ArticlePDF Available

EKSPLORASI VISUAL BERCAK PADA PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS CETAK TINGGI RELIEF PRINT

Authors:

Abstract and Figures

Proses produksi dan konsumsi karya seni grafis dipengaruhi oleh fenomena sekarang. Mayoritas menampilkan sebuah karya menyangkut objek realitas yang di kemas atau dirancang bentuknya berdasarkan kaidah seni grafis. Hal tersebut tampaknya tidak dapat diganggu gugat dan telah mendominasi dilingkungan para pengrafis. Sebuah proses kreatif mewujudakan karya bersifat komunikatif antara karya dan apresiator merupakan langkah awal dalam menawarkan paradigma baru didunia seni grafis terutama cetak tinggi. Visual bercak merupakan idiom untuk menstimulus apresiator agar memproduksi objek-objek imajinatif berdarakan arah pijkannya. Eksplorasi yang dilakukan dalam penciptaan ini adalah proses berkarya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman estetis bagaimana menciptakan bercak dengan wujud berbeda sehingga menghasilkan beragam respon pada sebuah karya. Teknik reduksi dan monoprint digunakan untuk memperoleh wujud bercak yang berbeda agar peluang visual bercak beragam tidak monoton.The process of production and consumption of graphic artwork is influenced by the present phenomenon. The majority display a work of reality-packaged or designed-shaped objects based on graphic art conventions. It is apparently inviolable and has dominated the dismay of the admirers. A creative process of creating a communicative work between work and an apresiator is the first step in offering a new paradigm in the world of graphic art especially high print. Visual spotting is an idioms for the stimulus of the apresiator in order to produce imaginative objects in the direction of the massage. The exploration done in this maker is the process of working to acquire an aesthetic knowledge and experience of how to create spotting with different forms resulting in a variety of responses to a work. Reduction techniques and monoprint are used to achieve different forms of spotting in order to vary the visual opportunities not monotonous.
Content may be subject to copyright.
E-ISSN : 2685-2780
P-ISSN : 2685-4260
67
Volume 2, Nomor 2
Juli 2020,
(67-72)
EKSPLORASI VISUAL BERCAK PADA PENCIPTAAN
KARYA SENI GRAFIS CETAK TINGGI RELIEF PRINT
Akbar Abdulah
Penciptaan Seni / Seni Grafis
Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta
e-mail : akbarabdullah333@gmail.com
ABSTRAK
Proses produksi dan konsumsi karya seni grafis dipengaruhi oleh fenomena sekarang. Mayoritas
menampilkan sebuah karya menyangkut objek realitas yang di kemas atau dirancang bentuknya
berdasarkan kaidah seni grafis. Hal tersebut tampaknya tidak dapat diganggu gugat dan telah mendominasi
dilingkungan para pengrafis. Sebuah proses kreatif mewujudakan karya bersifat komunikatif antara karya
dan apresiator merupakan langkah awal dalam menawarkan paradigma baru didunia seni grafis terutama
cetak tinggi. Visual bercak merupakan idiom untuk menstimulus apresiator agar memproduksi objek-objek
imajinatif berdarakan arah pijkannya. Eksplorasi yang dilakukan dalam penciptaan ini adalah proses
berkarya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman estetis bagaimana menciptakan bercak dengan
wujud berbeda sehingga menghasilkan beragam respon pada sebuah karya. Teknik reduksi dan monoprint
digunakan untuk memperoleh wujud bercak yang berbeda agar peluang visual bercak beragam tidak
monoton.
Kata kunci : cetak tinggi, karya komunikatif, monoprint, objek imajinatif, reduksi, seni graifs, Visual bercak.
ABSTRACT
The process of production and consumption of graphic artwork is influenced by the present phenomenon. The
majority display a work of reality-packaged or designed-shaped objects based on graphic art conventions. It is
apparently inviolable and has dominated the dismay of the admirers. A creative process of creating a
communicative work between work and an apresiator is the first step in offering a new paradigm in the world
of graphic art especially high print. Visual spotting is an idioms for the stimulus of the apresiator in order to
produce imaginative objects in the direction of the massage. The exploration done in this maker is the process
of working to acquire an aesthetic knowledge and experience of how to create spotting with different forms
resulting in a variety of responses to a work. Reduction techniques and monoprint are used to achieve different
forms of spotting in order to vary the visual opportunities not monotonous.
Keywords: high print, communicative works, Monoprint, imaginative objects, reduction, graphic art, Visual
spottin
PENDAHULUAN
Karya seni merupakan repleksi diri
sesorang berhubungan dengan pengalaman,
perasaaan, dan emosi yang kemudian diungkapkan
berdasarkan kemampuan kreatif melalui media
yang dapat dindera. Marianto (2:2015)
memberikan penjelasan seni dipandang sebagai
kata benda abstrak adalah kemampuan kreatif
manusiawi dalam menanggapi alam, kemampuan
istimewa dalam mengubah suatu ide menjadi
konsep kreatif guna dinyatkan menjadi suatu karya
yang imajinatif, menarik, fungsional, atau yang
inspiratif.
Membahas sebuah karya seni selain visual
dan ide tentu memiliki kaitan pada proses kreatif.
Artinya proses perwujudan karya sangat penting
dalam terealisasinya sebuah karya baik penggunaan
teknik dan medium termasuk di dalamnya. Setiap
manusia (kreator) memiliki bekal porses kreatif
yang berbeda-beda. Hal demikian ditunjukan oleh
Tabrani (2006:279) bahwa pada proses kratif ada
tiga kemampuan yang bekerja pada setiap orang
yaitu kemampuan rasio, fisik dan kratif. Setiap
orang pasti memiliki cara sendiri mengolah
kemampuan rasio, fisik, dan kreatif agar bekerja
dengan baik. Ia menegaskan bahawa kemampuan
ketiganya tidak selamnya bekerja 100%, sesuai
dengan faktanya ketiga kempuan tersebut saling
mengejala secara integratif. Artinya setiap tindakan
manusia sedikit banyak merupakan integrasi dari
ketiganya. Kemampuan rasio, fisik dan kratif dapat
tertuang melalui gambar atau visual karya seni.
Gambar merupakan wujud lambang dari bahasa
visual yang mengandung unsur-unsur visual yang
dapat dilihat oleh indra dan menyampaikan pesan
Akbar Abdulah / IKONIK : Jurnal Seni dan Desain, Vol. 1, No.1, Juli 2019, 67-72
68
tertentu melalui visual yang dihadirkan (Ernawati,
E. 2019).
Penciptaan karya seni bermula karena
adanya dorongan dari pikiran dan perasaan yang
tergerak untuk memvisualisaikan tentang
pengalaman..Pengalaman tersebut berkaitan
dengan visual bercak. Membahas perihal bercakan
tentu tidak asing lagi dilingkungan kerja praktek
para seniman atau kerator yang bergelut dibidang
seni rupa. Pada prakteknya bercak sering
digunakan sebagai aksen atau material pendukung
untuk menambah keartistikan sebuah kaya. Namun
disisi lain banyak yang tidak menyadari bahwa
bercak tersebut memiliki nilai yang kaya akan
objek-objek imajinatif tersembunyi apabila diamati.
Di ruang lingkup seni grafis khususnya
cetak tinggi visual bercak jarang ditemui, mayoritas
karya seni grafis memvisulkan objek-objek realitas
dalam artian wujud karyannya berupa objek benda,
tumbuhan, hewan, figur, dan lain sebagainya.
Fenomena tersebut menggungah penulis untuk
memvisulkan wujud bercak melalui karya seni
grafis cetak tinggi. Menurut penulis visual becak
dapat memberikan stimulus dalam hal berimajinasi.
Dengan cukup mencermati ataupun
memperhatikan wujud bercak kita dapat melihat
objek-objek yang secara tidak sengaja hadir. Hal
demikian sangat bergantung pada sudut pandang
atau pijkan kita ketika mengamati bercakan
tersebut. Apabila kita melihat bercak dengan cara
dirotasi maka akan banyak objek-objek imaji yang
bisa kita lihat.
Nilai visual bercak yang mampu mengolah
imajinasi dengan baik menjadi daya tarik terendiri.
Komunikasi visual bercak dengan pengamat
ataupun kreator adalah point utama. Kekayaan
objek imaji tanpa batas bisa dijumpai dari bercak
tersebut apabila diamati dengan berbagai sudut
pandang atau pijakan. Hal demikian tentu
bergantung pada kemampuan berimajinasi dan
kepekaan mengamati sehingga menghadirkan
objek-objek baru.
Dalam memvisulkan bercak penulis
mengacu pada teori cetak tinggi yaitu merekayasa
permukaan bidang datar dengan cara
menambahkan atau mengurangi. Menggunakan
medium lilin batik merupakan alternatif yan
ditemukan saat proses eksplorasi untuk mencapai
visual bercak. Medium tersebut memiliki kelebihan
yaitu mudah mengeras dan dapat dicukil. Point
inilah yang menjadi pertimbangan penulis dalam
memilih medium. Tujuan penciptaan ini sebagai
upaya pengembangan teknik pada cetak tinggi dan
pengenalan visual bercak yang memiliki peluang
untuk dieksplorasi dalam mengembangan
kreativitas.
Selain teori dasar cetak tinggi sebagai
rujukan penulis menggunkan beberapa teori yang
mendukung penciptaan ini, yaitu menyangkut
visual karya dan teknik perwujudan dengan
menggunakan reduksi dan monoprint. Menurut
Palmer (7:1975) monoprint adalah sarana produksi
cetak tunggal dari suatu gambar. Artinya kode etik
seni grafis konvensional bersifat reproduksi atau
dapat diperoduksi dengan jumlah banyak, maka
praktek monoprint hanya membuat karya seni
grafis satu edisi saja. Teknik reduksi adalah metode
kerja praktek yang ada di cetak tinggi dengan
memanfaatkan satu bidang kayu atau plat untuk
dicukil sampai habis guna menghasilkan lapisan-
lapisan warna sesuai yang diinginkan. Seni abstrak
sebagai gaya pengungkapan karya yang merujuk
pada teori Dharosno Dharsono (2017:126)
memberi penjelasan dengan mengkategorikan dua
jenis abstrak yakni sebagai berikut:
“seni abstrak yang secara wujud fisik masih
nampak alam biasanya disebut semi abstrak;
impre-sionisme-abstrak, bahkan kubusme dan
futurisme disebut abstrak. Namun yang benar-
benar abstrak (secara murni) ada dua kategori
yang berbeda: "Ekspresionisme-Abstrak" dan
"Geomteris-Abstrak."
Segi visual karya penulis mengacu pada
karya seniman seperti Anjani Imania Citra Afsiser
dan Jackson Pollock. Seniman beraliran abstrak
dengan tekink ekspresif menjadi sumber inspirasi
dalam perwujudan karya tersebut. Karya Anjani
menyajikan karakter-karakter bercak yang tampak
tersusun secara alami megikuti jalanya sendiri dan
juga perpaduan warna tercipta dengan sendirinya
dibidang kanvas.
Gambar 1. Regeneration, mixed on media on canvas,
120 x 80 cm, 2 panels, 2017
Sumber: https://www.tembi.net/2018/10/20/citra-
bercak-bercak-karya-rupa-anjani/ diakses pada 18
Januari 2019 pukul 10.00 WIB
Akbar Abdulah / IKONIK : Jurnal Seni dan Desain, Vol. 1, No.1, Juli 2019, 67-72
69
Gambar 2. Autumn Rhythm (Number 30)
enamel di atas kanvas , 266,7 x 525,8 cm, 1950
Sumber: http://www.metmuseum.org/toah/works-of-
art/57.92 di akses pada 18 Januari 2019 pukul 10.00
WIB
Karya abstrak yang diciptakan Jackson
Pollock dengan kebebasan menuangkan warna
secara spontan dan ekspresif serta penerapan
warna-warna monokrom dapat memperkuat
kesatuan karya tersebut. Kedua karya di atas
sebagai acuan sekaligus pembanding atas
eksplorasi dan pencapaian artistik dengan konsep
pengkaryaan yang telah dirumuskan.
METODE PENCIPTAAN
Pada penciptaan karya penulis
menggunakan pendekatan proses kreasi. Untuk
mengetahui dinamika suatu proses kreasi dapat
ditelusuri dengan mengacu pada tingkat-tingkat
proses kreasi yang dirumuskan oleh Primadi
Tabrani. Seluruh karya-karya kreatif termasuk
karya seni rupa merupakan hasil kerja proses
kreasi. Oleh karena itu rumusan tingkat-tingkat
proses kreasi Primadi Tabrani dapat dijadikan
acuan untuk untuk menguraikan proses penciptaan
mewujudkan beragam bercak pada cetak tinggi.
Berikut adalah sekma tahapan proses kreasi yang
dirumuskan oleh Tabrani.
Gambar 3. Skema pemetaan proses kreasi
perwujudan karya
Proses kreasi mewujudkan bercak dapat
dibaca melalui skema pemetaan yang telah
dirumuskan penulis terkait tahap ide dan tahap
pelaksanaan. Berikut ini adalah skema pemetaan
proses kreasi yang telah dirumuskan:
1. Tahap Ide
a. Tingkat I Persiapan - II Pengumpulan bahan - III
Empati menuju pra ide - IV Pengeraman pra ide
- V Penetasan ide.
Pada tingkat ini penulis mendapatkan
gejala-gejala untuk memvisaulkan karya yang
berbeda dari karya-karya terdahulu. Gagasan
mewujudkan entitas bercak melalui teknik cetak
tinggi. Gejala tersebut lahir melalui faktor internal
(pribadi penulis) dan eksternal (lingkungan). Di
saat mendapatkan gagasan mevisualkan entitas
bercak penulis mulai melakukan proses eksplorasi
pertama dengan cetak tinggi menggunakan teknik
cukil. Hasil eksplorasi tersebut mengalami
kegagalan secara teknis dan medium pengungakapn
sehingga tidak tercapainya entitas bercak yang
sesuai harapan. Artinya corak bercak tidak
terreprsentasikan menggunakan teknik cukil. Dari
permasalahan hasil eksplorasi menucul pertanyaan
bagaimana mewujudkan gagasan tersebut
menggunakan teknik cetak tinggi. Tetapi tanpa
disadari saat proses eksplorasi ditemukan cetakan
bercak hasil gumpalan lilin batik yang terkena tinta
grafis. Hasil cetakan tersebut mulai ditelusuri
dengan mencari berbagai literatur dan sumber
kajian yang mendukung untuk menelaah definisi
teknik cetak tinggi. Usaha dilakukan untuk
menemukan titik terang bagaimana menyikapi hasil
yang diperoleh. Dengan demikan penulis
menemukan prinsip dasar cetak tinggi yaitu
merekayasa tinggi rendahnya permukaan bidang
datar baik mengurangi atau menambahkan.
Kesimpulan pematangan ide pun telah diperoleh
yaitu menggunakan lilin batik sebagai medium
pengungkap entitas bercak. Pematangan ide terus
berlanjut selama proses ekplorasi untuk
menemukan beberapa pluang yang dapat
dikembangkan terkait lilin batik tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Tingkat VI Aspek luar pelaksanaan
Tingkat ini penulis mencoba beberapa
eksperimen untuk diverifikasi. Pemilihan medium
seperti kertas, kanvas, pisau cukil dilakukan sebagai
kebutuhan untuk mentransfer cetakan (master)
wujud bercak. Memilih penggunaan teknik serta
mempertimbangkan wujud entitas bercak hingga
menghasilkan efek-efek unik guna menstimulus
imaji-imaji penikmat. Adapun gambar hasil proses
eksperimen adalah sebagai berikut:
Akbar Abdulah / IKONIK : Jurnal Seni dan Desain, Vol. 1, No.1, Juli 2019, 67-72
70
Gambar 4. Eksplorasi I bercak
master lilin batik di atas hardobard
Sumber: Dokumentasi penulis, 2019
Eksplorasi di atas merupakan ekspreimen pertama
ketika menemukan meduim lilin batik mampu
mencapai entitas bercak. Visual entitas bercak
tersebut menggunakan lilin batik di atas hardboard
dengan sekali cetakan dikain kanvas mentah yang
tidak dispanram dan dipalmir. Sementara
penerapan warna masih menggunakan warna
monokrom.
Gambar 5. Eksplorasi II bercak
master lilin batik di atas hardobard dan teknik cukil
Sumber: Dokumentasi penulis, 2019
Ekspreimen kedua, menggunakan dua master
cetakan dengan corak entitas yang berbeda.
Master pertama dicetak tiga kali dengan sekali
roll warna pada tiga kertas begitupun master
kedua. Eksperimen ini dibuat untuk
mengetahui ketahanan tinta dengan sekali roll
warna mencapai berapa cetakan. Selain itu
untuk mengamati visual entitas bercak apabila
warna ditumpuk. Proses tersebut bertujuan
mengetahui ketahanan dari lilin batik apabila
memenuhi sayarat ketahanan berpeluang
untuk teknik-teknik lain pada cetak tinggi.
Di tingkatan ini penulis kembali ke tingkat
I, II, III, dan IV. Hal tersebut dilakukan untuk
menelusuri kembali perkembangan dinamika
materi terkait penerapan teknik, pemilihan
medium, penerapan warna, dan cara penyajian.
Usaha mencari berbagai teori dan tinjauan visual
karya seniman terdahulu yang mendukung terus
dilakukan untuk memenuhi perkembangan materi
pada tingkatan ini. Selama proses penelusuran
penulis mendapat kesimpulan terkait
perkembangan materi yang digunakan untuk
memvisualkan entitas bercak. Kesimpulan tersebut
berupa penerapan teknik reduksi, warna
monochrome dan polychrome, teknik kolagraf, dan
cara penyajian dengan meghadirkan sebuah karya
grafis hingga keluar dari konsepsi yang telah
disepakati menyangkut kaidah-kaidah seni grafis.
b. Tingkat VII Aspek integral pelaksanaan - V
Penetasan Ide
Pada tingkat ini penulis mulai melakukan
eksekusi atau preoses perwujudan setelah
menemukan berbagai kebutuhan untuk memenuhi
terwujudnya sebuah ide bercak melalui teknik cetak
tinggi pada seni grafis. Proses awal dilakukan yakni
merancang atau membuat sketsa menggunakan
laptop dengan software Adobe Phhotoshop. Selama
proses perancangan dan perwujudan karya terjadi
berbagai improvisasi dipengaruhi oleh
pengetahuan-pengetahuan yang berkembang saat
proses eksekusi. Menyangkut penyajian karya
(display) tidak seperti karya-karya secara umum
yang dipasang atau digantung didinding, melainkan
didisplay pada lantai. Hal tersebut merupakan
tahap akhir agar mempermudah apresiator dengan
bebas mengamati karya tersebut dengan berbagai
sudut pandang dengan cara mengelilingi karya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setiap karya seni memiliki nilai estetik dan
konsep yang ingin disampaikan oleh senimannya.
Oleh karena itu dibutuhakan ulasan karya yang
menjembatani komunikasi kreator dan apresiator.
Namun karya-karya dihasilkan pada penciptaan ini
tidak membahas pemaknaan sebuah karya pada
umumnya, melainkan peluang berkomunikasi
dengan karya adalah point penting. Menemukan
objek-objek imaji yang menarik perhatian
apresiator dengan sudut pandang jamak dengan
sendirinya mampu memproduksi beragam makna
sesuai pijakannya masing-masing. Haryatmoko
(6:2020) menjelaskan dari diskusi tentang
menelisik geonologi kreativitas seni bahwa;
salah satu kekuatan seni ialah membantu
penikmat untuk bercermin menemukan
kemanusiaannya tanpa harus merasa digurui.
Dengan demikan, penikmat tidak terjebak
pada mencari maksud seniman, namun mau
menyikapi makna karya seni. Bukan
Akbar Abdulah / IKONIK : Jurnal Seni dan Desain, Vol. 1, No.1, Juli 2019, 67-72
71
mengutamakan reproduksi maksud seniman,
tapi memproduksi makna.
Ulasan karya disajikan menyangkut
bagaimana karya bercak tersebut diwujudkan
berdasarkan pertimbangannya.
Gambar 6. Hasil I, Monoprint, reduksi di atas
kanvas, 50 x 75 cm
Sumber: Dokumentasi penulis, 2019
Gambar 7. Hasil I, Monoprint, reduksi di atas
kanvas, 50 x 75 cm
Sumber: Dokumentasi penulis, 2019
Kedua karya di atas meupakan capaian
artistik penulis dalam mewujudkan sebuah bercak.
Karya-karya tersebut menggunakan tekink reduksi
dengan memanfaatkan tiga warna berbeda. Adapun
metode kerja yaitu penuangan lilin batik pada
hardboard dilakukan secara spontan kemudian
mulai mencetak untuk lapisan pertama. Pada
lapisan kedua penulis mengurangi (dicukil) lilin
batik tersebut untuk menghasilkan cetakan
berbeda. mengurangi (dicukil) lilin batik tersebut
untuk menghasilkan cetakan berbeda.
Gambar. 8 Hasil III, Monoprint di atas kanvas, 50 x
80 cm
Sumber: Dokumentasi penulis, 2019
Karya bercak di atas adalah capaian artistik
penulis yang hanya memanfaatkan satu master
cetakan, namun dalam pengerjaanya master
tersebut dicetak berulang-ulang sampai hasil
cetakanya meudar (tidak kluar) dengan posisi yang
berbeda serta mempertimbangkan komposisinya.
Adapun penerapan warna monokrom yang
dilakukan sekali roll pada master dilakukan untuk
mencapai dimensi atau kesan kedalaman sebuah
visual bercak.
KESIMPULAN
Proses penciptaan sebuah karya seni
berawal dari dorongan yang menstimulus
keinginan berdasarkan pengalaman pribadi
ataupun fenomena lingkungan yang terjadi diruang
kerja seni. Fenomena dilingkungan seni grafis yang
didominasi dengan visual karya menyangkut objek-
objek ralitas merupakan langkah awal tercetusnya
sebuah ide visual bercak. Karya visual bercak yang
ditawarkan bersifat komunikatif dalam artian untuk
memperoduksi pemaknaan atau menemukan objek
imaji, bergantung pada respon apresator dan arah
pijakannya. Penerapan teknik reduksi dan
monoprint untuk mencapai beragam visual bercak
yang dapat disusun dan dikomposisikan dengan
pertimbangan artistik. Penyajian karya yang
Akbar Abdulah / IKONIK : Jurnal Seni dan Desain, Vol. 1, No.1, Juli 2019, 67-72
72
diletakan dilantai sebagai upaya untuk apresiator
melakukan rotasi (mengelilingi) karya.
Karya pada penciptaan ini sebagai langkah
awal penulis atau seniman lainya untuk
memperdalam konsep perihal visual bercak. Visual
bercak memilki peluang untuk dieksplorasi atau
dikembangkan lebih dalam dengan karakternya
yang mampu memproduksi objek-objek imajinatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, E. (2019). ANALISIS TANDA PADA KARYA
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL. DESKOVI: Art
and Design Journal, 2(1), 27-34.
Haryatmoko. 2020. “Deteritorialisasi Imajinasi
Melampaui Representasi (Menelisik
Genealogi Kreativitas Seni). Diskusi 70 tahun
ASRI. Lintasan Cita dan Cipta Seni Rupa
Indonesia.
Kartika, Sony Dharsono. 2017. Seni Rupa Modern.
Bandung: Rekayasa Sains.
Marianto, M. Dwi. 2015. Art & Levitation (Seni dalam
cakrawala quantum). Yogyakarta. Pohon
Cahaya.
Palmer, Frederick. 1975. Introducing Monoprints.
New York: Drake Publishers.
Tabrani, Primadi. 2014, Proses Kreasi-Gambar
Anak-Proses Belajar. Jakarta; Erlangga.
Tabrani, Primadi. 2006, Kreativitas dan Humanitas
(Sebuah Studi Tentang Peranan Kreativitas
Dalam Perikehidupan Manusia). Bandung;
Jalasutra.
https://www.tembi.net/2018/10/20/citra-
bercak-bercak-karya-rupa-anjani/ diakses
pada 18 Januari 2019 pukul 10.00 WIB
http://www.metmuseum.org/toah/works-of-
art/57.92 di akses pada 18 Januari 2019
pukul 10.00 WIB
... Atau bisa juga menambah kesan suram dan mencekam. Secara konotatif, efek bercak hitam pada dunia desain menurut (Abdulah, 2020) untuk memperoleh wujud yang berbeda agar peluang visual beragam dan tidak monoton. Kemudian, efek bercak memiliki nilai yang kaya akan objek-objek imajinatif tersembunyi apabila diamati. ...
Article
Full-text available
Visual Comparison of the “Perempuan Berkalung Sorban” Movie Poster and “Homeland” Season 4. The movie poster is a synopsis in graphic form. Movie posters must be carefully considered in order to communicate effectively. “Perempuan Berkalung Sorban” is a drama genre movie that first aired in 2009. While “Homeland“ Season 4 is a TV series movie that aired around October 5, 2014. The two posters are interesting to study because there are similarities but also contradictions. This research generally aims to find out the meaning behind the visuals on the poster. This study uses descriptive qualitative research methods to analyze visual objects, colors, layouts, and typography. The visual analysis uses Roland Barthes' semiotic theory. The results of the study reveal that the two movie posters have many similarities and differences. Both posters use similar objects, colors, and compositions, and the use of objects as backgrounds are similar. However, these two posters also have differences in terms of meaning. Keywords: visual comparison, visual meaning, movie poster, poster semiotics Abstrak Komparasi Visual Poster Film “Perempuan Berkalung Sorban” dan “Homeland” Season 4. Poster film merupakan sebuah sinopsis dalam bentuk grafis. Pembuatan poster film harus dipertimbangkan secara matang agar dapat berkomunikasi secara efektif. “Perempuan Berkalung Sorban” merupakan film drama yang pertama kali tayang pada 2009 silam. Sementara “Homeland” Season 4 merupakan film serial TV yang ditayangkan sekitar 5 Oktober 2014. Kedua poster tersebut menarik untuk diteliti karena ada kemiripan namun juga ada kontradiksi. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui makna di balik visual pada poster. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk menganalisis objek visual, warna, layout dan tipografi. Analisis visual menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kedua poster film tersebut memiliki banyak persamaan dan perbedaan. Kedua poster sama-sama menggunakan objek, warna dan komposisi yang mirip, serta penggunaan objek menjadi background yang serupa. Namun kedua poster ini juga mempunyai perbedaan dari segi maknanya. Kata kunci: komparasi visual, makna visual, poster film, semiotika poster
Deteritorialisasi" Imajinasi Melampaui Representasi (Menelisik Genealogi Kreativitas Seni)
  • Haryatmoko
Haryatmoko. 2020. "Deteritorialisasi" Imajinasi Melampaui Representasi (Menelisik Genealogi Kreativitas Seni). Diskusi 70 tahun ASRI. Lintasan Cita dan Cipta Seni Rupa Indonesia.
Art & Levitation (Seni dalam cakrawala quantum). Yogyakarta. Pohon Cahaya
  • M Marianto
  • Dwi
Marianto, M. Dwi. 2015. Art & Levitation (Seni dalam cakrawala quantum). Yogyakarta. Pohon Cahaya.
Introducing Monoprints
  • Frederick Palmer
Palmer, Frederick. 1975. Introducing Monoprints. New York: Drake Publishers.
Kreativitas dan Humanitas (Sebuah Studi Tentang Peranan Kreativitas Dalam Perikehidupan Manusia)
  • Primadi Tabrani
Tabrani, Primadi. 2006, Kreativitas dan Humanitas (Sebuah Studi Tentang Peranan Kreativitas Dalam Perikehidupan Manusia). Bandung;