para jurnalis di-
tuntut untuk tidak hanya pandai membuat teks berita namun juga mampu ber-
komunikasi dengan lancar, baik di depan kamera maupun radio. Selain itu, jur-
nalisme siaran juga dituntut untuk memiliki suara yang bagus agar mena-
1.
2.
3.
Jurnalisme Cetak
Jurnalisme Online atau Daring
Jurnalisme Siaran
ta melalui tulisan dan dicetak seperti koran dan majalah.
publikasinya dapat dibagi menjadi tiga yaitu (Morrisan, 2010) :
56
rik perhatian penonton. Wartawan televisi bekerja secara cepat mengumpulkan
informasi, menentukan lead berita, menulis berita dan melaporkannya, baik se-
cara langsung (live) atau direkam dalam bentuk paket yang akan disiarkan ke-
mudian. Perkembangan teknologi yang cepat dalam pengiriman gambar dan
suara (electronic news-gathering techniques), mengharuskan wartawan televisi
untuk bekerja lebih cepat pula, ia harus secara cepat berangkat ke lokasi liputan,
mengumpulkan informasi di lapangan dan melaporkannya langsung di depan
kamera.
Selain dari bentuk-bentuk publikasi yang digunakan dalam jurnalisme, jurnalis-
me juga dibagi menjadi banyak cabang dan juga jenis. Salah satu cabang jurnalisme
yang sangat populer akhir-akhir ini adalah jurnalisme sains. Jurnalisme sains adalah
jurnalisme yang menggunakan pendekatan sains dalam menyampaikan karya jur-
nalisme. Dalam jurnalisme sains, sajian informasi yang ditawarkan oleh media massa
adalah informasi menyeluruh yang “diproduksi” dengan menggunakan jurnalisme
sains. Science disini berasal dari kata Latin scientia yang berarti pengetahuan (Indi-
yanto, 2012). Jurnalisme sains berbeda dari kebanyakan bentuk tulisan hasil karya
jurnalisme lainnya, sebab pesan yang dibawa selalu disajikan sesuai pendekatan il-
Dalam hal etik jurnalistik, independensi dalam membuat suatu artikel harus diu-
tamakan terlebih dahulu. Independensi artinya bahwa jurnalis memberikan suatu
jarak netral terhadap salah satu informasi; mereka kritis bahkan terhadap sumber
yang sampai sekarang dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Jurnalis juga harus
berhati-hati dengan pemilihan topik dan kata, terutama dalam laporan medis. Sela-
in itu, seorang jurnalis adalah independen, tidak memihak, jujur, kooperatif, altruis-
tik, tepat, dan kritis - sama seperti ilmuwan. Dalam hal jurnalisme sains juga penca-
rian objektivitas yang sesuai dengan ranah ilmiah merupakan hal penting yang ha-
rus dilakukan oleh jurnalis tersebut. Objektivitas merupakan sesuatu yang secara
moral adalah fundamental, objektivitas bagi ilmuwan dan jurnalis merupakan hal
penting yang perlu diterapkan dalam menjabarkan suatu fakta ataupun informasi.
Pada saat ini juga tidak dipungkiri bahwa kepopuleran jurnalisme sains adalah
karena dunia sedang berada dalam suatu situasi pandemi akibat Corona Virus atau
COVID-19. Dalam situasi pandemi seperti ini, jurnalis dituntut untuk menyampaikan
fakta, berita ataupun informasi yang berdasar dari kajian ilmiah atau sains sehingga
berita apapun yang disampaikan sesuai dengan kenyataan yang ada. Jurnalis yang
menggunakan pendekatan jurnalisme sains pada saat ini berkutat dengan suatu
ironi yaitu walaupun mereka telah membantu mengantarkan informasi seputar
pandemi kepada masyarakat umum tetapi mereka sekarang harus bersaing dengan
dunia jurnalisme yang dieksekusi dengan buruk, konten click-bait yang tidak ber-
tanggung jawab, dan informasi yang salah yang disengaja yang merusak kepercaya-
Kepopuleran Jurnalisme Sains
an dalam masyarakat.
miah baik itu di awal artikel ataupun di bagian akhir artikel.
57
Jurnalisme sains berbeda dengan jenis jurnalisme lainnya sebagaimana sudah
disebutkan sebelumnya, kesetiaan utama jurnalisme sains jika dipraktikkan dengan
benar adalah penggambaran realitas yang paling mungkin, dan tidak ada agenda
lain yang mengganggu itu. Jurnalis sains mungkin menulis tentang sains, tetapi tu-
gas para jurnalis yang melakukan peliputan jurnalisme sains juga dapat melihat dan
melampaui keajaiban, hipotesis, dan data. Hal ini juga diperlukan untuk melihat
orang-orang yang melakukan sains dan apakah mereka memiliki konflik kepenti-
ngan dalam memberikan suatu informasi yang didasari pada kajian ilmiah tersebut,
atau turut juga untuk melacak dari mana uang mereka berasal dalam memproduksi
informasi saintifik tersebut. Aspek-aspek ini penting untuk melihat struktur kekua-
saan, untuk melihat siapa yang dilibatkan dalam pekerjaan dan siapa yang dikecua-
likan atau dipinggirkan, apakah karena jenis kelamin atau ras atau identitas lainnya.
Semua faktor ini penting karena memengaruhi siapa yang memiliki akses ke pro-
duksi sains, dan siapa yang memiliki pengaruh atas produksi informasi saintifik ter-
Selain itu, jurnalisme sains juga tidak dapat dilepaskan dari konteks komunikasi
ilmu yang ada dalam ranah ilmu pengetahuan. Komunikasi ilmu dapat diartikan se-
bagai :
Peran jurnalisme sains dalam meliput pandemi sangat menentukan dalam mem-
promosikan dan mempertahankan akses ke informasi publik yang sensitif, berkuali-
tas, dan tepat waktu. Saat ini, lebih dari sebelumnya, sebagaimana sains sangat di-
tantang oleh kenyataan, begitu pula jurnalisme sains. Tantangan komunitas jurnalis
ilmiah pada saat ini adalah bagaimana untuk tetap sehat, mencapai standar jurnalis-
tik yang baik, dan dapat mempertahankan kebebasan berekspresi dalam pembua-
tan informasinya, dan bagaimana menciptakan suatu akses informasi publik yang
sangat besar. Selain pentingnya membuat suatu jurnalisme sains yang didasarkan
pada keilmuan, pandemi Corona Virus ini turut menyoroti pentingnya peran jurnalis-
me berbasis data untuk memberikan informasi berbasis fakta kepada pembaca da-
lam situasi penuh misinformasi seperti sekarang serta memberikan konteks dan
Komunikasi di antara para ilmuwan ini umum ditemukan dalam bentuk perte-
muan ilmiah, karya tulis, makalah, seminar atau konferensi. Dalam bentuk ini, ko-
munikasi berlangsung antara pembawa pesan dan penerima pesan yang setara,
Dalam bentuk komunikasi ini, sains dapat dijelaskan kepada siapa saja yang men-
jadi bagian dari masyarakat seperti pegawai pemerintahan, anak-anak sekolah,
mitra di sektor privat, jurnalis, khalayak luas, hingga ibu rumah tangga. Komuni-
kasi yang dibangun dalam bentuk ini diharapkan dapat memberikan pemaha-
1.
2.
3.
4.
Tantangan Jurnalisme Sains di Pandemi Covid-19
sebut.
Komunikasi di antara para ilmuwan.
dengan bahasa yang relatif sama.
Komunikasi dari ilmuwan kepada orang awam.
man luas (Jadin, 2016).
58
Dalam peliputan informasi yang dilakukan para jurnalis yang menggunakan me-
tode jurnalisme sains di era pandemi saat ini, terdapat beberapa kesalahan yang
Pada hari-hari awal pandemi, penyajian angka-angka yang dikomunikasikan ke-
pada masyarakat luas adalah angka akurat hingga digit terakhir. Tetapi mengi-
ngat bagaimana angka tersebut diperoleh dan diproduksi terdapat suatu tingkat
akurasi yang tidak dapat dimiliki oleh angka-angka secara inheren sehingga
seharusnya para jurnalis tidak mengkomunikasikan angka-angka yang ada se-
perti itu melainkan dibulatkan. Alasan lainnya adalah selama pandemi terjadi,
semuanya bergerak begitu cepat, terutama perkembangan kasus positif ataupun
negatif maupun hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka sehingga ang-
ka persis seperti “13.456 kasus” menjadi lebih cepat usang dan tidak akurat dari-
pada jika jurnalis tersebut memberikan informasi tentang kasus dengan menga-
Selain itu, ketika meliput soal angka-angka dan juga membandingkan rasio ang-
ka-angka tersebut, jurnalis banyak yang luput membandingkannya ataupun me-
nempatkannya dengan angka populasi suatu negara, sehingga cenderung
membawa suatu ketakutan dan citra buruk bagi suatu negara tertentu yang me-
miliki kasus positif lebih banyak dan dibandingkan dengan negara lain yang se-
wilayah. Padahal dari aspek populasi sangatlah jauh antara kedua negara terse-
but. Sebab secara logika, tentu saja negara dengan lebih banyak orang juga ber-
Penting bagi para jurnalis terutama di era pandemi virus corona ini untuk me-
ngakui dan memasukkan suatu disclaimer dalam pelaporan atau berita yang di-
terbitkan atau dipublikasikan bahwa pandemi ini adalah situasi yang terus ber-
kembang: sebagian besar dari apa yang ditulis dalam berita yang laporkan dapat
berubah, bahkan dengan cepat. Jadi, sangatlah penting untuk memperjelas sifat
awal dan sementara dari informasi yang dikomunikasikan: misalnya, saat mela-
porkan nomor atau penjelasan, penting untuk mengetahui tanggal informasi ke-
Pada saat yang sama, ada banyak hal yang belum kita ketahui tentang virus atau
pandemi ini. Jadi bahkan apa yang kita pikir dan kita ketahui hari ini mungkin
berubah dalam satu atau dua minggu dari sekarang. Ketika ada suatu aspek dari
informasi yang belum diketahui penting bagi jurnalis untuk menilai risiko dalam
melakukan publikasi terhadap informasi tersebut, sebab ada hal-hal yang masih
tidak diketahui, sebaiknya jurnalis juga harus mengkaji aspek mana yang dapat
diberitakan kepada khalayak luas dan turut memasukkan disclaimer bahwa ada
hal-hal yang tidak diketahui atau belum ada kajian ilmiahnya sehingga tidak
1.
2.
3.
4.
terlihat sering dilakukan oleh banyak pemberitaan yang ada, misalnya:
takan “lebih dari 13.000 kasus yang dilaporkan,” misalnya.
potensi akan terlihat lebih banyak kasus.
tika informasi tersebut didapatkan.
menimbulkan suatu misinformasi di masyarakat.
59
Selain itu dalam kaitannya dengan jurnalisme sains di era pandemi Covid-19 ini,
International Center for Journalist juga menyoroti fakta bahwa ada suatu ancaman
terhadap kebebasan media dan juga keselamatan para jurnalis dalam meliput pan-
demi. Saat negara-negara bersiap untuk memerangi Covid-19, bagian dari mobili-
sasi negara adalah untuk menindak jurnalis independen, pelaporan kritis, dan upaya
untuk melaporkan bagaimana virus corona memengaruhi negara-negara tertentu,
serta bagaimana pihak berwenang menanggapi pemberitaan yang dianggap mem-
berikan citra buruk kepada kebijakan suatu negara dalam penanganan Covid-19.
Banyak pemerintah telah menerapkan undang-undang yang melarang disinformasi
untuk membungkam wartawan. Selain itu, terlepas dari kenyataan bahwa COVID-19
elah mendorong peningkatan yang signifikan dalam konsumsi berita, pada dasar-
nya Covid-19 juga telah menyebabkan suatu kematian bagi sektor media cetak se-
cara khusus. Ancaman-ancaman yang telah diidentifikasikan oleh International Cen-
International Center for Journalist juga menyatakan bahwa pandemi itu menun-
jukkan bahwa jurnalisme adalah pilar demokrasi. Sebelum krisis kesehatan global,
kepercayaan publik terhadap berita itu merosot, akan tetapi jurnalisme sains yang
digunakan untuk kampanye informasi publik baru-baru ini yang menunjukkan nilai
sumber berita terpercaya telah membuat media disayangi publik di Afrika Selatan.
Dalam menjalankan jurnalisme sains di Indonesia, khususnya bagi wartawan
yang meliput soal pandemi Covid-19, ancaman-ancaman terhadap kesehatan dari
para jurnalis ini juga disadari oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia. Sehi-
ngga AJI merilis suatu Protokol Keamanan Liputan & Pemberitaan Covid-19 yang
berisi hal-hal apa saja yang harus dilakukan jurnalis sebelum dan saat peliputan
yang terkait pandemi Covid-19. AJI juga memberikan panduan dalam publikasi be-
rita yang berkaitan dengan Covid-19 diantaranya sebagai berikut:
Risiko tinggi bagi freelancer yang tidak dapat membuktikan pekerjaan mereka.
Serangan terhadap jurnalis bahkan ketika mereka mengidentifikasi diri mereka
Pemerintah menangguhkan jaminan kebebasan berbicara, melarang surat kabar
Kriminalisasi pencemaran nama baik dan undang-undang yang menargetkan pe-
Jurnalis perlu menerapkan prinsip liputan yang bertanggungjawab, yaitu peka,
Jurnalis tidak mempublikasikan data pribadi pasien penderita Covid-19.
Jurnalis perlu menghindari penggunaan kata sifat yang bisa menambah kecema-
san dalam masyarakat. Misalnya: “virus yang mematikan ini” atau mengasosiasi-
kan virus dengan warga negara tertentu yang bernada rasisme atau xenophobia,
sebagai pers.
tertentu, dan membatasi komentar online.
kerjaan jurnalis di era pandemi.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Protokol Kesehatan Peliputan Jurnalisme Sains
berempati, dan mempertahankan akurasi.
serta memicu stigma terhadap kelompok tertentu.
ter for Journalist adalah sebagai berikut:
60
Jurnalis perlu mengkurasi foto dengan bijak. Jangan menggunakan foto yang
justru akan mengaburkan informasi atau justru menyebarkan informasi yang sa-
Jurnalis menghindari publikasi konten yang memicu kepanikan publik.
Jurnalis memberikan tambahan informasi tentang pencegahan, termasuk cara
mencuci tangan berdasarkan standar WHO, serta mengedukasi publik bahwa pa-
sien dapat sembuh dari virus jika mengikuti protokol atau nasihat yang diberikan
Media sepatutnya menghindari penggunaan judul yang semata untuk menarik
Media perlu mengksplorasi bersama timnya untuk mencari cara penyampaian
yang interaktif dan informatif soal Corona. Misalnya, dengan menggunakan info-
Jurnalis sebaiknya menggunakan narasumber yang kompeten, yaitu mereka
Jurnalis perlu membekali diri dengan keahlian periksa fakta untuk menghindari
Jurnalis perlu menghindari penggunaan jargon atau istilah kedokteran yang be-
lum dimengerti umum. Jika harus melakukannya, sertakan penjelasannya.
Jurnalis perlu melakukan verifikasi informasi secara ketat agar berita yang dihasil-
kannya tidak turut menyebarkan hoaks dan informasi yang keliru yang bisa me-
Media perlu berusaha untuk tetap fokus melakukan tugas mengawal upaya pe-
nanggulangan krisis yang dilakukan pemerintah agar dampak yang ditimbulkan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
lah.
oleh ahli atau otoritas setempat.
perhatian orang alias clickbait.
grafis dan jurnalisme data.
dari publikasi berita yang sifatnya disinformasi/misinformasi.
yang memiliki wewenang untuk itu atau ahli di bidang tersebut.
nambah kebingungan dan kekacauan.
di masyarakat bisa diminimalkan.
Dari panduan yang sudah diterbitkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indo-
nesia ini dapat terlihat bahwa iklim jurnalisme di Indonesia sudah dibuat sedemikian
rupa agar baik dan juga sesuai dengan fakta-fakta ilmiah yang ada untuk menghin-
darkan misinformasi di kalangan masyarakat terutama berkaitan dengan berita-
berita seputar pandemi Covid-19 ini. Jurnalisme sains yang informatif dan objektif
harus dilakukan oleh jurnalis-jurnalis dalam meliput pandemi Covid-19 saat ini se-
bab misinformasi ataupun kekurangan data yang valid dari segi keilmuan dapat
memperburuk situasi pandemi Covid-19 secara keseluruhan karena dapat menim-
bulkan kurangnya kesadaran dan informasi tentang penyakit dan pandemi di ma-
syarakat secara luas. Khalayak pada saat ini memiliki ketertarikan yang tinggi atas
informasi tentang pandemi Covid-19 dan jurnalisme sains pun memiliki peran yang
sangat besar dalam memenuhi keinginan tersebut. Semua jenis pertanyaan yang
berhubungan dengan pandemi Covid-19 ini adalah pertanyaan yang berkaitan de-
ngan sains, sehingga para jurnalis-jurnalis yang menggunakan jurnalisme sains me-
rupakan pasukan yang berada di garis depan dalam menjelaskan dan menyelidiki
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada khalayak secara umum.
61
Covid-19 yang telah merubah tatanan global ini juga turut menyebabkan suatu
krisis multidimensi, termasuk menjadikan penyebaran fake news atau berita palsu
semakin merisaukan semua negara. Musuh yang tidak terlihat berupa serangan
misinformasi dan berita disinfomasi tentang Covid-19 ini dapat diselesaikan dengan
suatu jurnalisme sains yang baik dan objektif. Media atau Jurnalis memainkan peran
yang menyelamatkan jiwa dalam perang menghadapi Corona Virus Infodemik’. Se-
lain itu, dalam peliputan pandemi ini tidak dipungkiri bahwa pekerjaan jurnalis me-
miliki resiko yang tinggi. Jurnalis harus bertemu langsung dengan narasumber yang
sekarang hanya diganti melalui perantara teknologi. Selain itu, penelusuran data
dan informasi di lapangan juga terhambat oleh situasi, sehingga sudah semestinya
jurnalis menerapkan protokol-protokol kesehatan dalam melakukan pekerjaannya
dan mengambil langkah-langkah preventif untuk menjaga kesehatan dan mengu-
rangi resiko yang ada ini.
Daftar Pustaka
Indiyanto, Agus & Arqom Kuswanjono (Ed). 2012. Respons Masyarakat Lokal Atas Bencana, Kajian Inte-
gratif Ilmu, Agama, dan Budaya. Bandung dan Yogyakarta: kerjasama PT. Mizan Pustaka dengan
Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Center for Religious & Cross-cultural Studies).
Jadin, Jenna. 2015. Making Your Science Matter. Materi Konferensi Jurnalis Sains Indonesia (Indonesian
Science Journalists Conference) di Litbang KLHK, Bogor, Jawa Barat, 29-30 Agustus 2015.
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.
A.M, Morissan. 2010. Periklanan komunikasi pemasaran terpadu. Jakarta: Penerbit Kencana
Luwi Ishwara. 2011. Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Jeniffer Doroh. "Journalism & the Pandemic: Threats to Media Freedom & Safety During COVID-19"
Diakses dari icfj.org/news/journalism-pandemic-threats-media-freedom-safety-during-covid-19.
Aliansi Jurnalis Indonesia. "Protokol Keamanan Liputan & Pemberitaan COVID-19" Diakses dari https://
aji.or.id/read/buku/63/protokol-keamanan-liputan-pemberitaan-covid-19.html
The Guardian. "The problem with science journalism: we've forgotten that reality matters most" Diakses
dari https://www.theguardian.com/media/2015/dec/30/problem-with-science-journalism-2015-reality-
kevin-folta
Marc Dressler. "Applying Science Ethics to Science Journalism." Diakses dari http://www.inspective.de/
download/Ethicscience.pdf
62
Penulis : Tegar Satria Yudha Leksana
Tantangan Jurnalisme dalam Membantu
Menekan Angka Penyebaran Virus Corona
Sampai saat ini setidaknya kita sudah mulai memasuki bulan kesembilan semen-
jak mitos bahwa Indonesia kebal virus Corona patah oleh sebuah laporan adanya
dua warga negara Indonesia yang positif virus Corona yang diumumkan oleh Presi-
den Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020 (Detikcom, 2020). Semenjak itu pula
banyak warga di Indonesia mengalami panik luar biasa hingga sempat mengakibat-
kan habisnya stok kebutuhan alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer.
Keresahan masyarakat pun semakin diperparah dengan banjirnya berbagai infor-
masi mengenai virus Corona di media sosial. Ada yang mengatakan bahwa virus Co-
rona adalah senjata biologis buatan China untuk menguasai dunia, virus Corona se-
benarnya hanyalah virus flu biasa, hingga sampai pernyataan bahwa virus Corona
adalah konspirasi para elit global untuk membentuk tatanan dunia baru. Di tengah
pusaran masifnya informasi mengenai virus Corona ini masyarakat pun akhirnya
Jurnalis atau lebih tepatnya jurnalis sains adalah jawaban dari pertanyaan kepa-
da siapa masyarakat perlu percaya di masa cepatnya perputaran informasi seperti
saat ini. Tak banyak perbedaan yang terlalu mencolok, jurnalisme sains juga memili-
ki esensi yang sama dengan jurnalisme pada umumnya yaitu sebagai perantara pe-
Meskipun begitu jurnalisme sains sendiri memiliki tujuan lebih khusus diantara-
nya adalah (i) menyebarkan informasi mengenai penemuan terbaru mengenai ilmu
pengetahuan, (ii) meningkatkan apresiasi publik terhadap ilmu pengetahuan, (iii)
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai ilmu pengetahuan, (iv)
membantu mengarahkan opini, kebijakan publik, dan perilaku masyarakat, dan (v)
memastikan keragaman perspektif tentang sains dapat didengar sebagai alternatif
solusi masalah bersama (Nadelson, 2014). Atau dapat disederhanakan lagi bahwa tu-
juan jurnalisme sains adalah mengkomunikasikan penjelasan ilmiah yang diproduk-
Kembali ke permasalahan virus Corona di Indonesia. Dalam fungsinya sebagai fil-
ter diantara ramainya perputaran informasi, jurnalisme sains ataupun jurnalisme se-
cara umum harus kembali menekankan esensi dari kegiatan jurnalistik itu sendiri.
Dalam konteks ini, esensi dari kegiatan jurnalistik yang saya maksud adalah 9 ele-
Esensi Jurnalisme pada Masa Pandemi Virus Corona
mulai bertanya, kepada siapa harusnya masyarakat percaya?
nyebaran informasi antar masyarakat yang berbasis pada fakta.
si oleh ilmuan ke bentuk yang lebih mudah dipahami khalayak lebih luas.
63
men penting jurnalisme yang dijabarkan oleh Bill Kovach dalam buku The Element
of Journalism, atau secara khusus saya menekankan pada 3 elemen pertama.
Pertama, kewajiban jurnalisme pertama adalah berpihak kepada kebenaran. Da-
lam konteks permasalahan virus Corona di Indonesia, kebenaran yang dimaksud
adalah segala fakta yang berkaitan dengan virus Corona sehingga dengan jernihnya
informasi yang beredar mampu turut menyadarkan masyarakat mengenai apa yang
harus dilakukan. Namun saya beberapa media massa di Indonesia justru lebih terta-
rik kepada informasi sensasionalnya saja seperti memberitakan pernyataan nara-
sumber yang belum tentu memiliki kompetensi dengan isu virus Corona. Praktik
jurnalisme ini disebut sebagai jurnalisme ludah, sebuah praktik jurnalisme yang ha-
Apabila praktik jurnalisme di Indonesia masih bersekukuh dengan prinsip jurnal-
isme ludah ini maka akan berdampak menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat
pada media massa. Rendahnya ketidakpercayaan masyarakat kepada media pun
dapat berbuntut semakin rentangnya masyarakat menerima informasi palsu karena
Kedua, loyalitas jurnalisme adalah kepada masyarakat. Elemen kedua ini memili-
ki keterkaitan kuat dengan elemen pertama yang telah disebutkan. Dalam konteks
Indonesia yang sedang dilanda wabah virus Corona, jurnalisme harus hadir kepada
masyarakat sebagai sumber informasi yang menjernihkan. Sayangnya masih ada sa-
ja media massa yang justru memanfaatkan momentum dibutuhkannya informasi
oleh masyarakat sebagai ladang mencari keuntungan. Alhasil media massa justru
memproduksi berita yang disajikan secara bertele-tele, berulang-ulang, dan meng-
Pada gambar di atas dapat dilihat media massa berbasis online yang menyajikan
berita dengan tata bahasa headline yang secara sengaja dibuat untuk memantik re-
aksi khalayak sehingga dapat menyebabkan panik. Namun apabila berita tersebut
dibaca hingga selesai dapat diketahui bahwa pasien positif virus Corona tidak dibia-
yai BPJS, namun oleh APBN. Memang apabila dilihat dari isi berita judul tersebut ti-
dak berbohong, namun terlalu bertele-tele dan tidak menggambarkan keseluruhan
nya mengandalkan pernyataan narasumber (Cahyadi, 2020).
merasa media “arus utama” sudah tidak bisa diandalkan.
gunakan judul clickbait demi mendapatkan perhatian khalayak.
64
berita. Padahal sudah sewajarnya bahwa sebuah headline berita harus ditulis secara
jelas dan lugas. Terlebih lagi dua berita tersebut memiliki isi pokok yang sama dan
hanya berbeda pada penyusunannya. Akhirnya berita yang diproduksi hanyalah me-
rupakan cara media massa menggunakan masyarakat sebagai revenue, bukan se-
Ketiga, jurnalisme harus disiplin melakukan verifikasi. Berkaitan dengan mening-
katnya informasi palsu yang bertebaran mengenai virus Corona. Jurnalis perlu be-
Selama pandemi virus Corona ini, setidaknya terdapat 3 jenis berita hoax yang
bermunculan, diantaranya adalah berita palsu mengenai orang yang terjangkit virus
Corona, berita palsu mengenai kesehatan (cara menyebuhkan Corona), dan berita
palsu mengenai perilaku masyarakat (kejadian sosial seputar virus Corona) (Rahayu,
2020). Masifnya berita palsu yang bertebaran ini menyebabkan masyarakat teruta-
ma yang rentan dengan informasi palsu membutuhkan sosok tuntunan serta verifi-
Pada realitasnya, tingkat kepercayaan masyarakat pada media memang sudah
dirasakan semenjak beberapa dekade akhir ini (Pearl, 2018). Namun apabila dihu-
bungkan kembali dengan pandemi yang terjadi, tingkat kepercayaan masyarakat
pada media harus ditingkatkan. Dan cara terbaik yang dapat dilakukan oleh media
untuk meningkatkan kepercayaan tersebut adalah kembali menegakan elemen-
Dari permasalahan ini, kita dapat memahami bahwa esensi jurnalisme atau jur-
nalisme sains pada masa pandemi virus Corona adalah sebagai juru kunci dalam
mengatur perputaran infomasi yang beredar di masyarakat. Juru kunci di sini berarti
jurnalis bertanggungjawab menyediakan informasi yang benar dan juga melakukan
verifikasi terhadap informasi yang tidak benar agar dapat membantu menyadarkan
masyarakat mengenai virus Corona. Dengan masyarakat yang sadar mengenai virus
Corona yang dihadapi ini pun secara tidak langsung dapat membantu menekan
Berita palsu (hoax) sejatinya memang sudah menjadi “musuh bebuyutan” bagi
para jurnalis. Terkhusus pada masa pandemi virus Corona ini, berita hoax pun berisi-
ko untuk memperlambat upaya penekanan penyebaran virus Corona dengan mem-
buat masyarakat bingung dan panik untuk menghadapi wabah ini. Maka dari itu,
jurnalis harus bekerja berkali lipat demi manghadapi sebaran virus Corona. Tak ha-
nya jurnalis, masyarakat pun juga harus berinisiatif untuk mencegah terjadinya in-
Sebaran Berita Palsu Selama Pandemi Virus Corona
bagai sosok untuk diloyalitaskan.
kerja lebih keras lagi untuk melakukan verifikasi mengenai informasi tersebut.
kator informasi.
elemen jurnalisme yang sempat dibahas sebelumnya.
penyebaran virus Corona di Indonesia.
formasi palsu untuk semakin tersebar.
65
Berdasarkan pada penjabaran sebelumnya, diketahui bahwa terdapat tiga jenis
berita hoax yang sering muncul selama pandemi virus Corona, diantaranya adalah
berita palsu mengenai orang yang terjangkit virus Corona, berita palsu mengenai ke-
sehatan (cara menyebuhkan Corona), dan berita palsu mengenai perilaku masyara-
kat (kejadian sosial seputar virus Corona) (Rahayu, 2020). Berita palsu mengenai
orang yang terjangkit virus Corona adalah jenis berita hoax yang cukup banyak mun-
cul selama pandemi virus Corona. Sebagai salah satu contohnya adalah munculnya
berita hoax mengenai dua orang yang terinfeksi virus Corona di Parepare. Namun
setelah dilakukan penyelidikan diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar dan
dibantah oleh Renny Angraeny Sari, Direktur RSUD Andi Makkasau (Febrylian, 2020).
Lalu ada pula jenis hoax mengenai kesehatan yang secara khusus mengenai cara
menyembuhkan penyakit yang ditimbulkan oleh virus Corona. Salah satu yang sudah
pernah muncul adalah penggunaan bawang putih yang mampu menyembuhkan
infeksi. Namun hal tersebut ditanggapi oleh ahli vaksin dari OMNI Hospitals Pulomas,
Dr. Dirga Sakti Rambe, SpPD. bahwa informasi tersebut adalah palsu atau hoax (An-
Dan yang ketiga adalah berita hoax yang perilaku masyarakat yang bermaksud
pada kejadian sosial seutar virus Corona. Salah satunya adalah berita palsu mengenai
isu KH Ma’ruf Amin yang mengimbau umat Islam di Indonesia segera bertobat agar
virus Corona diatas. Namun setelah dilakukan penyelidikan oleh TurnBackHoax yang
merupakan komunitas anti hoax di Indonesia dengan hasil informasi yang dibagikan
tersebut pun palsu (Heisyanto, 2020). Lalu dengan melihat bagaimana informasi pal-
su tersebut dituliskan dapat dinilai bahwa momen pandemi seperti ini juga dapat di-
Selama pandemi virus Corona ini berlangsung ternyata media tidak hanya dijadi-
kan sebagai satu-satunya sumber rujukan masyarakat untuk menuntun bagaimana
mereka harus bertindak, namun juga influencer. Influencer sendiri dapat dibilang
memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk mempengaruhi audiensnya seperti me-
dia massa. Hal ini pun juga mendorong pemerintah untuk mengucurkan dana sebe-
sar 72 miliar kepada influencer untuk mengajak masyarakat lebih waspada terhadap
Meskipun sudah mendapatkan aliran dana dari pemerintah, masih kedapatan
influencer yang justru masih meremehkan mengenai virus Corona secara terang-
terangan, salah satunya Indria Kalistha. Dalam sebuah video kolaborasinya dengan
salah YouTuber lain ia mengatakan bahwa ia enggan untuk menggunakan masker
Tak hanya Indria Khalista, masih ada influencer lain yang justru melakukan me-
nentang usaha pemerintah dalam menekan angka penyebaran virus Corona, yaitu
Influencer sebagai Tantangan untuk Jurnalis
dan mencuci tangan (Kompas, 2020).
virus Corona (Wicaksono, 2020).
gunakan oleh oknum tertentu untuk kepentingan politik.
war, 2020).
66
Jerinx. Jerinx sendiri diketahui beberapa kali menyuarakan bahwa virus Corona me-
rupakan konspirasi yang disebar demi skema bisnis, meminta dirinya disuntik virus
Corona untuk membuktikan bahwa virus Corona memang tidak ada, hingga mela-
kukan konser pada bulan Juli lalu untuk menolak rapid test dan swab test (CNN In-
Keberadaan influencer seperti yang disebutkan barusan secara tidak langsung
menjadi tantangan tersendiri bagi jurnalis. Influencer layaknya Indria Kalistha dan
Jerinx memiliki kekuatan membentuk opini publik yang kuat seperti media. Terle-
bih dengan Jerinx yang bahkan menyuarakan negasi dari upaya penerapan proto-
kol kesehatan tentunya akan mempersulit usaha pemerintah dalam menekan ang-
Dalam kasus ini, jurnalis harus mampu berdiri sebagai penerang dari rancunya
informasi. Lebih tepatnya, jurnalis diupayakan mampu menciptakan produk jurna-
listik yang tak hanya menyampaikan, namun juga menerangkan dan menginvesti-
gasi opini publik yang dirasa menyesatkan. Dengan begitu maka jurnalis dapat
memenuhi elemen jurnalisme yang disebutkan sebelumnya, yaitu berpihak pada
kebenaran, meloyalitaskan diri pada masyarakat, dan menjalankan disiplin verifikasi.
Dengan mewabahnya pandemi virus Corona, jurnalisme juga mengalami peru-
bahan yang cukup ekstrem pada ekosistem bekerjanya. Jurnalisme sendiri meru-
pakan bidang profesi yang dekat dengan kegiatan turun ke lapangan langsung de-
mi melakukan proses peliputan. Namun dengan kondisi kerja yang memaksa para
jurnalis bekerja dari rumah atau work from home, hal ini menjadi tantangan baru
Dalam sebuah diskusi yang bertajuk “Jurnalisme di Era Pandemi,” Abdul Manan
yang merupakan Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menilai bahwa
terdapat tiga tantangan bekerja secara daring (dalam jaringan), diantaranya adalah
kultur digital yang belum merata, inf rastruktur yang belum sepenuhnya memadai,
dan faktor biaya atau finansial (Rozi, 2020). Kultur digital yang dimaksudkan Abdul
Manan ini merujuk pada jurnalis maupun narasumber yang belum terbiasa mela-
kukan wawancara dengan metode telekonferensi. Hal tersebut membuat wartawan
Infrastrukur yang belum merata sendiri dimaksudkan oleh Abdul Manan berkai-
tan dengan kualitas jaringan internet. Abdul Manan juga menambahkan bahwa
kualitas jaringan Internet di wilayah Jabodetabek masih sering bermasalah, terlebih
Dan yang terakhir, permasalahan biaya dan finansial terjadi karena dalam peli-
putan melalui metode telekonferensi membutuhkan kuota yang tidak sedikit. Hal
Jurnalisme Menghadapi Ekosistem Kerja Baru
lagi dengan di daerah yang terpencil.
kesulitan untuk menggali informasi dari narasumber seperti biasa.
tersendiri bagi para penggiat profesi jurnalistik.
ka penyebaran virus Corona.
donesia, 2020).
67
tersebut menyebabkan bertambahnya biaya operasional untuk membeli kuota in-
ternet. Abdul Manan pun juga menambahkan bahwa sebelum masa pandemi virus
Corona, perihal biaya atau finansial sudah sering kali menjadi permasalahan yang
sering muncul. Apalagi ditambah dengan mewabahnya virus Corona membuat per-
Tantangan ekosistem kerja jurnalis yang baru ini dapat berefek secara langsung
pada kualitas dan keakurasian berita. Semakin lemahnya kualitas produk jurnalistik
yang dihasilkan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada media yang
juga dampaknya membuat masyarakat lebih rawan menerima informasi yang tidak
Hal yang terbaik yang bisa dilakukan para pekerja jurnalis saat ini adalah mela-
kukan penyesuaian diri dengan ekosistem kerja work f rom home ini. Pemerintah
pun juga seharusnya memberikan perhatian secara khusus kepada permasalah ini.
Dibandingkan menyisihkan APBN untuk influencer, pemberian dana bantuan kepa-
da awak media rasanya lebih efektif mengingat media yang sejatinya bertanggung
Walaupun virus Corona seringkali dianggap sebagai penyakitnya orang kota,”
nyatanya virus Corona kini sudah mewabah hingga memasuki wilayah tempat ting-
gal masyarakat pedesaan. Masyarakat di wilayah pedesaan yang notebenenya masih
sulit mendapatkan akses internet dan belum sepenuhnya melek internet perlu
Masih belum berkembangnya fasilitas layanan internet di berbagai wilayah pe-
desaan di Indonesia dengan baik membuat masyarakat pedesaan lebih rawan men-
dapatkan sebaran berita palsu. Lebih dari itu, bentuk berita verifikasi kadang masih
belum tentu juga dapat sampai di tangan para penduduk desa. Masih besarnya se-
kat antara jurnalis yang umumnya masih berpusat di wilayah perkotaan dengan
masyarakat pedesaan menyebabkan informasi penting yang tak sampai.
Dalam hal ini jurnalis perlu memperluas jangkauan penyebaran informasinya hi-
ngga dapat masuk ke wilayah yang lebih pelosok. Di luar itu, usaha ini juga perlu
untuk mendapat dukungan dari pemerintah serta inisiatif masyarakat untuk saling
Berdasarkan berbagai tinjauan yang sudah dijabarkan sebelumnya, jurnalisme di
ndonesia memiliki berbagai tantangan baru demi menunjang penurunan angka
penyebaran virus Corona. Tantangan yang dimaksud dapat datang baik dari dalam
internal) maupun luar (eksternal). Tantangan dari dalam merujuk pada jurnalis di In-
donesia sendiri yang dinilai masih belum sepenuhnya ideal untuk menjadi rujukan
Ketertinggalan Teknologi bagi Masyarakat Pedalaman
Kesimpulan
masalahan biaya dan finansial semakin terasa.
terverifikasi dengan baik.
jawab sebagai penyaring perputaran informasi.
mendapatkan perhatian khusus dari media.
mencerahkan masyarakat lainnya dengan informasi yang benar.
68
utama masyarakat serta tantangan berupa perubahan ekosistem kerja jurnalis yang
Sedangkan tantangan eksternal yang diterima jurnalis adalah berupa tantangan
persaingannya dengan influencer yang seringkali kurang tepat untuk dijadikan ru-
jukan utama masyarakat dalam menghadapi pandemi virus Corona, masih sulitnya
jurnalis untuk dapat menyebarkan informasi terkini kepada masyarakat ke tingkat
Dalam menghadapi segala tantangan tersebut, jurnalis dituntut harus lebih ce-
pat untuk melakukan adaptasi dengan ekosistem kerja yang baru namun juga harus
tetap mempertahankan tingkat keakurasian berita yang diproduksinya guna menja-
Di luar jurnalis yang harus menghadapi tantangan-tantangan di atas selama
pandemi virus Corona, masyarakat juga harus dapat bekerja secara kooperatif demi
menekan angka penyebaran virus Corona. Hal yang dapat dilakukan oleh masyara-
kat dalam hal ini adalah lebih menekankan sikap saring sebelum sharing demi me-
ngurangi penyebaran berita palsu mengenai virus Corona. Selain itu masyarakat ju-
ga dituntut untuk lebih kritis dalam memilih rujukan informasi. Dengan eratnya ker-
ja sama antara jurnalis dan masyarakat, maka secara tidak langsung akan dapat
membantu mengurangi angka penyebaran virus Corona di Indonesia.
ga atau meningkatkan kepercayaan kepada jurnalis.
pedesaan, serta produksi berita palsu yang masih tinggi di Indonesia.
Daftar Pustaka
Anwar, Firdaus. 2020. “Viral Bawang Putih Sembuhkan Virus Corona, Ahli Vaksin Pastikan Hoax” diakses
dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4875552/viral-bawang-putih-sembuhkan-virus-co
rona-ahli-vaksin-pastikan-hoax pada 14 November 2020 pukul 02.12.
Cahyadi, Firdaus. 2020. “Jurnalisme Media Daring dan Topik Covid-19”, diakses dari https://radiohmsfak
fak.com/2020/04/jurnalisme-media-daring-dan-topik-covid-19/ pada 11 November 2020 pukul 17.16.
CNN Indonesia. 2020. “Jejak Kontroversi Jerinx Soal Covid-19 hingga Dipolisikan”, diakses dari https://
www.cnnindonesia.com/hiburan/20200804165544-234-532101/jejak-kontroversi-jerinx-soal-covid-19-
hingga-dipolisikan pada 13 November 2020 pukul 02.07.
Febrylian, Bentang. 2020. ‘[Salah] Dua orang Terinfeksi Virus Corona di Parepare” diakses dari http://turn
backhoax.id/2020/03/16/salah-dua-orang-terinfeksi-virus-corona-di-parepare/ pada 14 November 2020
pukul 12.01.
Heisyanto, Dedy. 2020. “[SALAH] Wapres Ma’ruf Amin Imbau Umat Islam Sholat Tobat agar Virus Corona
Cepat Teratasi,“ diakes dari http://turnbackhoax.id/2020/03/21/salah-wapres-maruf-amin-imbau-umat
-islam-sholat-tobat-agar-virus-corona-cepat-teratasi/ pada 14 November 2020 pukul 02.22.
Kompas. 2020. “Bicara Tak Pakai Masker, Indria Kalistha Beralasan Deg-Degan dan Introvert”, diakses
dari https://www.kompas.com/hype/read/2020/05/17/113828566/bicara-tak-pakai-masker-indira-kalis
tha-beralasan-deg-degan-dan-introvert?page=all pada 13 November 2020 pukul 01.52.
Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2014. “The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know
and The Public Should Expect”. New York: Three Rivers Press.
Nadelson, Louis. 2014. “I Just Don't Trust Them: The Development and Validation of an Assessment In-
strument to Measure Trust in Science and Scientists." School Science and Mathematics. 114(2): 76-86.
Pearl, Hunter. 2018. "Media Distrust: Whose Confidence was Lost?." College Undergraduate Research
Electronic Journal. 215.
mulanya bekerja secara langsung di lapangan menjadi secara daring.
69
Rahayu, Rochani Nani dan Sensusiyati. 2020. “Analisis Berita Hoax Covid - 19 di Media Sosial di Indonesia”
Intelektiva. 1(9): 60-73.
Rozi, Khoirur. 2020. “Tantangan Profesi Wartawan di Tengah Wabah Covid-19,” diakses dari https://www.
ayojakarta.com/read/2020/05/30/18678/tantangan-profesi-wartawan-di-tengah-wabah-covid-19 pada
3 November 2020 pukul 05.52.
Tim Detikcom. 2020. “Kapan Sebenarnya Corona Pertama Kali Masuk RI?”, diakses dari https://news.de-
tik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-corona-pertama-kali-masuk-ri, pada 10 November 202
pukul 22.18.
Wicaksono, Adhi. 2020. “Redam Dampak Virus Corona, Jokowi Beri Influencer RP72 M”, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200225172035-532-478022/redam-dampak-virus-corona-
jokowi-beri-influencer-rp72-m pada 12 November 2020 pukul 23.03.
70
Penulis : Dyan Putri Amelia
Merebaknya Netizen Journalism dan Infodemic:
Peran Jurnalis dalam Membangun Kepercayaan
Publik terhadap Media Mainstream
di Masa Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi para jurnalis untuk menya-
jikan berita-berita yang sehat sesuai dengan fakta yang ada, serta tidak menyesat-
kan publik. Jurnalisme dalam media mainstream memegang peranan yang sangat
penting dalam keadaan krisis seperti saat ini. Seorang jurnalis bagaikan “nabi” yang
bertugas untuk “menyampaikan wahyu” dan kebenaran kepada masyarakat luas.
Idealnya, media arus utama dapat dijadikan rujukan informasi dan berperan sebagai
“juru selamat” untuk membendung penyebaran berita yang menyimpang. Akan te-
tapi, hal tersebut bukanlah perkara yang mudah. Haryanto (2014: 10, dalam Hamna,
2017) menjelaskan bahwa seorang wartawan harus bisa memverifikasi informasi se-
Covid-19 memiliki efek domino yang berpengaruh terhadap setiap aspek dalam
kehidupan. Tidak hanya bidang kesehatan, tetapi juga ekonomi global dan kehidu-
pan sosio-kultural masyarakat, yang dapat dicerminkan dari perubahan perilaku
yang ada. Dalam keadaan krisis yang mendorong pada ketidakpastian, masyarakat
membutuhkan kanal informasi rujukan yang terverifikasi, dapat dipercaya, dan ter-
depan dalam memberikan pembaruan data mengenai pandemi Covid-19. Akan te-
tapi, pada masa awal krisis ini terjadi, ketersediaan kanal rujukan yang informatif
dan berbasis data akurat sangat minim, sehingga menyebabkan masyarakat me-
ngambil langkah-langah mandiri dalam memproduksi berita yang berakibat pada
berkembangnya multiple source information. Jurnalisme warga yang berasal dari
berbagai macam sumber tersebut tidak sepenuhnya berdasarkan data dan fakta
yang ada, sehingga sangat berpotensi menimbulkan misinformasi dan kegaduhan
Selain tantangan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran SARS-CoV-2,
hambatan lain yang juga dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah merebaknya
infodemic di bidang kesehatan. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Te-
dros Adhanom Ghebreyesus, menyebutkan bahwa penyebaran berita palsu terjadi
lebih cepat daripada penyebaran virus itu sendiri. …infodemic…spreads faster and
more easily than this virus.” Melimpahnya informasi secara berlebihan ini memba-
Pendahuluan
belum tersebar luas agar tidak terjadi kebingungan di kemudian hari.
masyarakat yang bersifat over reaction.
71
wa dampak yang serius terhadap keputusan yang akan diambil, sehingga meng-
hambat efektivitas respons kesehatan masyarakat. Publik menjadi bingung dan su-
lit menemukan berita yang dapat dipercaya. Apabila bencana jurnalisme terjadi, se-
mentara wabah yang sebenarnya masih berlangsung, hal tersebut akan membawa
dampak yang lebih parah, yaitu terjadinya anomali dalam kehidupan masyarakat.
Utomo (2020) menjelaskan bahwa ketika media menampilkan berita-berita di
masa krisis dengan unsur dramatisasi yang berlebihan dan lepas dari substansi yang
penting, maka ia bisa menggiring publik pada apa yang Moeller (1999) disebut seba-
gai compassion fatigue. Ini adalah kondisi dimana dramatisasi berlebihan yang dila-
kukan oleh media dan terus menerus justru bisa membuat publik menjadi bebal.
Akibatnya, banyak kemudian yang bersikap acuh tak acuh terhadap pemberitaan
dan sense of crisis yang ada. Maka yang menjadi formasi permasalahan dalam tuli-
san ini adalah bagaimana peran jurnalis dalam membangun kepercayaan publik
terhadap media arus utama di tengah merebaknya netizen journalism dan infode-
mic pada masa pandemi ini? Oleh karena itu, diperlukan pemahaman secara holis-
tik dan mendalam dari berbagai macam aspek terkait dengan pandemi Covid-19.
Pada akhirnya, tinjauan studi ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi pembaca
serta dapat menguraikan formasi permasalahan tersebut, guna menambah wawa-
Tamburaka (2013: 73, dalam Aziz, 2018) mengatakan bahwa perubahan teknologi
ternyata membawa perubahan sangat besar dalam aktivitas jurnalisme, batasan
geografis menjadi kecil—desa global internet—termasuk mereka yang berpartisipa-
si yakni kelompok anak muda setiap saat melakukan aktivitas jurnalisme online, ter-
masuk inovasi dalam teknologi ini, bukan hanya tulisan yang dapat dipampang, be-
rita pun secara individu dapat disebarluaskan atau dibagi dengan media. Hal ini ke-
mudian mendorong terbentuknya jurnalisme warga atau citizen journalism yang
mulai berkembang pada tahun 1988, pada saat pemilihan presiden Amerika Serikat.
Bowman dan Willis (2003, dalam Abadi, 2019) mendefinisikan citizen journalism se-
bagai “…..the act of citizens playing an active role in the process of collecting, repor-
Kehadiran internet merupakan sebuah media baru yang menawarkan keberaga-
man dan kebebasan akan akses informasi bagi pengguna tanpa harus terikat pem-
batasan, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pola interaksi dan komuni-
kasi yang menjadi lebih dinamis. Sejalan dengan hal tersebut, Wynants dan Cornelis
(2008: 13, dalam Aziz, 2018) mengemukakan bahwa internet membuka sebuah dunia
baru yang penuh keterbukaan. Publik tidak hanya menjadi konsumen berita, tetapi
sekaligus dapat mengunggah konten apapun dalam media tersebut dan memung-
kinkan terjadinya interaksi dengan orang lain. Kegiatan jurnalisme yang dilakukan
oleh warga internet (netizen) ini melahirkan “anak” dari citizen journalism yang ke-
mudian disebut sebagai netizen journalism atau jurnalisme warganet. Istilah ini di-
Netizen Journalism dan “Momok” Infodemic di Masa Pandemi
san bagi penulis dan pembaca.
ting, analyzing, and disseminating news and information.”
72
gunakan oleh Ronda Hauben (2014) dalam artikelnya yang bertajuk “Netizen Jour-
nalism: The Emergence of New Forms of News that Can Improve the Policy Making
Tidak dapat dipungkiri, konsumsi masyarakat terhadap penggunaan internet
mengalami peningkatan yang cukup pesat selama pandemi. Dilansir dari Katadata.
co.id, hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) menunjukkan, jumlah
pengguna internet Indonesia naik 8,9% dari 171,2 juta pada 2018 menjadi 196,7 juta
per kuartal II 2020. Hal tersebut selaras dengan kebutuhan informasi terkini menge-
nai penyebaran Covid-19 dan sebagai salah satu implikasi dari aktivitas di luar rumah
yang terbatas. Pada awal masa pandemi ini terjadi, media mainstream seperti televi-
si, koran, dan media utama lain, baik online maupun offline, menjadi rujukan utama
publik dalam pencarian informasi terkini mengenai wabah Covid-19. Akan tetapi, kri-
sis global ini mendorong stigma masyarakat terhadap perubahan yang begitu ce-
pat, sehingga mereka berupaya untuk mencari sumber informasi alternatif yang di-
har apka n m ampu me nja di cah aya dala m g ela p d an ke tid akpa sti an.
Pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi media arus utama, khususnya
bagi para jurnalis dalam menyuguhkan berita yang dapat dikonsumsi oleh publik.
Dengan kemudahan komunikasi yang didukung oleh revolusi teknologi, warga in-
ternet dapat mengumpulkan, menganalisis, dan memproduksi konten-konten di
media sosial secara bebas dan tak terbatas. Dengan kata lain, siapapun dapat men-
jadi penerbit di dunia maya. Akan tetapi, terkadang warganet mengesampingkan
data dan verifikasi kebenaran dari berita yang mereka unggah atau bahkan mereka
percaya dengan berita yang masih simpang siur tersebut. Standar etika jurnalisme
di media sosial memang jauh lebih rendah daripada media konvensional. Fenome-
na ini menyebabkan terjadinya misinformasi dan disinformasi yang berdampak pa-
Di sisi lain, produk jurnalistik yang berkualitas dan dapat bertanggung jawab ter-
hadap publik juga terancam tenggelam dalam dinamika algoritma internet. Mere-
baknya netizen journalism seakan menjadi “momok” tersendiri sekaligus menjadi
tantangan yang lebih berat bagi para jurnalis dalam masa pandemi. Pasalnya, me-
reka menghadapi masyarakat yang sudah terpolarisasi, sehingga audiens cende-
rung mempercayai berita yang mereka inginkan atau yang kelompok mereka per-
cayai. Pergerakan warganet dalam dunia maya ini juga berkaitan dengan melim-
pahnya informasi palsu di bidang kesehatan atau yang disebut dengan infodemic.
Pandemi Covid-19 tidak hanya menimbulkan kepanikan publik, tetapi juga rasa
takut berlebihan yang disebabkan oleh pemberitaan media yang sangat masif. In-
formasi yang disuguhkan, baik melalui media mainstream maupun media sosial,
berpengaruh erat dalam pembentukan persepsi publik terhadap apa yang sedang
mereka hadapi. Gelombang informasi yang mengalir begitu deras menyebabkan
Process.”
da kegaduhan masyarakat luas.
Kedua hal ini sangat berkaitan erat.
73
publik dihadapkan pada kebingungan untuk memilah dan memilih validitas infor-
masi yang mereka dapatkan. Kondisi seperti inilah yang disebut World Health
Organization sebagai infodemic. Secara sederhana, infodemic memiliki makna me-
limpahnya informasi secara berlebihan, baik secara online maupun offline, dimana
kebenaran dari berita tersebut masih diragukan dan tidak dapat diverifikasi.
UNESCO (2020, dalam Siregar, 2020) dalam laporan yang dipublikasi saat peri-
ngatan World Press Freedom Day dengan tema “Journalism, Press Freedom and
COVID-19” menunjukkan hasil analisis mengenai infodemic di media sosial bahwa
dari 112 juta publikasi di media sosial yang berkaitan dengan COVID-19 dan diperoleh
dari 64 bahasa, menemukan bahwa sebanyak 40% unggahan berasal dari sumber
yang tidak dapat diandalkan. Studi lain yang menggunakan teknik analisis dengan
mesin oleh Covid-19 Observatory Infodemic Foundation, menemukan bahwa dari
178 juta tweet yang terkait dengan COVID-19 diproduksi oleh bot, dan 40% tidak bisa
diandalkan kebenarannya. Selain itu, Aliansi Corona Virus Facts telah menemukan
sekaligus membantah lebih dari 3.500 informasi yang salah atau menyesatkan, ber-
asal dari 70 lebih negara dan lebih dari 40 bahasa. Dan yang menjadi masalah tidak
hanya volume dan kecepatan informasi palsu ini, melainkan juga dikombinasi de-
Merebaknya infodemic ini berpotensi menyebabkan terjadinya misleading per-
ception and action. Kerancuan ini dipicu oleh beberapa faktor, yaitu adanya transisi
media serta tidak semua konsumen berita memiliki latar belakang yang memenuhi
kompetensi dalam memahami literasi informasi kesehatan. Pada umumnya, sebe-
lum dirilis ke publik, pembuat berita akan melakukan check and recheck terlebih
dahulu terhadap informasi kesehatan yang akan disebarluaskan. Artinya, berit
yang diproduksi dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, konsep tersebut tidak
dapat serta merta diterapkan pada media sosial yang cenderung bebas dan terbu-
ka, tanpa adanya kualitas kontrol yang baik. Layaknya virus, apabila infodemic ini
dibiarkan tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat, hal tersebut akan se-
makin merusak dan mempersulit dalam penanganan wabah. Oleh karena itu, me-
dia mainstream sebagai media rujukan utama yang kredibel diharapkan mampu
Media massa arus utama (mainstream) memegang peranan yang sangat penting
di masa krisis informasi seperti saat ini. Kehadiran media ini juga semakin dibutuh-
kan di tengah serbuan berita yang berasal dari jurnalisme warganet (netizen journa-
lism) di media sosial, untuk menangkal penyebaran berita-berita hoax, khususnya
infodemic dalam bidang kesehatan. Dilansir melalui portal berita online, Liputan6.
com, hasil survei lembaga Edelman Trust Barometer terhadap 33 ribu responden
yang dilaksanakan mulai tanggal 19 Oktober hingga 18 November 2020, menunjuk-
kan bahwa 57 persen orang menganggap pejabat pemerintah, pemimpin perusaha-
an, dan jurnalis ikut berperan menjadi penyebar hoaks atau melebih-lebihkan soal
Peran Jurnalis dalam Membangun Kepercayaan Publik terhadap Media Mainstream
memberikan informasi yang valid di tengah merebaknya infodemic.
ngan konten-konten emosional yang disebarkan oleh aktor-aktor berpengaruh.
74
fakta. Untuk itu, ketidakpercayaan publik terhadap jurnalis dapat diputarbalikkan
dengan mengembangkan peran jurnalis yang profesional, humanis, dan akurat.
Peran jurnalis media arus utama tersebut menjadi harapan besar di tengah ano-
mali sosial yang terjadi, baik dalam bentuk konvensional maupun media digital.
Selama pandemi ini, para jurnalis berperang melawan coronavirus infodemic
yang menyebar begitu cepat dan masif di berbagai kanal media sosial, untuk me-
ngembalikan marwah jurnalistik yang menyediakan berita berkualitas. Diperlukan
sikap yang adaptif terhadap dinamika perubahan yang ada, tanpa melupakan prin-
sip-prinsip dasar sebagai seorang jurnalis. Oleh sebab itu, langkah-langkah yang
dapat dilakukan oleh para jurnalis untuk membangun kepercayaan publik terhadap
Pertama, jurnalis harus selalu berpegang teguh pada kode etik jurnalistik, seba-
gai pedoman dasar dalam mengumpulkan dan menyebarkan kebenaran. Sobur
(2001, dalam Lesmana, 2015) menjelaskan, yang dimaksud dengan kode etika adalah
tuntunan atau pedoman moral bagi sebuah profesi yang disusun oleh para anggota
profesi itu sendiri. Kode Etik Jurnalistik yang menjadi acuan oleh para jurnalis di In-
donesia secara umum adalah Peraturan Dewan Pers No. 6/PeraturanDP/V/2008
yang ditetapkan oleh Dewan Pers, tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan
Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan De-
wan Pers di Jakarta pada 14 Maret 2006. Terdapat 11 pasal dalam Kode Etik Jurnalis-
tik, di antaranya sebagai berikut.
Pasal 1 : Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang
Pasal 2 : Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam me-
Pasal 3 : Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta me-
Pasal 4 : Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
Pasal 5 : Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas kor-
ban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pela-
Pasal 6 : Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak meneri-
Pasal 7 : Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber
yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan
Pasal 8 : Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras,
-
-
-
-
-
-
-
-
media mainstream antara lain sebagai berikut.
akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
laksanakan tugas jurnalistik.
nerapkan asas praduga tak bersalah.
cabul.
ku kejahatan.
ma suap.
kesepakatan.
75
warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan marta-
Pasal 9 : Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan
Pasal 10 : Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki beri-
ta yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pemba-
Pasal 11 : Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara propor-
-
-
bat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani.
pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
ca, pendengar, atau pemirsa.
sional.
Kedua, seorang jurnalis harus disiplin dalam melakukan verifikasi untuk menya-
ring isu, prasangka, desas-desus, kebohongan, dan lain sebagainya. Darmawan (20
20, dalam Widiantara, 2020) menjelaskan, disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-
praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber
berita, dan meminta komentar dari banyak pihak. Dengan kata lain, diperlukan pe-
ngembangan sikap “sense of criticismterhadap sumber-sumber data, sehingga da-
pat memperkuat kebenaran berita yang diterbitkan serta dapat dipertanggungja-
wabkan. Bentuk kebenaran jurnalistik tersebut tidak hanya mementingkan prinsip
akurasi, tetapi juga bersifat praktis dan fungsional. Pada dasarnya, apabila seorang
urnalis mengesampingkan disiplin verifikasi, maka ia telah melanggar Kode Etik Jur-
Kovach dan Rosenstiel (2001, dalam Ulfah, 2016) merumuskan lima konsep inti
mengenai disiplin verifikasi: (a) seorang jurnalis tidak diperbolehkan untuk menam-
bah ataupun mengurangi suatu berita, (b) seorang jurnalis tidak boleh menyebarkan
kebohongan, (c) jurnalis harus transparan terhadap metode dan tujuan yang mereka
miliki, termasuk mengenai hal-hal yang mereka ketahui dan tidak diketahui, (d) orisi-
nalitas dari sebuah berita, dan (e) jurnalis harus memiliki sifat rendah hati terhadap
Ketiga, mengedepankan kepentingan warga (citizen) serta membangun jurnalis-
me yang konstruktif. Loyalitas terhadap warga bukan merupakan egoisme profesio-
nal, tetapi implikasi perjanjian dengan publik dan sebagai bentuk tanggung jawab
moral. Di tengah isu kepanikan akibat pandemi, media arus utama diharapkan
mampu mendorong masyarakat agar bersikap lebih tenang dan patuh terhadap
protokol kesehatan, guna memutus mata rantai penyebaran virus SARS-CoV-2. Hal
inilah yang biasa dikenal dengan jurnalisme harapan atau jurnalisme konstruktif.
Jurnalisme konstruktif adalah cerita konstruktif dalam membangun sesuatu, di-
maksud untuk memberi semangat atau mengangkat orang termasuk jurnalis, sum-
ber, dan audiens. Gyldensted dan Hermans (2014, dalam Siregar, 2020) mengatakan
bahwa berita ini seharusnya membuat orang merasa lebih terlibat, terinspirasi, dan
merasa lebih positif daripada sebelumnya. Apabila media menampilkan berita-beri-
ta di masa krisis dengan unsur dramatisasi yang berlebihan dan lepas dari substansi
yang penting, hal tersebut justru membuat publik menjadi bebal dan bersikap acuh
nalistik Pasal 3 dan 4.
kemampuan yang mereka miliki.
76
tak acuh terhadap masa krisis yang terjadi. Oleh karena itu, membangun harapan
yang kuat dan mengedepankan kepentingan warga mampu mendorong pada pe-
Keempat, jurnalis harus bersikap independen terhadap berita yang mereka kelo-
la. Seorang jurnalis yang bekerja dalam ranah opini, penulis tajuk rencana, dan
memberikan komentar tidak mungkin bersifat netral, tetapi ia harus mengedepan-
kan sikap independensi. Dengan menerapkan sikap tersebut, kredibilitas seseorang
dapat dinilai dari akurasi, verifikasi, dan tetap mengedepankan loyalitas terhadap
Kelima, seorang jurnalis tidak boleh bersikap anti-kritik. Artinya, ia harus berkom-
promi membuka forum publik untuk menyampaikan kritik dan saran terhadap beri-
ta yang ia tulis, sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk berkembang ke arah
yang lebih baik. Pada akhirnya, hal ini merujuk pada nilai-nilai demokrasi dan dapat
Pada kenyataannya, kita tidak hanya berperang melawan virus SARS-CoV-2 yang
menyebabkan terjadinya pandemi Covid-19. Akan tetapi, kita juga dihadapkan pada
merebaknya netizen journalism atau jurnalisme warganet yang memproduksi berita
melalui media massa tanpa verifikasi kebenaran berita tersebut, sehingga berdam-
pak pada maraknya berita palsu di bidang kesehatan atau infodemic. Melimpahnya
informasi tersebut, baik informasi yang valid maupun informasi palsu, mendorong
terjadinya anomali dalam kehidupan sosial dan munculnya sikap distrust terhadap
media massa arus utama (mainstream). Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang
bersifat interdisipliner, terutama peran seorang jurnalis untuk membangun kembali
rasa percaya masyarakat terhadap media mainstream, sebagai rujukan utama yang
dapat dijadi kan pe doman dalam memera ngi p enyebaran berita palsu.
Selain itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan literasi digital masyarakat, sehi-
ngga lebih bijak dalam memilah dan memilih informasi yang ada. Masyarakat men-
jadi lebih kritis terhadap apa yang mereka baca, serta menyaring sumber-sumber
yang dapat dipercaya. Dengan menerapkan sikap tersebut, publik diharapkan
mampu lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial, khususnya ketika mem-
bagikan informasi yang kebenarannya masih dipertanyakan. Dengan begitu, kita
dapat bersama-sama membangun harapan dan mengurangi kepanikan yang ter-
jadi di masa krisis ini, guna mewujudkan Indonesia yang bebas dari pandemi dan
Kesimpulan dan Saran
ngambilan sikap keputusan yang lebih tenang dan bijaksana.
publik untuk membangun semangat dalam menyampaikan kebenaran.
mendorong warga untuk memberikan penilaian atau menentukan sikap.
infodemi.
77
Gambar Pendukung : freepik.com
Daftar Pustaka
Abadi, H. S. (2019). Media sosial dan antitesis jurnalisme. Jurnal Spektrum Komunikasi, 7(1), 17-29. https://
doi.org/10.37826/spektrum.v7i1.26
Aziz, M. A. (2018). Netizen jurnalisme dan tantangan dakwah di media baru. Islamic Comunication, 3(2),
121-140.
Eddyono, A. S., Faruk, H. T., & Irawanto, B. (2019). Menyoroti jurnalisme warga : lintasan sejarah, konflik
kepentingan, dan keterkaitannya dengan jurnalisme profesional. Jurnal Kajian Jurnalisme, 3(1), 1-17.
https://doi.org/10.24198/jkj.v3i1.21762
Hamna, D. M. (2017). Eksistensi jurnalisme di era media sosial. Jurnal Jurnalisa: Jurnal Jurusan Jurnalistik,
3(1), 106-120. https://doi.org/10.24252/jurnalisa.v3i1.3090
Indiyati, D., Chotijah, S., Khusnia, H. N., & Muhlis, M. ( 2020). Media vs public trust during the pandemic.
JCommsci-Journal of Media and Communication Science, 1(1), 38-44. https://doi.org/10.29303/jcomm
sci.v1i1.95
Lesmana, F. (2015). Etika jurnalistik dalam proses peliputan berita. Scriptura, 5(1), 8-14. https://doi.org/10.9
744/scriptura.5.1.8-14
Muqsith, M. A. (2020). Tantangan baru jurnalisme dalam pandemi Covid 19. 'ADALAH, 4(1).
Setyowati, D. (2020, November 9). P engguna internet Indonesia naik jadi 196,7 juta, peluang bagi start-
up. Katadata. https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/5fa911794f3e6/pengguna-internet-indonesia
-naik-jadi-196-7-juta-peluang-bagi-startup
Siregar, H. S. (2020). Praktik jurnalisme konstruktif pada isu kepanikan moral selama pandemi Covid-19
(analisis framing model Robert N Entman dalam berita corona Indonesia Detik. com pada periode 2-
4 Maret 2020).
Ulfah, K. (2016). Penerapan sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel pada jurnalis
krakatau radio 93,7 FM Pandeglang Banten.
Utomo, W. P. (2020). Jurnalisme krisis dan krisis jurnalisme di era Covid-19.
Vidi, A. (2021, January 15). Survei sebut pandemi Covid-19 bikin kepercayaan pada pemerintah dan media
anjlok. Liputan6. https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4458144/survei-sebut-pandemi-covid-19-
bikin-kepercayaan-pada-pemerintah-dan-media-anjlok
Widiantara, I. K. A. (2020). Infodemik Covid-19: momentum membangun kepercayaan publik terhadap
media mainstream. Danapati: Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 67-81.
78
80
MEDIA SOSIAL, PERSEPSI
MASYARAKAT, DAN PANDEMI
COVID-19
Sub Tema 3 :
Penulis : Anggit Wara Sukesti
Persepsi Masyarakat dan Isu-Isu
Pandemi Covid-19 dalam Media Sosial
Pandemi Corona Virus Disease atau yang sering dikenal dengan nama Covid-19
menjadi salah satu permasalahan yang tengah dihadapi oleh seluruh negara di du-
nia termasuk negara Indonesia. Coronavirus (Covid-19) dapat diartikan sebagai pe-
nyakit menular yang ditemukan pada akhir 2019 lalu. Covid-19 disebabkan oleh
coronavirus versi baru. Gangguan pernapasan ringan hingga sedang menjadi gang-
guan yang dialami oleh sebagian besar individu yang terpapar virus ini (Sampurno,
Kusumandyoko, Islam, 2020: 530). Wabah ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan,
Tiongkok pada akhir tahun 2019 lalu. Dilansir dari website covid.go.id, sampai 10 No-
vember 2020 ini, jumlah keseluruhan kasus terpapar Covid-19 di seluruh dunia
adalah 50.459.886 dengan jiwa sejumlah 1.257.523 meninggal dunia. Di Indonesia
sendiri, jumlah masyarakat yang positif terinfeksi adalah 444.348 dengan 14.761 jiwa
Berbagai upaya tentunya dilakukan dalam rangka mencegah, mengobati, dan
mengurangi persebaran virus ini. Beberapa diantaranya adalah upaya lockdown dan
physical distancing yang diharapkan dapat mengurangi dan mencegah terjadinya
persebaran virus. Di Indonesia sendiri, salah satu langkah preventif yang dilakukan
untuk mengurangi dan mencegah persebaran virus adalah dengan melaksanakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tak hanya itu saja, berdasarkan informasi
dari website covid.go.id, pemerintah Indonesia memiliki strategi-strategi yang diha-
rapkan dapat menjadi penguat terhadap kebijakan physical distancing. Strategi
yang pertama adalah kewajiban memakai masker saat berada di tempat umum.
Strategi yang kedua adalah dilakukannya penelusuran kontak terhadap kasus positif
dengan menggunakan rapid test. Mengedukasi dan menyiapan isolasi mandiri pada
beberapa penelusuran yang menunjukkan hasil tes positif atau yang menunjukkan
hasil tes negatif namun memiliki gejala untuk melakukan isolasi mandiri. Hal terse-
but menjadi strategi ketiga dalam penanganan pandemi ini. Strategi yang keempat
adalah melakukan isolasi di rumah sakit ketika isolasi mandiri sudah tidak memung-
Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang menyepelekan dan tidak me-
nyikapi himbauan dari pemerintah dengan baik, terutama himbauan untuk tetap
menjaga jarak dengan orang lain (physical distancing). Masih sering ditemukan
orang-orang yang tidak mengindahkan himbauan dari pemerintah, sebagai contoh
orang-orang yang sedang berada di ruang publik masih sering melepas masker, pa-
dahal tidak sedang dalam kondisi mengonsumsi makanan atau minuman. Menurut
meninggal dunia dan 375.741 jiwa dinyatakan sembuh.
kinkan.
80
Pusat Penyuluhan Sosial (Puspensos) dalam puspensos.kemsos.go.id, anakronisme
perspektif yang beredar luas di masyarakat dianggap menjadi salah satu faktor
penghambat bahkan dapat memperburuk proses penanganan pandemi Covid-19.
Anakronisme perspektif dapat diartikan sebagai suatu cara pandang yang sedikit
tidak tepat terhadap persebaran virus serta kurang tepat pula dalam merespons dan
Masih berdasarkan pemaparan dari Puspensos, terdapat 2 anakronisme perspek-
tif yang dapat dijadikan contoh nyata dan sesuai dengan keadaan saat ini. Perta-
ma, anakronisme sosial-budaya. Seperti yang diketahui bersama, masyarakat Indo-
nesia memiliki ciri berupa budaya kumpul-kumpul atau komunitarian-komunalistik,
serta ikatan sosial yang kuat sehingga memunculkan kepedulian dan empati sosial
yang diwakilkan melalui sentuhan fisik seperti bersalaman. Anakronisme yang ke-
dua adalah konstruksi pemahaman keagamaan masyarakat Indonesia, dan protokol
pencegahan Covid-19 dianggap bertentangan dengan konstruksi pemahaman ke-
agamaan tersebut. Kalimat berikut ini sebagai contohnya, “Kita manusia tidak perlu
takut dengan virus ini, takutlah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa” atau kalimat
“Ajal kan di tangan Yang Kuasa, kalau meninggal karena virus berarti memang tak-
dirnya seperti itu. Jadi, tidak perlu terlalu se-takut itu dengan virus ini” atau kalimat
Physical disctancing merupakan strategi mendangkalkan iman.” Kedua anakronis-
me perspektif tersebut tentunya dapat menjadi penghambat dalam proses pena-
Berkaitan dengan kedua anakronisme tersebut, himbauan physical distancing
menjadi hal yang sedikit sulit untuk dilakukan. Untuk menghentikan dalam waktu
sementara atau mengurangi intensitas bertemu memang bukan hal yang mudah
dilakukan. Namun pada masa pandemi ini, manusia diuntungkan dan dimudahkan
dengan adanya teknologi sehingga individu masih dapat bersosialisasi dan bertukar
informasi dengan individu lain melalui perantara, salah satunya adalah media sosial.
Menurut Rosmadi, 2019 (dalam Widodo, 2020: 46) dalam Teori Informasi dan Perilaku
Mahasiswa dalam Penggunaan Media Sosial Selama Pandemi Covid-19, pada masa
ini media sosial memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap aspek kehidu-
pan manusia. Dewasa ini, media sosial memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan karena memiliki kemampuan dalam menjangkau dan memengaruhi ju-
taan orang, termasuk orang Indonesia (Sampurno, Kusumandyoko, Islam, 2020: 531).
Seperti yang diketahui bersama, media (dalam hal ini media sosial) memiliki bebera-
pa peran dalam kehidupan manusia, seperti media sebagai hiburan dan media se-
bagai alternatif sumber jawaban untuk pertanyaan keseharian (Sampurno, Kusu-
mandyoko, Islam, 2020: 531). Pada masa ini, hampir seluruh manusia dari berbagai
kalangan memanfaatkan media sosial, terutama sebagai perantara untuk menda-
Informasi yang tersebar melalui media sosial dapat dikatakan sangat banyak dan
beragam. Mengingat, dalam media sosial, semua orang memiliki kebebasan untuk
patkan maupun membagikan suatu informasi.
nganan persebaran Covid-19.
menyikapi tersebarnya virus ini.
81
membagikan suatu informasi. Saking banyak dan beragamnya informasi yang ter-
sebar melalui media sosial, justru menimbulkan kecemasan dan kepanikan publik.
Terkait dengan hal tersebut, sebuah hasil penelitian (oleh Garvin, Silver, & Holman,
2020), mengungkapkan bahwa informasi (dengan sebuah krisis) yang tersebar secara
terus menerus melalui media yang bersangkutan, dapat menyebabkan individu ce-
mas, meningkatkan respon stres individu, dan dapat memberikan dampak buruk ba-
gi kesehatan (dalam Widodo, 2020: 48). Munculnya informasi yang berlebih itu nanti-
nya juga dapat mengganggu usaha pencarian solusi dan dapat menjadi sesuatu
ya n g ti d ak p a st i . H al t er s e bu t d ap a t di k at a ka n s eb a g ai i n fo d em i k .
Kecemasan dan kepanikan yang timbul akibat munculnya informasi yang berle-
bih tersebut dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
untuk menyebarkan berita dan informasi palsu atau yang sering dikenal dengan
hoax. Hoax dapat diartikan sebagai informasi yang didalamnya terdapat unsur mani-
pulasi dan modifikasi sehingga tidak sesuai dengan kebenarannya serta tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoax ada-
lah berita bohong. Disaat pandemi seperti ini, banyak orang menemukan informasi
dan berita palsu yang tersebar melalui media sosial. Bahkan, informasi dan berita
palsu tersebut sering dikaitkan dengan informasi isu politik yang cukup hangat di
Dalam hal ini, hoax dapat memengaruhi persepsi masyarakat mengenai informa-
si atau berita yang disebarkan, termasuk informasi atau berita mengenai pandemi
Covid-19. Seperti yang disampaikan oleh Christiany, 2018 (dalam Chumairoh, 2020:25),
hoax memberikan pengaruh kepada setiap orang yang membacanya agar orang
tersebut percaya dengan berita yang seolah benar adanya. Dengan munculnya be-
berapa informasi atau berita palsu mengenai Covid-19 dapat memengaruhi persepsi
masyarakat mengenai virus tersebut. Dalam kasus Covid-19 ini, informasi yang salah
ini muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari teori konspirasi bahwa virus ini dibuat
sebagai senjata biologis di China untuk mengklaim bahwa minyak kelapa membu-
Di Indonesia sendiri, tak sedikit informasi atau berita palsu yang tersebar menge-
nai Covid-19. Sebagai contoh, berdasarkan portal berita online, health.detik.com, ter-
dapat informasi yang menyebutkan bahwa memakan bawang putih dapat mence-
gah infeksi akibat virus corona. Informasi lain menyebutkan bahwa penggunaan
thermo gun dapat merusak otak. Hal tersebut dikarenakan sinar laser yang dihasil-
kan oleh pengukur suhu diarahkan ke kepala sehingga dianggap radiasinya dapat
merusak struktur otak hingga jaringan otak. Dilansir dari news.detik.com, Kemente-
rian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 1.197 hoax mengenai Covid-
19 yang tersebar melalui empat platform digital dengan jumlah sebarannya yaitu
2020. Selain itu, ditemukan 1.497 isu tersebar melalui Facebook, 20 isu tersebar mela-
lui Instagram, 482 isu tersebar melalui Twitter, dan 21 isu tersebar melalui YouTube.
tengah masyarakat (Chumairoh, 2020: 24).
nuh virus (Pennycook, McPhetres, dkk, 2020).
82
Dengan banyaknya isu hoax yang tersebar dan beberapa contoh isu hoax me-
ngenai Covid-19 tersebut, kepercayaan masyarakat terhadap pandemi yang mengan-
cam ini dapat menurun karena adanya hoax yang memaparkan “kemudahan” dalam
mencegah infeksi akibat virus corona tersebut sehingga kesannya menggampang-
kan keberadaan pandemi ini. Selain itu, masyarakat yang percaya dengan bahayanya
menggunakan thermo gun akan menolak apabila terdapat pengecekan suhu meng-
gunakan alat tersebut sehingga menyebabkan pemantauan terhadap suhu tubuh
dapat berkurang. Padahal, informasi itu salah. Dikatakan oleh beberapa ahli dari
Departemen Fisika Kesehatan Kedokteran Medical Technology IMERI, Fakultas Ke-
dokteran Universitas Indonesia (FKUI), penggunaan thermo gun sama sekali tidak
berbahaya. Hal tersebut berdasarkan informasi dari salah satu portal berita online,
health.detik.com. Kemunculan salah satu hoax tersebut dapat menyulitkan orang
Di awal tahun, pandemi Covid-19 ini mendapatkan sorotan dan mendapatkan
perhatian dari media sehingga menjadikannya sebagai topik yang sering diperbin-
cangkan dalam diskusi di media sosial (Rinaldi dan Yuniasanti, 2020). Hal tersebut
juga dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap pandemi dan virus corona.
Ketika topik mengenai pandemi dan virus ini sering diperbincangkan, terutama da-
lam media sosial, masyarakat cenderung merasa khawatir dan resah sehingga peri-
laku mereka pun mengalami perubahan. Seperti penimbunan bahan makanan dan
masker yang dilakukan oleh mayoritas orang karena mendapat informasi mengenai
upaya lockdown yang tidak memperbolehkan masyarakat untuk bepergian. Di awal
pandemi, hal itu memunculkan rasa takut dan khawatir pada masyarakat terhadap
pandemi ini. Selain itu, informasi mengenai gejala orang yang terpapar virus ini juga
tersebar melalui media sosial, dua diantaranya adalah bersin dan batuk. Hal tersebut
juga memengaruhi persepsi masyarakat terhadap orang yang bersin dan batuk di
masa sekarang ini. Ketika melihat atau mendengar orang lain sedang bersin atau
batuk, masyarakat cenderung langsung memandang secara sinis dan berpikir bah-
wa orang tersebut bisa saja telah terinfeksi virus corona. Beberapa informasi dan be-
rita mengenai pandemi yang tersebar melalui media sosial ini juga mengubah pola
hidup masyarakat menjadi lebih bersih. Rajin mencuci tangan, ganti baju setelah da-
ri luar rumah, langsung mandi setelah dari bepergian, rajin menyemprotkan dis-
Wajar-wajar saja apabila masyarakat merasakan hal tersebut dan memiliki per-
sepsi yang berubah-ubah. Seperti yang dikemukakan oleh (Yuliarti, 2020), apa yang
dibentuk oleh media akan menjadi sumber informasi untuk sebagian besar masya-
rakat. Oleh karena itu, tidak heran jika konstruksi sosial yang dibentuk oleh media
dapat berhasil mengubah persepsi sampai ke perilaku manusia dalam bermasyara-
kat. Namun, ada baiknya masyarakat tidak begitu saja menerima berbagai informasi
dan berita yang disampaikan melalui berbagai medium, termasuk media sosial. Di-
harapkan masyarakat dapat menanggapi beberapa informasi dan berita tersebut
dengan bijak. Selalu mencari kebenaran informasi tersebut dengan salah satu cara-
lain dalam mengetahui apakah orang ini terpapar virus atau tidak.
infektan di sekitar rumah, dan sebagainya.
83
nya adalah membandingkan dan membaca referensi lain yang tentunya terpercaya,
seperti website WHO atau website pemerintah yang memang dikhususkan untuk
membahas persoalan pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut dapat menjadi salah satu
Selain beberapa hal yang telah disampaikan di atas, media sosial juga memiliki
peranan penting dalam menyampaikan informasi positif terkait dengan kesehatan,
usaha penanganan dan pencegahan, edukasi terkait Covid-19, dan lain-lain. Bukan
hanya informasi atau berita palsu saja yang dapat tersebar melalui media sosial, na-
mun informasi positif dan bermanfaat terkait dengan pandemi ini juga tak kalah ba-
nyak dari tersebarnya hoax. Banyak orang dari berbagai kalangan memanfaatkan
media sosial untuk memberikan edukasi terkait dengan Covid-19. Diantaranya, ter-
dapat sebuah penelitian yang menunjukkan, sekitar 60 persen tenaga kesehatan
menganggap media sosial sebagai salah satu cara untuk memberikan layanan ke-
sehatan yang lebih efektif pada pasien (dalam Sampurno, Kusumandyoko, Islam,
2020: 538). Tak sedikit orang yang peduli terhadap pandemi Covid-19 ini dan mem-
bagikan informasi yang terpercaya agar masyarakat tidak terlalu panik dan tidak
mengalami kecemasa yang berlebihan. Sebagai contoh, beberapa Youtuber yang
mengundang tenaga kesehatan seperti dokter untuk membahas hal-hal terkait de-
ngan pandemi Covid-19. Secara tidak langsung, hal tersebut juga dapat memenga-
Dalam rangka mengurangi kecemasan dan kepanikan masyarakat, media sosial
juga memiliki peranan sebagai penyalur informasi pelengkap dan ditujukan ke sara-
na resmi dalam rangka pengumpulan data kesehatan saat pandemi ini. Dimana se-
belumnya telah dianggap sukses seperti halnya kegiatan pengawasan epidemologis
dan pengontrolan oleh otoritas kesehatan (Sampurno, Kusumandyoko, Islam, 2020:
536). Sehingga, masyarakat tidak perlu cemas lagi terhadap banyaknya informasi
yang tersebar melalui media sosial. Hal tersebut juga dapat memengaruhi persepsi
masyarakat mengenai Covid-19, dimana masyarakat memiliki kesadaran akan ada-
nya Covid-19 sebagai suatu pandemi yang tengah dihadapi. Selain itu, persepsi ma-
syarakat mengenai Covid-19 sebagai sesuatu yang berbahaya, tetapi tidak perlu
sebegitu cemasnya karena kecemasan yang berlebihan justru dapat menurunkan
imun tubuh. Dilansir dari portal berita online, health.kompas.com, hal tersebut terja-
di karena ketakutan dan kekhawatiran tersebut membuat tubuh menjadi stres sehi-
Berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap pandemi Covid-19 ini, kompas.
com menyajikan sebuah hasil penelitian oleh Dhenok Pratiwi selaku Manajer Kam-
panye Change.org Indonesia. Hasilnya adalah, responden sejumlah 69,6 persen me-
nganggap situasi ini sebagai situasi yang serius dan tidak seharusnya diremehkan;
responden sebanyak 27,9 persen beranggapan bahwa situasi ini sudah gawat daru-
rat; dan responden sebanyak 2,5 persen menganggap tersebarnya coronavirus ini
bukanlah suatu ancaman, dibesar-besarkan atau tidak mengetahui hal tersebut. Be-
ngga turut memengaruhi sistem imunitas.
ruhi persepsi masyarakat mengenai kondisi pandemi saat ini.
84
cara agar terhindar dari paparan informasi dan berita palsu.
berapa responden penelitian tersebut didasarkan pada demografi dan usia, dianta-
ranya ada perempuan sebanyak 55,6 persen, responden laki-laki sebanyak 44,4 per-
sen, responden yang tinggal di kota sebanyak 72,1 persen, responen yang tinggal di
kabupaten sebanyak 27,9 persen, responden yang berdomisili di Jakarta sebanyak
29,8 persen, responden yang berada di Jawa Barat sebanyak 20 persen, responden
yang berdomisili Jawa Timur sebanyak 20 persen, responden dengan domisili Ban-
ten sebanyak 8,3 persen, dan responen yang berdomisili di Jawa Tengah serta pro-
vinsi lain sebanyak 7,2 persen, responden berusia 12 sampai 17 tahun sebanyak 5
persen, responden dengan usia 18 sampai 24 tahun berjumlah 29,7 persen, respon-
den dengan usia 25 sampai 34 tahun sebanyak 26,3 persen, usia 35 sampai 44 tahun
sebanyak 20,2 persen, usia 45 sampai 54 tahun sejumlah 12,4 persen, usia 55 sampai
64 tahun mencapai jumlah hingga 5 persen, serta usia diatas 65 tahun sekitar 1,6
Informasi atau berita yang disampaikan oleh media, termasuk informasi atau be-
rita yang berkaitan dengan pandemi Covid-19 ini, dapat diibaratkan sebagai dua sisi
mata uang. Di satu sisi, informasi atau berita tersebut memberikan manfaat terha-
dap masyarakat. Namun di sisi lain, informasi atau berita tersebut juga dapat ber-
dampak buruk bagi masyarakat. Seperti halnya yang disampaikan oleh Tim CNN In-
donesia (2020), informasi atau berita yang dipaparkan oleh media, dalam konteks ini
adalah media sosial, di satu sisi informasi tersebut bermanfaat sekali guna memba-
ngun kewaspadaan individu terhadap Covid-19. Akan tetapi tidak jarang informasi
atau berita tersebut menyebabkan kecemasan masyarakat menjadi meningkat dan
merasa takut pada kondisi tersebut (Rinaldi dan Yuniasanti, 2020). Semua tergan-
tung pada bagaimana masyarakat dalam menerima pesan yang disampaikan. Da-
lam konteks pandemi ini, dimana banyak informasi yang beredar termasuk hoax, di-
butuhkan kedewasaan dan kematangan berpikir dari masyarakat agar tidak begitu
persen.
saja menelan mentah-mentah informasi dan berita yang beredar.
Daftar Pustaka
Sampurno, M. B. T., Kusumandyoko, T. C., & Islam, M. A. (2020). Budaya Media Sosial, Edukasi Ma-
syarakat, Dan Pandemi COVID-19. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(5).
Widodo, A. (2020). Teror Informasi dan Perilaku Mahasiswa dalam Penggunaan Media Sosial di Te-
ngah Pandemi Covid-19. Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKN dan Sosial Budaya, 4(1 Extra), 45-
58.
Chumairoh, H. (2020). Ancaman Berita Bohong di Tengah Pandemi Covid-19. Vox Populi, 3(1), 22-30.
Pennycook, G., McPhetres, J., Zhang, Y., Lu, J. G., & Rand, D. G. (2020). Fighting COVID-19 misinformation
on social media: Experimental evidence for a scalable accuracy-nudge intervention. Psychological
science, 31(7), 770-780.
Alam, S. O. (2020). 4 Hoax Seputar COVID-19 yang Banyak Beredar. (online). https://health.detik.
com/berita-detikhealth/d-5103418/4-hoax-seputar-covid-19-ya ng-banyak-beredar, diakses pada 11
November 2020.
Putri, Z. (2020). Kominfo Temukan 1.197 Hoax Terkait Isu Corona di Medsos. (online). https://news.detik.
com/berita/d-5218475/kominfo-temukan-1197-hoax-terkait-isu- corona-di-medsos, diakses pada 11
November 2020.
85
Rinaldi, M. R., & Yuniasanti, R. (2020). Kecemasan pada Masyarakat Saat Masa Pandemi Covid-19
di Indonesia. COVID-19 dalam Ragam Tinjauan Perspektif, 137-150.
Anggraini, A. P. (2020). Terlalu Takut Sakit Justru Lemahkan Sistem Imun, Kok Bisa?. (online). https://
health.kompas.com/read/2020/03/04/100700868/terlalu-takut-sakit-justru-l emahkan-sistem-imun-
kok-bisa?page=all, diakses pada 10 November 2020.
Dzulfaroh. A. N. (2020). Bagaimana Media Sosial Pengaruhi Persepsi Publik Terhadap Virus Corona?.
(online). https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/10/191137265/bagaimana-media-sosial-penga-
ruhi-persepsi-publik-terhadap-virus-corona?page=all, diakses pada 10 November 2020.
Susanty, H. (2020). Serba Serbi Perilaku dan Persepsi Maysarakat Indonesia dalam Menghadapi Pan-
demi Covid-19. (online). https://puspensos.kemsos.go.id/serba-serbi-perilaku-dan-persepsi-masyara-
kat-indonesia-dalam-menghadapi-pandemi-covid-19, diakses pada 10 November 2020.
Wibowo, A. (2020). Ancaman Infodemik dapat Memperburuk Pandemi COVID-19. (online). https://
kominfo.go.id/content/detail/25895/ancaman-infodemik-dapat-memperbur uk-pandemi-covid-19/0/
virus_corona, diakses pada 10 November 2020.
_____. (2020). “Coronavirus (COVID-19)”. online). https://news.google.com/covid19/map?hl=en-ID&mid=/
m/02j71&gl=ID&ceid=ID:e n, diakses pada 10 November 2020.
_____. (2020). Data Sebaran. (online). https://www.covid19.go.id/, diakses pada 10 November 2020.
Wibowo, A. (2020). Empat Strategi Pemerintah Atasi COVID-19. (online). https://covid19.go.id
/p/berita/empat-strategi-pemerintah-atasi-covid-19, diakses pada 10 November 2020.
Gani, N. S., Fitriana, A. D., Sila, A. M., Fitriani, R., Yuliarti, A., Thalib, F., ... & Umar, N.J. COVID 19 DALAM
BINGKAI KOMUNIKASI. IAIN Parepare Nusantara Press. Diakses pada 10 November 2020 melalui
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=SNXtDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PT2&dq=teori+konspi-
rasi+covid+dan+persepsi+masyarakat&ots=7yHynDvnD-&sig=-SXgboKAY7u9wMpQW7IUV8tLl3I&red
ir_esc=y#v=onepage&q&f=false, diakses pada 10 November 2020.
Pranita, E. (2020). Serba-Serbi Corona, Ini Persepsi dan Pengetahuan Masyarakat Indonesia. (online).
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/01/190300723/serba-serbi-corona-ini-persepsi-dan-
pengetahuan-masyarakat-indonesia?page=all, diakses pada 11November 2020.
86
Penulis : Bintan Auliya Qurrota A’yun
Pandemi Covid-19
dalam Persepsi Masyarakat
Maraknya kasus Covid-19 membuat guncangan yang begitu nyata di berbagai
negara. Tahun 2019 menunjukkan awal mula adanya Virus Corona. Tahun 2019 me-
nunjukkan awal mula adanya virus corona. Sedangkan Pandemi Covid-19 merupa-
kan suatu wabah penyakit yang diakibatkan oleh Virus SARS-CoV-2 yang menye-
rang seluruh dunia. Akhir tahun 2019 tepatnya pada Bulan Desember, dunia dihe-
bohkan dengan adanya sebuah kejadian yang meresahkan masyarakat diakibatkan
oleh virus corona yang bermula di Tiongkok, Wuhan (Yuliana, 2020). Setelahnya lalu
menyebar di seluruh dunia tanpa terkecuali Indonesia. Dunia menjadi terguncang,
banyaknya korban yang diakibatkan oleh virus ini. Persiapan yang kurang matang
menjadi salah satu faktor yang membuat maraknya virus ini di berbagai negara-
Pandemi mulai masuk di Indonesia diperkirakan pada bulan Maret 2020. Diluar
dugaan bahwa virus ini sampai di Indonesia. Pertimbangan jarak menjadikan kerag-
uan akan sampainya Virus SARS-CoV-2 di negara kita. Akan tetapi pada kenyataan-
nya virus itu kini menyerang negara kita. Dengan persiapan yang kurang sempurna,
maka dalam menangani pandemi Covid-19 ini kurang bisa tertangani dengan baik.
Dibuktikan dengan gegernya di masyarakat, bahkan pemerintahan, hingga tenaga
medis yang kewalahan dalam menangani wabah ini. Meningkatnya angka kematian
akibat Virus SARS-CoV-2, himbauan pencegahan covid yang acap kali diabaikan, dan
kurangnya kerjasama pemerintah dengan masyarakat. Pandemi Covid-19 berdam-
pak pada aktivitas masyarakat. Sebelum masa pandemi Covid-19 masyarakat dapat
bebas melakukan aktivitas seperti berlibur, bekerja, bersekolah, dll. Orang orang
dapat dengan mudah beraktivitas diluar rumah tanpa adanya peraturan tertentu
ang melarang merka beraktivitas diluar rumah. Namun kini, dengan adanya pande-
mi Covid-19 membuat aktivitas masyarakat menjadi lebih banyak peraturan. Con-
Selain itu juga, pandemi Covid-19 berdampak pada aktivitas sebagian orang.
Bagi mereka yang sering bekerja di luar menjadi terhalang karena adanya virus ini.
Menuntut sebagian orang untuk tetap bisa bekerja tanpa bertatap muka dan keluar
rumah. Sehingga muncullah suatu istilah WFH (Work From Home) sebagai upaya
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pada masa pandemi Covid-19. Interaksi an-
tar sesama juga terdampak dari adanya Virus SARS-CoV-2. Interaksi menjadi terba-
tas, diharuskan menjaga jarak antar sesama, dan menggunakan masker sebagai
pelindung dan antisipasi diri. Mereka hanya bebas saat menggunakan media. De-
negara di dunia.
tohnya adalah sekolah yang dilakukan secara online.
87
ngan media mereka dapat berinteraksi dengan leluasa. Tanpa harus bertemu secara
langsung karena himbauan pemerintah yang mewajibkan menjaga jarak dan me-
ngurangi interaksi. Media sosial terutama, dapat menjadi salah satu platform untuk
Media sosial merupakan sebuah layanan aplikasi yang berbasis internet sehingga
memungkinkan konsumen untuk berbagi pendapat, pemikiran, cara pandang dan
pengalaman (Kaplan & Haenlein, 2010). Dalam hal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa
media sosial merupakan suatu alat yang berbentuk layanan yang diciptakan manu-
sia untuk mempermudah dalam berinteraksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci
dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Pada dasarnya memang manusia merupakan makhluk sosial
(Kimball & Raymond, 1959). Oleh karena itu manusia tidak dapat bertahan hidup in-
dividu. Membutuhkan orang lain untuk saling membantu. Dalam interaksi sosial
perlu komunikasi yang mendukung untuk mendorong interaksi sosial yang baik.
Media sosial hadir menjadi salah satu tempat yang paling efektif dilakukan saat
masa pandemi Covid-19. Karena masa ini membutuhkan adanya jarak untuk me-
ngurangi resiko penularan. Sehingga tatap muka perlahan lahan mulai digantikan
dengan media sosial sebagai tempat untuk bersosialisasi antar sesama. Seperti con-
tohnya yaitu sekolah yang dulunya tatap muka, guru mengajar di kelas. Sekarang
menjadi daring, atau istilahnya pembelajaran secara online. Sama sama belajar teta-
Pengguna media sosial kini semakin banyak diera digital saat ini. Karena setiap
orang selalu ingin terhubung satu sama lain. (Kartajaya, 2008). Jumlah pengguna
media sosial meningkat sejak pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil survei yang di-
lakukan Hootsuite, pengguna media sosial aktif mencapai 3.800 miliar di dunia. Se-
dangkan, terhitung 160 juta jiwa pada bulan Januari 2020 di Indonesia. Jumlah ter-
sebut melampaui setengah dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan.
Media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat adalah Twitter, Line, Ask.fm,
Facebook, Instagram, Whatsapp, WeChat, Telegram, dan lain-lain. Menurut penulis,
masyarakat memilih untuk berkomunikasi secara daring karena mengetahui akibat
buruk berkerumun di tengah pandemi Covid-19. Seiring dengan banyaknya penggu-
Meningkatnya angka pengguna media sosial dapat berdampak positif dan juga
negatif. Media sosial memberikan manfaat berupa kemudahan dalam berinteraksi
tanpa terhalang jarak, tanpa menghabiskan banyak tenaga. Media sosial dapat
menjadi salah satu media untuk edukasi dengan banyaknya informasi dan peluang
terjadinya interaksi serta arahan untuk menuju pengembangan informasi ke dalam
tautan lain. Media sosial berkaitan dengan media hiburan, media sosial dapat dijadi-
kan sebagai alternatif sumber jawaban untuk pertanyaan keseharian, termasuk info
dan pertanyaan tentang Covid-19 (Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, 2020). Media sosial
menyalurkan interaksi mereka.
pi menggunakan platform media untuk membantu proses pembelajaran.
na media sosial, penyebaran informasi juga makin cepat dan luas.
88
juga bisa menimbulkan misinformasi. Artinya, kesalah pahaman dalam menyampai-
kan informasi. Misinformasi tersebut dapat terjadi karena masyarakat sulit membe-
dakan antara informasi yang benar atau tidak benar. Informasi tersebut dibungkus
Hal yang bisa masyarakat lakukan untuk menghadapi situasi seperti ini yaitu de-
ngan memeriksa latar belakang dan keahlian peneliti agar mengetahui kualitas in-
formasi tersebut. Selalu waspada terhadap informasi penangkal atau pembunuh
Covid-19 yang terdengar sangat mudah dan berlebihan. Pertimbangkan kembali
akibat dari membagikan informasi yang didapat dengan cara memikirkannya terle-
bih dahulu. Sebaiknya, masyarakat mematuhi protokol kesehatan yang sudah jelas,
seperti memakai masker, menjaga jarak aman terhadap masyarakat lain, membawa
handsanitizer jika di luar rumah, dan mencuci tangan dengan sabun untuk mence-
Media sosial dalam mempresentasikan suatu informasi dapat mengandung un-
sur hoax atau tipuan. Misalnya di Indonesia juga terdapat rumor bahwa bawang pu-
tih dapat mencegah Covid-19. Ada juga jamu empon-empon yang sempat menjadi
pembicaraan hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Setelah diteliti ternyata in-
formasi ini tidak benar. Media sosial tentu memiliki peranan penting untuk saat ini.
Bijak bermedia adalah salah satu prinsip yang harus selalu dipegang oleh kalangan
Virus Corona merupakan virus yang saat ini tengah menyebar di seluruh dunia.
Covid-19 adalah wabah penyakit yang saat ini masih hangat dibicarakan oleh ber-
bagai media di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus severe acute respi-
ratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini menyebabkan infeksi pada
pernapasan dari ringan hingga sedang, contohnya flu, atau infeksi sistem pernapa-
san dan paru-paru, seperti pneumonia. Dampak dari virus ini bagi kehidupan ma-
syarakat cukup besar. Beberapa aspek kehidupan di seluruh dunia telah merasakan
dampak tersebut, baik pada aspek kesehatan, politik, sosial, dan ekonomi. Tanpa
disadari, kehadiran global pandemi Covid-19 mengubah persepsi masyarakat ter-
Covid-19 tidak serta merta dapat diketahui dan dipahami oleh masyarakat. Fak-
tanya masyarakat memiliki persepsi yang berbeda beda mengenai pandemi Covid-
19 saat ini. “Persepsi adalah interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif
bjek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada
di luar sana” (J. Cohen). Persepsi meliputi penginderaan melalui alat-alat indra kita.
Yang menimbulkan sensasi, nantinya akan dikirimkan ke otak melalui penglihatan,
pendengaran, sentuhan, dll. Tentang bagaimana masyarakat dalam melihat Pande-
mi Covid-19 dari segi sosial, ekonomi dari masyarakat itu sendiri. Seperti yang telah
kita singgung sebelumnya bahwa beberapa aspek, dan tatanan kehidupan masya-
rakat telah berubah drastis sejak Bulan Maret 2020 lalu. Dimulai dari ekonomi, sosial,
dengan rapi seperti halnya hasil penelitian.
gah penularan Covid-19.
luas.
hadap banyak hal. Seperti perubahan tatanan hidup dan budaya.
89
budaya, hingga politik. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa kebijakan pemerin-
tah yang dikeluarkan untuk menekan angka positif Covid-19. Namun, disisi lain de-
ngan dikeluarkannya kebijakan pemerintah tersebut banyak sektor yang mengala-
mi kelumpuhan. Sehingga tak jarang beberapa perusahaan melakukan pemutusan
Dampaknya bagi masyarakat adalah menurunnya ekonomi masyarakat. Tidak
berhenti disitu, dampak dari pandemi ini berbuntut panjang hingga mengganggu
stabilitas UMKM yang ada di indonesia. Dalam survei awal, lebih dari 50% UMKM
mengindikasikan bahwa mereka bisa mengalami kebangkrutan. Selain itu contoh
lain pada bulan Maret, aplikasi bisnis AS turun antara 40% hingga 75% diban-
dingkan tahun sebelumnya –kontraksi bahkan lebih tajam dibandingkan selama
Great Recession (Thaha, 2020). Di sisi lain, adanya Pandemi menyebabkan ditutup-
nya toko dan kantor tentu berdampak pada pihak yang menjual barang dan maka-
nan. Penurunan pembelian secara signifikan dapat dilihat karena orang lebih me-
milih untuk berbelanja secara online. (Asia News Monitor, 2020) dalam Makalah ka-
rangan Sherina Anjadi, dkk. Oleh karena masa pandemi ini munculah usaha-usaha
yang berbasis online. Menjamurnya usaha ini disinyalir terjadi karena masyarakat
yang tidak dapat berkerumun dalam pusat perbelanjaan. Hal tersebut membuat
persepsi masyarakat terhadap belanja ritel berubah, sehingga masyarakat cende-
rung mengabaikan dampak negatif overconsumed dan merubah perilaku dari ber-
Menurut KBBI konsumsi adalah pemakaian barang barang hasil produksi, ba-
rang yang langsung memenuhi kebutuhan hidup kita. Tujuan dari kegiatan kon-
sumsi adalah untuk mencapai kepuasan maksimum dalam mengkombinasi barang
atau jasa yang digunakan. Konsumsi yang menekankan pada konsep berkelanjutan
sangatlah diperlukan karena kita hidup di planet yang memiliki keterbatasan jum-
lah sumber daya alam. Namun, di era perdagangan bebas ini konsumsi berlebihan
atau overconsumption sepertinya sudah menjadi sebuah trend suatu kelompok.
Terlebih adanya pandemi COVID-19. Negara pasti akan mengeluarkan banyak sum-
ber daya untuk menopang berbagai sektor yang terdampak. Sektor-sektor seperti
politik, sosial-budaya, dan ekonomi seakan lumpuh. Oleh karena itu, memang baik-
nya pada waktu-waktu seperti saat ini, mengadakan upaya pemaksimalan potensi
Teknologi yang sudah maju seperti saat ini, sangat berpotensi untuk memudah-
kan kehidupan berbangsa dan bernegara terlebih ditengah pusaran pandemi glo-
bal covid-19. Namun, tak jarang pemanfaatan teknologi berdampak pada budaya
overconsume pada negara. Tidak hanya lingkup negara, masyarakatpun akan se-
makin gencar memanfaatkan teknologi digital khususnya untuk membeli produk
online secara terus menerus akibat efek #dirumahaja. Apapun itu, sudah semesti-
nya masyarakat dapat mengubah sudut pandang terhadap kebijakan pemerintah
yang mengharuskan kita untuk tetap dirumah dengan menghabiskan waktu untuk
belanja secara langsung menjadi online.
hubungan kerja atau PHK masal terhadap karyawan – karyawannya.
negara. Baik itu sumber daya alam, maupun pemanfaatan teknologi.
90
melakukan hal-hal yang bermanfaat bukannya untuk melakukan hal-hal yang me-
Selain pada sektor ekonomi, permasalahan akibat pandemi juga dirasakan oleh
seluruh siswa dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dampak pandemi yang
luar biasa pendidik dan siswa. Penutupan akses pendidikan membuat banyak keru-
gian bagi siswa dan pengajar karena dianggap sebagai hal baru yang masih perlu
adaptasi lebih. Banyak agenda pendidikan yang tertunda seperti contohnya ujian
yang mestinya dilakukan oleh para siswa mendadak karena dampak Covid-19 maka
ujian dibatalkan ataupun ditunda. Tidak hanya itu, para lulusan universitas ataupun
pendidikan menengah yang mencari pekerjaan tahun ini juga mengalami kendala
alam mencari pekerjaan. Mahasiswa juga terdampak menggunakan sistem belajar
daring. Para calon sarjana dan siswa yang hendak lulus juga terpaksa mengalami si-
dang online yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Dampak langsung yang
dialami oleh para siswa maupun mahasiswa adalah gangguan utama dalam penilai-
an akhir yang mestinya mereka dapatkan serta kapasitas daya tangkap otak terha-
dap materi pembelajaran. Bagi pendidik permasalahan utama yang dihadapi adalah
tentang bagaimana Ia dapat menyampaikan materi pembelajaran terhadap siswa.
Sistem pendidikan mengalami guncangan akibat adanya pandemi Covid-19. Pelak-
sanaan pembelajaran berlangsung dengan cara online. Dalam kurun waktu yang
belum ditentukan dan juga belum pernah teruji karena merupakan hal yang baru
bagi masyarakat. Tak dapat dipungkiri bahwa di desa-desa terpencil yang berpen-
duduk usia sekolah sangat padat menjadi serba kebingungan, sebab infrastruktur
Penilaian siswa yang selama ini dilakukan bergerak menjadi online dengan sis-
tem yang tidak ada kepastian, sehingga banyak penilaian yang dibatalkandan me-
ngalami kendala teknis. Melihat hal tersebut tentunya masyarakat menilai bahwa
sistem pendidikan tidak efektif apabila tetap berlanjut seperti yang ada pada saat
ni. Inilah yang disebut pergeseran persepsi masyarakat masa pandemi. Sehingga
perlu adanya pembaruan sistem dari pemerintah, agar para siswa dan juga pengajar
menjadi lebih baik. Proses pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.
Hal-hal tersebut diantaranya adalah pemerataan sarana pembelajaran darin dan
pembaharuan metode mengajar. Mengingat, belajar via daring dan kelas offline ten-
tu memiliki kesulitan yang berbeda. Evaluasi tak hanya ditujukan pada pemerintah
dalam hal menyiapkan pembelajaran di masa pandemi. Namun juga kepada siswa
yang akan mendapatkan materi pembelajaran oleh guru. Sudah seharusnya siswa
juga ikut serta membangun suasana kelas dan berinisiatif untuk aktif dalam kegia-
tan belajar–mengajar. Sehingga hal tersebut dapat memaksimalkan penyerapan
rugikan diri kita sendiri.
informasi teknologi sangat terbatas.
materi pada masa pandemi seperti ini.
91
Aspek terakhir yang sangat berubah akibat adanya pandemi Covid-19 tentunya
adalah kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan priba-
dinya sendiri. Semenjak merebaknya virus pada awal maret lalu pemerintah telah
mengeluarkan perintah untuk mematuhi protokol kesehatan. Bahkan protokol soci-
al distancing seperti isolasi diri telah diumumkan pemerintah melalui surat edaran
Nomor H.K.02.01/MENKES/202/2020. Selain agar terhindar dari infeksi Corona virus,
proses penekanan penyebaran dan infeksi Corona virus dapat dilakukan. Oleh kare-
na itu perlunya mentaati protokol kesehatan (Pinasti, 2020). Protokol kesehatan yang
dikeluarkan oleh pemerintah adalah cuci tangan memakai sabun selama minimal
30 detik, memakai masker ketika diluar rumah, melakukan social distancing dan se-
lalu menjaga kesehatan. Merupakan perubahan perilaku masyarakat dalam segi ke-
Pandemi Covid-19 juga mengubah persepsi masyarakat terhadap kesehatan.
Melalui beberapa pengamatan, kecenderungan masyarakat mematuhi protokol ke-
sehatan meningkat. Banyak masyarakat yang mengaku tidak berani keluar rumah
apabila tidak memakai masker dan banyak pula kawasan yang menyediakan ter-
mometer untuk mengecek suhu badan. Dilansir dari beberapa penelitian dan kuisi-
oner yang diberikan pada masyarakat, sebagian besar masyarakat telah menerapkan
beberapa protokol kesehatan seperti contohnya menggunakan masker, penerapan
social distancing atau dan penerapan etika batuk dan bersin agar ditutup dengan
baik. Akan tetapi seperti protokol kesehatan seperti menjaga kebersihan tangan be-
lum dilakukan dengan baik dan benar. Seperti tidak mencuci tangan sebelum ma-
kan dan tidak membawa hand sanitizer saat bepergian sebagai bentuk self protec-
tion. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pandangan masyarakat terhadap kebersi-
han diri dan kesadaran terhadap adanya virus ini mulai meningkat secara signifkan.
Meski masyarakat belum semuanya melakukan sosial distancing dan protokol kese-
hatan yang lain tetapi hal tersebut sudah menjadi awal yang baik menuju Indone-
Dapat dikatakan bahwa Covid-19 mengubah hampir semua tatanan kehidupan
masyarakat Indonesia. Perlu adanya kesadaran dari masyarakat agara dapat men-
sukseskan program pemerintah dalam menekan angka positif Covid-19 di negeri
ini. Serta kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Akan tetapi, kini persep-
si masyarakat sering kali bergeser, baik itu persepsi adanya pandemi Covid-19 atau-
pun persepsi pada pemerintah. Pergeseran persepsi pandemi Covid-19 karena ma-
syarakat acap kali meganggap bahwa Corona Virus sudah tidak ada, menganggap
bahwa New Normal merupakan awal yang baru setelah menjaga dan berdiam diri.
Protokol kesehatan mulai dianggap remeh bagi sebagain orang, masyarakat me-
nganggap bahwa pandemi sudah mulai hilang, dan kini masyarakat dapat terbebas.
budayaan.
sia bebas dari virus corona.
92
Angka korban Pandemi seolah hanya sebuah angka, sebagian masyarakat mulai
bergeser dalam memandang Virus Corona yang ada dengan pandangan biasa saja.
Angka kematian itu tidak hanya karena Pademi Covid saja, dianggap seolah olah hi-
perbola. Tidak hanya itu, sekarang sudah muncul vaksin yang sempat diberitakan
mampu menyembuhkan corona, masyarakat menjadi terpecah karena sebagian
percaya sebagian lagi menganggap itu hanya tipu daya semata. Masyarakat berang-
gapan bahwa vaksin tersebut hanyalah vaksin biasa yang sedang mencoba meng-
gemparkan masyarakat bahkan dengan diujikan pada beberapa penguji.
Begitupun persepsi masyarakat terhadap pemerintah, kini mengalami pergese-
ran. Disebabkan karena mulai lunturnya kepercayaan terhadap pemerintahan. Ada-
nya demo omnibuslaw menjadi salah satu bentuk nyata krisisnya kepercayaan ma-
syarakat pada pemerintah. Terjadi kontroversial pada saat itu. Beberapa kebijakan
pemerintah sempat berubah di masa Pademi yang dianggap kurang matang dan
kurang sesuai. Sehingga persepsi masyarakat pada pemerintah semakin berubah,
kepercayaan mulai turun. Persepsi masyarakat seolah olah mudah sekali berubah
akibat dari kesalahan yang fatal hingga pergeseran persepsi di masyarakat.
Daftar Pustaka
Pinasti, F. D. (2020). Analisis Dampak Pandemi corona virus Terhadap Tingkat Kesadaran Masyarakat
dalam Penerapan Protokol Kesehatan. Wellness And Healthy Magazine, 2(2), 237-249. https://doi.org/
10.30604/well.022.82000107.
Putri, R. N. (2020). Indonesia dalam Menghadapi Pandemi COVID-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batang-
hari Jambi, 20(2), 705. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.1010.
Syah, R. H. (2020). Dampak COVID-19 pada Pendidikan Di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, Dan proses
Pembelajaran. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(5). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314
Thaha, A. F. (2020). DAMPAK COVID-19TERHADAP UMKM DI INDONESIA, 2(1). http://ejournals.umma.ac.
id/index.php/brand/article/view/607/445
Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid-19);Sebuah tinjauan literatur. Wellness And Healthy Maga-
zine, 2(2), 187-192. https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf.
93
Penulis : Mas’ud Hamdani Bin Rohmad
Kecemasan dalam Media Sosial
Kala Pandemi Covid-19
Wabah corona virus disease tahun 2019 yang selanjutnya di singkat Covid-19 men-
jadi pandemi yang memporak-porandakan segala lini kehidupan dalam masyarakat.
Segala sektor habis dilalab virus asal Wuhan, China ini. Bukan hanya sektor keseha-
tan semata, namun ekonomi, sosial, hingga komunikasi tak luput dari buruknya im-
bas yang ditimbulkan. Bukan hanya itu pandemi Covid-19 meluluhlantahkan sendi
kehidupan termasuk didalamnya dimensi implementasi keagamaan seorang indivi-
du (Juliandi Dkk. 2020). Virus yang mula-mula hanya menyebar di Wuhan pada ta-
hun 2019, kini menyebar hampir ke seantero dunia. Terhitung sudah satu tahun virus
ini mengepung manusia dengan momok kematian dimana-mana. Tak ayal membe-
Akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2020, wabah Covid-19 menjadi headline
pemberitaan satiap hari. Hari demi hari pengkembangan mengenai jumlah paparan
virus hingga kasus meninggal dunia lengkap dirinci pada tayangan media massa
hingga media sosial. Indonesia menjadi salah satu negara yang tak bisa luput dari
terkaman virus mematikan ini. Ratusan ribu nyawa terbuang sia-sia akibat paru-paru
yang digerogoti virus corona. Bukan hanya masyarakat awam saja yang menjadi kor-
ban kebringasan virus ini, melainkan banyak tenaga medis yang gugur demi me-
Dilansir dari data yang disampaikan oleh salah satu laman berita online yaitu De-
tik Health dipaparkah bahwa pada 16 November 2020 didapati 3.535 kasus baru Co-
vid-19 di indonesia. Detik Health menambahkan rincian dalam data kasus tersebut
dengan menempatkan wilayah DKI Jakarta sebagai penyumbang kasus terbanyak
pada 16 November 2020 dengan angka 1.006 kasus terkonfirmasi. Data ini menam-
bah rentet panjang kasus Covid-19 di indonesia yang tak kunjung berhilir dengan to-
tal kasus Covid-19 yang terkonfirmasi secara keseluruhan hingga 16 November 2020
sebanyak 470.648 kasus. Angka yang terbilang sangat besar bagi ukuran Indonesia
Badan kesehatan PBB yaitu World Health Organization (WHO) telah menetap-
kan Covid-19 menjadi sebuah pandemi dunia pada hari kamis, 12 Maret 2020 lalu.
Penetapan ini dilakukan saat angka kasus Covid-19 didunia mencapai 126.063 kasus,
dengan rincian kasus meninggal sebanyak 4.616 jiwa dan sembuh 67.071 jiwa.
Pendahuluan
rikan kericuhan dan kehebohan dalam masyarakat (Fauzan, 2020).
nyelamatkan nyawa banyak manusia (Wakhudin. 2020).
yang memiliki penduduk lebih 200 juta jiwa.
94
Seiring dengan perkembangan waktu angka ini bergulir dengan sangat cepat, hing-
ga pada 30 April 2020 ada setidaknya 3.090.445 jiwa yang telah terkonfirmasi kasus
virus corona didunia. Dalam tanggal yang sama, Indonesia mengkonfirmasi adanya
kasus penyebaran virus corona sebanyak 10.118 orang. Dengan rincian ada 792 jiwa
meninggal dunia dan 1.522 jiwa telah dinyatakan sembuh. Dengan peningkatan ka-
sus yang sangat signifikan membuat pemerintah Indonesia bersama dengan WHO
melakukan kerjasama untuk memantau situasi Covid-19 yang ada serta melakukan
pelaksanaan pencegahan yang hendak dan sebaiknya dilakukan. Dirjen WHO, Dr.
Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan mengenai urgensi kerjasama ini dilaku-
kan dengan mengingat semakin parahnya kasus virus corona yang nian hari tiada
hentinya. Bukan hanya Indonesia saja, ada setidaknya 114 negara yang masyarakat-
nya terjangkit virus corona. Penyebaran ini tentunya memperburuk keadaan pande-
mi Covid-19. Hingga saat ini tercatat ada 209 negara yang telah menjadi ladang se-
Virus menjadi penyebab utama terjadinya pandemi. Virus menjadi organisme
yang menyerang individu yang memiliki kondisi kekebalan tubuh yang kurang me-
madai, sehingga menular antara satu orang dengan yang lain hingga bermuara pa-
da penyebaran penyakit yang teramat parah (Killbourne, 1987). Secara lebih tegas
Lederbergm Shope dan Oakes, 1992 menjelaskan jika pandemi disebabkan oleh ke-
lompok penyakit yang dapat menular (Martaria Dkk, 2020). Paparan tersebut men-
jadi sangat dekat dengan adanya virus Corona yang memiliki karakteristik yang sa-
ma. Dapat diartikan lebih lanjut jika Covid-19 yang sekarang menyebar luas merupa-
kan suatu pandemi global. Anggapan pandemi yang sangat lekat pada virus ini tim-
bul akibat penyabaran virus yang sangat cepat. Penyebaran virus Corona terhitung
Corona Virus Disease (Covid-19) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh
virus corona. Virus corona menjadi virus baru yang menyerang kehidupan manusia.
Covid-19 dapat menular dengan sangat mudah, hanya dengan melalui droplet dari
udah atau ingus dari orang yang telah terjangkit virus (WHO, 2020a dalam Martaria,
Dkk, 2020). Corona Virus merupakan sekumpulan virus yang berasal dari subfamili
Orthocronavirinae dalam kelurga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok vi-
rus ini bisa menjangkiti burung juga mamalia, tidak luput manusia. Virus corona
menyerang sistem pernafasan. Jika seseorang terjangkit virus ini maka akan me-
Temuan selanjutnya diketahui jika Novel Coronavirus atau Severe Acute Respira-
tory Syndrome Coronavirs 2 (SARS-CoV-2) menjadi nama dari Virus Corona. Setelah
dilakukan penelusuran lebih lanjut ditemukan bahwa virus corona dinamakan Ber-
dasarkan penemuan ini dapat dijelaskan jika virus corona menyerang sistem perna-
fasan atau bisa dikatakan sebagai penyakit yang menimbulkan infeksi saluran per-
nafasan pada orang yang mengidapnya. Sehingga terjadi gangguan pernafasan ri-
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
baran virus corona (Juliandi Dkk. 2020).
mencapai 100 negara dalam kurun waktu satu minggu (Stella, 2020).
nyebabkan infeksi saluran pernafasan (Juliandi Dkk, 2020).
95
Asal muasal virus corona masih diteliti hingga saat ini. Dugaan yang muncul dari
pemerintah China bahwa virus corona bersumber dari hewan liar yang dikonsumsi
dan diperdagangkan oleh masyarakat China di Pasar Makanan Laut Huanan (Hua-
nan Seafood Market) yang bertempat di kota Wuhan, provinsi Hubei, China (Seba-
yang 2020; Juanjuan Zhang et al. 2020 dalam I Rai Dkk, 2020). Asumsi ini didukung
oleh informasi yang didapat dari lapangan bahwa pasien pertama Covid-19 di China
Laman CNN Indonesia memberikan keterangan jika virus corona ternyata telah
lama ada, namun virus ini hanya menjangkiti hewan semata, seperti kucing, anjing,
babi, sapi, kalkun, ayam, tikus, kelinci, hingga kelelawar. Seperi halnya virus corona
ang menjangkiti manusia diera ini, virus tersebut memiliki sifat yang sama yaitu mu-
dah menular antara hewan satu dengan yang lainnya. Banyak berita yang tersebar
beberapa waktu lalu, mengenai virus corona yang berasal dari kelelawar, tetapi per-
nyataan tersebut tidak sepenuhnya disalahkan dan juga tidak sepenuhnya benar.
Dimana virus corona bukan berasal dari kelelawar secara langsung melainkan mela-
lui spesies kelelawar yang terjangkit virus tersebut. Secara lebih lanjut virus corona
itu memiliki arti mahkota. Dalam artian jika virus corona dibelah menjadi dua bagian
akan berbentuk menyerupai mahkota. Namun penelitian demi penelitian terus me-
nerus dilakukan, selain untuk menemukan vaksin yang tepat untuk penanganan ju-
Terhitung dari kasus pertama Indonesia yang telah di konfirmasi pada tanggal 2
Maret 2020 oleh Bapak Joko Widodo yang dirilis oleh salah satu laman berita online
Kompas.com, virus corona sudah mendiami Indonesia selama 10 bulan lebih. Selama
waktu itu, virus corona menghabisi banyak masyarakat Indonesia. Dengan desakan
kasus yang semakin parah, Pemerintah Republik Indonesia melakukan tindakan
dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 2020 mengenai
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai salah satu upaya penanganan
pandemi Covid-19. Tidak berhenti disitu, Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
1 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus
Disease 2020 (Covid-19) tak luput muncul untuk menangani polemik yang muncul
akibat virus ini. Bukan hanya satu hingga dua peraturan saja yang dikeluarkan oleh
berbagai pihak di kursi pemerintahan untuk menangani masalah rumit ini melain-
kan banyak aturan yang mendukung jalannya upaya pemutusan rantai penyebaran
Peraturan yang dibuat bertujuan penanganan serta pencegahan penyebaran vi-
rus yang lebih luas. Pemerintah memberikan batasan-batasan untuk seseorang me-
ngadakan kegiatan yang menimbulkan kerumunan, yang ditengarai menjadi titik
empuk penyebaran virus corona. Dengan adanya pembatasan tersebut tidak bisa
ipungkiri menimbulkan dampak-dampak sosial dan budaya yang dirasakan dalam
merupakan karyawan dari pasar tersebut (I Rai Dkk, 2020).
ngan, sedang hingga berat (Stella, 2020).
ga untuk mengetahui virus corona berasal (Yohanes, 2020).
virus mematikan dari China ini (Wakhudin, 2020).
96
masyarakat. Dimana masyarakat yang biasa berpergian ke mall, taman, pantai, seko-
lah serta tempat umum lainnya dibatasi dengan sangat ketat, bahkan hingga dila-
rang secara total kegiatannya. Sekolah yang dulu dilakukan secara langsung, seka-
rang menjadi menggunakan media bantu secara online sebagai akibat pandemi
Covid-19. Kegiatan bekerja pada era seperti ini pun dilakukan hanya dirumah atau
biasa dikenal dengan istilah Work From Home (WFH). Kebiasaan lain seperti bersa-
laman hingga berdialog tatap muka dihindari secara intensif sebagai upaya pemu-
Untuk menangani keganasan virus corona berbagai negara telah melakukan u-
paya lockdown. Lockdown merupakan situasi dimana melarang molibilitas masuk
maupun keluar terhadap suatu wilayah (Dany. 2020). Menurut Oxford University
Press, lockdown merupakan suatu perintah yang bersifat resmi untuk mengandali-
kan pergerakan orang atau kendaraan pada suatu wilayah akibat adaya situasi yang
berbahaya. Sedang menurut Lindsay Wiley seorang Profesor Hukum dan Etika Ke-
sehatan Publik dari Washington College memberikan penjelasan mengenai istilah
lockdown sebagai upaya menciptakan sebuah karantina geografis melalui akun
Dengan penutupan akses masuk maupun keluar membuat dampak yang besar
terhadap perekonomian yang berjalan. Tak ayal dengan penutupan akses ini mem-
buat perekonomian negara menjadi melemah. Dengan momok inflasi hingga krisis
keuangan yang membayang-bayangi membuat Indonesia memutuskan untuk tidak
melakukan upaya lockdown total sebagai pilihan upaya penanganan persebaran vi-
rus corona. Yohanes Yupiter menjelaskan lebih lanjut jika Indonesia dirasa belum si-
ap untuk menerapkan sistem lockdown seperti yang diterapkan oleh beberapa ne-
gara sebagai bentuk upaya penanggulangan pandemi Covid-19 ditilik dari perekono-
mian yang dimiliki indonesia. Keadaan sosial masyarakat Indonesia pun tak luput
dari sorotan Yohanes yang menganggap masyarakat Indonesia belum cukup kuat
untuk menghadapi sistem lockdown, melainkan melaksanakan social distancing.
Carolyn Y Johnson, Dkk dalam Social Ditancing Buy U.S. Valuable Time Against
Coronavirus memberikan definisinya mengenai social distancing sebagai rangkaian
tindakan pengendalian infeksi secara nonfarmasi yang memiliki maksud untuk
menghambat serta menghentikan penularan penyakit. Social Distancing menjadi
strategi yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk menangani persebaran
virus yang nian hari tak kunjung reda. Social Distancing bekerja dengan memberi-
kan peningkatan adanya ruang fisik antar individu. Penjagaan jarak ini dimaksud-
kan untuk menghindarkan adanya penularan Covid-19 melalui droplet baik dari ba-
tuk maupun bersin. WHO menganjurkan adanya jarak fisik minimal 1 meter saat ber-
interaksi dengan orang lain (Sri, 2020). Social Distancing merupakan kegiakan ma-
syarakat yang melakukan karantina, dimana masyarakat meminimalisir adanya ke-
giatan diluar rumah kecuali dalam keadaan yang mendesak (Setiai Dan Azwar, 2020
tusan rantai penyebaran virus corona (Yohanes, 2020).
twitternya (Ramdan, 2020).
dalam Stella, 2020).
97
Kebijakan-kebijakan yang timbul mengarah pada pembatasan kegiatan fisik yang
bersinggungan dengan orang lain dalam skala yang besar. Masyarakat yang biasa
melakukan banyak kegiatan yang bersinggungan langsung dengan banyak orang,
sekarang hampir ditiadakan dengan mengacu pada keselamatan dan meminimalisir
penularan. Dengan adanya pembatasan ini membuat masyarakat melakukan manu-
fer dalam menjalankan interaksinya. Dimana yang bisa melakukan komunikasi seca-
ra primer (langsung tanpa media), sekarang dituntut untuk menjalankan komunikasi
Bukti manufer ini ditunjukkan dengan terjadi pelonjakan yang besar terhadap
media sosial sebagai media komunikasi di kala pandemi. Dalam penelitian yang dila-
kukan oleh Nurliya terhadap penggunaan media sosial sebagai pemuas informasi di
kala pandemi menunjukkan peningkatan penggunaan media sosial yang meningkat
40%. Secara lebih spesifik Nurliya memaparkan bahwa peningkatan yang ditemui
mengacu pada dua patform media massa yaitu WhatsApp dan Instagram. Pelonja-
kan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh adanya penggunaan media sosial se-
bagai penjembatan pertukaran informasi di kala karantina wilayah atau lockdown
Data yang dipaparkan oleh Facebook pada bulan maret tahun 2020 menunjukkan
Massanger, Instagram maupun WhatsApp mengalami peningkatan lebih dari 50%
dari Maret tahun sebelumnya. Bukan hanya itu, Facebook mengeklaim setidaknya
terjadi peningkatan hingga 1.000% pada panggilan grup yang mencakup 3 orang
atau lebih selama pandemi Covid-19 berlangsung. Data yang mencengangkan hadir
dari platform Twitter, dimana lonjakan pengguna harian terbesarnya terjadi dikala
pandemi. Setidaknya ada 166 juta pengguna yang mengunjungi platform media sosi-
Data-data tersebut menjadi bukti konkrit bagaimana media sosial menjadi plat-
form penyampaian informasi serta pencarian informasi di kala pandemi. Tak bisa di-
pungkiri dengan adanya pembatasan secara fisik kala pandemi membuat individu
memutar otak untuk terus bisa memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial untuk
Media sosial mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Media sosial saat
ini memiliki platform yang beragam, mulai dari Instagram, Youtube, Twitter, Whats-
App, Line, Facebook, dan lain sebagainya. Perkembangan ini dipengaruhi oleh perasa-
an individu yang merasa saat penggunaan media sosial seperti memiliki media sen-
diri. Media sosial memberikan kebebasan individu untuk berekspresi dengan konten
serta postingan yang ia unggah. Media sosial menghapus batasan-batasan yang se-
Media Sosial Sebagai Sistem Informasi Kala Pandemi
lama ini ada dalam manusia bersosialisasi (Anang, 2020).
berinteraksi dan berkomunikasi (Ari, 2020).
al Twitter perharinya (Nurliya, 2020).
sekunder (menggunakan media).
(Nurliya, 2020).
98
Dengan segala pembatasan fisik yang muncul kala pandemi semakin membuat
media sosial eksis sebagai platform pertukaran informasi (Ari, 2020). Masyarakat
menggunakan media sosial untuk sekedar mencari informasi hingga menyebarkan
informasi pada khalayak luas secara umum, serta pengikutnya secara khusus. Menu-
rut Nasrullah (2006) memaparkan 6 karakteristik media sosial, diantaranya informa-
tion (informasi). Media sosial menjadi platform pertukaran informasi antar individu.
Informasi menjadi satu entitas penting yang ada dalam media sosial. Pertukaran in-
formasi terjadi dengan aktivitas mengunggah dan melihat postingan. Nasrullah me-
negaskan bagaimana media sosial memungkinkan anggotanya untuk saling berin-
teraksi. Semua postingan yang di publikasi oleh pengguna bersifat realtime, dalam
artian informasi yang dibagikan seperti apa yang sedang terjadi sekarang (A. Sukril-
Dalam artikel jurnal yang ditulis oleh Nurliya, memberikan 4 alasan mengapa
masyarakat menggunakan media, terutama media sosial sebagai media alternatif.
Diantaranya alasan Individu menggunakan media untuk mencari informasi menge-
nai peristiwa serta kondisi yang berkaitan dengan lingkungan mereka. Individu me-
lakukan kegiatan mencari segala bentuk informasi yang membantu ia untuk me-
nentukan keputusan menganai suatu hal. Media sosial juga dimaknai sebagai platf-
form yang memberikan banyak ilmu yang bisa memuaskan rasa ingin tahu yang ada
Paparan data peningkatan intensitas pertukaran informasi dalam media sosial
meningkat selama pandemi Covid-19. Postingan mengenai segala bentuk pemberi-
taan yang menyangkut pandemi Covid santer beredar beberapa bulan terakhir, dari
update penambahan kasus hingga paparan data korban meninggal dunia. Kita bisa
melihat postingan media sosial mengenai Covid-19 dalam berbagai bentuk, mulai
Pemberitaan yang muncul dalam masyarakat mengenai pandemi Covid-19 me-
nimbulkan pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Dengan munculnya media
sosial sebagai teknologi baru dengan segala postingan didalamnya sangat mempe-
ngaruhi kehidupan masyarakat. Dampak yang timbul atas pengaruh ini, dapat ditilik
dari postingan (publikasi). Postingan yang di publikasi kemudian di konsumsi oleh
khalayak. Dalam proses konsumsi tersebut terjadi pula proses pemaknaan (Anang,
Dalam memaknai postingan mengenai Covid-19 yang muncul dalam masa pan-
demi berbeda-beda antara individu satu yang satu dengan yang lain. Pemaknaan
tergantung pada berbagai konteks yang mengelilingi diri individu. Perbedaan pe-
maknaan ini terpaut dengan efek yang selanjutnya timbul setelah pemaknaan pos-
tingan. Salah satu efek yang terjadi adalah rasa cemas. Penelitian yang dilakukan
Pemaknaan Postingan Mengenai Covid-19 dalam Media Sosial hingga Timbul
Kecemasan
lah, 2020).
dalam diri individu.
dari berbasis teks, foto hingga lengkap dengan video.
2020).
99
oleh Wahyu dan kawan-kawan memaparkan bahwa rasa cemas timbul setelah indi-
vidu mengkonsumsi informasi-informasi terkait Covid-19 di media sosial. Dengan
melihat dan mendapat informasi yang ada dalam media sosial membuat tekanan
ang ada dalam diri individu semakin besar. Tekanan inilah yang selanjutnya menjadi
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Martaria Rizky dan Reny Yuniasanti me-
ngenai kecemasan yang dirasakan oleh masyarakat saat pandemi Covid-19 di Indo-
nesia, dapat dipetakan beberapa hal yang mempengaruhi pemaknaan pemberitaan
terhadap efek kecemasan yang di timbulkan. Marta dan Reny memetakan tingkat
kecemasan ini menurut jenis kelamin, usia dan penilaian mengenai Covid-19.
Data yang di dapat mengenai penelitian kecemasan terhadap kecemasan yang
pertama ditilik dari konteks jenis kelamin. Dari data yang didapat oleh Marta dan
Reny terhadap respoinden yang menjadi samplenya menunjukkan bahwa jenis ke-
lamin perempuan memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dari pada laki-laki dalam
memaknai postingan yang ada dalam media sosial. Kecemasan yang tinggi pada
perempuan ini dipengaruhi oleh kekhawatiran yang berlebih. Pemikiran metakogni-
tif mengenai tidak terkendalinya kekawatiran sering muncul pada perempuan,
Pada data yang kedua, Marta dan Reny memaparkan jika usia juga mempenga-
ruhi tingkat kecemasan dalam diri individu. Data menunjukkan jika individu yang
tergolong usia dewasa akhir (usia tua) memiliki tingkat kecemasan yang cenderung
lebih rendah dari pada usia lebih muda dalam memaknai postingan yang ada dalam
media sosial. Tingkat kecemasan ini tak luput dari peran emosi dalam diri individu.
Dijelaskan lebih lanjut jika individu yang memiliki usia dewasa akhir memiliki emosi
yang lebih stabil, sehingga bisa mengatur kecemasan yang timbul dalam dirinya.
Sedangkan usia yang lebih muda memiliki emosi yang kurang stabil, sehingga me-
nimbulkkan banyak kebimbangan dalam bertindak hingga bermuara pada rasa ce-
Yang terakhir, tingkat kecemasan individu dalam memaknai stimulus yang ada
dalam media sosial dipengaruhi oleh tingkat penilaian terhadap Covid-19 itu sendiri.
Kecemasan yang lebih besar akan timbul pada diri individu yang memaknai Covid-
19 sebagai virus yang mematikan dan lain sebagainya (pemikiran negatif). Namun,
di satu sisi jika individu memiliki anggapan tersebut lebih rendah maka kecemasan
Sedikit berbeda dengan beberapa penelitan sebelumnya yang mengacu pada
individu sebagai penerima informasi dalam postingan sosial media, Dewi Rayani dan
kawannya lebih menyoroti konten yang di hadirkan dalam mempengaruhi rasa ce-
mas tersebut. Dewi memaparkan jika kecemasan timbul akibat paparan informasi
dan berita hoax. Beredarnya kabar rumor dan buruk tak ayal berdampak pada kege-
benih rasa cemas dalam diri individu.
hingga hal ini menjerumus pada rasa cemas.
mas.
yang ditimbulkan akan rendah pula (pikiran positif/optimis).
100
lisahan dan kecemasan. Pembatasan komunikasi secara fisik akibat pandemi. me-
nyebabkan konfirmasi informasi sedikit terganggu, sehingga masyarakat tidak bisa
Pandemi Covid-19 memporak-porandakan segala lini dalam kehidupan masyara-
kat, mulai dari sosial, ekonomi, hingga komunikasi. Dengan waktu kurang dari seta-
hun Covid-19 ditemukan, virus ini telah merenggut jutaan jiwa dengan sia-sia. WHO
pada 12 Maret 2020 menetapkan Covid-19 menjadi pandemi global yang memerlu-
kan perhatian lebih untuk upaya penanggulannya. Begitu pun dengan pemerintah
Indonesia yang mengupayakan penanggulangan serta penanganan Covid-19. Sosial
Distancing dan lockdown sebagian wilayah yang menjadi pilihan pemerintah untuk
memutus rantai penyebaran virus sehingga tidak menjadi pandemi virus yang ber-
Kebijakan-kebijakan yang diambil terfokus pada pembatasan kegiatan fisik da-
lam bentuk apapun, yang ditengarai kegiatan tersebut menjadi sarang penyebaran
virus corona. Pembatasan ini selanjutnya menjadi alasan masyarakat melakukan
manufer interaksi serta komunikasi. Dimana sebelum pandemi Covid-19 banyak me-
lakukan interaksi dengan bersinggungan secara langsung, sekarang beralih meng-
gunakan media, termasuk media sosial. Manufer ini ditunjukkan oleh data yang di-
paparkan mengenai peningkatan pengguna platform media sosial, seperti Face-
book, Whatsapp, Instagram, Youtube, Twitter dan lain sebagainya. Lonjakan yang
terjadi tidak tanggung-tanggung. Peningkatan pengguna hampir mencapai 50%
dari data pengguna sebelum pandemi terjadi. Pandemi menjadikan media sosial
menjadi jembatan informasi yang eksis digunakan untuk bertukar informasi.
Pamanfaatan media sosial sebagai media informasi membuat konten media so-
sial berkembang dengan pesat. Dengan segala fitur yang ada dalam media sosial
membuat individu merasa memiliki media sosial itu sendiri. Perasaan memiliki ini-
lah yang selanjutnya mempengaruhi pesatnya peredaran informasi mengenai Covid
-19. Setiap hari, jam hingga menit, pemberitaan mengenai Covid-19 beredar dalam
media sosial. Dimana berita paparan virus hingga kasus meregang nyawa dirinci da-
lam media sosial. Dengan cakupan media sosial yang sangat luas membuat informa-
Pengkonsumsian postingan ini selanjutnya memerlukan pemaknaan untuk me-
ngetahui pesan yang disampaikan. Pemaknaan antara individu satu dengan yang
lainnya berbeda, begitupun dengan efek yang ditimbulkan setelah memaknai pos-
tingan tersebut. Salah satu efek yang muncul adalah rasa cemas. Rasa cemas timbul
sebagai dampak pengkonsumsian informasi pada media sosial. Dalam Penelitian
ang dilakukan oleh Marta dan Reny menunjukkan jika kecemasan individu berbeda-
beda dengan memetakan menjadi beberapa konteks penelitian, yaitu menurut jenis
Kesimpulan
secara langsung mengkonfirmasi informasi yang ia konsumsi.
kepanjangan.
si yang di posting dengan sangat mudah dikonsumsi oleh banyak orang.
kelamin, menurut usia dan tingkat penilaian terhadap Covid-19.
101
Daftar Pustaka
Alam, Sarah Oktaviani. 2020. SEBARAN VIRUS CORONA INDONESIA 16 NOVEMBER: 3.535 KASUS BARU,
DKI SUMBANG 1.006. Detik Health (Diakses 16 November 2020) (https://health.detik.com/berita-detik
health/d-5257151/sebaran-virus-corona-indonesia-16-november-3535-kasus-baru-dki-sumbang-1006)
Alexander, Yohanes Yupiter. 2020. REFLEKSI ATAS PANDEMI CORONA DAN SOCIAL DISTANCING. Su-
rabaya : Universitas KAtolik Widya Mandala.
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat di Indonesia. Jur-
nal Publiciana, 9(1), 140-157.
Dr. Wakhudin, M. Pd. 2020. QUASI HOMESCHOOLING: PENDIDIKAN ALTERNATIF SAAT WABAH COVID
-19 (STUDI ETNOGRAFIS PADA WARGA SEKOLAH DASAR DI EKS KARESIDENAN BANYUMAS). Pur-
wokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Febrian, Ramdan. 2020. Pengertian Lockdown dan Negara-negara Yang Sudah Melakukannya. Voi.id
(Diakses 17 November 2020) (https://voi.id/berita/3690/pengertian-i-lockdown-i-dan-negara-negara-
yang-sudah-melakukannya)
Garjito, Dany. 2020. Arti Lockdown, Social Distancing, Dan Istilah Corona Lainnya. Suara.com (Diakses 17
November 2020) (https://www.suara.com/news/2020/03/18/105643/arti-lockdown-social-distancing-
dan-istilah-corona-lainnya?page=all)
Ihsanuddin. 2020. Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona Di Indonesia. Kompas.com (Diakses 17
November 2020) (https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-
pertama-virus-corona-di-indonesia?page=all)
I Rai Hardika, Dkk. 2020. CORONA DAN TRAUMA HEALING.
Juliandi Siregar, Dkk. 2020. GELIAT PENDIDIKAN NASIONAL MASA PANDEMI COVID-19. Medan : Uni-
versitas Negeri Medan, Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah
Limbong. Stella Afrilita. 2020. Social Distancing: Kegiatan Untuk Menekan Penyebaran Virus Corona.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Martaria, Rizky Rinaldi, Dkk. 2020. KECEMASAN PADA MASYARAKAT SAAT MASA PANDEMI COVID-19
DI INDONESIA. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana
Rahardjo, W., Qomariyah, N., Mulyani, I., & Andriani, I. (2020). Social Media Fatigue pada Mahasiswa di
Masa Pandemi COVID-19: Peran Neurotisisme, Kelebihan Informasi, Invasion of Life dan Kecemasan.
Jurnal Psikologi Sosial.
Rayani, D., & Purqoti, D. N. S. (2020). Kecemasan Keluarga Lansia terhadap Berita Hoax Dimasa Pande-
mi Covid-19. Realita: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 5(1).
Romadlon, Fauzan. 2020. MENDEFINISIKAN ULANG POLA PEMBELAJARAN DARING : ANTARA SHA-
RING KNOWLEDGE DAN TRANSFER ETIKA. Purwokerto: Teknik Industri, institute Teknologi Telkom.
Rohmah, N. N. M. (2020). Media Sosial Sebagai Media Alternatif Manfaat dan Pemuas Kebutuhan Infor-
masi Masa Pandemik Global Covid 19 (Kajian Analisis Teori Uses And Gratification). Al-I'lam: Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam, 4(1), 1-16.
Welianto, A. (2020). Manusia Sebagai Mahkluk Sosial dan Cirinya. Kompas.com (Diakses 20 November
2020) (https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/07/123000469/manusia-sebagai-makhluk-sosial
-dan-cirinya?page=all)
Sukrillah, A., Ratnamulyani, I. A., & Kusumadinata, A. A. (2018). Pemanfaatan Media Sosial Melalui Whats
app Group Fei Sebagai Sarana Komunikasi. Jurnal Komunikatio, 3(2).
Wijaya, Sri Herwindya Baskara. 2020. Fatwa Keagamaan Dan Polemik Social Distancing. Semarang:
Universitas Sebelas Maret.
102
Penulis : Safiratul Khodijah
Dampak Infodemik di Media Sosial saat
Pandemi Covid-19 terhadap Persepsi Masyarakat
Berbicara mengenai pandemi dan media sosial, pasti terdapat fenomena-feno-
mena menarik di dalamnya. Pandemi yang sebelumnya belum pernah terprediksi,
menjadi suatu yang mengejutkan dunia internasional, tak terkecuali Indonesia. Saya
teringat masa-masa dimana Covid-19 belum menyerang Indonesia.Informasi menge-
nai kengerian Covid-19 yang terjadi di negara lain banyak beredar di jagad maya. Mi-
salnya, video yang memperlihatkan korban Covid-19 yang tergeletak dan kejang-ke-
jang seperti zombie. Video ini berhasil mengundang atensi dari para netizen. Ba-
nyaknya respon dari netizen membuat video-video sejenis (memperlihatkan korban
Covid-19 seperti zombie) semakin banyak bermunculan. Video tersebut berhasil me-
menuhi timeline Twitter, Instagram, dan berbagai media sosial lainnya. Apakah hal
ini berdampak pada masyarakat? Ya! Tentu saja. Keberadaan video tersebut menam-
bah ketakutan dan kepanikan masyarakat terhadap Covid-19. Video yang meluas,
beredar di berbagai kanal sosial media, muncul secara terus-menerus membuat ma-
syarakat berpersepsi dan membentuk mindset bahwa Covid-19 sangat mengerikan.
Akibatnya, ketika covid-19 benar-benar menyerang Indonesia, masyarakat kelabakan
dan bertindak impulsif dengan memborong masker, handsanitizer, obat-obatan, dan
berbagai penunjang kesehatan lainnya. Bahkan hingga menyebabkan kelangkaan.
Padahal apabila ditelisik lagi lebih lanjut, sebenarnya apakah video korban covid-19
menyerupai zombie yang sempat beredar itu valid? Jangan-jangan itu hanya poto-
Cerita di atas merupakan salah satu contoh dampak infodemik yang terjadi di In-
donesia. Fenomena infodemik banyak terjadi seiring dengan penggunaan media ba-
ru di era saat ini. Media baru, khususnya media sosial memungkinkan penggunanya
menjadi penerima maupun pengirim informasi. Berdasarkan data dari Wearesocial
Hoosuite pada Januari 2019, pengguna sosial media di Indonesia menyentuh angka
150 juta orang atau dapat dikatakan mencapai 56% dari total populasi di Indonesia.
Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 20% dari survey pada tahun
2018. Sementara itu, melansir data dari statistica.com, pengguna aktif dari beberapa
sosial media pada 2020, yaitu: Facebook menempati urutan pertama dengan jumlah
pengguna terbanyak yaitu sebesar 20,4 miliar. Kemudian, disusul oleh pengguna
YouTube sebesar 2 miliar, Whatsapp sebesar 1,6 miliar, Instagram sebesar 1 miliar, dan
yang terakhir Twitter sebesar 340 juta. Dari data tersebut menunjukkan bahwa ang-
ka pengguna aktif sosial media cukup fantastis. Dengan angka tersebut, tak meng-
herankan apabila informasi yang tersedia di media sosial terlalu banyak atau disebut
ngan film saja? Atau ternyata hanya hoax saja?
103
juga dengan information overload. Adanya information overload ini menjadi salah
satu konsekuensi dari adanya media sosial. Media sosial memungkinkan pengguna-
nya untuk menjadi pengirim informasi melalui akun pribadi sekaligus menjadi pene-
rima. Proses produksi dan pertukaran informasi pun juga berjalan setiap saat pada
interaksi antar penggunanya. Selain itu, hal ini juga didukung dengan adanya globa-
lisasi sehingga pertukaran informasi dapat berlangsung dalam skala global. Artinya,
informasi dapat diedarkan tanpa menghiraukan batas-batas ruang dan waktu. Seba-
gai contoh, saya yang berada di Indonesia dapat mengakses informasi di seluruh ne-
gara melalui media sosial.
Information overload juga terjadi selama masa pandemi Covid-19. Memiliki mak-
na yang hampir sama, fenomena terlalu banyak informasi yang terjadi selama pan-
demi ini disebut dengan infodemik. Berdasarkan kutipan dari Direktur Jenderal
WHO dalam Wahyuni, 2020 mengatakan bahwa “…infodemic..spread faster and
more easily than this virus.” Dari kutipan tersebut mencerminkan bahwa penyeba-
ran infodemik selama pandemi ini sangat cepat bahkan melebihi kecepatan penye-
baran virus. Dalam pandemi ini, sesungguhnya kita tidak hanya fokus pada pena-
nganan virus saja, tetapi juga terdapat urgensi untuk melawan dan mengatasi info-
demik (Wahyuni, 2020:1). Infodemik secara garis besar membahas pada empat ranah
utama, yaitu penyebab, pencegahan, diagnosis, dan pengobatan Covid-19 (Widianta-
ra, 2020: 73). Penyebarannya melalui berbagai saluran secara masif, mulai dari media
massa, internet, hingga media sosial. Dilakukan dengan kesengajaan ataupun tidak.
Berbagai pihak menjadi target penyebaran infodemik, mulai dari masyarakat biasa
hingga tenaga ahil seperti tenaga medis, ahli ilmu pengetahuan, para pemimpin ne-
Infodemik dapat diartikan sebagai informasi berlebihan dan tidak dapat dilacak
kebenarannya (Wahyuni, 2020:1). Selain itu, infodemik juga dapat dimaknai sebagai
ledakan informasi yang menyebabkan ketidakpastian di masyarakat. Infodemik ini
biasa menyebar seiring dengan situasi emergensi kesehatan, seperti pandemi Covid-
19 yang tengah terjadi saat ini. Selama pandemi Covid-19 berlangsung, infodemik bi-
asanya memuat informasi-informasi palsu atau hoax mengenai Covid-19. Sayangnya,
dengan arus informasi yang begitu deras di media sosial membuat penggunanya
sulit membedakan mana informasi yang valid dapat dipercaya dan mana informasi
hoax. Hal ini semakin meningkatkan potensi masyarakat terpapar bahaya infodemik
di media sosial. Diantara infodemik yang sempat booming di masyarakat Indonesia
yakni minum jamu dapat menyembuhkan Covid-19, minum alkohol dalam dosis ter-
gara, serta berbagai lembaga baik formal maupun nonformal.
104
tentu dapat mengdesinfektan tubuh, makan kuning telur di pagi hari dapat meng-
hindarkan diri dari bahaya virus Covid-19, hingga konspirasi-konspirasi yang menga-
takan bahwa pandemi hanya permainan elit global semata. Infodemic sangat
mudah meluas. Penyebaran informas mengenai Covid-19 dengan menggu-
nakan media sosial seakan seperti dua sisi mata pisau. Di satu sisi memberikan ke-
untungan bagi masyarakat untuk saling berbagi dan mengakses informasi terkini
terkait Covid-19. Namun, di sisi lain juga menjadi ancaman akibat adanya bahaya in-
fodemik yang mengintai masyarakat. Infodemik tak sebatas berpengaruh pada as-
pek kognitif saja, tetapi juga dapat mempengaruhi aspek behavioral masyarakat.
Artinya, terpaan infodemik tidak hanya mempengaruhi penerimaan dan pengelola-
an informasi pada diri masyarakat saja, secara lebih lanjut bahkan bisa juga mendo-
Sejatinya, selain penyebaran virus, infodemik juga merupakan permasalahan
yang dihadapi secara global selama pandemi ini berlangsung. Kondisi dimana ter-
dapat banjir informasi, baik akurat maupun tidak, mengakibatkan masyarakat kesu-
litan untuk menemukan sumber dan panduan terpercaya (Widiantara, 2020). Dalam
kurun waktu empat bulan setelah pandemi, seorang ahli sosial media mengemuka-
kan bahwa dalam jagad maya telah beredar 3 miliar lebih postingan dan sebanyak
100 juta orang lebih saling berinteraksi dengan menggunakan keyword atau hastag
Covid-19 (Mochtar, 2020). Infodemik memiliki potensi yang besar untuk membuat
masyarakat rancu terhadap informasi (misinformation) sehingga pada tahap selan-
jutnya akan menyebabkan rancu dalam persepsi serta tindakan (misleading percep-
tion and action). Potensi ini dapat diakibatkan oleh tiga kondisi berikut. Pertama,
terjadinya pergeseran dari media konvensional ke media sosial atau internet. Sebe-
lum didistribusikan pada khalayak, dalam media tradisional informasi, terutama in-
formasi kesehatan, dikelola melalui beberapa tahap, seperti: skrining, pengeditan,
dan check and re-check yang ketat. Proses-proses ini menghasilkan informasi berita
yang memiliki nilai keakuratan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan kebe-
narannya. Pada era sekarang, seiring dengan perubahan perilaku masyarakat, media
sosial dan internet mengambil alih peran media konvensional. Dengan karakteristik
media soaial yang bebas, setiap orang dapat mengkonsumsi sekaligus memproduk-
si informasi dalam akun pribadinya. Setiap orang memiliki akses untuk mendistribu-
sikan informasi. Dengan demikian, tidak ada proses atau tahapan validasi informasi
terlebih dahulu seperti yang dilakukan media tradisional. Siapapun dapat menjadi
Kedua, health information illiteracy. Dalam hal ini informasi kesehatan yang disaji-
kan harus sesuai dengan kaidah ilmiah kesehatan dan kebenarannya dibuktikan
melalui beberapa uji. Hal seperti ini hanya dapat dilakukan oleh profesional bidang
kesehatan saja. Ketiga, pengujian tersebut membutuhkan waktu kurang lebih 10 ta-
hun. Hal ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Padahal masyarakat membu-
tuhkan informasi akurat secepatnya. Namun, sangat disayangkan, saat ini masyara-
Keuntungan atau Ancaman?
rong perubahan perilaku pada masyarakat.
‘ahli’ dan memberikan pendapat serta nasihat kesehatan.
105
kat banyak terpapar post-truth syndrome. Kenyataannya, masyarakat lebih tertarik
dengan informasi yang sederhana dan dapat menggugah sisi emosional daripada
percaya dengan fakta ilmiah yang jelas-jelas akurat dan kredibel. Apalagi jika infor-
masi atau narasi tersebut dilontarkan oleh tokoh terkemuka seperti selebritas atau
politikus. Hal ini akan semakin meningkatkan atensi dan ketertarikan masyarakat
pada informasi yang dilontarkan. Pada akhirnya infodemik tidak hanya menyebab-
kan publik kalut akan informasi yang tidak terkontrol dan minim validasi, tetapi juga
mengakibatkan baying-bayang ketakutan dan menyesatkan (Untara & Rahayu,
Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan media oleh khalayak juga
mengalami perkembangan. Adaptasi teknologi pada media beranjak dari media ce-
tak, penyiaran, hingga digital. Penggunaan media oleh khalayak semakin berkem-
bang dengan adanya new media, seperti media sosial. Apabila dikaji secara akade-
mik, pengaruh media sosial kepada khalayak sama seperti kajian mengenai penga-
ruh media massa. Dapat dikatakan bahwa persamaan keduanya yaitu sama-sama
memiliki pengaruh yang kuat pada khalayak. Hal ini dapat dibuktikan pada saat
awal pandemi pemberitaan di media massa maupun media sosial mengakibatkan
masyarakat panik sehingga terjadi perilaku “kalap” pada masyarakat yang melaku-
kan pemborongan atau penimbunan barang-barang hingga mengakibatkan ke-
langkaan. Di sinilah tampak kuatnya pengaruh media yang dapat memberikan do-
rongan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Dampak konsumsi media oleh
masyarakat dapat mengakibatkan mereka mengkonstruksi relitas sesuai dengan
konstruksi media (Triyaningsih, 2020). Hal ini sejalan dengan konsep teori kultivasi.
Konsep teori kultivasi berkembang tidak sebatas pada televisi saja, tetapi juga me-
rambah pada penggunaan media sosial. Teori kultivasi beranggapan bahwa media
mempertajam bagaimana seseorang melihat dunia. Selain itu, teori ini menjelaskan
bagaimana persepsi orang terhadap permasalahan dunia semakin tajam atau justru
Bagaimanakah hubungannya dengan infodemik di media sosial? Secara tidak
langsung, merebaknya infodemik di media sosial membentuk efek teori kultivasi
pada para penggunanya. Masyarakat mempercayai realitas yang ditampilkan info-
demik di media sosial sehingga mempengaruhi persepsinya terhadap Covid-19 di
dunia nyata. Misalnya, ibu saya pada awalnya tidak terlalu khawatir dengan bahaya
Covid-19. Beliau menganggap bahwa penyakit tersebut tidak terlalu berbahaya. Na-
mun, seiring dengan banyaknya informasi-informasi mengenai kengerian Covid-19
entah itu valid atau hoax) di laman Facebook-nya, ibu saya menjadi sangat was-was
dan takut akan bahaya Covid-19. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Garfin, Sliver, dan Holman mengenai pengaruh media sosial sebagai saluran
untuk menyebarkan informasi selama Covid-19. Hasil penelitian tersebut adalah in-
formasi mengenai krisis yang disebarkan secara berulang dan terus-menerus di me-
dia sosial berpengaruh pada psikologis dan kesehatan manusia, diantaranya me-
ngakibatkan kecemasan berlebih, peningkatan stress, hingga kesehatan memburuk
2020).
terbelokkan oleh media (Triyaningsih, 2020).
106
(Garfin, Silver, & Holman: 2020). Apalagi hal ini diperparah dengan muatan konten
infodemik yang sebagian besar mengandung unsur yang sensasional dan terdapat
pengalaman emosional di dalamnya. Efek kognitif dan afektif yang dirasakan ma-
syarakat akan berlanjut kepada efek behavioral. Efek behavioral merupakan efek
yang berkaitan dengan perubahan perilaku khalayak. Efek ini dapat timbul karena
seseorang mempercayai informasi yang didapatnya kemudian kepercayaan tersebut
diwujudkan dalam bentuk perubahan perilaku. Berdasarkan penelitian yang dilaku-
kan oleh Md Saiful Islam dan rekan-rekannya yang dimuat dalam American Journal
of Tropical Medicine and Hygiene menemukan terdapat 5.800 orang yang dirawat
di rumah sakit akibat informasi palsu terkait penyembuhan Covid-19 di media sosial.
Hal ini menunjukkan bahaya infodemik yang didapatkan melalui media dapat ber-
dampak buruk bagi masyarakat. Kekeliruan informasi yang didapat dari infodemik
Karena persepsi masyarakat yang memandang Covid-19 sangat berbahaya dan
mengerikan, maka timbul keinginan kuat dalam diri masyarakat untuk segera me-
lindungi orang-orang tersayang dari bahaya virus ini.. Naasnya, hal ini menimbulkan
sikap gegabah dalam penyebaran informasi. Berdasarkan penelitian Widodo terha-
dap respondennya, didapatkan bahwa jumlah yang sangat sering menyebarkan in-
formasi Covid-19 sebanyak 32%, sebanyak 16,10% mengaku sering, sebanyak 33,90%
mengaku jarang, dan yang tidak pernah sebanyak 17,90%. Hal ini menunjukkan bah-
wa penyebaran arus informasi yang dilakukan oleh masyrakat selama pandemi cu-
kup tinggi. Sayangnya, euphoria penyebaran informasi ini tidak didukung dengan
jaminan kredibilitas informasi yang tersedia di media sosial. Akibatnya tidak ada fil-
ter informasi sehingga penyebaran infodemik bermuatan hoax semakin cepat. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pennycook, dkk mengenai berita
akurat memerangi berita hoax di jagad maya media sosial. Hasilnya menunjukkan
bahwa berita palsu banyak beredar di media sosial. Penelitian selanjutya menghasil-
kan bahwa sikap masyarakat terhadap informasi yang telah didapatkannya hanya
sebatas posting ulang saja. Artinya, tidak ada proses cek validasi mengenai kebena-
ran informasi tersebut. Hal ini menimbulkan efek fatal pada sesama pengguna me-
dia sosial. Perilaku demikianlah yang menyebabkan hoax merajalela sehingga terjadi
Infodemik yang tersebar di media sosial selama pandemi Covid-19 menjadi anca-
man secara global. Penyebaran infodemik bahkan dapat dikatakan melebihi kece-
patan penyebaran virus ini. Masifnya penyebaran infodemik disebabkan karena ka-
rakteristik media sosial yang memungkinkan para penggunanya bebas melakukan
distribusi informasi. Sayangnya, kebebasan tersebut tidak diiringi dengan tanggung
jawab menyebarkan informasi secara aktual dan kredibel sehingga informasi ber-
muatan hoax pun merajalela bebas di jagad maya. Pengaruh yang ditimbulkan me-
dia sosial kepada khalayak, sama seperti media massa, yaitu memiliki kekuatan be-
sar untuk mempengaruhi masyarakat. Media sosial memungkinkan penggunanya
untuk mempercayai realitas sama seperti realitas dalam sosial media. Oleh karena
dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat.
misleading information dan misleading perception dalam masyarakat.
107
itu, infodemik yang beredar di media sosial dapat menyebabkan terbentuknya per-
sepsi masyarakat yang menganggap bahwa Covid-19 sangat mengerikan dan berba-
haya. Persepsi yang terbentuk akibat infodemik mengakibatkan misleading infor-
mation dan misleading perception yang dapat membahayakan kesehatan dan kese-
Dalam situasi dimana informasi yang beredar tidak selalu akurat, dibutuhkan so-
lusi penyelesainnya. Salah satu solusinya adalah melalui komunikasi publik yang e-
fektif. Komunikasi publik menjadi garda terdepan dalam upaya pemberian informasi
secara akurat dan kredibel. Komunikasi publik juga memberikan kepercayaan dan
rasa aman kepada publik ketika situasi krisis informasi ini. Komunikasi publik, dalam
hal ini dilakukan oleh pemerintah, harus menyediakan informasi yang akurat sehi-
ngga dapat dijadikan rujukan informasi yang orotitatif bagi masyarakat. Kekuasaan
otoritas yang dimiliki pemerintah dimanfaatkan untuk menyediakan informasi fak-
tual dan kredibel pada publik di tengah arus informasi yang serba tidak pasti. Pe-
nyebaran infodemik secara masif diakibatkan karena masyarakat tidak memiliki
sumber acuan utama untuk mendapatkan informasi akurat. Di sinilah peran komu-
nikasi publik yang efektif. Dengan adanya komunikasi publik yang efektif, masyara-
kat akan terarah pada kanal tunggal informasi publik sehingga dapat meminimalisir
menyebarkan infodemik di berbagai media, baik media massa konvensional, media
cetak, hingga media sosial. Selain itu, komunikasi publik yang efektif juga mengun-
tungkan pemerintah dalam penyebaran kebijakan penanganan pandemi secara ce-
pat dan tepat. Perlu adanya pengembangan komunikasi publik di masa krisis secara
akurat dan cepat. Tujuannya agar meminimalisir beredarnya rumor dan kesalahpa-
haman di masyarakat. Dalam proses pelaksanaannya, pemerintah dapat memanfa-
atkan peran media massa untuk melakukan distribusi informasi. Tentu saja, hal ini
juga harus memperhatikan prinsip keterbukaan, konsistensi, kesegeraan, dan aku-
rasi (Wahyuni, 2020). Pemerintah juga harus tegas dalam mengontrol misinformasi
dan disinformasi yang beredar di masyarakat melalui media. Hal ini dikarenakan ke-
munculan informasi tersebut dapat mengakibatkan bahaya dan memperparah pe-
nanganan pandemi. Ketegasan ini diwujudkan dalam pembentukan sistem sebagai
pendeteksi adanya misinformasi dan disinformasi yang beredar di masyarakat.
Di samping upaya yang dilakukan pemerintah, harus ada upaya konstrukstiif dari
masyarakat dalam menangani permasalahan infodemik di media sosial. Pentingnya
literasi digital menjadi salah satu solusi untuk menangani permasalahan ini. Literasi
digital merupakan literasi informasi yang memberikan pembekalan kepada khaya-
lak mengenai kemampuan untuk mencerna, memahami, menyeleksi, dan menda-
pat kembali informasi di tengah banjir informasi yang terjadi (Kurnia, 2017). Literasi
digital merupakan konsep yang cocok diterapkan dalam situasi banjir informasi ka-
rena memberikan edukasi pada masyarakat untuk selektif dalam menerima dan
mengirim suatu informasi. Dengan adanya pengetahuan mengenai literasi digital,
masyarakat tidak serta merta langsung membagikan ulang informasi tersebut. Ter-
Pentingnya Komunikasi Publik secara Efektif dan Literasi Digital
lamatan seluruh masyarakat.
108
Daftar Pustaka
Kurnia, N., & Astuti, S. I. (2017). Peta gerakan literasi digital di Indonesia: studi tentang pelaku, ragam ke-
giatan, kelompok sasaran dan mitra. Informasi, 47(2), 149-166.
Rinaldi, M. R., & Yuniasanti, R. (2020). Kecemasan pada Masyarakat Saat Masa Pandemi Covid-19 di Indo-
nesia. COVID-19 dalam Ragam Tinjauan Perspektif, 137-150.
Sampurno, M. B. T., Kusumandyoko, T. C., & Islam, M. A. (2020). Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat,
Dan Pandemi COVID-19. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(5).
Triyaningsih, H. (2020). Efek Pemberitaan Media Massa Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Virus
Corona (Studi Kasus; Masyarakat di Pamekasan). Meyarsa: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Dakwah, 1(1).
Wahyuni, H. I., Ambardi, K., Winanti, P. S., & Mas' udi, W. (2020). Problem Infodemic Dalam Merespon
Pandemi COVID 19.
Widiantara, I. K. A. ( 2020). INFODEMIK COVID-19: MOMENTUM MEMBANGUN KEPERCAYAAN PUBLIK
TERHADAP MEDIA MAINSTREAM. Danapati: Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 67-81.
Widodo, A. (2020). Teror Informasi dan Perilaku Mahasiswa dalam Penggunaan Media Sosial di Tengah
Pandemi Covid-19. Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKN dan Sosial Budaya, 4(1 Extra), 45-58.
Kompas.com. (2020, 10 Maret). Bagaimana Media Sosial Pengaruhi Persepsi Publik terhadap Virus
Corona?. Diakses pada 8 November 2020, dari ttps://www.kompas.com/tren/read/2020/03/10/19113726
5/bagaimana-mediasosial-pengaruhi-persepsi-publik-terhadap-virus-corona?
dapat pemahaman yang mendorong masyarakat untuk memiliki kesadaran mela-
kukan validasi, dan pengecekan informasi terlebih dahulu. Literasi digital mendo-
rong masyarakat untuk menjadi agen penyebar informasi yang faktual dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Prinsip-prinsip utama dalam literasi digital
mendorong masyarakat untuk mengecek kebenaran suatu informasi melalui media
yang dapat dipercaya, menghindari segala bentuk informasi yang memuat kebo-
hongan atau hoax, dan tidak gegabah dalam menyebarkan informasi di media digi-
tal. Pada akhirnya masyarakat memiliki kesadaran untuk selektif dalam menerima
dan membagikan informasi di media digital.
109
Penulis : Az-Zuhaida
Media Sosial Wujud Kepedulian
di Era Pandemi Covid-19
Sejak kemunculan Covid-19 pada akhir Bulan Desember 2019 hingga awal Januari
2020 di Tiongkok, terdapat perubahan pola hidup yang signifikan. Sebelum Covid-19
menyerang, bersalaman dapat dianggap sebagai seperti sebuah “kewajiban” jika
bertemu teman atau sahabat. Namun, saat ini bersalaman merupakan hal yang tabu
dan dapat menciptakan kecurigaan satu sama lain. Mengobrol dalam jarak dekat,
makan di warung atau restoran secara dine in, berolahraga di gym, menginap di ho-
tel, membeli barang di supermarket, hingga jasa pengiriman barang dapat menim-
bulkan kecurigaan pada diri kita bahwa mungkin saja virus corona menempel pada
barang-barang yang digunakan. Kecurigaan ini membuat perilaku, mental, serta
persepsi kita akan orang lain berubah. Kita menjadi lebih memperhatikan orang lain
dalam hal menjaga kebersihan dan kesterilan tubuh mereka dari virus corona. Kita
mengantisipasi penyebaran Covid-19 dengan mengikuti arahan pemerintah, yakni
dengan rajin cuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak sekitar
1- 2 meter (physical distancing), menggunakan masker yang sesuai standar, dan te-
tap di rumah saja. Namun, apakah imbauan pemerintah dilaksanakan dengan baik
oleh masyarakat? Kenyataannya, masih banyak di antara kita yang tidak mengindah-
kan protokol kesehatan, masih banyak orang yang berkumpul di kafe, olahraga di
tempat indoor tanpa menggunakan masker dan berjaga jarak, serta membuat acara
Perilaku kebiasaan berubah sejak adanya pandemi Covid-19. Kebiasaan yang se-
belumnya tidak begitu kita hiraukan mau tak mau menjadi keharusan untuk tetap
menjaga kesehatan diri sendiri maupun keluarga. Contohnya, belanja tanpa keluar
rumah dengan mengandalkan marketplace. Bisa kita lihat dari data yang dihimpun
Exabytes Indonesia, salah satu penyedia jasa layanan hosting mengungkapkan bah-
wa peningkatan jumlah pelanggan E-Commerce sebesar 38,3 persen pada periode
Januari hingga Juli 2020. Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Departemen Ke-
bijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia bahwa transaksi E-Commerce mening-
kat sampai 26 persen dengan presentase konsumen baru mencapai 51 persen.
Pandemi Covid-19 membuat kita lebih peduli dengan kesehatan. Kita lebih rajin
mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
Seperti yang telah dilansiri JawaPos, kesadaran untuk mencuci tangan meningkat
hingga dua kali lipat. Pandemi Covid-19 membuat evaluasi dalam bidang kesehatan
makin mendalam. Dari industri farmasi, bahan baku obat, alat kesehatan, tenaga
medis, serta rasio bed rawat inap rumah sakit. Semuanya menjadi terhitung dengan
hajatan tanpa memerhatikan protokol kesehatan.
110
saksama karena kebutuhan yang mendesak (Intan, 2020). Intensitas orang yang ber-
jemur pada pagi hari juga meningkat. Aktivitas berolahraga juga banyak dilakukan
oleh masyarakat di Indonesia. Kesadaran akan kesehatan meningkat sejak pandemi
Proses pelayanan publik juga sedikit banyak berubah sejak adanya pandemi
Covid-19. Banyak lembaga atau organisasi yang membuka pelayanan secara online
untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Banyak website dan fitur-fitur baru
yang diciptakan untuk melayani publik. Tentunya, hal ini mempermudah kita dalam
Pembatasan aktivitas dari imbauan pemerintah membuat sektor ekonomi berja-
lan kurang sesuai dengan harapan yang diinginkan. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) pada Agustus 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 tu-
run 5,32 persen. Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertum-
buhan ekonomi Indonesia tumbuh hanya sebesar 2,97 persen. Turun jauh dari per-
tumbuhan sebesar 5,02 persen pada periode yang sama tahun 2019. Tim riset SME-
RU melakukan penelitian dan kajian publik pada Agustus 2020. Penelitian ini berju-
dul Mengantisipasi Potensi Dampak Krisis Akibat Pandemi Covid-19 terhadap Sek-
tor Ketenagakerjaan. SMERU menekankan setidaknya terjadi dua imbas krisis eko-
nomi yang dihadapi bangsa Indonesia. Peningkatan jumlah pengangguran dan ter-
jadinya perubahan lanskap pasar tenaga kerja pascakrisis. Terhambatnya aktivitas
ekonomi, membuat pemilik usaha terpaksa melakukan pemangkasan karyawan un-
tuk meminimalisir kerugian. Banyak pekerja yang dirumahkan dan bahkan memu-
tus hubungan kerja (PHK). Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan
(Kemenaker), sejak 7 April 2020 tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di sektor for-
mal memilih mencutikan sementara pekerjanya hingga melakukan PHK. Total ter-
dapat 1.010.579 pekerja yang terkena imbas saat pandemi Covid-19 berlangsung. Tim
riset SMERU memberi catatan bahwa angka yang telah didata masih sangat mung-
kin mengalami peningkatan, mengingat sektor informal dan angkatan kerja baru
Pasar tenaga pekerja pascakrisis juga mengalami dampak dari adanya Covid-19.
Menurut tim riset SMERU, setidaknya terdapat empat poin yang akan mendorong
terjadinya perubahan model tenaga kerja pascakrisis ekonomi dan pandemi Covid-
19. Pertama, tingkat penyerapan tenaga kerja baru tidak akan sebesar jumlah tena-
ga kerja yang telah di-PHK. Kedua, perusahaan akan menerima pekerja yang mem-
punyai tingkat produktivitas yang cukup tinggi dan bisa melakukan multitasking.
Ketiga, lapangan usaha yang akan melejit pascapandemi Covid-19 adalah usaha
yang memiliki kontak dengan teknologi. Keempat, pelaku usaha lebih memilih sis-
tem kontrak dan sistem alih daya pekerja karena fleksibilitas baik bagi perusahaan
Covid-19 muncul di Indonesia.
mengurus suatu berkas serta mempersingkat waktu.
yang belum masuk dalam penelitian ini.
dan tenaga kerja.
111
Perubahan sosial akibat pandemi Covid-19 memaksa komunitas yang ada di ma-
syarakat untuk lebih mudah dalam menyesuaikan diri dalam menghadapi peruba-
han sosial. Berbagai persoalan yang ada telah menghadirkan desakan pada trans-
formasi sosial di masyarakat. Bahkan, bukan hal yang mustahil lagi peradaban dan
sistem kemanusiaan akan mengalami pergeseran ke arah yang cukup berbeda dari
kondisi sebelumnya. Wajah dunia pascapandemi mungkin saja tidak akan dapat
Aktivitas masyarakat yang dilakukan di masa sebelum terjadinya pandemi, di ke-
mudian hari harus disesuaikan dengan standar protokol kesehatan. Masyarakat akan
menghadapi perubahan-perubahan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Nilai dan norma yang telah ada diadakan pengkajian ulang dan melewati proses
produksi kembali untuk menghasilkan sistem sosial yang baru. Munculnya aturan
baru tersebut karena terdapat imbauan dari pemerintah untuk bekerja, belajar, dan
Perubahan sosial dan budaya di tengah pandemi Covid-19 telah melahirkan kebi-
asaan-kebiasaan baru berupa perubahan perilaku sosial masyarakat dalam berbagai
aspek kehidupan. Menurut BPS pada tahun 2020, terkait hasil survei sosial demogra-
dampak Covid-19, diketahui 72 persen responden teratur dalam menjaga physical
distancing dalam seminggu terakhir, sebanyak 80,2 persen responden menyatakan
rajin mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker, dan 82,52 persen respon-
den menghindari penggunaan transportasi publik (Saputra, 2020). Manusia yang ha-
kikatnya adalah makhluk sosial, ketika terjadi lockdown atau pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) akan merasa cemas dan kesepian. Media sosial menjadi jalan
tengah dalam menghadapi pandemi Covid-19. Seperti yang telah kita ketahui, dam-
pak pandemi Covid-19 memengaruhi semua lini kehidupan, termasuk media sosial.
Media sosial atau yang disebut juga sebagai jejaring sosial online merupakan alat ko-
munikasi yang digunakan oleh pengguna dalam proses sosial (Mulawarman, dkk.,
2017). Media sosial mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif (Doni, 2017). Me-
nurut Antony Mayfield (2008) dalam Doni (2017), media sosial merupakan media di-
mana penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan lihai dalam
menciptakan pesan. Beberapa situs media sosial yang sedang populer antara lain:
Whatsapp, Instagram, Youtube, Twitter, Facebook, Snapchat, dan masih banyak lagi.
Sosial media memiliki beberapa fungsi, contohnya sosial media yang didesain un-
tuk memperluas hubungan sosial manusia dengan menggunakan kecanggihan in-
ternet dan teknologi web. Menurut Susanto (2017) Media sosial mampu mentransfor-
masi praktik komunikasi searah media siaran dari satu institusi media ke banyak au-
diensi (one to many) dan menjadi praktik komunikasi dialogis antara banyak audien-
si (many to many). Berdasarkan Doni (2017) Media sosial mendukung demokratisasi
pengetahuan dan informasi sehingga membuat manusia yang sebelumnya penik-
beribadah dari rumah.
mat isi pesan menjadi produser pesan.
112
kembali pada situasi dan kondisi semula.
113
Perilaku menurut Jogiyanto (2007) dalam Doni (2017) merupakan tindakan atau
kegiatan nyata yang dilakukan karena individu tersebut memiliki keinginan sesuatu.
Perilaku media sosial merupakan keinginan individu untuk melakukan kegiatan ber-
media sosial. Dilansir dari statia.com dari majalah Tempo, dalam 60 detik atau satu
menit terjadi 188 juta email terkirim, 46.200 posting-an baru di Instagram, 694.444
jam menonton siaran streaming Netflix, 390.030 aplikasi diunduh dalam Appstore
maupun Playstore, 4,8 juta orang berbagi GIF, 87.500 orang mencuit di Twitter, dan
3,8 juta pencarian di Google. Dilansir dari VOI, terdapat peningkatan penggguna ap-
likasi WhatsApp dalam pekan awal pandemi covid-19 berlangsung. Peningkatannya
mencapai 25.000 pengguna aplikasi pesan. Sementara itu, anak perusahaan Face-
book yakni WhatsApp melakukan survei tentang peningkatan trafik pada 14 Maret –
24 Maret 2020. Hasil yang diperoleh adalah 40 persen. Secara global, kenaikan trafik
penggunaan WhatsApp melonjak ke angka 51 persen di sejumlah negara yang
memberlakukan lockdown. Facebook dan Instagram juga mengalami hal yang seru-
pa. Kenaikan trafik penggunaan karena beragam aktivitas dari unggahan story atau
Messenger. Menurut Klear, sekitar 6,1 kali unggahan story terjadi hanya dalam satu
hari dilakukan oleh user Instagram. Tagar-tagar baru juga tercipta untuk menambah
ragam aktivitas. User Instagram juga raijn mem-posting feed Instagram sehingga
mengalami peningkatan sebanyak 21 persen. Karena meningkatnya penggunaan,
perusahaan media sosial menurunkan beberapa kualitas untuk menstabilkan peng-
gunaan internet, mengurangi bandwidth, serta ketegangan jaringan internet di ba-
nyak negara. Contohnya, Facebook terpaksa menurunkan kualitas video dan Whats-
App dalam pembuatan status, yang biasanya berdurasi 30 detik dipersingkat menja-
Banjir informasi seperti di atas bisa berdampak positif dan bisa juga berdampak
negatif (Windi, 2020). Dampak postifnya yaitu makin mudahnya mendapatkan infor-
masi, kecepatan dalam membagikan informasi, efisensi waktu, dan masih banyak
hal lainnya. Dampak buruk dari terjadinya banjir informasi adalah hoaks yang terjadi
dimana-mana, tidak adanya penyaring informasi, penipuan merajalela, dan lain se-
bagainya Kehebatan yang dimiliki abad ini adalah media sosial. Menurut Kushner
(2020), selama pandemi Covid-19, terdapat empat peran utama yang diperankan
media sosial: (1) Sumber informasi (dan misinformasi). Media sosial berperan aktif
dalam menyebarkan informasi yang dapat kita percayai. Namun, tidak menutup ke-
mungkinan informasi yang disebarkan berupa kebohongan, tindakan pencegahan
bersifat instan, klaim palsu, teori konspirasi dan masih banyak lagi. Menemukan
sumber informasi terpercaya terkait Covid-19 sangatlah penting. Perusahaan media
sosial juga bekerja untuk memerangi informasi yang salah terkait Covid-19. Saat ba-
nyak orang ingin mendapatkan informasi sebanyak yang bisa didapatkan, publik
masih sangat rentan terhadap klaim palsu yang bisa diteruskan begitu saja tanpa
Mungkin masih teringat di benak kita, berita tes Covid-19 dengan melakukan ta-
han napas. Berawal dari broadcast WhatsApp, disebutkan bahwa terdapat dokter a-
diperiksa terlebih dahulu kepada orang lain.
di 15 detik.
114
sal Jepang dan Stanford University yang menemukan metode tes Covid-19 yang da-
pat dilakukan oleh setiap orang. Caranya dengan menahan napas selama 10 detik.
Jika individu tersebut tidak terbatuk, Lelah, dan merasa sakit pada dada, individu
tersebut tidak terkena Covid-19. Padahal, satu-satunya cara untuk mengetahui sese-
orang terpapar Covid-19 atau tidak adalah dengan tes medis (Namira, 2020). Lantas,
bagaimana cara kita dalam membedakan sumber yang dapat dipercaya dan tidak
dapat dipercaya di media sosial? Yang terbaik dan paling praktis untuk memastikan
informasi akurat adalah dengan memeriksa sumber asli dan memastikan bahwa (a)
sumber tersebut benar-benar dapat dipercaya dan (b) informasi yang disampaikan
akurat. Perlu diketahui, jika terdapat seseorang yang mengklaim telah mempelajari
sesuatu dari sumber yang dapat dipercaya, bukan berarti mereka dapat menyam-
paikan informasi itu secara akurat. (2) Pengaruh respons publik terhadap wabah.
Miliaran orang bebas mengungkapkan pendapat mereka tentang Covid-19 di ber-
bagai platform media sosial. Dalam minggu-minggu awal adanya Covid-19, banyak
individu, influencer, organisasi maupun bisnis yang menggunakan media sosial un-
tuk membagikan kegiatan mereka saat di rumah saja atau membagikan informasi
terkait Covid-19. Hingga beberapa minggu kemudian, social distancing dan karanti-
na di rumah menjadi tren. Ketika pandemi Covid-19 telah menyebar, banyak yang
tidak mengerti dengan istilah seperti social distancing atau menjaga jarak. Namun,
dengan penggunaan media sosial, dari teman, keluarga, selebriti, influencer, serta
pemerintah, sacara rajin mengingatkan tentang pentingnya jaga jarak. Tak kalah ra-
mai, awal terjadinya pandemi Covid-19, banyak yang melakukan panic buying atau
membeli barang-barang rumah tangga, makanan, dan produk sanitasi secara boro-
ngan. (3) Media sosial menjadi platform pemasaran. Wabah Covid-19 menghadirkan
momen emas bagi banyak merk untuk memasarkan produk mereka. Meskipun pe-
ngeluaran media yang berfokus pada kewaspadaan meningkat, banyak bisnis yang
peduli dan empati pada penanganan pandemi Covid-19. Tanggung jawab utama pe-
rusahaan adalah menjaga karyawan dan pelanggannya dari menularnya Covid-19.
Beberapa perusahaan membuat layanan gratis untuk menemani kegiatan di rumah
saja. Banyak restoran yang buka dan siap mengantarkan makanan sampai ke rumah
dengan gratis biaya ongkos kirim. Kursus online ditawarkan secara gratis atau de-
ngan harga diskon. Banyak bisnis yang berperan aktif dalam menghadapi pandemi
Covid-19. (4) Media sosial menjadi cara ampuh membawa kepositifan di waktu yang
menakutkan. Media sosial bukanlah produk yang sempurna. Tetap ada informasi
yang salah, tetapi banyak juga informasi penting yang menyelamatkan nyawa, hu-
bungan dengan orang lain, dan persatuan dunia. Media sosial bisa menjadi tempat
berbagi pengalaman dengan keluarga dan teman serta membuat atmosfer bahwa
kita menghadapi pandemi Covid-19 bersama-sama. Media sosial menjadi tempat
penggalangan dana yang diatur dan didistribusikan kepada mereka yang membu-
tuhkan. Covid-19 menempatkan banyak orang, terutama lansia, penyandang disabi-
litas, serta mereka yang kehilangan pekerjaan dalam situasi yang menantang ini.
Banyak komunitas yang berkumpul bersama dalam rangka mendukung organisasi
dan individu dengan berbagi informasi penggalangan dana dengan banyak audien-
si di media sosial. Banyak orang pengguna media sosial membantu bisnis lokal agar
makin dikenal dan dilirik oleh konsumen. Banyak orang mem-posting gambar, vi-
deo, serta tulisan untuk berbagi tentang pengalaman mereka. Pembelajaran dari
pandemi Covid-19 masih terus berlangsung. Kita harus terus memupuk kepekaan
dan kepedulian untuk membantu sesama. Dengan media sosial yang ada, kita da-
Media sosial juga menjadi salah satu tempat melakukan kebaikan. Contohnya pa-
da platform media sosial Instagram. Para pengguna Instagram melakukan crowd-
funding melalui kitabisa.com, salah satu fundraiser platform di Indonesia. Influencer
yang terkenal memulai gagasan ini salah satunya adalah Rachel Vennya. Dalam akun
Instagramnya yang sudah memiliki jutaan followers, Rachel mengajak berdonasi da-
lam menangani pandemi Covid-19. Tanggapan netizen pun sangat positif. Hanya da-
lam kurun waktu kurang dari 24 jam, kampanye “Tolong Menolong Lawan Covid-19”
Donasi yang terkumpul dikelola oleh tim dari kitabisa dan juga Rachel Vennya ke-
mudian disalurkan pada rumah sakit dan pekerja informal yang terdampak pande-
mi Covid-19. Sampai kegiatan penggalangan ini selesai, sudah terkumpul sebanyak 9
Adanya pandemi Covid-19 bukanlah halangan bagi kita untuk saling membantu.
Walau dengan hanya pergerakkan jempol tangan, kita bisa membuat perubahan.
Perubahan bagi saudara-saudara kita yang terdampak pandemi Covid-19. Pandemi
ini memberikan banyak pelajaran akan kepeduliaan. Semoga, setelah pandemi
Covid-19 ini berlalu, kepedulian kita untuk saling membantu tetap teguh dan tak ter-
kikis oleh waktu.
miliar lebih dengan donatur sebanyak 138.178 orang.
sudah mencapai angka 400-an juta dengan donatur sebanyak 11.182.
115
pat menciptakan kebermanfaatan kepada saudara kita.
Daftar Pustaka
Ahmed, S., Shehata, M., & Hassanien, M. (2020). Emerging Faculty Needs for Enhancing Student Enga-
gement on a Virtual Platform. MedEdPublish , 1–5. https://doi.org/https://doi.org/10.15694/mep.2020.
000075.1
Aji, Rizqon Hilal Syah. 2020. Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indoensia: Sekolah, Ketrampilan dan
Proses Pembelajaran. Jurnal Sosial dan Budaya FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7(5). doi: 10.1540
8/sjsbs.v7i5.15314. Diakses dari www.cnnindonesia.com pada 14 November 2020 pukul 18.34 WIB.
Doni, Fahlepi Roma. (2017). Perilaku Penggunaan Media Sosial Pada Kalangan Remaja. Indonesian
Journal on Software Engineering. 3(2).
Elfira, Tahta Citra dan Aditya Fajar Indrawan. (2020). Trafik Pengguna Media Sosial Naik 40 Persen Se-
lama Pandemi Corona. Diakses dari www.voi.id pada 15 November 2020 pukul 13.34 WIB.
Goldschmidt, K., & Msn, P. D. (2020). The COVID-19 pandemic Technology use to support the wellbeing
of children. Journal of Pediatric Nursing, xxxx, 3–5. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2020.04.013
Gusman, Hanif. (2020). “Enam Bulan COVID-19 RI: Sektor kesehatan dan Ekonomi Masih Buruk”. Diak-
ses dari www.tirto.id pada 14 November 2020 pukul 20.21 WIB
Herliandry, Luh Devi, dkk. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi COvid-19. Jurnal Teknologi Pendi-
dikan Universitas Negeri Jakarta. 22(1). https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286
Intan, Ghita. (2020). Jokowi: Wabah Corona Ungkap Banyak Kekurangan di Sektor Kesehatan. Diakses
dari www.voaindonesia.com pada 14 November 2020 pukul 17.56 WIB.
Koesno, D. A. (2020). Jumalah Pelanggan E-Commerce Tercatat Meningkat 38,3% Selama Pandemi.
Diakses dari www.tirto.id pada 19 Mei 2021 pukul 10.03 WIB
Kushner, Jackson. (2020). The Role of Social Media During Pandemic. Diakses dari www.khoros.com pa-
da 15 November 2020 pukul 14.40 WIB.
Mayfield, Antony. (2008). What is Social Media? Diakses dari www.icrossing.com CNN Indoensia. (2019).
“Kecepatan Internet Indonesia Peringkat Empat Terbawah.”
Merdekabelajar. (2020). Belajar Daring, Mayoritas Guru IndonesiaMasih Gagap T eknologi (Gaptek). Di-
akses dari www.merdekabelajar.my.id pada 14 November 2020 pukul 18.37 WIB.
Namira, Izza. (2020). Salah Besar, 8 Hoaks Virus Corona Ini Jangan Kamu Percayai. Diakses dari www.
jogja.idntimes.com pada 15 November 2020 pukul 14.35 WIB.
Rahman, Muhammad Adi, dkk. (2020). Mengantisipasi Potensi Dampak Krisis Akibat Pandemi Covid-19
terhadap sektor ketenagakerjaan. Diakses 13 November 2020 dari https://www.smeru.or.id/en/no
de/2186.
Salbiyah, Nurul S. (2020). Survei: Saat Pandemi Kesadaran Cuci Tangan Naik 2 Kali Lipat. Diakses dari
www.jawapos.com pada 22 November 2020 pukul 17.00 WIB
Saputra, Hendra Puji. (2020). Perubahan Sosia; di Era Pandemi. Diakses dari www.lobokpost.jawapos.com
pada 14 November 2020 pukul 21.56 WIB.
Susanto, Eko Hary. (2017). Media Sosial sebagai Pendukung Jaringan Komunikasi Politik. Jurnal Aspi-
kom, 3(3), 379-398.
Windi, Stefani. (2020). Pandemi Covid-19 tingkat penggunaan media sosial meningkat. Diakses dari
www.sonora.id pada 15 November 2020 pukul 13.15 WIB.
116
Lab. Ilmu Komunikasi
Gedung IsDB Lt. 1
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
The current study aimed to explore the linguistic analysis of neologism related to Coronavirus (COVID-19). Recently, a new coronavirus disease COVID-19 has emerged as a respiratory infection with significant concern for global public health hazards. However, with each passing day, more and more confirmed cases are being reported worldwide which has alarmed the global authorities including the World Health Organization (WHO). In this study, the researcher uses the term neologism which means the coinage of new words. Neologism played a significant role throughout the history of epidemic and pandemic. The focus of this study is on the phenomenon of neologism to explore the creation of new words during the outbreak of COVID-19. The theoretical framework of this study is based on three components of neologism, i.e. word formation, borrowing, and lexical deviation. The researcher used the model of neologism as a research tool which is presented by Krishnamurthy in 2010. The study is also compared with the theory of onomasiology by Pavol Stekauer (1998). The secondary data have been used in this study. The data were collected from articles, books, Oxford Corpus, social media, and five different websites and retrieved from January 2020 to April 2020. The findings of this study revealed that with the outbreak of COVID-19, the majority of the people on social media and state briefings, the word-formation is utilized in the form of nouns, adjectives, and verbs. The abbreviations and acronyms are also used which are related to the current situation of COVID-19. No doubt, neologisms present colorful portrayals of various societies and cultures but they don't exist in our own.
Article
Full-text available
Introduction. This article discusses the existence of social media YouTube, Instagram and Watsapp in the midst of the Covid-19 pandemic among virtual communities in Indonesia. The development of social media is increasing every year, especially in the conditions of the corona virus outbreak. The development of social media in Indonesia has experienced a very significant increase, it can be seen that Indonesia is in the 3rd position of social media users in the world. Data Collection Method. The method used in this article is by using the literature method by reading literature related to discussion and it can be analyzed that the existence of social media such as YouTube in the midst of the Covid pandemic has experienced a surge in users of around 88% and is then followed by Whatsapp social media with the number of accesses of 84% and Instagram with 79%. Results and Discussions. Based on the data above, we can see the development and level of existence of several social media which is frequently accessed by the world's population during the Covid 19 pandemic. This development has certainly experienced a very clear penetration of internet users among the Indonesian virtual community. Conclusions. the development of social media in Indonesia and globally has increased very significantly. The existence of social media which was popular during the Covid-19 pandemic, which placed YouTube as the first media that was very popular with the highest number of users in the world.
Article
Full-text available
Riset ini bertujuan untuk merancang dan menerapkan beberapa lembar kegiatan literasi saintifik untuk pembelajaran jarak jauh topik penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) bagi siswa sekolah dasar. Pendekatan yang digunakan adalah metode kombinasi model eksploratoris berurutan yang melibatkan sampel 35 siswa sekolah dasar yang mengalami pembelajaran jarak jauh karena COVID19. Instrumen penelitian menggunakan rancangan lembar kegiatan literasi saintifik sesuai tahap inti pendekatan saintifik, yang telah ditinjau dan dinilai oleh para pakar. Pelaksanaan menunjukkan bahwa literasi saintifik siswa belum dilatih secara optimal, walau rancangan lembar kegiatan literasi saintifik ini dapat ditanggapi oleh siswa selama pembelajaran jarak jauh.
Article
Full-text available
p align="center"> ABSTRACT It is projected that the spread of disinformation infodemic among the COVID-19 pandemic will be as quickly or even more rapidly than the virus itself. The absence of the government in quickly and accurately providing information is suspected of being the basis of this phenomenon. Several studies have attempted to examine how the disinformation is shared, absorbed and driven to other behaviors. Meanwhile, no preliminary study maps the features of disinformation to be used practically for prevention and for overcoming disinformation itself. This study aims to fill this gap by examining 174 disinformation during the pandemic of COVID-19. There are five types of COVID-19 d isinformation in Indonesia, namely governance, health, foreign relations, business and crime. We argue that if these five categories are not taken seriously, they will create a public distrust of government and science. Another result that arises is the apathy towards the virus which will endanger the wider community. On the basis of these results, we propose a strict government intervention in the provision of knowledge and clarification of d isinformation in different forms of social media. Keywords: hoax news, COVID-19, disinformation, misinformation ABSTRAK Infodemi disinformasi di tengah pandemi COVID-19 diproyeksi sama cepat atau bahkan lebih cepat dari virus itu sendiri. Fenomena ini ditengarai terjadi karena absennya negara dalam menyediakan informasi yang cepat dan tepat. Berbagai macam studi telah mencoba menguji bagaimana disinformasi dibagikan, dikonsumsi dan mengarahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas tertentu. Sementara itu belum ada studi pendahuluan yang memetakan karakteristik disinformasi secara praktis untuk dimanfaatkan bagi tindakan preventif dan penanggulangan disinformasi itu sendiri. Studi ini bertujuan untuk mengisi celah tersebut dengan menganalisis 174 disinformasi selama pandemi COVID-19. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima kategori disinformasi tentang COVID-19 di Indonesia yaitu politik, kesehatan, luar negeri, bisnis, dan kriminalitas. Kami berargumen bahwa kelima kategori tersebut jika tidak ditangani secara serius akan memunculkan sikap ketidakpercayaan publik terhadap otoritas pemerintah dan ilmu pengetahuan. Akibat lain yang muncul adalah sikap apatis terhadap virus tersebut yang akan membahayakan masyarakat luas. Berdasarkan temuan tersebut, kami merekomendasikan kehadiran pemerintah yang tegas dalam memberikan informasi serta mengklarifikasi disinformasi yang muncul di berbagai macam media sosial. Kata Kunci: berita hoaks , COVID-19 , diinformasi , misinformasi </p
Article
Full-text available
The Pandemic COVID-19 has changed various aspects of human life today, especially in education. This requires all elements of education to adapt and continue the rest of the semester. The purpose of this study as a general review of learning during the COVID-19 pandemic. This research uses descriptive content analysis study method. The analysis was carried out on international, national articles and similar sources related to learning solutions during the pandemic. Online learning is an effective solution for activating classrooms even though schools have closed because time and place are at risk during this pandemic. However, this learning technique is important to be evaluated according to local conditions given the distribution of facilities and the ability of parents to provide different online learning facilities to students in Indonesia.
Article
Full-text available
The current global pandemic clearly raises public concern. Therefore, the Government must provide protection to the community in the prevention and handling of COVID-19 cases in accordance with the mandate of UUD NRI Tahun 1945. during the effective Pandemic period according to UUD NRI Tahun 1945. The method of approach used in this research is normative juridical and analytical descriptive that is describing the object that is the subject of the problem, from the depiction taken an analysis adapted to existing legal theories and putting the law as a norm building system. The results of this study indicate that if it is associated with the mandate of UUD NRI Tahun 1945, many PSBB policies are less effective because surely the community feels that they have not fully received legal protection over the existing policies made by the current government. To avoid other levels of infertility, the following efforts were made so that the PSBB policies provided during the effective pandemic period in accordance with UUD NRI Tahun 1945 include (1) the Central Government and Regional Governments ensuring the disclosure of public information in a real way to be able to know the chain of spread of the virus, (2 ) must be able to guarantee and ensure especially to the lower middle class are able to meet their needs to guarantee the right to life of their people and not diminish any dignity of the people (in accordance with the mandate of UUD NRI Tahun 1945 and the need for public roles in terms of mutual care, mutual reminding, and help each other. Keywords: Effectiveness, PSBB, UUD NRI Tahun 1945 Abstrak Pandemi global yang terjadi saat ini jelas menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah harus memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam pencegahan maupun penanganan kasus COVID-19 sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kebijakan pemerintah pada masa pandemi dan bagaimana upaya yang dilakukan agar kebijakan yang diberikan selama masa Pandemi efektif sesuai UUD NRI Tahun 1945. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan bersifat deskriptif analitis yaitu menggambarkan objek yang menjadi pokok permasalahan, dari penggambaran tersebut diambil suatu analisa yang disesuaikan dengan teori-teori hukum yang ada dan meletakan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika dikaitkan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kebijakan PSBB banyak yang kurang efektif karena pasti masyarakat merasa bahwa belum sepenuhnya mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang ada yang dibuat oleh pemerintah saat ini. Untuk menghindari tingkat kefatalan lainnya, berikut upaya yang dilakukan agar kebijakan PSBB yang diberikan selama masa pandemi efektif sesuai UUD NRI Tahun 1945 antara lain (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memastikan keterbukaan informasi publik secara nyata untuk dapat mengetahui rantai penyebaran virus tersebut, (2) harus dapat menjamin dan memastikan terutama kepada kaum menengah ke bawah mampu memenuhi kebutuhannya untuk menjamin hak atas hidup masyarakatnya dan tidak terkurangi suatu apapun harkat martabat masyarakatnya (sesuai amanat UUD NRI Tahun 1945) dan perlunya peran publik dalam hal saling menjaga, saling mengingatkan, dan saling membantu satu sama lain. Kata Kunci : Efektifitas, PSBB, UUD NRI Tahun 1945
Article
Sampai saat naskah ini ditulis, kasus pasien positif COVID-19 di Indonesia masih meningkat. Ini mungkin merefleksikan adanya disparitas antara pengetahuan/sikap masyarakat dengan ke-bijakan yang diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sumber pengetahuan yang utama bagi masyarakat Indonesia dalam informasi tentang kebijakan pembatasan sosial dan fisik (social/physical distancing) dan mengungkap konsekuensi yang menyertai penerapan kebijakan tersebut. Sampel penelitian ini adalah warga negara Indonesia yang telah cakap hukum (minimal usia 17 tahun) dan aktif menggunakan gawai. Sampel penelitian sebanyak 587 partisipan yang mengisi kuesioner pertanyaan terbuka secara daring untuk mengungkap jenis media yang menjadi sumber informasi utama, situasi tersulit yang dihadapi, dan dampak dari penerapan kebijakan tersebut. Hasil analisis isi menunjukkan media sosial (online) menjadi sumber utama bagi partisipan untuk memperoleh informasi mengenai pembatasan sosial dan fisik. Beragam konsekuensi dari penerapan kebijakan tersebut dirasakan partisipan, mulai dari aspek ekonomi dalam hal ini sulitnya pemenuhan kebutuhan pokok, sampai dengan memburuk-nya relasi sosial yang sempat dirasakan oleh sebagian partisipan.
Article
Media menjadi rujukan utama untuk melihat kondisi kekinian dari sebaran Virus Corona. Untuk mengetahui efek media terhadap persepsi masyarakat Pamekasan digunakan metode survei eksplorasional dengan menjadikan masyarakat Pamekasan sebagai objek. Survei ditujukan untuk umum dan bersifat random (acak). Hasil survei menunjukkan bahwa media terutama media sosial menjadi rujukan bagi masyarakat untuk mendapat informasi mengenai virus Corona. Adapun efek media kepada masyarakat menunjukkan strong effect bahkan mampu membentuk persepsi masyarakat Pamekasan tentang pencegahan penularan Virus Corona kepada individu. Hasil survei tersebut menyiratkan betapa pentingnya bagi individu maupun instansi media membuat dan menyebar berita/informasi yang benar dan valid. Sekaligus kebutuhan pembenahan Undang Undang terkait dalam ranah Sistem Komunikasi Indonesia.
Article
Kemudahan akan kases media dan berita membuat penyebaran berita yang tidak dapat dipertangung jawabkan kebenaranya menyebar dengan mudah saat ini. Lansia yang merupakan rentan akan bahaya covid 19 merasa terancam dan cemas kan adanya berbagai pemberitaan media, begitu pula dengan anggota keluaga lansia yang milenial yang merupakan generasi yang diikuti oleh perkembangan teknologi dan media sangat rentan dalam cemas dan mudah percaya terhadap tipuan. Penyebab kecemasan melibatkan adanya perubahan perlakukan terhadap lansia. Oleh karena itu, diperlukan stategi agar tidak mudah merasa cemas terhadap berita yang tidak benar.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat berbagai tingkat kecemasan keluarga lansia tentang berita hoak. Adapun pengukuran kecemasan menggunakan skala HARS kepada 160 responden dengan hasil rata-rata keluarga mengalami kecemasan sedang terhadap berita bohong dengan frekuensi 77 orang mengalami kecemasan sedang yaitu (48.1%) dari 160 responden. Dengan demikian terdapat kecemasan yang signifikan terhadap berita hoax keluarga lansia