ArticlePDF Available

Analisis Dramatistic Pentad Unsur Konsumerisme Dalam Film They Live 1988

Authors:

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisa pentad dramatisme Kenneth Burke. Di penelitian ini, meneliti film They Live yang mengandung adegan-adegan yang menggambarkan bagaimana konsumerisme mempengaruhi kehidupan masyarakat dan terdapat relevansi tentang apa yang digambarkan di dalam film They Live pada tahun 1988 tersebut dengan realita era masa kini. Penelitian ini mengkritik konsumerisme, suatu pemahaman yang dimana individu atau kelompok secara sadar melakukan kegiatan konsumsi barang-barang hasil produksi yang berlebihan, kemudian menumbuhkan efek candu pada manusia terhadap suatu produk yang berakibat pada sulitnya menghilangkan sifat ketergantungan dan candu pada produk itu. Hal tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard sebagai kritik terhadap konsumerisme bahwa terdapat realita semu pada masyarakat posmodern. Namun tanpa disadari, nilai-nilai tersebut sudah menyebar luas dalam berbagai media massa, salah satunya film. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan kajian terhadap film They Live guna melihat bagaimana film tersebut menggambarkan unsur konsumerisme.
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. 7 No. 1 Maret 2020
ISSN: 2355-0287, e-ISSN: 2549-3299 62
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jika
Analisis Dramatistic Pentad Unsur Konsumerisme Dalam
Film They Live 1988
Alan Satjakoesoemah1, Sarah Vania Rizky2, Elviera Joelanda Sharinta3
1LSPR Business and Communication Institute, e-mail: rdalansaputra@gmail.com
2 LSPR Business and Communication Institute, e-mail: sarahvania226@gmail.com
3 LSPR Business and Communication Institute, e-mail: elvierajoesha@gmail.com
ABSTRACT
Konsumerisme adalah suatu pemahaman yang dimana individu atau kelompok secara sadar melakukan kegiatan
konsumsi barang-barang hasil produksi yang berlebihan, kemudian menumbuhkan efek candu pada manusia
terhadap suatu produk yang berakibat pada sulitnya menghilangkan sifat ketergantungan dan candu pada produk
itu. Hal tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard sebagai kritik terhadap konsumerisme
bahwa terdapat realita semu pada masyarakat posmodern. Namun tanpa disadari, nilai-nilai tersebut sudah
menyebar luas dalam berbagai media massa, salah satunya film. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis
melakukan kajian terhadap film They Live guna melihat bagaimana film tersebut menggambarkan unsur
konsumerisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisa pentad dramatisme Kenneth
Burke. Di akhir penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa film They Live mengandung adegan-adegan yang
menggambarkan bagaimana konsumerisme mempengaruhi kehidupan masyarakat dan terdapat relevansi tentang
apa yang digambarkan di dalam film They Live pada tahun 1988 tersebut dengan realita era masa kini.
Keywords: They Live, konsumerisme, kritik konsumerisme, jean baudrillard, analisis dramatistic pentad
ABSTRACT
Consumerism is an understanding whereby individuals or groups consciously engage in excessive
consumption of goods, and then develop an opium effect on humans against a product which results in the
difficulty of eliminating the nature of addiction in the product. It is a disease psyches that unknowingly infect
humans in their daily lives. This is the same as that of Jean Baudrillard as a criticism of consumerism that
there is a false reality in posmodern society. However unknowingly, these values have already
widespread in various mass media, one of them is in a movie. Based on this background, the author conducted
a review of the movie They Live to see how the movie depicts the element of consumerism. This study uses
qualitative methods with Kenneth Burke’s dramatistic pentad analysis technique. At the end of this study, it
can be concluded that They Live movie contains scenes that illustrate how consumerism affects people's lives
and there is relevance about what is depicted in the 1988 They Live movie with the realities of the present
era
Keywords: They Live, consumerism, critics on consumerism, jean baudrillard, dramatistic pentad analysis,
kenneth burke
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. 7 No. 1 Maret 2020
ISSN: 2355-0287, e-ISSN: 2549-3299 63
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jika
PENDAHULUAN
Pada tahun 1988 terdapat sebuah film fiksi ilmiah
They Live (1988) yang kemudian menjadi sebuah
film cult classic, arahan sutradara sekaligus penulis
skenario John Carpenter asal Amerika Serikat yang
menarik banyak perhatian serta menjadi inspirasi
bagi banyak sutradara muda. Film ini menceritakan
tentang sekelompok ras makhluk luar angkasa yang
menyamar menjadi manusia dan menciptakan
budaya konsumerisme sebagai alat untuk
menaklukan dan mengeksploitasi manusia untuk
meraup sumber daya alam bumi. Makhluk luar
angkasa tersebut menggunakan suatu sinyal
frekuensi misterius yang berfungsi sebagai
semacam alat kontrol pikiran, membuat manusia
tidak dapat melihat wujud asli mereka dan
membuat manusia tunduk pada pesan-pesan
subliminal yang disebarkan oleh makhluk luar
angkasa tersebut melalui perantara media.
Cerita ini berpusat pada seorang tunawisma
nomaden bernama John Nada, yang pergi ke kota
Los Angeles untuk mencari pekerjaan namun
setelah melalui hari-harinya di Los Angeles ia
menemukan sebuah kacamata yang dapat melihat
realita dunia sebagaimana aslinya, yang ternyata
melalui kacamata tersebut, dunia dipenuhi oleh
banyak pesan-pesan yang mengandung unsur
konsumerisme, pesan-pesan subliminal tersebut
terdapat di majalah, produk makanan, papan iklan,
poster dan lain sebagainya. Situasi dan kondisi
masyarakat yang digambarkan di dalam film They
Live terlihat memperihatinkan, kemiskinan dan
kriminalitas merajalela namun golongan
masyarakat kaya semakin kaya, tidak nampak
golongan masyarakat kelas tengah, hanya ada kelas
atas dan bawah, kaya dan miskin. Fenomena yang
digambarkan di dalam film tersebut dipengaruhi
oleh masyarakat konsumeris.
Film ‘They Live’ memiliki banyak unsur social
politik dan salah satunya adalah konsumerisme
dilihat dari pesan-pesan subliminal yang ada di
dalam synopsis dan film tersebut, seperti “OBEY”,
“CONFORM”, “MARRY AND REPRODUCE”
yang mengandung unsur konsumerisme.
Gambar 1. "Sunglasses Scene" 33:04, dari film
'They Live'
Media berperan penting dalam mengkonstruksi
paradigma orang-orang dengan mengkonversi hal-
hal tersier menjadi primer, juga telah menjadi salah
satu alasan kenapa penulis mengambil unsur
konsumerisme sebagai pokok bahasan skripsi
adalah karena fenomena konsumerisme yang ada
dalam film tersebut unik, mengapa? Karena
fenomena konsumerisme ternyata sudah di
antisipasi dari era 80-an dan terus terjadi seiring
dengan berjalannya waktu dan perkembangan
teknologi media dan informasi hingga era masa
kini. Konsumerisme yang di presentasikan dalam
film buatan tahun 1988 ‘They Live’ tersebut relevan
dengan era masa kini yang dimana teknologi
informasi tersebar luas di belahan dunia manapun,
bahwa konsumerisme sebagai hasil dari kapitalisme
dan didukung oleh media terjadi di berbagai
tempat, bukan hanya di Amerika Serikat saja.
Peneliti mengambil demikian dari sudut pandang
bahwa konsumerisme itu tidak lain hanyalah realita
semu yang di buat-buat yang dibantu oleh media
dan terus berjalan hingga saat ini.Sebelumnya
penelitian mengenai topik konsumerisme dan film
yang menggunakan teori dramatisme pentad sudah
ada dan banyak, seperti contohnya adalah
penelitian Pawanti (2013) mengenai bagaimana
pemaparan pemikiran Jean Baudrillard mengenai
konsumerisme dan juga dari penelitian dramatisme
pentad ada juga dari hasil penelitian Jonathan
Ritchie (2015) yang meneliti propaganda Amerika
Serikat dalam film Saving Private Ryan yang
menggunakan teori dramatisme pentad. Peneliti
menggunakan dua teori dalam penelitian ini yaitu
teori masyarakat konsumsen dari Jean Baudrillard
dan teori dramatisme pentad dari Burke. Ketika
peneliti melihat film ‘They Live’ memiliki unsur
konsumerisme, peneliti menganalisisnya
menggunakan teori dramatisme pentad untuk
menguraikan dan menjelaskan konsumerisme yang
terdapat dalam beberapa adegan film ‘They Live’
dan teori masyarakat konsumsi Jean Baudrillard
untuk menjelaskan fenomena konsumerisme itu
sendiri.
Fenomena konsumerisme dalam film tersebut dapat
dijelaskan dengan teori-teori seorang filsuf asal
Prancis, Jean Baudrillard (1998), dalam bukunya
The Consumer Society: Myths and Structures,
masyarakat era modern membeli barang dan jasa
tidak semata untuk kebutuhan atau membeli karena
barang dan jasa tersebut terdapat nilai gunanya,
melainkan untuk gaya hidup, trend, prestise dan
gengsi semata, dan dari hal-hal tersebut
terbentuklah gaya hidup yang disebut dengan
konsumerisme yang dipicu oleh adanya media-
media yang mempengaruhi paradigma dan sikap
masyarakat dalam membeli barang dan jasa dan
media tersebut adalah media elektronik maupun
media informasi. Namun, media selain memicu
masyarakat untuk menjadi konsumtif, media yang
seperti itu juga berangkat dari sifat egois
masyarakat sendiri, jadi media menurut Baudrillard
(1998) adalah sebuah cermin bagi masyarakat
sekaligus sebagai alat (yang dihasilkan dari sifat
masyarakat tersebut) untuk mempengaruhi
masyarakat dalam kehidupan konsumer. Kemudian,
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. 7 No. 1 Maret 2020
ISSN: 2355-0287, e-ISSN: 2549-3299 64
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jika
dalam The System of Objects, Baudrillard (1996)
menguraikan bagaimana konsumen membeli ke
dalam "kode" tanda atau simbol daripada makna
dan nilai guna dari objek itu sendiri. Analisisnya
tentang proses adalah simbol berhenti mengarah ke
objek atau simbol yang ada di belakangnya,
melainkan pada tanda-tanda lain yang bersama-
sama membentuk sebuah "kode" yang kohesif
namun kacau, yang berpuncak pada "pembunuhan
realitas" (Baudrillard, 1996).
Kenneth Burke (1969) mengidentifikasi teorinya
yaitu Dramatisme sebagai alat untuk mengetahui
apa dan mengapa orang-orang melakukan sesuatu
dilihat dari motif mereka. Hal yang diidentifikasi
salah satunya adalah bahasa. Seperti yang
dijelaskan oleh Em Griffin (2012), bahwa Burke
meyakini bahasa sebagai respon strategis atau
penting di suatu situasi yang spesifik. Konsep
utama Burke dalam dramatism tertuju pada adanya
simbol, bahasa, dan komunikasi. Dimulai dari
adanya pengenalan kata yaitu tindakan (action) dan
gerakan (motion). Dramatisme membantu peneliti
untuk mengamati suatu kejadian dengan lebih
cermat dan terperinci.
Berdasarkan latar belakang dan teori yang telah
penulis uraikan di atas maka penulis merumuskan
masalah sebagai Bagaimana konsumerisme yang
terdapat di dalam film They Live (1988) dan apa
relevansinya dengan era masa kini? . Dalam
menjalankan penelitian ini, penulis memiliki
tujuan-tujuan, yaitu untuk menganalisa dan
mengetahui pesan-pesan konsumerisme apa saja
yang terdapat di dalam film karya John Carpenter,
They Live tahun 1988 dan untuk mengetahui
relevansi konsumerisme yang digambarkan di
dalam film They Live (1988) dengan realita masa
kini.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis akan melihat
bagaimana data-data di gunakan dan di analisa
dalam penelitian ini. Pada penelitian yang berjudul
Analisis Dramatistic Pentad Unsur Konsumerisme
dalam Film They Live (1988) penulis
menggunakan metode kualitatif. Daymon dan
Holloway (2011) dalam bukunya yang berjudul
Qualitative Research Methods in Public Relations
and Marketing Communications menjelaskan
mengenai metode penelitian kualitatif yaitu,
penelitian kualitatif berkatian dengan pandangan
interpretative tentang dunia dan sekitarnya.
Kualitatif tertarik dalam mengeksplorasi hubungan
makda dan komunikasi, dan bagaimana realitas
social dibangun dari sudut pandang orang-orang
yang sedang dipelajari. Selain itu penelitian
kualitatif dapat digunakan dalam sebuah proyek
penelitian atau kombinasi dengan penelitian
kuantitatif (Daymon & Holloway, 2011).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data melalui metode pengumpulan
data primer dan pengumpulan data sekunder dan
data sekunder untuk mendukung hasil yang
diperoleh yaitu melalui buku, situs internet dan
artikel jurnal.
Dalam teknik analisis data penulis menggunakan
teknik analisis dramatistik pentad untuk
menganalisa film They Live (1988). Dramatistik
mempunyai sudut pandang atau pemikiran bahwa
kehidupan kita adalah drama, dengan memberi
kritik terhada setiap spesifikasi pola dan tingkah
laku yang di demonstrasikan oleh berbagai pemain.
Sama halnya dengan suatu pertunjukan, pola dan
tingkah laku tersebut berfungsi sebagai
penghubung untuk membuktikan motif dan
perilaku manusia (West & Turner, 2010, p. 329).
Berikut ini adalah lima dari model dramatistik
pentad Burke (West & Turner, 2010), yaitu:
1. The Act Apa tindakan yang dilakukan?
Adalah penunjukkan, demonstrasi dari tindakan
dan pola yang dilakukan oleh tokoh.
2. The Scene Kapan tindakan tersebut
dilakukan?
Menyediakan konteks yang mengiringi tindakan
tersebut.
3. The Agent Siapa yang melakukan
tindakan tersebut?
Merupakan seseorang yang menunjukkan tindakan
tersebut.
4. The Agency Bagaimana Agent
melakukan tindakan tersebut.
Merujuk pada suatu tindakan lain yang digunakan
Agent untuk melakukan tindakan tersebut seperti
strategi penyampaian pesan, pidato belasungkawa,
penulisan surat permohonan pengunduran diri,
negosiasi perdamaian di daerah konflik Suriah.
5. Purpose Mengapa tindakan tersebut
harus dilakukan?
Merujuk pada aims and goals dari apa yang
diinginkan oleh agen dalam perbuatannya.
Tabel 1. Bentuk Paralel Pentad
Act
Response
Scene
Situation
Agent
Subject
Agency
Stimulus
Purpose
Target
Sumber: Bentuk Paralel Pentad, dari Griffin, 2004,
p. 315.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di dalam film They Live para alien menguasai
manusia dengan memanfaatkan sifat serakah
manusia yang mudah untuk dipecah belah, para
alien mengeksploitasi kondisi hiperrealitas
manusia yang kemudian dari hiperrealitas
tersebut, para alien menggiring manusia kepada
simulacra menggunakan media yang media itu
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. 7 No. 1 Maret 2020
ISSN: 2355-0287, e-ISSN: 2549-3299 65
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jika
sendiri adalah sebagai refleksi dari pola perilaku
masyarakat itu sendiri. Para alien memerangkap
manusia kedalam realitas palsu yang pada
akhirnya terciptalah masyarakat konsumen,
sebuah lingkaran setan yang berujung pada
kehancuran (Baudrillard, 1994). Hal yang
digambarkan oleh film They Live merefleksikan
manusia yang selalu berseturu satu dengan sama
lainnya, seperti perang, melakukan
pengerusakan alam, degradasi moral dan lainnya
itu berasal dari manusia itu sendiri, salah
satunya adalah sifat berlebih-lebihan dan tidak
pernah mau puas. Dalam buku Baudrillard yaitu
The Consumer Society: Myth and Structures,
menurut Baudrillard (1998), manusia
mengkonsumsi suatu produk, barang dan jasa
bukan lagi pada nilai guna untuk memenuhi
kebutuhan fungsional dari barang atau jasa
tersebut namun lebih kepada pemenuhan gengsi
dan prestise, pada sistem tanda dan kode.
Dengan sistem tersebut berdampak pada
munculnya kesenjangan sosial, perbedaan kelas-
kelas sosial dan menurutnya, bila konsumen
tidak berhati-hati, maka akan terjerumus kepada
hedonisme (Baudrillard, 1996), dan lebih parah
lagi, akan terjerumus kepada nihilisme
(Baudrillard, 1994).
Hal-hal tersebut digambarkan dengan jelas di
film They Live sebagai kritik pada
konsumerisme di adegan awal pembuka film
yang mengambarkan kondisi ekonomi dan sosial
yang buruk bagi kaum kelas bawah dan kondisi
ekonomi dan sosial yang baik bagi kaum kelas
atas yang di dalam film They Live mayoritas
dari mereka adalah alien yang menyamar
menjadi manusia. Selain itu digambarkan lagi di
adegan kedua yang dimana terdapat tayangan
televisi yang menampilkan banyak tayangan
yang menyuguhkan kehidupan ideal, yang jika
berhasil dicapai oleh seseorang maka orang
tersebut akan mendapatkan kebahagiaan,
padahal belum tentu itu menjamin kebahagiaan
seseorang namun di dalam film They Live
banyak orang yang berlomba-lomba dalam
meraih kebahagiaan yang tidak pasti tersebut.
Juga di adegan ketiga yang dimana John Nada,
masih mempercayai american dream namun ia
tempuh dengan cara yang sama dan tidak
kreatif, yang berujung pada hidup yang sama
saja tanpa ada perubahan sedikitpun, walaupun
demikian John merasa nyaman dengan itu,
padahal itu tidak baik baginya karena jika ia
terus berada di dalam pola pikirnya maka ia
tidak akan pernah mendapatkan tempat tinggal
yang layak dan akan terus tinggal berpindah-
pindah tempat dan tetap menjadi tunawisma.
Pada adegan keempat, ketika tayangan televisi
diretas oleh seseorang dan orang tersebut
berkata “Our impulses are being redirected. We
are living in an artifically induced state of
consciousness that resembles sleep”. Adegan ini
menggambarkan aspek simulacra di dalam film
They Live, yang dimana masyarakat
digambarkan oleh film They Live sebagai
masyarakat yang hidup di dalam perangkap
simulasi palsu yang semu yaitu konsumerisme,
sehingga masyarakat tersebut dapat dengan
mudah dikuasai dan diperbudak oleh alien di
dalam film They Live. Kemudian orang tersebut
melanjutkan kata-katanya “...and we are their
unwitting accomplices. Their intention to rule
rests with the annihilation of counsciousness.
We have been lulled into a trance. They have
made us indifferent to ourselves, to others. We
are focused only on our own gain. We ha
Please understand, they are safe as long as they
are not discovered. That is their primary method
of survival. Keep us asleep, keep us selfish, keep
us sedated”. Orang di dalam film They Live
tersebut menyinggung tentang hancurnya
kesadaran, dibiusnya masyarakat kedalam
kesenyapan dan kepasifan pada kejadian sekitar,
masyarakat yang terbagi-bagi dan terpecah
belah, sikap apatis dan egois. Hal ini
merefleksikan kondisi masyarakat secara umum
yang menurut Malpas (2005), dalam The
Postmodern masyarakat yang semakin menuju
kepada nihilisme dikarenakan oleh
konsumerisme yang bersinergi dengan pesatnya
perkembangan teknologi.
Pada adegan kesebelas di gambarkan di dalam
film They Live seorang perempuan kelas atas
yang tengah memasukkan banyak barang
belanjaannya kedalam bagasi mobil, ia ditemani
oleh kedua pembantu rumah tangganya,
perempuan itu ternyata berwujud asli alien, hal
ini merefleksikan sebagai situasi dan kondisi
hiperrealis seseorang yang menjadi simulacra
dan dari proses tersebut, orang itu berkontribusi
membentuk apa yang dinamakan sebagai
masyarakat konsumen. Di adegan kesebelas
yang penulis pilih ini perempuan tersebut
dengan terus menerus meracau dan berbicara
kepada kedua pembantu rumah tangganya
sambil memasukkan banyak barang
belanjaannya, mereka berdua tampak terlihat
tidak tertarik dengan omongan majikannya, hal
ini merefleksikan sikap acuh tak acuh dan
egoisme sang majikan dengan barang
belanjaannya yang banyak dan mahal.
Kemudian, masih di adegan yang sama John
Nada melihat beberapa perempuan yang sedang
berada di sebuah salon, dan perempuan-
perempuan tersebut ternyata adalah para alien
yang menjelema menjadi manusia, digambarkan
di dalam film They Live mereka sangat
memerhatikan penampilan, simbol dan gengsi,
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. 7 No. 1 Maret 2020
ISSN: 2355-0287, e-ISSN: 2549-3299 66
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jika
dan dalam film ini mereka adalah alien berwajah
buruk rupa yang menjelema menjadi
perempuan-perempuan cantik, ini merefleksikan
buruknya individu-individu konsumeris dan
adegan ini adalah sebagai contoh dari simulacra
dan konsumsi kompulsif, sebagaimana yang
dijelaskan menurut Baudrillard (1983) di dalam
Simulations dan menurut Firat, Kutucuoglu,
Saltik dan Tuncel (2013) di dalam Consumer
Culture and Consumer Society.
Seiring berjalannya waktu dan pesatnya
pertumbuhan teknologi, tidak bisa dipungkiri
lagi bahwa konsumerisme akan semakin
menyebar luas dan masyarakat akan dengan
mudah terpapar oleh konsumerisme. Di dalam
film They Live, kondisi dunia pada saat itu
diwarnai dengan kesenjangan sosial,
kriminalitas meningkat, sumber daya alam
banyak yang semakin menipis, dan semua itu
adalah rencana dari para alien yang menduduki
bumi, untuk mengkuras sumber daya alam, hal
ini merefleksikan bahwa sikap berlebih-lebihan
manusia dapat berujung pada kehancuran
manusia itu sendiri, salah satunya dengan cara
menenggelamkan diri di dalam pusaran
konsumerisme yang hal tersebut berdampak
langsung pada psikis dan fisik. Baudrillard
(1998) dalam The Consumer Society: Myths and
Structures berpendapat bahwa satu-satunya
solusi untuk masalah konsumerisme itu terletak
pada perubahan dalam hubungan sosial dan
dalam logika sosial. Masyarakat membutuhkan
logika sosial yang membawa kemakmuran
pertukaran simbolis, bukan pertukaran simbolis
dengan tujuan prestise semata, masyarakat harus
lebih mementingkan bagaimana setiap individu
bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan,
karena menurutnya konsumerisme berbahaya
karena menumpulkan rasa empati yang hal
tersebut akan membawa masyarakat kepada
budaya konsumeris nihilistik. Hal ini jika
dibiarkan akan sangat berdampak pada generasi
yang akan datang, efeknya adalah jangka
panjang.
KESIMPULAN
Penelitian dimulai dengan sebuah penemuan
bahwa film They Live (1988) adalah sebuah
film yang mengandung unsur-unsur
konsumerisme. Penemuan tersebut penulis
dapatkan berdasarkan penggambarkan baik
secara verbal maupun non verbal bahwa terdapat
unsur-unsur konsumerisme di dalam film They
Live (1988) dan terdapat relevansi antara
konsumerisme yang digambarkan di dalam film
They Live dengan realita masa kini. Relevansi
dengan masa kini yang penulis dapatkan
tersebut bersifat mencakup semua budaya
manusia secara umum dan relevansi
konsumerisme yang digambarkan di dalam film
They Live (1988) mencakup kehidupan manusia
di berbagai dunia.
Melalui hasil analisa dramatistic pentad Kenneth
Burke yang terdiri dari act, scene, agent, agency,
purpose terhadap pesan verbal dan non verbal
dalam film They Live, penulis menemukan
bahwa:
1. Film They Live tersebut secara jelas
menggambarkan bagaimana fenomena
konsumerisme yang berdampak buruk
bagi masyarakat di dalam film They
Live. Dampak buruk tersebut
berdasarkan penggambaran masyarakat
di dalam film They Live adalah seperti
acuh tak acuh dengan sesama manusia
dan lingkungan, pandangan-pandangan
manusia yang hanya memikirkan
dirinya sendiri, nihilisme, apatis dan
kehidupan yang monoton, kerja, hidup
dan mati. Sifat egoisme dalam
masyarakat di film tersebut berakibat
pada habisnya sumber daya alam,
rusaknya lingkungan akibat budaya
konsumtif yang berlebihan dan
degradasi moral. Selain penggambaran
konsumerisme secara umum,
didapatkan juga penggambaran
simulacra dan hiperrealitas secara
spesifik di beberapa adegan tertentu.
2. Ditemukan juga relevansi dari
konsumerisme yang digambarkan di
dalam film They Live dengan realita
masa kini. Konsumerisme pada film
They Live tampak semakin nyata
dengan realita masa kini dikarenakan
cepatnya perkembangan teknologi
sehingga konsumerisme dapat
menyebar dan tidak terbatas hanya
dengan media televisi dan papan
billboard sebagaimana yang
digambarkan di dalam film They Live
namun konsumerisme era masa kini
menyebar melalui internet.
Selain itu, terdapat juga adanya penggambaran
media sebagai refleksi masyarakat. Masyarakat
yang di gambarkan di dalam film They Live
terlihat tidak peduli, egois dan berlebih-lebihan
dalam cara berfikir dan dalam kehidupannya,
media yang di gambarkan di dalam film juga
bersifat sebagaimana masyarakat. Media yang
ada di dalam film They Live, seperti maraknya
iklan-iklan konsumeris, adalah refleksi dari
masyarakat, karena jika masyarakat yang ada di
dalam film tersebut saling peduli dan aktif
dalam menyikapi kejadian yang ada di
sekitarnya, para makhluk luar angkasa tersebut
tidak akan dengan mudah menguasai dunia,
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. 7 No. 1 Maret 2020
ISSN: 2355-0287, e-ISSN: 2549-3299 67
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jika
mengekspolitasi manusia dan sumber daya alam
bumi.
REFERENSI
Baudrillard, J. (1983). Simulations.
Semiotext[e].
Baudrillard, J. (1983). Simulations.
United States: Semiotext[e].
Baudrillard, J. (1994). Simulacra and
simulation. (S. Glaser, Trans.) Ann Arbor,
Michigan, United States of America:
University of Michigan Press.
Baudrillard, J. (1996). The System of
Objects. (J. Benedict, Trans.) London and New
York: Verso Books.
Baudrillard, J. P. (1998). The Consumer
Society: Myths and Structures. In J. P. Baudrillard,
The Consumer Society: Myths and Structures.
London: SAGE.
Britannica, T. E. (2014, Juli 31). Jean
Baudrillard. Retrieved November 1, 2017, from
Encyclopædia Britannica:
https://www.britannica.com/biography/Jean-
Baudrillard
Britannica, T. E. (2017, Juni 05). Kenneth Burke.
(T. E. Britannica,
Editor) Retrieved November 1, 2017, from
Encyclopædia Britannica:
https://www.britannica.com/biography/Kennet
h-Burke
Bryant, J., & Zillmann, D. (2002).
Media Effects: Advances in Theory and Research
(2nd ed.). Mahwah, New Jersey, United States
of America: Lawrence Erlbaum Associates.
Conley, D. (2013). You May Ask
Yourself: An Introduction to Thinking Like a
Sociologist (3rd ed.). New York: W.W.
Norton.
Daymon, C., & Holloway, I. (2011).
Qualitative Research Methods in Public Relations
and Marketing Communications. New York:
Routledge.
Franco, L. (Producer), Carpenter, J.
(Writer), & Carpenter, J. (Director). (1988). They
Live [Motion Picture]. United States of
America: Universal Pictures.
Griffin, E. (2012). A First Look At
Communication Theory. New York: The McGraw-
Hill Companies, Inc.
imdb.com. (1988). They Live. Retrieved
from IMDb.com:
http://www.imdb.com/title/tt0096256
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2008).
Theories of Human Communication. Belmont:
Cengage Learning.
Malpas, S. (2005). The Postmodern.
New York: Routledge. Merriam-
Webster. (n.d.). Retrieved from Simulacra:
http://www.merriam-
webster.com/dictionary/simulacrum
Perse, E. M. (2001). Media Effects and
Society. New York: Routledge.
Underground, E. O. (2016, Juni 6). They Live in
John Carpenter's Own
Words. youtube.com.
West, R., & Turner, L. H. (2000).
Introducing Communication Theory: Analysis and
Application. New York: McGraw-Hill.
West, R., & Turner, L. H. (2010).
Introduction Communication Theory: Analysis and
Application. New York: McGraw-Hill.
PROFIL PENULIS
Berikan penjelasan singkat mengenai profil
penulis
... Other research with this theory is film analysis. The film "They Live" contains scenes that illustrate how consumerism affect people's lives (Satjakoesoemah et al., 2020). ...
... The term "scene" simply refers to the numerous contexts in which actors engage in activity (Satjakoesoemah et al., 2020). Scene may be thought of as a container for activity. ...
Article
This article aims to analyze Ganjar Pranowo's posts on social media. Ganjar Pranowo is one of the presidential candidates who has great potential in the 2024 presidential election because he is one of the candidates from the winning party (incumbent) in the previous election. As a presidential candidate, Ganjar realizes the importance of social media in socializing himself and building a positive image as a presidential candidate. One social media platform that is well managed is Instagram. On his Instagram account, namely @ganjar_pranowo, Ganjar posts all his activities as part of political communication in an effort to attract the attention of the Indonesian people ahead of the election. The research method used is a qualitative method with pentad analysis consisting of 5 elements: act, scene, agent, agency and purpose). The research results found that Ganjar plays as the main actor and rhetorical communicator (act); applies election and social media (scene); roles as a political actor with a humanist and simple figure (agent); nationalist-religious (agency); and he attracts public attention, public sympathy and winning elections (purpose).
... Penelitian terdahulu keempat selanjutnya yang ditemukan yakni "Analisis Dramatistik Pentad Unsur Konsumerisme Dalam Film They Life 1988" yang ditulis oleh (Satjakoesoemah et al., 2020). Dalam penelitian terdahulu ini, penelitian dilakukan menggunakan objek pada film yang didalamnya dinilai adanya pesan-pesan konsumerisme. ...
... Objek penelitian ini merupakan Film They Live 1988 berlandaskan penelitian terdahulu "Analisis Dramatistik Pentad Unsur Konsumerisme Dalam Film They Life 1988" yang ditulis oleh (Satjakoesoemah et al., 2020) , dengan berupa data sekunder dari penelitian terdahulu yang berupa rujukan objek yakni berupa karya film. Penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui bukti-bukti unsur yang mendasar dari teori dramatisme yakni: identifikasi dan rasa rasa bersalah guilt dalam film "They Live 1988". ...
Article
Full-text available
According to Burke, Dramatism means humans can learn and understand motives in all human interactions through symbols. Burke sees that the motives behind people's actions are essential for analyzing and finding out why people do and say what they do. Apart from the dramatic Pentad which is one of the important concepts in dramatism, there are identification, guilt and ratio. There are six ways of identification, formal patterns, framing, ambiguous symbols, mystification, and scapegoats. There are two forms of guilt, namely mortification and victimage. There are two forms of guilt, mortification and labeling the enemy or the victim of victimage. This study aims to analyze existing data to present the basic findings of dramatism theory, identification and guilt in the film "They Life 1988". This research was conducted with a qualitative descriptive approach, by analyzing findings from previous research or secondary data which will generate basic findings as the results of the analysis, namely: identifying which there are six parts, namely identification, formal patterns, framing, ambiguous symbols, mystification and scapegoat. Then it generates guilt in which there are two parts, mortification and labeling of the enemy or the victim of vicitimage.
Book
Grounded in theoretical principle, Media Effects and Society help students make the connection between mass media and the impact it has on society as a whole. The text also explores how the relationship individuals have with media is created, therefore helping them alleviate its harmful effects and enhance the positive ones. The range of media effects addressed herein includes news diffusion, learning from the mass media, socialization of children and adolescents, influences on public opinion and voting, and violent and sexually explicit media content. The text examines relevant research done in these areas and discusses it in a thorough and accessible manner. It also presents a variety of theoretical approaches to understanding media effects, including psychological and content-based theories. In addition, it demonstrates how theories can guide future research into the effects of newer mass communication technologies. The second edition includes a new chapter on effects of entertainment, as well as text boxes with examples for each chapter, discussion of new technology effects integrated throughout the chapters, expanded pedagogy, and updates to the theory and research in the text. These features enhance the already in-depth analysis Media Effects and Society provides.
Book
Three orders of simulacra: 1. counterfeits and false images: from renaissance to industrial revolution, signs become mode of exchange, these signs are obviously flase. 2. Dominated by production and series: mass produced signs as commodities, signs refer not to reality but to other signs (money, posters). 3. Pure simulacra: simulacra mask over the idea that there is no reality, reality is an effect of simulacra (disneyland masks simulacra of LA, Prison masks nonfreedom outside the walls).
You May Ask Yourself: An Introduction to Thinking Like a Sociologist
  • D Conley
Conley, D. (2013). You May Ask Yourself: An Introduction to Thinking Like a Sociologist (3rd ed.). New York: W.W. Norton.
They Live in John Carpenter's Own Words
  • E O Underground
Underground, E. O. (2016, Juni 6). They Live in John Carpenter's Own Words. youtube.com.