ArticlePDF Available

PENGARUH RASIO SISWA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK DI MI MA’ARIF NGAMPELDENTO SALAMAN KAB.MAGELANG JAWA TENGAH

Authors:

Abstract

Abstrak The Influence of Student Study Groups on the Social Cognitive Development of Students in the Mi Ma’arif Ngampeldento Salaman Kab. Magelang, Central Java. The number of students in a class can influence learning in the classroom. Students who are too many or too few will have an impact on the developmental psychology of students especially the child’s social cognitive. Because the ideal number of students will occur social interaction between students so that learning can run effectively.Data collection techniques in this study used interview and observation techniques. Data analysis techniques used in this study with descriptive research, a researcher conducts the analysis only up to the description level, namely analyzing and presenting facts systematically so that it can be more easily understood and concluded. Based on the results of the study that the number of students a little does not always show the social cognitive of students is good, but on the contrary the social cognitive of students in MI Ma’arif Ngampeldento is low. There are several factors, namely (1) Lack of exchange of ideas between students due to the small number of friends in the school environment. (2) The lack of interaction between students in the school environment. (3) there are no peers in one school that lives the same / close. (4) the geographical location of the children’s school environment which is far from the city center. (5) Lack of parental care in children’s cognitive development. (6) Teachers who are less capable in carrying out their duties. Abstrak Pengaruh Rombongan Belajar Siswa Terhadap Perkembangan Kognitif Sosial Peserta Didik Di Mi Ma’arif Ngampeldento Salaman Kab.Magelang Jawa Tengah. Jumlah siswa dalam suatu kelas dapat mempengaruhi pembelajaran di dalam kelas. Siswa yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan berdampak pada psikologi perkembangan peserta didik khusunya kognitif sosial anak. Karena jumlah siswa yang ideal akan terjadi interaksi sosial antar peserta didik sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan penelitian deskripsi, seorang peneliti melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah siswa sedikit tidak selalu menunjukan kognitif sosial peserta didik baik, tetapi sebaliknya yaitu kognitif sosial peserta didik di MI Ma’arif Ngampeldento rendah. Hal ini ada beberapa factor yaitu (1) Kurangnya pertukaran ide antar siswa karena sedikitnya jumlah teman di lingkungan sekolah. (2) Minimnya interaksi antar siswa di lingkungan sekolah. (3) tidak terdapat teman sebaya dalam satu sekolah yang bertempat tinggal sama/dekat. (4) letak geografis lingkungan sekolah anak yang berada jauh dari pusat kota. (5) Kurangnya kepedulian orangtua dalam perkembangan kognitif anak. (6) Guru yang kurang cakap dalam menjalankan tugasnya.
Volume 8 Nomor 1 Januari - Juni 2020
- 139 -
E-ISSN : 2503-0256 / ISSN : 2355-0155
ELEMENTARY
Diakses di : http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/elementary
Islamic Teacher Journal
PENGARUH ROMBONGAN BELAJAR SISWA
TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF SOSIAL
PESERTA DIDIK DI MI MAARIF NGAMPELDENTO SALAMAN
KABUPATEN MAGELANG JAWA TENGAH

STAINU Purworejo, Indonesia






       
       
   
    
      
        
       
 
       
  
     
      
        
          
   
 
        
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
140
         



  
        
     


Keywords: 

Pengaruh Rombongan Belajar Siswa Terhadap
Perkembangan Kognitif Sosial Peserta Didik Di Mi Ma’arif
Ngampeldento Salaman Kab.Magelang Jawa Tengah.
Jumlah siswa dalam suatu kelas dapat mempengaruhi
pembelajaran di dalam kelas. Siswa yang terlalu banyak
atau terlalu sedikit akan berdampak pada psikologi
perkembangan peserta didik khusunya kognitif sosial anak.
Karena jumlah siswa yang ideal akan terjadi interaksi sosial
antar peserta didik sehingga pembelajaran dapat berjalan
efektif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
penelitian deskripsi, seorang peneliti melakukan analisis
hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih
mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa jumlah siswa sedikit tidak selalu
menunjukan kognitif sosial peserta didik baik, tetapi
sebaliknya yaitu kognitif sosial peserta didik di MI Ma’arif
Ngampeldento rendah. Hal ini ada beberapa factor yaitu (1)
Kurangnya pertukaran ide antar siswa karena sedikitnya
jumlah teman di lingkungan sekolah. (2) Minimnya
interaksi antar siswa di lingkungan sekolah. (3) tidak
terdapat teman sebaya dalam satu sekolah yang bertempat

anak yang berada jauh dari pusat kota. (5) Kurangnya
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 141
kepedulian orangtua dalam perkembangan kognitif anak.
(6) Guru yang kurang cakap dalam menjalankan tugasnya.
Kata Kunci: Rombongan Belajar, Kognitif, Sosial
A. 
Pengaturan jumlah siswa dalam rombel dimaksudkan
untuk mencapai kualitas/mutu proses pendidikan. Mutu dalam
konteks pendidikan mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan untuk menjamin kualitas input, proses, produk/
output, dan outcome sekolah sehingga dapat mengungkatkan
akuntabilitas sekolah (Perdana, 2019)
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa rombongan
      
kelas. Berikut beberapa hasil penelitian tentang rombongan
belajar yang dilakukan oleh Hedgwis Dian Permatasari bahwa
model pembelajaran rombongan belajar dapat meningkatkan
kompetensi siswa tunagrahita diukur dari keterampilan yang
dikuasiai. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran rombongan belajar efektif dalam meningkatkan
kompetensi keterampilan siswa tungrahita (Permatasari, 2017)
Sejalan dengan penelitian di atas penelitian yang dilakukan oleh
Imbuh Yuwono terdapat hubungan yang kuat serta pengaruh
       
jumlah siswa terhadap hasil ujian Nasional (Yuwono, 2018). Hasil
penelitian lain yaitu terdapat hubungan antara rasio jumlah siswa
dalam kelas terhadap efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama
Islam sebesar 0,281 yang apabila diiterpretasikan dengan tabel r
(Wahyuningsih et al., 2019).
Penelitian lain yang dilakukan ole Mathew dalam novrian
menunujukkan adanya factor positif dalam ukuran rombongan
belajar. Mathew menyatakan bahwa rombongan belajar yang lebih
sedikit akan membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
142
dalam belajar. Namun, ia mengingatkan bahwa jumlah siswa
juga tidak boleh terlalu sedikit karena proses sosialisasi dan
kolaborasi adalah juga bagian dari pembelajaran. Menurutnya,
pengurangan jumlah siswa tidak boleh lebih sedikit dari 7 – 10
orang di tingkat sekolah dasar. Pengurangan jumlah siswa per
rombel antara 7-10 siswa dapat memberikan efek positif terhadap
prestasi siswa. Efek terhadap prestasi akan lebih besar terlihat jika
pengurangan jumlah siswa dilakukan di kelas rendah dan untuk
siswa dari kalangan keluarga tak mampu (Perdana, 2018).
Sejalan dengan penelitian di atas didukung oleh teori
kognitif sosial. Teori kognitif sosial dikemukakan oleh Albert
Bandura. Konstruktivisme menekankan bahwa individu akan
belajar dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi
pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivis sosial menekankan
pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan
itu dibangun dan dikonstrusksi secara bersama. Menurut vgotsky
murid mengkonstruksi melalui interkasi sosial dengan orang lain.
Contoh anak belajar matematika tentang penjumlahan maka anak
dapat belajar dengan cara tutor teman sebaya (Santrock, 2013).
Dengan demikian bahwa rombongan belajar dapat
berpengaruh pada proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konstruktivitis sosial. Pendekatan konstruktivitis
sosial adalah pendekatan yang lebih menekankan siswa belajar
dengan pengalamannya melalui interaksi sosial. Rombongan
belajar dengan jumlah peserta didik 28 di tingkat SD/MI
idealnya dapat memberikan efektivitas pembelajaran karena
interaksi antar peserta didik semakin intensif. Tetapi terdapat
hasil penelitian menunjukkan Suatu eksperimen dibuat dengan
membandingkan kelas kecil dan kelas reguler, di mana rerata
jumlah siswa adalah 15 siswa dan 22 siswa per romboongan kelas
dengan pengajar masing-masing berjumlah satu orang guru. Hasil
eksperimen tersebut menunjukkan bahwa pengurangan jumlah
siswa per rombel dapat meningkatkan prestasi siswa setara
dengan menambahkan 3 bulan sekolah di masa 4 tahun ke depan.
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 143
Maka dapat disimpulkan semakin sedikit siswa dalam rombongan
belajar dapat meningkatkan prestasi siswa.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas penulis
tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh rombongan
belajar terhadap konstruktivitis sosial peserta didik di Ma’arif
Ngampeldento. MI Ma’arif Ngampeldento adalah salah satu
Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Madrasah tersebut berada di lingkungan kaki bukit
Sikapat tepatnya di Dusun Ngampel, Ngampeldento, Salaman, Kab
Magelang, Jawa Tengah.
MI Ma’arif Ngampeldento merupakan MI yang berbeda
dengan yang lainnya. MI Ma’arif Ngampeldento memiliki
jumlah siswa keseluruhan 28 peserta didik pada tahun ajaran
2018/2019. Jumlah peserta didik per kelas sangat jauh dari rasio
kelas berbanding peserta didik minimal yang ditetapkan oleh
kementrian pendidikan yaitu 1:15. Jumlah peserta didik pada
kelas satu terdapat 3 peserta didik, kelas dua terdapat 7 peserta
didik, kelas tiga terdapat 7 peserta didik, kelas empat terdapat 5
peserta didik, kelas lima terdapat 3 peserta didik dan kelas enam
terdapat ada 3 peserta didik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minimnya peserta
didik di MI Ma’arif Ngampaldento.   
letak MI Ma’arif Ngampaldento berada jauh dari pusat kota/
kecamatan Salaman. MI Ma’arif Ngampaldento berada di
kawasan perbukitan dengan jumlah anak usia sekolah dasar yang
sedikit, kurang lebih berjumlah 300 anak pada satu desa. 
MI Ma’arif Ngampaldento berdekatan dengan sekolah tingkat
dasar lain (termasuk SDN favorit) cukup dekat yaitu 500 meter
sehingga mengurangi minat calon peserta didik untuk belajar di
MI Ma’arif Ngampaldento.  MI Ma’arif Ngampeldento
memiliki keterbatasan infrastruktur dan fasilitas. Berdasarkan
pemaparan di atas penulis ingin meneliti lebih lanjut bagaimana
pengaruh rombongan belajar terhadap perkembangan kognitif
peserta didik di MI Ma’arif Ngampaldento?
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
144
an
1. n
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok (Nana Syaodih Sukmadinata, 2012).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara dan observasi. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini dengan penelitian deskripsi.
Penelitian deskripsi adalah metode penelitian yang berupaya
mendeskripsikan dan menginterpetasikan objek sesuai dengan
kenyataan atau apa adanya (Sukardi, 2009).
2. 
Teori kognitif sosial dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori
kognitif sosial menerangkan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan
juga faktor perilaku, memiliki fungsi penting dalam pembelajaran.
Faktor kognitif berangkali pengharapan siswa untuk memperoleh
kesuksesan. Faktor social boleh jadi merangkum pengamatan
siswa terhadap perilaku. Ida ayu dalam Dharsana berpendapat
teori social kognitif merupakan emosi, motivasi, dan aksi sebagai
pemahaman yang paling penting. Teori Kognitif sosial menjelaskan
tentang bagaimana orang-orang berpikir dan bertindak melalui
sumbangan masyarakat dan pentingnya emosi, motivasi, dan aksi
pada proses kognitif.(Ida Ayu Diah Padma Dewi, Ni Nengah Madri
Antari, 2014)
Bandura menerangkan bahwa ketika siswa belajar, mereka
dapat menggambarkan atau mentransformasi pengalaman
mereka secara kognitif. Bandura menyempurnakan model
determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama
yaitu perilaku, person/kognitif, dan lingkungan. Faktor-faktor
tersebut dapat saling berinteraksi untuk memengaruhi proses
pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku,
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 145
perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person memengaruhi
perilaku dan sebagainya. (Santrock, 2013)
Menurut Bandura teori kognitif sosial berkeyakinan
bahwa  yang berpengaruh pada pilihan orang dalam
mengambil dan melaksanakan tindakan yang mereka kejar.
Seseorang menaruh minat untu berkonsentrasi dalam tugas-tugas
yang mereka percaya dapat diselesaikannya dan menghindari
tugas-tugas yang tidak dapat dikerjakan oleh mereka. (Moh.
Toriqul Chaer, 2016)
Teori kognitif social berasal dari pandangan tentang
  bahwa indivudu adalah seseorang yang dapat
menyebabkan sesuatu terjadi terhadap tindakan mereka dengan
cara mereka terlibat aktif dalam lingkungan mereka sendri. Kunci
dari merupakan fakta bahwa diantara faktor prbadi yang
lain. Setiap individu mempunyai kepercayaan diri bahwa apa yang
dipikirkan, dipercaya, dan dirasakan seseorang berpengaruh
bagaimana ketika mereka bertindak dengan cara berlatih untuk
mengendalikan atas pikiran, perasaan, dan tindakan mereka.
(Mukhid, 2009)
Teori kognitif sosial adalah teori yang mencirikhaskan
bahwa lingkungan sosial merupakan sebagian besar manusia
dalam proses pembelajaran. Melalui lingkungan sosial siswa
dapat mengamati orang lain, manusia mendapatkan pengetahuan,
aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategi-strategi,
keyakinan, dan sikap-sikap. Seseorang dapat mengamati model-
model atau contoh-contoh yang dijadikan dasar seseorang untuk
berperilaku yang sesuai dengan keyakinan dan kemampuan
mereka.(Schunk, 2012)
Sejalan dengan teori kognitif sosial juga terdapat teori
lain yang mendukung yaitu konstruktivis sosial. Pendekatan
      
dikemukakan oleh William James dan John Dewey. Konstruktivisme
berpandangan bahwa individu harus secara aktif untuk menyusun
dan membangun pengetahuan dan pemahaman (Ergusni, 2018).
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
146
Teori konstruktivisme juga didukukng oleh Airasian dan Walsh
yang mengumkakan bahwa konstruktivis adalah penjabaran
     
merupakan teori tentang bagaimana peserta didik memahami
tentang dunia (Iswanto, 2017).
Secara umum pendekatan konstruktivis social mengaskan
bahwa pembelajaran melalui konteks social dan pengetahuan
disusun dan dkonstruksi secara bersama. Siswa untuk
mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka ketika
siswa terlibat dengan pemikiran orang lain serta ketika mereka
aktif dalam pencarian pemahaman bersama. Maka pengalaman
dalam konteks sosial memiliki mekanisme yang penting untuk
perkembangan pemikiran siswa (Santrock, 2013).
Pembelajaran dalam pendekatan konstruktivisme
       
merupakan upaya pembentukan pengetahuan pada diri individu
manusia yang didukung oleh proses pengalaman belajar sehingga
menghasilkan kegiatan mental (Barlia, 2011). konstruktivisme
bermula dari pembentukan pengetahuan. Sedangkan rekonstruksi
pengetahuan merupakan upaya mengubah pengetahuan yang
telah dimiliki pada individu yang sebelumnya telah dibangun
atau direkonstruksikan, perubahan itu merupakan akibat dari
interaksi dengan lingkungan dimana individu tinggal (Manalu,
2014).
Teori konstruktivis sosial dikemukakan oleh Vgotsky. Vgotsky
menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan dengan cara
interaksi sosial dengan orang lain. Kultur dimana murid tinggal,
seperti bahasa, keyakinan, dan keahlian/keterampilan inilah yang
mempengaruhi isi dari pengetahuan (Santrock, 2013).
Piaget menegaskan bahwa guru idealnya memberi
dukungan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan
pemahaman. Vgotsky menjelaskan ketika siswa merekonstruksi
pengetahuan dilakukan dengan penekanan bahwa guru harus
menciptakan banyak kesempatan bagi murid untuk belajar. Dalam
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 147
model Piaget dan Vgotsky, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator
dan membimbing daripada sebagai pengatur dan pembentuk
pembelajaran anak.
Guru dan teman sebaya atau sekelas dapat memberi
konstribusi bersama untuk pembelajaran murid. Ada empat alat
untuk melaksanakan metode ini, yaitu scaffolding, pelatihan
kognitif, tutoring, dan pembelajaran kooperatif. Scaffolding
merupakan sebuah cara untuk mengubah level dukungan. Selama
sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau murid yang lebih
mampu) menyesuaikan jumlah bimbinganya dengan level kinerja
siswa yang telah dicapai. Ketika tugas yang akan dipelajari oleh
murid adalah tugas yang baru, maka orang yang lebih ahli dapat
menggunakan teknik instruksi langsung. Saat kemampuan siswa
meningkat, maka semakin sedikit bimbingan yang diberikan
(Santrock, 2013).
Psikolog perkembangan memiliki kepercayaan bahwa
alat penting dari pendidikan adalah pelatihan kognitif. Artinya
bahwa pakar memperluas dan mendukung pemahaman pemula
dan menggunakan keahlian kultur. Istilah pelatihan atau magang
memperlihatkan akan pentingnya aktivitas dalam pembelajaran
dan menjelaskan sifat dari pembelajaran yang ditempatkan
dalam suatu konteks. Dalam pelatihan kognitif, guru seringkali
membagikan contoh strategi kepada siswa. Selanjutnya guru atau
teman yang lebih ahli membantu usaha siswa tersebut untuk
melakukan tugas. Tahap akhir mereka mendorong siswa itu untuk
menyelesaikan tugasnya secara mandiri (Santrock, 2013).
 pada hakikatnya merupakan pelatihan kognitif
antara ahli dengan pemula.  dapat terjadi antara orang
dewasa dan anak-anak, atau antara anak yang lebih pandai dengan
anak yang kurang pandai.  individual merupakan metode
efektif yang menguntungkan banyak siswa, terutama mereka
yang kurang pandai dalam suatu mata pelajaran (Santrock, 2013).
Pembelajaran kooperatif dapat dilakukan ketika siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil (kelompok belajar) untuk
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
148
saling membantu dalam belajar. Kelompok belajar bersama ini
jumlahnya bervariasi biasanya terdiri dari empat orang. Para
peneliti telah menemukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
menjadi metode yang efektif untuk meningkatkan prestasi siswa,
khususnya jika dua syarat terpenuhi yakni disediakan penghargaan
kelompok dan individual dimintai pertanggungjawaban. Salah
satu tipe pengakuan atau penghargaan yang. Hal ini bertujuan
agar anggota kelompok dapat memahami bahwa membantu
orang lain adalah demi kepentingan diri mereka juga. Perlu juga
penggunaan metode mengevaluasi kontribusi individual misal
dengan tes individual. Karena tanpa tanggung jawab individual,
beberapa siswa akan bermalas-malasan dan mungkin ada yang
merasa diabaikan karena merasa dirinya tidak banyak memberi
kontribusi (Santrock, 2013).
Pendekatan konstruktivis adalah pendekatan pembelajaran

memecahkan masalah dengan harapan akan tercipta pembelajaran
yang mandiri dan hasil belajar peserta didik meningkat.
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa prinsip yaitu: (1)
pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta didik secara aktif, (2)
dalam proses belajar lebih menekankan pada peserta didik, (3)
mengajar adalah upaya membantu peserta didik dalam belajar,
(4) dalam proses belajar lebih menekankan pada hasil akhir, (5)
kurikulum ditekankan pada partisipasi peserta didik, dan (6)
peserta didik merupakan fasilitator (Mahaningtyas, 2018).
3. 
Rombongan Belajar adalah kelompok peserta
didik yang terdaftar pada satuan kelas dalam satu satuan
pendidikan. Rasio siswa (rombel) menggambarkan besaran jumlah
siswa per rombongan belajar.(Permendikbud Nomor 17 Tahun
2017) Jumlah peserta didik dalam satu Rombongan Belajar diatur
bahwa untuk lembaga pendidikan tingkat SD dalam satu kelas
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 149
berjumlah paling sedikit 20 (dua puluh) peserta didik dan paling
banyak 28 (dua puluh delapan) peserta didik.
Sedangkan rombongan belajar untuk tingkat MI rombel
di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) harus diisi minimal oleh 15
siswa. Sedangkan jumlah siswa maksimal dalam satu rombel di
tingkat Madrasah Ibtidaiyah adalah 28 siswa.(Dirjen Pendidikan,
Nomor 631 Tahun 2019).
4. Ha
     
Siswa
Jumlah siswa dalam suatu kelas (rombongan belajar)
secara umum akan mempengaruhi perkembangan siswa,
salah satunya pada kemampuan peserta didik dalam
berinterkasi sosial. Banyaknya jumlah siswa berbanding
lurus dengan interaksi antar siswa. Semakin banyak siswa
semakin banyak pula interaksi, pertukaran ide, diskusi-
diskusi, dan pola pikir anak lebih mudah berkembang. Hal
tersebut akan membantu anak dalam mengembangkan
kemampuanya khususnya konstruktivis sosial.
Sebagai contoh kecerdasan linguistik dan interpersonal
yang akan berkembang dengan adanya percakapan/
diskusi dan interaksi dengan siswa lain. Kemampuan logika
dapat berkembang dengan diskusi dan tanya jawab terkait
persoalan yang dialami. Dengan diskusi antar siswa, anak
akan lebih mudah memecahkan suatu masalah/persoalan.
Dalam lingkungan di luar kelas, seorang anak
yang memiliki teman yang banyak akan lebih mudah
mengembangkan kemampuan interkasi sosial. Interaksi
inter personal dengan temannya lebih sering terjadi.
Akibatnya terjadi pertukaran ide dan informasi yang lebih
intens. Kemajemukan karakter antar temannya juga dapat
mendorong perkembangan kognitif sosialnya.
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
150
Jumlah siswa yang sedikit mempengaruhi
perkembangan kognitif sosial. Karena dalam teori
konstruktivis sosial pembelajaran mengutamakan
interaksi siswa secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam konstruktivisi sosial ada salah satu cara dalam
pembelajarannya adalah dengan menggunakan teknik
tutoring. Salah satu contoh dalam MI Ma’arif Ngampeldento
terdapat siswa perempuan yang saat ini berada pada
tingkat/kelas 5, sebut saja dia Wati. Wati adalah satu-satunya
siswa perempuan dari 3 siswa di kelas lima. Dahulu ketika
masih berada di kelas 1 hingga kelas 3 dia memiliki teman
sekelas sesama perempuan. Wati adalah siswa yang rajin
dan berpotensi menjadi murid yang kemampuan kognitifnya
sangat baik, namun perkembangannya terhambat karena
ia tidak memiliki teman sesama perempuan dan teman
sebangku ketika menginjak kelas 4. Satu-satunya teman
perempuannya di kelas memutuskan untuk pindah
sekolah. Akibatnya Wati menjadi sedikit penyendiri dan
antusiasme-nya dalam pembelajaran menurun. Hal tersebut
mempengaruhi proses pembelajarannya.
Contoh lain di sekolah tersebut dalam kelas 3 yang
berisi 7 siswa, 3 diantaranya adalah perempuan. Salah satu
siswa tidak memiliki teman sebangku. Siswa perempuan yang
sebangku tersebut dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik dan merupakan peringkat teratas di kelas, siswa yang
duduk sendirian memiliki antusiasme yang tinggi namun
mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan kejadian diatas dapat menggambarkan
bahwa rombongan belajar siswa dalam satu kelas dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif sosial anak. Jumlah
siswa yang sedikit akan berimplikasi pada interaksi antar
siswa yang menjadi sedikit. Interaksi antar teman sekelas
peranannya sangat penting pada perkembangan kognitif
anak. Ikatan pertemanan, kesamaan minat, Interaksi dengan
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 151
teman sekelas dan gender dapat mendorong terwujudnya
      
memunculkan motivasi, diskusi-diskusi baik yang bersifat
akademis maupun nonakademis, sehinga dapat membantu
perkembangan kognitif siswa. Oleh karena itu, jumlah siswa
yang ideal mempengaruhi pembelajaran karena dengan
banyaknya siswa maka akan semakin tinggi tingkat interkasi
siswa dalam pembelajaran.
Beberapa orang beranggapan juga semakin sedikit
siswa akan semakin efektif pembelajaran. Logika tersebut
tidak dapat dijadikan dasar dalam pembelajaran klasikal
khususnya di dalam kelas yang siswanya memiliki perbedaan
minat dalam pembelajaran,. Berbeda dengan pembelajaran
dalam bimbingan belajar atau les privat yang pada umumnya
sejak awal siswanya sudah memiliki minat belajar yang tinggi
atau memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik. Setiap
sistem pembelajaran memiliki rasio siswa yang berbeda

Dengan jumlah siswa yang ideal akan membuat siswa
belajar lebih mandiri dan tidak bergantung pada gurunya. Ia
akan lebih sering bertanya pada temannya tentang hal yang ia
tidak tahu dibandingkan bertanya pada gurunya. Siswa akan
lebih terbuka untuk mengutarakan yang ia pikirkan pada
temannya dibandingkan pada gurunya. Interaksi tersebut
akan mengembangkan kemampuan lain seperti sosial anak.
Kegiatan belajar mengajar yang efektif adalah dasar
dari perkembangan kognitif siswa. Dengan pengetahuan
yang didapat di kelas, siswa dapat mengembangkan
kemampuannya sendiri dengan interaksi, diskusi dan
pertukaran ide dengan orang lain. Siswa akan menjadi
       
memecahkan masalahnya atas dasar pemikirannya sendiri
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
152
 

Berdasarkan hasil observasi ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan kognitif peserta
didik di MI Ma’arif Ngampeldento.  Kurangnya
pertukaran ide antar siswa karena sedikitnya jumlah
teman di lingkungan sekolah. Jumlah siswa yang terbatas
mengakibatkan siswa dalam interaksi sosial terbatas yang
mengakibatkan mempengaruhi kognitif sosial peserta didik.
Pada tahap ini anak yang seharusnya dapat mengembangkan
suatu konsep tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan
dunia di sekitarnya melalui observasi, interaksi dengan
manusia dan benda-benda nyata dan mencari solusi atas
masalah-masalah konkret. Tetapi pada kenyataannya di MI
Ma’arif Ngampeldento kognitif sosial peserta didik belum
berkembang dengan baik.
 Minimnya interaksi antar siswa di lingkungan
sekolah. Minimnya interaksi mengakibatkan setiap kegiatan
pembelajaran di sekolah seperti matematika, sains, ilmu-ilmu
sosial, dan bidang pelajaran lain belum dapat diintegrasikan
dalam kegiatan-kegiatan yang bermakna. Hal ini menjadi
minat dan motivasi siswa belum dapat dimaksimalkan.
 tidak terdapat teman sebaya dalam satu
sekolah yang bertempat tinggal sama/dekat. Teman sebaya
pada umumnya akan mempengaruhi pembelajaran siswa
jika bertempat tinggal dekat. Teman sebaya dapat membantu
siswa jika siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan
pekerjaan rumah. Dengan demikian teman sebaya di MI
Ma’arif Ngampeldento sangat mempengaruhi kognitif sosial
siswa.
     
        
memengaruhi kemajuan suatu lembaga pendidikan. Letak
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 153

mengakibatkan sarana dan prasarana kurang menunjang
dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu letak

 Kurangnya kepedulian orangtua dalam
perkembangan kognitif anak. Pola asuh orang tua sangat
memengaruhi kognitif siswa, khususnya di rumah. Jika orang
tua selalu mendampingi anak di rumah khususnya terhadap
tugas-tugas pekerjaan rumah maka motivasi anak untuk
belajar dan kognitif anak akan meningkat.
 Guru yang kurang cakap dalam menjalankan
tugasnya. Guru sangat berperan penting dalam proses
pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki variasi mengajar
setiap pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dalam
belajar. Guru di MI Ma’arif Ngampeldento perlu mendapatkan
pelatihan sehingga guru tetap semangat dalam mengajar
dengan jumlah siswa sedikit di kelas.
 
as
Jumlah siswa di MI Ma’arif Ngampeldento yang sedikit
mengakibatkan beberapa dampak yang muncul yaitu 1) Minat
belajar siswa rendah. Minat belajar siswa yang rendah karena
tidak adanya motivasi untuk berkompetisi di dalam kelas sehingga
minat belajar siswa rendah. 2) Munculnya sikap rendah diri/
minder. Sikap rendah diri muncul karena adanya ketidakmampuan
siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal
ini mengakibatkan motivasi siswa dalam belajar rendah.
3) Antusiasme siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran
menurun. Jumlah siswa yang sedikit mengakibatkan rasa ingin
tahu peserta didik sedikit dalam pembelajaran di kelas sehingga
mempengaruhi guru dalam memberikan pengetahuan kepada
siswa. 4) Tingkat pengetahuan siswa rendah. Tingkat pengetahuan
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
154
siswa rendah diakibatkan oleh motivasi dan minat siswa dalam
belajar yang rendah. 5) Siswa terhambat dalam mengutarakan
ide yang dimiliki. 6) Sekolah bermasalah dengan aturan yang
ditetapkan pemerintah yaitu dengan adanya peraturan setiap
satu rombel kelas 1:15.

Rombongan belajar dalam suatu kelas sangat mempengaruhi
kognitif sosial peserta didik. Jumlah peserta didik yang sedikit
belum tentu menunjukkan keefektivitas pembelajaran peserta
didik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan ada beberapa
factor yang menghambat kognitif sosial peserta didik di MI Ma’arif
Ngampeldento rendah yaitu (1) Kurangnya pertukaran ide antar
siswa karena sedikitnya jumlah teman di lingkungan sekolah. (2)
Minimnya interaksi antar siswa di lingkungan sekolah. (3) tidak
terdapat teman sebaya dalam satu sekolah yang bertempat tinggal
       
berada jauh dari pusat kota. (5) Kurangnya kepedulian orangtua
dalam perkembangan kognitif anak. (6) Guru yang kurang cakap
dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian jumlah siswa
dalam suatu rombongan belajar sangat berpengaruh pada proses
pembelajaran khusunya dalam kognitif sosial karena interaksi
siswa yang kurang intensive.
Jumlah siswa di MI Ma’arif Ngampeldento yang sedikit
mengakibatkan beberapa dampak yang muncul yaitu 1) Minat
belajar siswa rendah. 2) Munculnya sikap rendah diri/minder.
3) Antusiasme siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran
menurun. 4) Tingkat pengetahuan siswa rendah. 5) Siswa
terhambat dalam mengutarakan ide yang dimiliki. 6) Sekolah
bermasalah dengan aturan yang ditetapkan pemerintah yaitu
dengan adanya peraturan setiap satu rombel kelas 1:15. Beberapa
saran yang dapat dilakukan oleh MI Ma’arif Ngampeldento
yaitu: 1) Pihak sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran.
2) Sekolah meningkatkan fasilitas dan infrastruktur sekolah.
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 155
3) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat
merangsang perkembangan kognitif. 4) Sekolah lebih aktif dalam
merekrut siswa baru. 5) Guru lebih dekat dan lebih terbuka dalam
tanya jawab dengan siswa. 6) Aktif melakukan kegiatan diluar
kelas bersama seluruh siswa.
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
156
DAFTAR PUSTAKA
Barlia, L. (2011). Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sains Di
SD: Tinjuan Epistemologi, Ontologi, dan Keraguan dalam
Praksisnya. , XXX, 400.
Ergusni. (2018).    
 (Vol. 4, Issue 1).
Ida Ayu Diah Padma Dewi, Ni Nengah Madri Antari, N. D. (2014).
ROLE PLAYING UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP EMPATI
PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 3 SINGARAJA
TAHUN AJARAN 2013 / 2014 Ida Ayu Diah Padma Dewi , Ni
Nengah Madri Antari , Nyoman Dantes Jurusan Bimbingan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendi.
, (1).
Iswanto, Y. (2017).    
. Universitass Terbuka.
Mahaningtyas, E. (2018). Pendekatan Konstruktivis Sosial Dalam
Peningkatan Hasil Belajar IPS Di SD Kelas IV. 
, (1), 1–11.
Manalu, E. (2014). PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS
SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN EFFENDI. , II,
287. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
        
, , 106–122.
Mukhid, A. (2009). (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya
terhadap Pendidikan). Tadris,   (1), 187–206.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15350854
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Pengaruh Rombongan Belajar Siswa terhadap Perkembangan... 157
Nana Syaodih Sukmadinata. (2012). .
Rosdakarya.
Pendidikan, D. (n.d.).    
.
Perdana, N. S. (2018). Analisis Capaian Rombongan Belajar Di
Provinsi Lampung Tahun 2018 Dalam Upaya Implementasi
Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017. , V, 1–16.
Perdana, N. S. (2019).    
       
.
Permatasari, H. D. (2017). Efektivitas Model Pembelajaran
“ROMBEL”Terhadap Kompetensi Keterampilan Vokasional
Siswa Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Yogyakarta.     
, V(November), 68–82.
Permendikbud. (2013).   .
2013–2015.
Santrock, J. W. (2013).  . Kencana Prenada
Media Grup.
Schunk, D. H. (2012).  (6th ed.). Pustaka Pelajar.
Sukardi. (2009).  (7th ed.). Bumi
Aksara.
Wahyuningsih, N., Nurbayani, E., & Saugi, W. (2019). Pengaruh
Rasio Jumlah Siswa Dalam Kelas Terhadap Efektivitas
Pembelajaran PAI Di SMK Farmasi Samarinda. 
, .
Elementary Vol. 8 No. 1 Januari - Juni 2020
Siti Anisatun Na’ah dan Muh Islakhudin
158
Yuwono, I. (2018). Rasio Sekolah Dengan Siswa Berpengaruh Pada
Hasil Ujian Nasional. , (03), 129–138.
... To achieve a quality school, the learning process must be effective, one way to achieve this is by arranging the number of students in the study group (Perdana, 2018). Research conducted by (Islakhudin, 2020) in the results of his research suggests that the number of students in a study group is very influential on the learning process. Similarly, the research conducted by (Perdana, 2018), that at the high school level on the island of Sumatra, among the ten provinces that have an average ratio of high school students above the ratio of national students ramble is the provinces of North Sumatra, South Sumatra, and Lampung. ...
Article
Full-text available
The curriculum is a very important part in organizing learning. The curriculum in Indonesia itself has undergone many changes to adapt learning to current developments. The independent curriculum, as a new curriculum in education, focuses on increasing effectiveness and flexibility compared to the previous curriculum, which allows learning to be adjusted according to the interests, talents, potential and needs of each student. This research aims to identify challenges and useful strategies in teaching biology using the independent curriculum. The research method involves direct observation and interviews with biology teachers. The research results show that there are several challenges for biology teachers, such as differences in student abilities, lack of active participation in class, and too many students in one class. To overcome this, teachers can use strategies such as assessing students' abilities not only through tests, providing initial worksheets to assess students' abilities, presenting important material if class time is limited, and utilizing existing educational technology. Therefore, teachers have a very important role in achieving learning goals in the independent curriculum
Article
Kualitas pendidikan pada daerah tertinggal di Indonesia selama ini belum banyak perhatian. Pengukuran kualitas pendidikan yang diukur dengan berbagai indikator belum dapat menggambarkan secara keseluruhan kualitas pendidikan suatu daerah. Pada tingkat internasional, telah dibentuk indeks untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan yaitu Education for All Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan (IPP). Penghitungan yang hanya dilakukan pada level nasional dianggap belum dapat mewakili penilaian pembangunan pendidikan pada level provinsi maupun kabupaten/kota mengingat bahwa adanya perbedaan karakteristik di setiap wilayah, khususnya pada daerah tertinggal Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan IPP pada daerah tertinggal di Indonesia tahun 2020 dan menganalisis variabel-variabel yang memengaruhi IPP dengan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 variabel bebas yang signifikan memengaruhi IPP pada daerah tertinggal di Indonesia tahun 2020 yaitu, persentase penduduk miskin, persentase akses internet penunjang belajar, rasio murid guru, dan persentase pendidikan terakhir kepala rumah minimal SMA/sederajat.
Article
Full-text available
Constructivism in Science Learning in Elementary Schools: Epistemological and Ontological Perspectives and Doubts in the Praxis. A constructivist perspective focuses on children’s contribution to the construction of knowledge. Constructivism believes that a child is a real inquirer and discoverer who is actively engaged in building theories about the world and the way it works without the aid of direct instructions. The implication is that teachers have to give wider mandates to students, to provide them with contexts for experimentation to occur, and to facilitate theory building by providing helpful experiences. Epistemologically and ontologically, there are still doubts about the application in practice. This, however, should not be a constraint for science teachers to implement basic principles of constructivism as one of the alternative solutions to educational reform and movement in the elementary school science. Keywords: constructivism, science learning science, elementary school science
Article
Latar belakang penelitian ini adalah jumlah siswa pada rombongan belajar Pendidikan Agama Islam di SMK Farmasi Samarinda yang melebihi kapasitas jumlah siswa perkelas yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga membuat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam kurang efektif. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio jumlah siswa dalam kelas terhadap efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Farmasi Samarinda. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan populasi seluruh siswa SMK Farmasi Samarinda yang berjumlah 435 siswa dan sampel sebanyak 81 responden dengan menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi, dan teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment, koefisien determinan dan uji t. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan antara rasio jumlah siswa dalam kelas terhadap efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebesar 0,281 yang apabila diinterpretasikan dengan tabel r berada diantara 0,20-0,399 berarti tingkat hubungannya rendah. Pembuktian hipotesis dengan menguji signifikansi menggunakan rumus uji t, diperoleh nilai thitung = 2,6037 > ttabel = 1,999045 sehingga Ho ditolak dan Hα diterima bahwa ada pengaruh yang signifikan antara rasio jumlah siswa dalam kelas terhadap efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMKS Farmasi Samarinda dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,281 dapat dimaknai bahwa besarnya sumbangan variabel rasio jumlah siswa dalam kelas terhadap efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Farmasi Samarinda sebesar 7,9%.Kata Kunci: rasio jumlah siswa, efektivitas pembelajaran, SMK Farmasi
Pendekatan Konstruktivis Sosial Pada Pembelajaran Kewirausahaan
  • Y Iswanto
Iswanto, Y. (2017). Pendekatan Konstruktivis Sosial Pada Pembelajaran Kewirausahaan. Universitass Terbuka.
Pendekatan Konstruktivis Sosial Dalam Peningkatan Hasil Belajar IPS Di SD Kelas IV. Pedagogika Dan Dinamika Pendidikan
  • E Mahaningtyas
Mahaningtyas, E. (2018). Pendekatan Konstruktivis Sosial Dalam Peningkatan Hasil Belajar IPS Di SD Kelas IV. Pedagogika Dan Dinamika Pendidikan, 6(1), 1-11.
Self Efficacy dan Pendidikan
  • Moh
  • Chaer
Moh. Toriqul Chaer. (2016). Self Efficacy dan Pendidikan. Al Murabi, 3, 106-122.
Metode Penelitian Pendidikan
Nana Syaodih Sukmadinata. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Rosdakarya.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 631 Tahun
  • D Pendidikan
Pendidikan, D. (n.d.). Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 631 Tahun 2019.
Analisis Capaian Rombongan Belajar Di Provinsi Lampung Tahun 2018 Dalam Upaya Implementasi Permendikbud Nomor 17 Tahun
  • N S Perdana
Perdana, N. S. (2018). Analisis Capaian Rombongan Belajar Di Provinsi Lampung Tahun 2018 Dalam Upaya Implementasi Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017. Dewantara, V, 1-16.
Pengelolaan Ukuran Rombongan Belajar Dan Siswa Per-Rombel dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan
  • N S Perdana
Perdana, N. S. (2019). Pengelolaan Ukuran Rombongan Belajar Dan Siswa Per-Rombel dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan.
Efektivitas Model Pembelajaran "ROMBEL"Terhadap Kompetensi Keterampilan Vokasional Siswa Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta
  • H D Permatasari
Permatasari, H. D. (2017). Efektivitas Model Pembelajaran "ROMBEL"Terhadap Kompetensi Keterampilan Vokasional Siswa Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan Volume, V(November), 68-82.