ChapterPDF Available

Kota Bangkok: Perjumpaan Agama-Agama dan Masa Depan Kemanusian

Authors:
  • Institut Agama Islam Negeri Manado

Abstract

Perjalanan kami ke Bangkok ini tidaklah menjadi penting jika tidak membawa misi khusus yang amat mulia. Misi penting itu ialah untuk meneroka dunia internasional tentang peluang dan kesempatan pengembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) melalui para reviewer dan pejabat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) yang ditugaskan akhir tahun 2019 ini. Kami juga diberi amanah untuk menyukseskan delegasi yang sangat mulia ini. Para reviwer dan pejabat LPPM yang diberi amanah tersebut berasal dari wilayah Barat sampai Timur Indonesia; Aceh, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
RISET, PUBLIKASI
Zaenuddin Hudi Prasojo, Syaifuddin, Muhamad Taridi,
Azharsyah, Imam Bonjol Juhari, Ahmad Salehudin,
Neneng Windayani, Lianah, Evi Muaah, Masruddin, Winengan,
Arhanuddin Salim, Ishak Wanto Talibo, Zarna Yen, Saidin Ernas
Catatan Akademik dari Bangkok
Pengembangan Kapasistas
dan Pengabdian Masyarakat
Editor:
Zaenuddin Hudi Prasojo
& Muhamad Taridi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa pengurangi pembatasan menurut
peraturan perundang-ungangan yang berlalu.
Ketentuan Pidana
Pasal 72
1. Barangsiapa dengan sengaja ataau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2), dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
All rights reserved @ 2019, Indonesia: Pontianak
Penulis:
Zaenuddin Hudi Prasojo, Syaifuddin, Muhamad Taridi,
Azharsyah, Imam Bonjol Juhari, Ahmad Salehudin,
Neneng Windayani, Lianah, Evi Muafiah, Masruddin, Winengan, Arhanuddin Salim,
Ishak Wanto Talibo, Zarfina Yenti, Saidin Ernas
Editor:
Zaenuddin Hudi Prasojo
& Muhamad Taridi
Layout & Cover:
FAHMI ICHWAN
Publisher IAIN Pontianak Press(Anggota IKAPI)
Jalan Soeprapto No 19 Pontianak Kalimantan Barat
Cetakan Pertama, Desember 2019
vi+ 242 page 16 x 24 cm
( iii )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim.
Dengan rasa syukur kepada Allah Yang Maha
Pemurah dan Maha Penyayang, kami para penulis
buku catatan perjalanan ke Bangkok, Thailand, ini
mempersembahkan karya khusus untuk mengantarkan tutup tahun
2019. Perjalanan kami ke Bangkok ini tidaklah menjadi penting jika
tidak membawa misi khusus yang amat mulia. Misi penting itu ialah
untuk meneroka dunia internasional tentang peluang dan kesempatan
pengembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) melalui
para reviewer dan pejabat Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) yang ditugaskan akhir tahun 2019 ini. Kami
juga diberi amanah untuk menyukseskan delegasi yang sangat mulia
ini. Para reviwer dan pejabat LPPM yang diberi amanah tersebut
berasal dari wilayah Barat sampai Timur Indonesia; Aceh, Sumatra,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Perjalanan berkelana ini tentau saja penuh dengan suka dan
duka. Namun banyak sekali pelajaran dan tantangan yang diperoleh
oleh para anggota delegasi ini. Menariknya lagi, dengan berbagai
latar belakang keilmuan dari para anggota delegasi, pelajaan dan
tantangan tersebut dapat dibagikan juga kepada para pemangku
( iv )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
kebijakan sebagai bentuk laporan kami dan kepada khalayak ramai
sebagai bentuk tanggungjawab akademik yang dengan senang hati
justru dilakukan bersama. Tentu saja hasil-hasil karya akademim ini
masih jauh dari sempurna. Namun usaha untuk memberikan yangb
terbaik untuk bangsa dan negera ialah niat yang tulus yang justru
lahir dari hasil pengembaraan selama kurang lebih sepuluh hari di
tanah rantau.
Kami sebagai tim yang bertugas untuk Pengembangan
Kapasitas Riset, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat ke Bangkok,
Thailand, menyampaikan terimakasih yang setinggi-timngginya
kepada Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Kepala Sub Direktorat
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kepala Seksi
Penelitian, Kepala Seksi Pengabdian Masyarakat, Kepala Seksi
Publikasi dan seluruh jajaranya di Sub Direktorat Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Kementrian Agama RI. Selain itu,
kami juga menyampaikan terimakasih atas bantuan dan arahan
Atase Pendidikan di Kedutaan Besar Bangkok, Thailand. Jutaan
terimakasih juga kami sampaikan kepada para kolega kami yang
baru di Bangkok, baik yang merupakan diaspora Indonesia dan Jawa
maupun para warga Thai yang telah membantu kami. Kami mohon
maaf atas semua kekhilafan, dan semoga semua kebaikan yang telah
dilakukan menjadi amal kebajikan dan diberi balasan yang lebih baik
oleh Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tim Penulis
( v )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
DAFTAR ISI
Daftar Isi iii
Kata Pengantar v
1. PROLOG: Peluang dan Tantangan Kolaborasi
Akademik di Bangkok
Zaenuddin Hudi Prasojo 1
2. Delapan Fragmen Kejutan Bangkok
Syaifuddin 17
3. Melting Pot Problematika Pendidikan Dan Keagamaan
Di Masjid Jawa Bangkok
Dr,Muhamad Taridi,M.Pd 31
4. Cross-Cultural Studies Dan Rihlah Ilmiah: Sebuah
Catatan Perjalanan Ke Negeri Gajah
Dr. Azharsyah, SE.Ak., M.S.O.M. 41
5. Islam Jawa Bangkok Di Persimpangan:
Merawat Tradisi, Membendung Negosiasi
Dr. H. Imam Bonjol Juhari, M. Si. 75
6. Masjid Jawa: (Bukan) Masa Lalu Di Masa Kini Islam
Jawa
Ahmad Salehudin 88
( vi )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
7. King Mongkut’s University of Technology Thonburi
(KMUTT): Kemitraan dalam Keberlanjutan
Neneng Windayani 97
8. Tak Terbatas Oleh Wilayah Negara:
Pengalaman selama 9 hari di Bangkok
Lianah 111
9. Catatan Perjalanan Di Thailand
Evi Muaah 133
10. Minat Belajar Bahasa Indonesia Dan Pengajaran
Bahasa Indonesia Di Negara Thailand
Masruddin 155
11. Diplomasi Promosi Wisata Di Balik Toleransi
Bearagama:
Catatan Perjalanan ke Bangkok-Thailand
Dr. Winengan, M. Si 165
12. Kota Bangkok: Perjumpaan Agama-Agama Dan Masa
Depan Kemanusian
Arhanuddin Salim 181
13. Islam Dan Perilaku Keberagamaan Masyarakat Kota
Bangkok Dalam Bingkai Kemajemukan
Ishak Wanto Talibo 191
14. Perempuan Di Thailand: Antara Prinsip Egaliter,
Kemandirian Dan Kerapuhan Sosial
Zarna Yenti 207
15. EPILOG:
Cerita Dari Thailand: Tetangga Dekat Yang Masih
Berjarak
Saidin Ernas 221
( 181 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
12
KOTA BANGKOK:
PERJUMPAAN AGAMA-
AGAMA DAN MASA DEPAN
KEMANUSIAN
Oleh: Arhanuddin Salim
IAIN Manado
Pendahuluan
Bangkok, Thailand adalah kota metropolitan di Asia
Tenggara yang tentu ramai dikunjungi oleh wisatawan
mancanegara. Banyak hal yang bisa menjadi pemuas
dahaga bagi wisatawan di Kota Bangkok, mulai dari soal kuliner,
shopping mall, massage, sampai soal wisata keagamaan. Bagi saya
yang setiap hari berkecimpung di dunia akademik kampus, tentu
termasuk soal riset dan pengabdian masayarakat, mendatangi tempat
yang baru adalah prospek menemukan lahan untuk mengembangkan
ide riset di masa depan. Apalagi Kota Bangkok adalah kota
metropolitan yang nyaris tidak pernah berhenti berdenyut, dari
jantung kota Bangkok sampai di pinggiran. Dalam pegamatan saya
selama sepuluh hari di Kota Bangkok, saya menemukan semacam
( 182 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
new insigh, bahwa Bangkok adalah bagian dari The “melting pot”
bagi seluruh warga dunia. Sangat mudah kita menemukan warna-
warni budaya, bahasa, identitas, bahkan fashion style di Kota
Bangkok dalam waktu bersamaan. Ini bisa kita jumpai, misalnya
ketika kita naik BTS (Bangkok Mass Transit System) atau Sky
Train, dalam satu waktu bersamaan kita akan menemukan suasana
percakapan lintas budaya dan lintas identitas yang sangat beragam.
Identitas Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, dan Amerika
melebur, bersama berbaur di dalam gerbong BTS atau Sky Train.
Pada perjumpaan budaya dan identitas seperti ini tentu secara
tidak langsung percakapan kebudayaan akan berlangsung dengan
sangat baik. Pengenalan terhadap budaya dan identitas bangsa lain
secara tidak langsung akan diserap dan diakumulasi dalam mindset
dan pengalaman inderawi bagi masing-masing orang. Darisitulah
terbentuk semacama “wawasan kebudayaan” yang saling menyapa,
dan sama-sama merayakan identitas liyan, dan tentu saling
menghormati dan menghargainya masing-masing sebagai bentuk
ukhuwah kemanusiaan.
Memulai perjalanan akademic-exchange
Bersama sejumlah kawan dari Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam Negeri (PTKIN), yang tergabung dalam Program Penguatan
LP2M/Reviewer yang tergabung dalam kelompok Negara Thailand,
dengan tujuan untuk melakukan cross-cultural studies for academik
visit, selama sepuluh hari kami mengekspolor Kota Bangkok
sepuasnya. Ada tiga kampus besar dan ternama yang menjadi tempat
distinasi kami, King’s Mongkuts University Tekhnology Tomburi,
Chulalongkong University, dan Tamasat University. Sekilas setelah
take-off dari Bandara Internasinal Soekarno-Hatta, menggunakan
Lion-Thai Internasional, dalam perasaan dan pikiran saya biasa-
( 183 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
biasa saja, tidak terasa ada yang spesial, plus dengan pesawat kelas
ekonomi, tanpa suplay makanan sama sekali. Tidak lebih dan kurang
seperti ketika saya melakukan perjalanan dari Jakarta-Manado
menggunakan lion airlines selama 3,5 Jam lamanya. Sesampai di
Bangkok, di Dong Mueang International Airport, terlihat bejibung dan
bergumal para turis asing dari berbagai negara menuju pemeriksaan
imigrasi. Bandara Dong Mueang terlihat biasa saja, bahkan menurut
saya jauh lebih bagus Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Jam
menunjukkan pukul 01.00 dini hari waktu Bangkok, rombangan
kami sampai di King Royal Garden Inn, di daerah Shaton Distrik,
Surasak BTS Stasiun, hotel kelas melati yang murah meriah. Sekilas
penampilan hotelnya yang mempunyai bangunan tua, tetapi terawat
dan bersih, pelayanan, fasilitasnya juga cukup sepadan dengan
harganya. Memulai hari pertama perjalanan kami di Kota Bangkok,
tentu yang paling pertama sekali kami lakukan adalah mulai berusaha
untuk beradaptasi dengan budaya setempat, tentu soal makanan,
dan tentu ini yang paling utama. Tetapi, dengan mudah kami bisa
mendapatkan halal food di daearah sekitaran hotel kami menginap.
Bagi saya yang sudah terbiasa tinggal di daerah minoritas muslim
seperti Kota Manado, Sulawesi Utara, soal makanan dan semacamnya
tidaklah menjadi soal, tetapi bagi sebagian teman kami yang lain
mungkin bisa menjadi hal yang paling menyiksa. Tentu, saya tidak
ingin mengatakan bahwa ke-halalan sebuah makanan tidak menjadi
penting ketika kita keluar negeri, tapi mempersoalkan makanan
yang subsatansinya adalah halal, semisal, ayam, dagin sapi, seafood,
atau ikan, adalah hal yang tidak substansial menurut saya untuk
mempermasalahkan apakah makan tersebut dibuat, atau diolah sesuai
dengan syariat Islam atau tidak. Kecuali, kalau makanan itu memang
substansinya haram, seperti babi, atau anjing, maka tentu ini lain
( 184 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
cerita. Pada posisi ini saya kira akademisi PTKIN perlu melakukan
ijtihad terhadap kih keagaman yang dianut selama ini. Karena
menurut saya hal-hal seperti ini dapat menganggu, tidak hanya soal
perut karena bisa kelaparan, tapi soal psikologi dan mental beragama
kita di laur negeri.
Kehidupan Keagamaan; Muslim Minoritas Bangkok
Kembali ke tujuan awal perjalanan ini, saya melihat banyak
hal menarik yang bisa menjadi ide riset di masa depan di Bangkok,
misalnya, Bangkok dengan penduduk muslim yang minoritas,
mereka dengan nyaman bisa mempraktikkan ritual keagamaan
mereka tanpa ada larangan dari pihak kerajaan Thailand, tentu
praktik keagamaan lain selain agama Budha, juga mendapat tempat
dan bebas melakasanakan ritual keagamaan mereka, seperti agama
Kristen dan Katolik, mereka bebas memamerkan pernak-pernik
agama mereka, katakanlah mereka memasang stand foto untuk hari
natal dan lain sebagianya di pusat-pusat perbelanjaan, seperti mall,
hotel dan apartemen. Di Kota Bangkok sendiri, kita bisa menyaksikan
ada banyak Masjid yang didirikan oleh komunitas Muslim dari luar
Thailad, terutama masayarkat Indonesia, ada Masjid Jawa, Masjid
Indonesia, Masjid di daerah Makkasan yang terdapat di Distrik
Ratchathewi, Masjid Turki yang terletak di dekat Asitique The
Riverfront, dan masih banyak lagi komunitas muslim lainnya yang
mereka dengan bebas bisa melakukan praktik keagamaan masing-
masing.
Menurut pemantaun penulis, dari mengikuti shalat Jamaah
Jum’at di Masjid Indonesia yang terletak di Polo 5 Alley, Lumphini,
Pathum Wan District, sekilas terlihat masjid ini terawat dengan baik,
berdiri dengan kokoh di tengah pemukiman masyarakat Thailand,
terdiri dari tiga lantai, lantai tiga menjadi tempat pelaksanaan shalat
( 185 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
Jum’at. Pelaksanaan Shalat Jumat dapat dilihat dari gambar tersebut
di atas. Gambar pelakasanaan shalat Juma’t ini diambil ketika penulis
mengikuti shalat Jum’at, 13 Desember 2019. Khatib menggunakan
Sorbang dan Tongkat, layaknya khatib-khatib yang ada di Masjid
di Indonesia pada umumnya. Khatib menyampaikan khutbahnya
dengan dua bahasa sekaligus, bahasa pembuka tentu bahasa Arab,
lalu isi khutbah bahasa Thai, lalu dilanjutkan dengan ditranslate
ke dalama bahasa Inggris. Para jama’ah juga dengan khusyu’
mendengarkan khutbah dari Sang Khatib, sebelumnya seorang bilal
memanggil khatib naik ke mimbar, dengan bacaan shalawat nabi
dan doa-doa lainnya, tidak ada perbedaan yang mencolok dengan
tradisi shalat Jum’at di Indonesia. Isi khutbahnya juga ditulis dengan
rapi, diketik, lalu dibacakan dengan seksama. Pada kenyataan ini,
( 186 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
tentang sikap keberagamaan Muslim di Bangkok, penulis mengamati
bahwa cara beragama dan mempraktikkan tradisi keagamaan mereka
dengan sangat moderat. Pernak-pernik dan simbol keagaamaan Islam
yang mereka perlihatkan terkesan biasa-biasa saja, boleh jadi proses
Arabisasi di Bangkok, belum begitu massif masuk ke dalam naluri
keagamaan kaum muslim di sana. Ini tentu perlu riset mendalam dan
lanjutan, untuk sementara penulis menemukan tipologi keagamaan
muslim Bangkok, tidak jauh berbeda dengan praktik keagamaan
Muslim NU dan Muhammadiyah di Indonesia pada umumnya. Isi
khutbah sang khatib juga pada saat itu, tentang bagaimana seorang
muslim bisa berlaku baik kepada semua orang, dan tentu mengikuti
aturan pemerintah yang ada.
Pada kesempatan yang lain, di malam hari, saya mengunjungi
Sri Mahamariamman Temple, yang tereletak di Kawasan 2 Pan Rd,
Silom Bang Rak, di kawasan pemukiman orang-orang India dan
Tamil. Temple ini dikelola oleh pemuka agama Hindu dari India
Selatan, mereka melakukan pemujaan terhadap dewa-dewa yang
mereka yakini dan imani. Temple ini menjadi titik temu bagi warga
Tamil dan India yang menetap atau hanya pelesiran di Bangkok.
Penataan temple yang bersih dan nayaman membuat penganut
Hindu seperti beribadah di negaranya sendiri. Yang menjadi bagian
terpenting dari Temple ini adalah karena para penganut Hindu
merasa nyaman dan aman, karena pihak kerajaan Thailand menjamin
keamanan para penganut Hindu untuk malaksanakan dan merayakan
ritus keagamaan mereka, tanpa ada halangan sedikitpun. Lalu,
bagaimana dengan ajaran Budha, Budhisme menjadi ajaran yang
melebur dari setiap relung kehidupan penduduk Thailand, penyatuan
kerajaan dengan ajaran Budhisme menjadi kekuatan tersendiri bagi
solidritas masyarakat Thailand, terutama penduduk yang sehari-
( 187 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
harinya menetap di kota Bangkok. Sangat mudah kita menyaksikan
beberapa tempat pemujaan bagi penganut Budha, tersebar di seluruh
pojok-pojok pertokoan, hotel, apartement, bandara, stasiun BTs, area
shoping mall, perpaduan kerja dan ibadah bagi masyarakat Thailand
di Bangkok menjadi pemandangan sehari-hari. Peberian persembahan
di pagi hari bagi Bikhu dapat disaksikan dengan penuh hikmat dan
khusyu. Sebuah perpaduan konsep zikir dan kir dalam ajaran
Islam, yang kadang-kadang orang Islam sendiri meninggalkan dan
( 188 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
menanggalkan konsep ini dalam kehidupan kesehariannya. Bangkok,
tidak hanya menjadi kota metropolitan, tetapi Bangkok bisa menjadi
distinasi ziarah keagamaan, membangun relasi dan hubungan antar
agama dengan sama-sama mengambil pelajaran dan hikmah dari
setiap ajaran agama yang ada. Dari sini kita berharap dapat tercipta
saling pengakuan akan keberadaan agama kita masing-masing, tanpa
saling menakan atau meniadakan. Fenomena keberagamaan yang
saling meniadakan adalah bagian dari kemelut umat beragama dewasa
ini, saling meninggikan dan mengklaim identitas agamanyalah yang
paling benar, adalah anomali masyarakat beragama di era milenial
saat ini. Fenomena ini dapat menjadi pemandangan yang memilukan
di Indonesia akhir-akhir ini. Tetapi, Kota Bangkok membuktikan
bahwa modernitas dengan segala pernak-perniknya, sesungguhnya
ekuivalen dengan norma-norma keagamaan, agama apapun itu,
selama dikelola dan dimanage dengan baik dan benar, berlandaskan
hukum dan norma-norma Hak Asasi Manusia. Realitas Kota Bangkok,
membuktikan bahwa sekularisme (pemisahan agama dan negara)
bisa dipadukan dengan sangat indah, tanpa harus mengerus nilai-
nilai agama masing-masing, semua bisa berjalan beriringan, alih-alih
saling menganggu, malah saling menguatkan, antara modernitas,
kemajuan, dan nilai-nilai spritual keagamaan.
Epilog, akhir dari perjalanan
Pada akhirnya, setiap perjalanan tentu ada ujungnya, bagi penulis
selama sepuluh hari melakukan perjalanan di Kota Bangkok, Thailand,
banyak hal yang menjadi pelajaran dan hikmah, serta pengalaman
yang penulis dapatkan. Terutama untuk pengebangangan future-
academic carier saya. Sebagai pengkaji agama-agama (interfaith
studies) ada banyak bahan kajian dan penelitian yang telah saya buat
dalam agenda penelitian saya di masa depan. Prospek kolaborasi di
( 189 )
Pengembangan Kapasistas Riset, Publikasi dan Pengamdian Masyarakat
Catatan Akademik dari Bangkok
berbagai perguruan tinggi di Bangkok, juga menjanjikan terutama
soal studi agama-agama dan masa depan dialog antar agama, antara
Indonesia dan Thailand.
Referensi
Anderson, Elijah. 2000. “Beyong the Melting Pot Reconsidered.”
International Migration Review, 34(1): 262-270.
https://www.bangkokriver.com/place/sri-maha mariamman-temple/
“Sri Maha Mariamman Temple is Bangkok’s rst and most
important Hindu house of worship”
Mews, CJ, “The Possibilities of Interfaith Dialogue”. Meanjin, 65(4),
(2006), 78.
Saran, Kranti, “Faith and the Structure of the Mind” SOPHIA,
Springer Science + Business Media Dordrecht: 2014.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Faith, broadly construed, is central to the political, social and personal life of any rational agent. I argue for two main claims: first, that a typology of faith based on the fine-grained Indic categories of bhakti, śraddhā, prasāda, abhisaṃpratyaya and abhilāṣa (each of which I explain) dissolves many of the philosophical problems associated with the nature of faith; second, that this typology of faith has elements that cannot be encompassed in a belief-desire psychology. The upshot is that the structure of the mind is more complicated than belief-desire psychology admits and that understanding the nature of faith has a role to play in charting the structure of the mind.