ArticlePDF Available

Meningkatkan planned happenstance skills dalam perspektif Al Qur’an Surah Al Balad

Authors:

Abstract

p>Makalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang meningkatkan planned happenstance skills dalam perspektif Al Qur’an surah Al Balad dari ayat 1 hingga ayat 20. Konsep planned happenstance skills percaya bahwa perilaku manusia merupakan produk dari pengalaman belajar yang tersedia dalam situasi terencana dan tidak terencana. Dalam ajaran Islam semua perilaku manusia tertumpu pada keyakinan bahwa segala sesuatu sudah merupakan rencana Allah, manusia hanya dituntut untuk mencoba dan kemudian mengembalikan hasil dari upaya tersebut kepada Allah. Dalam skema enam prinsip yang dapat diterapkan konselor untuk meningkatkan planned happenstance skills yang dikemukakan Krumboltz, surat Al Balad dapat menjadi alternatif alur yang unik dengan: (1) Menekankan mempercayai kehendak Allah, ayat 1-4; (2) Mengambil hikmah terhadap apapun yang telah terjadi, ayat 5-7; (3) Konseli didorong untuk bersikap fleksibel dalam menanggapi kondisi yang terjadi, ayat 8-10; (4) Konselor menerima umpan balik konseli, ayat 11-16; (5) Konseli dapat menafsirkan setiap hubungan komunikasi secara efektif, ayat 17-18; dan terakhir (6) Memastikan konseli menjalankan keseluruhan alur secara maksimal dan utuh, ayat 19-20. This paper is intended to express the increased planned happenstance skills based on Al Qur'an Surah Al Balad from verses 1 through 20. Planned happenstance skills believe in human behavior is the product of many learning experiences available by planned and unplanned situations. In the teachings of Islam everything is based on the belief that everything has been planned by Allah, man is required to be able to try and then return the results of such efforts to Allah. In the scheme of six counselor lines increasing the planned happenstance skill offered by Krumboltz, the Al Balad surah can be a unique alignment alternative with: (1) Emphasis to trust Allah, verses 1-4; (2) Taking wisdom on what has happened, verses 5-7; (3) The counselee is encouraged to be flexible in response to the circumstances, verses 8-10; (4) Counselors receive counselee feedback, verses 11-16; (5) The counselee can interpret every communication relation effectively, verses 17-18; and lastly (6) Ensure the counselee runs the overall flow as a whole and safely, verses 19-20. </p
Andri, Arli, Karyono; Meningkatkan planned happenstance skills dalam …..
59
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 8 (2), 59-70 November 2018
Copyright ©2017 Universitas PGRI Madiun
ISSN: 2088-3072 (Print) / 2477-5886 (Online)
Available online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK
DOI: 10.25273/counsellia.v8i2.2378
Meningkatkan planned happenstance skills dalam perspektif Al
Qur’an Surah Al Balad
Muhammad Andri Setiawan1, M. Arli Rusandi2, Karyono Ibnu Ahmad3
1Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
andri.bk@ulm.ac.id
2Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
arli.rusandi@ulm.ac.id
3Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
karyonoia@gmail.com
Abstrak
Makalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang meningkatkan planned
happenstance skills dalam perspektif Al Qur‟an surah Al Balad dari ayat 1 hingga ayat
20. Konsep planned happenstance skills percaya bahwa perilaku manusia merupakan
produk dari pengalaman belajar yang tersedia dalam situasi terencana dan tidak
terencana. Dalam ajaran Islam semua perilaku manusia tertumpu pada keyakinan bahwa
segala sesuatu sudah merupakan rencana Allah, manusia hanya dituntut untuk mencoba
dan kemudian mengembalikan hasil dari upaya tersebut kepada Allah. Dalam skema
enam prinsip yang dapat diterapkan konselor untuk meningkatkan planned happenstance
skills yang dikemukakan Krumboltz, surat Al Balad dapat menjadi alternatif alur yang
unik dengan: (1) Menekankan mempercayai kehendak Allah, ayat 1-4; (2) Mengambil
hikmah terhadap apapun yang telah terjadi, ayat 5-7; (3) Konseli didorong untuk bersikap
fleksibel dalam menanggapi kondisi yang terjadi, ayat 8-10; (4) Konselor menerima
umpan balik konseli, ayat 11-16; (5) Konseli dapat menafsirkan setiap hubungan
komunikasi secara efektif, ayat 17-18; dan terakhir (6) Memastikan konseli menjalankan
keseluruhan alur secara maksimal dan utuh, ayat 19-20.
Kata Kunci: konselor, planned happenstance skills, surah Al Balad,
Abstract
This paper is intended to express the increased planned happenstance skills based on Al
Qur'an Surah Al Balad from verses 1 through 20. Planned happenstance skills believe in
human behavior is the product of many learning experiences available by planned and
unplanned situations. In the teachings of Islam everything is based on the belief that
everything has been planned by Allah, man is required to be able to try and then return
the results of such efforts to Allah. In the scheme of six counselor lines increasing the
planned happenstance skill offered by Krumboltz, the Al Balad surah can be a unique
alignment alternative with: (1) Emphasis to trust Allah, verses 1-4; (2) Taking wisdom on
what has happened, verses 5-7; (3) The counselee is encouraged to be flexible in
response to the circumstances, verses 8-10; (4) Counselors receive counselee feedback,
verses 11-16; (5) The counselee can interpret every communication relation effectively,
verses 17-18; and lastly (6) Ensure the counselee runs the overall flow as a whole and
safely, verses 19-20.
Keywords: counselor, surah Al Balad, planned happenstance skills
59
Andri, Arli, Karyono; Meningkatkan planned happenstance skills dalam …..
60
PENDAHULUAN
Menurut Laporan BPS pada
tahun 2017, disebutkan bahwa dalam
setahun terakhir, pengangguran
bertambah 10 ribu orang. Dari
121,02 juta orang yang bekerja,
sebesar 7,55 % masuk kategori
setengah menganggur dan 20,40 %
pekerja paruh waktu.
Sempitnya lapangan pekerjaan
pada kenyataannya tidak saja
disebabkan oleh permasalahan
ekonomi saja tetapi terdiri dari
banyak faktor. Ananta (dalam Dewi
Hartina S., 2009: 16) menyatakan
bahwa angka pengangguran
merupakan cerminan dari perubahan
demografis dan bukan perubahan
perekonomian.
Penelitian yang dilakukan oleh
Andri Adi pada tahun 2016 terhadap
penyebab tingginya pengangguran
sarjana di Kecamatan Simeulue
Barat Kabupaten Simeulue Provinsi
NAD menemukan bahwa adanya
ketidaksiapan lulusan sarjana untuk
mandiri mengambil keputusan karier
dalam menentukan pilihan tempat
untuk bekerja karena ketidaksesuaian
harapannya antara latar belakangan
kesarjanaaan dengan pilihan
pekerjaan yang diambil menjadi
penyebab terjadinya pengangguran.
Ketidaksiapan mengambil sikap
berkarier dalam bekerja, secara
umum disebabkan oleh perilaku
manusia dalam menentukan
kariernya. Perilaku ini dapat
diuraikan dalam The Happenstance
Learning Theory (HLT) yang
digagas Krumboltz pada tahun 2009
mengenai pengembangan karir.
Krumboltz (2009:135) merangkum
esensi HLT dengan menyatakan
“HLT berpendapat bahwa perilaku
manusia adalah produk dari banyak
pengalaman belajar yang tersedia
oleh situasi terencana dan tidak
terencana dimana individu
menemukan diri mereka sendiri.
Hasil belajar meliputi keterampilan,
minat, pengetahuan, kepercayaan,
preferensi, kepekaan, emosi, dan
tindakan di masa depan”.
Dalam menjelaskan teorinya,
Krumboltz (2009) memulai dengan
menggambarkan sembilan faktor
yang mempengaruhi perilaku
individu, yaitu:
1. Bahwa genetika berperan
dalam banyak variabel
psikologis penting.
2. Pengalaman belajar yang
dimiliki individu dapat
memainkan peran penting.
3. Pengalaman belajar
instrumental dimana individu
mengamati perilaku mereka
sendiri dan konsekuensinya
dapat mempengaruhi perilaku
mereka.
4. Mengaitkan pengalaman
belajar, dimana individu
mengamati perilaku orang
lain, bisa berpengaruh.
5. Kondisi lingkungan dan
kejadian dapat memainkan
peran penting dalam
mempengaruhi perilaku
individu
61
Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 8 No.2, November 2018 | 59 - 70
6. Dampak orang tua dan
pengasuh juga dapat
berdampak signifikan
terhadap perilaku.
7. Kelompok sebaya telah
ditemukan berperan dalam
membentuk perilaku individu.
8. Jenis pengaturan pendidikan
terstruktur yang dialami
individu saat tumbuh dewasa
dapat berdampak besar
terhadap tingkah laku
mereka, baik atau buruk.
9. Dunia yang tidak sempurna
dimana kita tinggal
memberikan kesempatan bagi
beberapa orang dan bukan
untuk orang lain.
Krumboltz dan rekan-rekannya
telah mengembangkan teori tentang
bagaimana individu membuat
keputusan karir yang menekankan
pentingnya perilaku (tindakan) dan
kognisi (mengetahui atau berpikir)
dan memanfaatkan kesempatan
dalam membuat keputusan karir
(Krumboltz, 2009).
Sehingga Mitchell et. al (1999)
mengusulkan dan mengembangkan
Planned Happenstance Theory
sebagai alternatif untuk pergeseran
yang cepat dalam dunia kerja dan
menjelaskan “faktor kesempatan”
dalam pengembangan karir individu.
Mereka menggambarkan kejadian
tak terduga sebagai peluang yang
memiliki konsekuensi positif,
meskipun peristiwa ini pada mulanya
tidak disengaja atau tak terduga.
Selain planned happenstance
skill/PHS dalam kaitannya
memahami sebuah
happenstance/kebetulan tidak hanya
sebagai peristiwa kebetulan dan
pengalaman, tetapi juga sebagai
kemampuan individu untuk mencari
peristiwa tersebut dan pengalaman
yang dapat memaksimalkan belajar
mereka (Krumboltz, et. al, 2013),
individu juga harus mempunyai self
efficacy dalam keputusan karir
(career decision self efficacy/CDSE).
Karena akan percuma planned
happenstance skill/PHS tinggi tetapi
individu tidak mempunyai keyakinan
dirinya dalam hal keputusan karir
terkait happenstance/kebetulan yang
terjadi dalam hidupnya.
Dalam happenstance learning
theory, lima keterampilan sangat
membantu dalam menangani peluang
karir. Keterampilan ini adalah rasa
ingin tahu, ketekunan, fleksibilitas,
optimisme, dan mengambil risiko
(Mitchell et al., 1999), seperti yang
dijelaskan di bawah ini:
1. Keingintahuan/Curiosity
digunakan untuk
mengeksplorasi peluang
belajar baru dan
menindaklanjuti pilihan yang
dihasilkan dari kejadian
kebetulan.
2. Kegigihan/Persistence
dipelajari saat ada
kemunduran dalam
pengalaman seseorang.
Misalnya, jika seorang
konseli tidak ditawari
Andri, Arli, Karyono; Meningkatkan planned happenstance skills dalam …..
62
pekerjaan tapi terus berusaha,
dan akhirnya hasil wawancara
kerja menghasilkan sebuah
tawaran, konseli dapat belajar
ketekunan.
3. Fleksibilitas/Flexibility
dipelajari saat berhadapan
dengan banyak peristiwa
kebetulan. Individu sering
fleksibel dalam mengubah
sikap mereka saat
menghadapi keadaan yang
berbeda seperti atasan yang
berbeda dalam wawancara
kerja yang berbeda.
4. Optimis/Optimism adalah
melihat peluang baru sebaik
mungkin dan dapat dicapai.
5. Mengambil risiko/Risk taking
terjadi saat ada kejadian baru
yang tak terduga. Konseli
mengetahui bahwa
mengambil risiko (misalnya,
saat wawancara untuk
pekerjaan di mana konseli
tidak merasa cukup
berkualifikasi) dapat
menghasilkan hasil yang
positif. Hasilnya mungkin
bukan tawaran pekerjaan
yang diinginkan melainkan
membukakan peluang
pekerjaan lain.
Pada kenyataannya batasan yang
diuraikan The Happenstance
Learning Theory (HLT) dalam
perspektif Islam, hanya sampai pada
batasan ikhtiar, tidak sampai tawakal
padahal dari tawakal atau berserah
diri kepada Allah maka penyerahan
akan hasil ikhtiar atau usaha akan
terbentuk secara alami membentuk
ketenangan batin. Abu Zakariya
Sutrisno (2016) menyatakan jika
mengimani Allah yang menentukan
segala sesuatu maka sudah
semestinya bertawakal kepada Allah.
“....Dan hanya kepada Allah
hendaknya engkau bertawakal, jika
engkau benar-benar orang yang
beriman" (QS. Al Maa’idah [5]: 23)
Tawakal hendaknya disertai
dengan ikhtiar (usaha), maka tidak
benar jika ada orang yang
mengatakan bertawakal kemudian
berpangku tangan dan meninggalkan
ikhtiar. Pada hakikatnya orang yang
seperti ini bukan orang yang
bertawakal, tetapi seorang pemalas.
Allah memerintahkan
bertawakal dan menyatakan bahwa
Allah tidak akan mengubah keadaan
seseorang atau suatu kaum jika
mereka tidak berusaha mengubahnya
sendiri.
Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar
Ra’d [13]: 11).
Peningkatan kemampuan
Planned Happenstance Skills perlu
juga didorong dengan spirit ikhtiar
dan tawakal secara berimbang.
Konselor yang mempergunakan
konsep HLT dapat
mempertimbangkan keseluruhan
surah Al Balad sebagai uraian
alternatif meningkatkan Planned
Happenstance Skills.
63
Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 8 No.2, November 2018 | 59 - 70
Hal ini menjadi penting karena
surah Al Balad berisi pelajaran
bahwa manusia harus bersusah payah
dan berjuang mengatasi kesulitan
supaya dapat mempersembahkan
sesuatu yang baik bagi masyarakat.
Keberhasilan mempersembahkan
kebaikan itu akan membuahkan
kebahagiaan. Ketidaksediaan
mengerjakan sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat akan
membuahkan kesengsaraan
(Kementerian Agama RI, 2010: 674).
PEMBAHASAN
Krumboltz (2009)
memperkenalkan The Happenstance
Learning Theory untuk konselor
karir memfasilitasi konseli mereka
tentang pentingnya terlibat dalam
berbagai kegiatan yang menarik juga
bermanfaat, memastikan reaksi
mereka, sisanya waspada terhadap
peluang alternatif, dan keterampilan
belajar untuk berhasil dalam setiap
kegiatan baru. The Happenstance
Learning Theory memperluas ide-ide
dari teori-teori pengembangan karir
tradisional dengan memasukkan
peristiwa yang tidak direncanakan
sebagai faktor penting dalam proses
pengembangan karir (Kim, et. al,
2014).
Meskipun peluang masa depan
sering dibuat tanpa kemauan
seseorang, mereka dapat membuat
dengan sengaja serta memanfaatkan
lima komponen Planned
Happenstance Skill/PHS (Mitchell,
et. al 1999). Lima komponen
Planned Happenstance Skill/PHS
digunakan untuk mengenali,
menciptakan, dan menggunakan
kejadian tak terduga sebagai peluang
(Mitchell, et. al, 1999).
Keterampilan tersebut adalah
rasa ingin tahu (menjelajahi
kesempatan belajar baru), ketekunan
(mengerahkan usaha meskipun
mengalami kemunduran),
fleksibilitas (mengubah sikap dan
keadaan), optimisme (melihat
peluang baru sebagai kemungkinan
dan bisa dicapai), dan pengambilan
risiko (mengambil tindakan dalam
menghadapi hasil yang tidak pasti).
Selanjutnya oleh Kim, et. al (2014b)
lima komponen ini dikembangkan
menjadi skala Planned
Happenstance Career Inventory
(PHCI) yang akan dipakai sebagai
instrument dalam penelitian ini.
Kelima keterampilan menyoroti
kebutuhan untuk membantu konseli
memanfaatkan peristiwa
happenstance/kesempatan untuk
memperluas potensi karir mereka.
Selain itu juga dengan Planned
Happenstance Skill/PHS dapat
menuntun individu mengenal
peluang dan berani mengambil
resiko atas tindakannya. Konsisten
dengan teori ini, Kim, et. al (2014a)
juga menegaskan bahwa individu
dengan planned happenstance skill
tinggi akan meningkatkan kepuasan
karir mereka.
S. Ahn, et.al (2015) dalam
penelitiannya menemukan
occupational identity status yang
Andri, Arli, Karyono; Meningkatkan planned happenstance skills dalam …..
64
lebih tinggi (yaitu, moratorium dan
achievement statuses) secara
signifikan terkait dengan 5
komponen planned happenstance
skill. Dengan kata lain individu-
individu yang memiliki planned
happenstance skill lebih cenderung
untuk menunjukkan identity
achievement statuses (status dimana
remaja telah melalui krisis identitas
dan telah membuat komitmen pada
perasaan akan identitas diri yaitu
peran atau nilai tertentu bahwa ia
telah memilih) dan identity
moratorium statuses (status di mana
remaja saat ini dalam krisis,
mengeksplorasi berbagai komitmen
dan siap untuk membuat pilihan,
namun belum membuat komitmen
pada pilihan tersebut).
Sehingga Rhee, et. al (2015)
melanjutkan penelitian untuk lebih
meyakinkan terhadap pola identik
dari enam vocational identities dan
merekomendasikan perlunya
meningkatkan Planned
Happenstance Skill untuk
pengembangan karir mahasiswa,
namun keterampilan spesifik
(indikator PHS) yang dibutuhkan
mungkin berbeda tergantung pada
vocational identity status mereka.
Beberapa prinsip yang bisa
diterapkan konselor terkait upaya
peningkatan Planned Happenstance
Skill (Krumboltz, et. al, 2013;
Krumboltz, 2015).
1. Konselor memahami bahwa
hampir tidak mungkin
memprediksi dunia yang
kompleks ini, maka
kesempatan benar-benar bisa
dijadikan sebuah peluang.
Konselor mungkin memberi
contoh perubahan yang terus
berlanjut di dunia, dan saat
menyadari bahwa kejadian
pada awalnya sangat
menyedihkan, dia
meyakinkan konseli bahwa
mereka akan bekerja sama
untuk menemukan peluang
tersembunyi dalam peristiwa
yang tidak direncanakan ini.
2. Konselor membantu konseli
mereka melakukan tindakan
konstruktif sekarang untuk
mengeksplorasi dunia
mereka.
3. Eksplorasi ini harus
menghasilkan keterampilan,
pengetahuan, dan kontak
yang mungkin berguna
dengan cara yang pada
awalnya tidak dapat
diprediksi.
4. Konselor harus mendapatkan
umpan balik cepat dari
konseli tentang hasil awal
tindakan eksplorasi mereka.
5. Konselor harus menindak
lanjuti setiap konseli untuk
mendorong tindakan baru
atau berkelanjutan untuk
mengeksplorasi dunia
konseli.
6. Konselor harus menyimpan
semua komunikasi konseli
sebagai bukti keefektifan
pengalaman belajar alternatif.
65
Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 8 No.2, November 2018 | 59 - 70
Pada Al Qur‟an dalam surah Al
Balad ayat 1-20 apabila kita simak
sebagai berikut.
(1) Aku benar-benar bersumpah
dengan kota ini (Mekah) (2) dan
engkau (Muhammad) bertempat di
kota Mekah ini (3) dan demi bapak
dan anaknya (4) Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia berada
dalam susah payah (5) Apakah
manusia itu menyangka bahwa
sekali-kali tiada seorangpun yang
berkuasa atasnya (6) Dan
mengatakan: "Aku telah
menghabiskan harta yang banyak"
(7) Apakah dia menyangka bahwa
tiada seorangpun yang melihatnya
(8) Bukankah Kami telah
memberikan kepadanya dua buah
mata (9) lidah dan dua buah bibir
(10) Dan Kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan (11) Tetapi dia
tiada menempuh jalan yang mendaki
lagi sukar (12) Tahukah engkau
apakah jalan yang mendaki lagi
sukar itu (13) (yaitu) melepaskan
budak dari perbudakan (14) atau
memberi makan pada hari kelaparan
(15) (kepada) anak yatim yang ada
hubungan kerabat (16) atau kepada
orang miskin yang sangat fakir (17)
Dan dia (tidak pula) termasuk
orang-orang yang beriman dan
saling berpesan untuk bersabar dan
saling berpesan untuk berkasih
sayang (18) Mereka (orang-orang
yang beriman dan saling berpesan
itu) adalah golongan kanan (19) Dan
orang-orang yang kafir kepada ayat-
ayat Kami, mereka itu adalah
golongan kiri (20) Mereka berada
dalam neraka yang ditutup rapat
(QS. Al Balad [90]: 1-20).
Menurut penafsiran
Kementerian Agama RI (2010: 668,
670, 673 dan 674) surah Al Balad
mengandung sejumlah penjelasan,
apabila disimpulkan adalah sebagai
berikut.
1. Pada ayat ke 1 sampai ayat ke 4
disimpulkan bahwa Alah ingin
menekankan pesan-Nya yang
amat penting dengan bersumpah
terlebih dahulu dengan orang-
orang dan tempat yang agung. Isi
sumpah itu adalah bahwa manusia
harus berjuang untuk bisa hidup
dan menghidupkan kebenaran.
Berdasarkan perjuangan itulah,
Alah menilai manusia. Manusia
seharusnya meninggalkan jasa,
kecil atau besar.
2. Di ayat ke 5 sampai ayat ke 10
diungkapkan agar manusia tidak
boleh sombong, karena pasti ada
yang lebih hebat darinya. Yang
terhebat itu hanyalah Alah.
Manusia tidak boleh ria dalam
berkorban, karena penghasilan
yang didapatkannya untuk bisa
berkorban itu diperolehnya
melalui kemampuan yang
diberikan Alah. Oleh karena itu,
manusia perlu mensyukuri nikmat
Alah yang tiada tara kepadanya,
yaitu mata, lidah dan nafsu
dengan menggunakannya untuk
hal-hal yang diridhoi-Nya.
3. Ayat ke 11 sampai ayat ke 18
ditegaskan oleh Alah agar kaum
Muslimin harus mampu
menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan besar dan berat.
Pekerjaan besar dan berat yang
urgen bagi kemanusiaan itu
Andri, Arli, Karyono; Meningkatkan planned happenstance skills dalam …..
66
misalnya, memerdekan budak,
memberi makan orang lapar pada
saat kelaparan, dan saling ber-
washilah untuk bersabar dan
saling menyayangi. Mereka yang
mampu melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan besar itu digolongkan
„golongan kanan‟, yang
imbalannnya adalah surga yang
penuh nikmat.
4. Ayat ke 19 dan ayat ke 20
menguraikan bahwa mereka yang
tidak mau bersusah payah dengan
mengerjakan perbuatan-perbuatan
baik yang sangat urgen bagi
kemanusiaan akan dijebloskan
Alah ke dalam neraka. Mereka
itu, orang yang tidak mau
bersusah payah mengerjakan
perbuatan-perbuatan baik akan
merugi dan bernasib malang di
akhirat.
Keseluruhan surah Al Balad
dapat menjadi alternatif
meningkatkan Planned
Happenstance Skills, tentu saja
dengan melihat keterpaduan
keduanya dilihat dari kesamaan alur,
sebagaimana tertera pada tabel
berikut.
Tabel 2.1 Internalisasi Sural Al Balad Meningkatkan Planned Happenstance
Skills
Ayat Surah
Al Balad
Internalisasi
1- 4
Menekankan
mempercayai kehendak
Allah
5-7
Mengambil hikmah
terhadap apapun yang
telah terjadi
8-10
Bersikap fleksibel dalam
menanggapi berbagai
kondisi
11-16
Umpan balik dari
belenggu pikiran dan
ketulusan diri
17-18
Menafsirkan setiap
hubungan komunikasi
secara efektif
19-20
Kesadaran diri
1. Peran konselor yang meyakinkan
konseli terdapat yang peluang
tersembunyi pada setiap peristiwa
yang tidak direncanakan. Dalam
perspektif ini maka peranan
tawakal untuk berseserah diri
kepada Allah Swt perlu
ditanamkan. Konselor bersama
67
Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 8 No.2, November 2018 | 59 - 70
konseli untuk usaha atau ikhtiar
tersebut adalah bagian terpenting
kehidupan karena sejatinya
manusia sepanjang kehidupan
akan senantiasa berjuang. Pada
ayat ke 4 dari surah Al Balad
menjadi bukti: Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia
berada dalam susah payah.
Adapun ayat pertama hingga ayat
ketiga refleksi dari perjuangan
kehidupan di dunia dari negeri
menjadi gambaran kehidupan
duniawi hingga sebutan bapak dan
anak akan pentingnya suatu
hubungan/silaturrahmi untuk
menciptakan suatu peluang. Pada
kesempatan ini maka
keingintahuan/curiosity adalah
bukti pentingnya nilai kehidupan
duniawi dengan dilandasi
silaturrahmi.
2. Tindakan konstruktif
mengeksplorasi dunia konseli,
terkait pada cara konseli
memahami dan memanfaatkan
sesuatu yang ada dalam dirinya
maupun yang berada pada
lingkungannya. Al Qur‟an pada
surah Al Balad mengistilahkannya
sebagai harta atau materi. Ayat ke
5 sampai ayat ke 7 menjadi dasar
bagi konselor untuk menyadarkan
konselor bahwa ada kekuatan
besar penentu segala sehingga
manusia perlu menyadari bahwa
segala sesuatu di dunia ini
berjalan bukan dengan sendirinya
namun dirancang dalam bentuk
ketentuan dan kekuasaan Allah
Swt. Eksplorasi yang dimaksud
bagi konseli di sini sudah tentu
menemukan hikmah dalam
rentetan peristiwa yang
membentuk kausalitas. Tujuan
akhir adalah terbentuknya sikap
kegigihan/persistence.
3. Eksplorasi yang dimaksud
konselor membentuk
keterampilan, pengetahuan, dan
kontak. Prasyarat yang dimaksud
hendaknya memiliki kondisional
yang mendukung konseli itu
sendiri, sehingga pada akhirnya
konseli yang dimaksud akan
menjadikan konseli fleksibel
menghadapi kehidupan dunia.
Pada ayat ke 8 sampai ayat ke 10
surah Al Balad dapat menjadi
kriteria mendasarinya.
a. Pada ayat ke 8: “....dua buah
mata” ilustrasi ini menjadi
bukti bahwa sudah selayaknya
pengetahuan yang dimiliki
akan menjadi petunjuk konseli
agar tidak tersesat. Semisalnya
latar belakang pendidikan
kesarjanaan ketika berhadapan
dengan karier atau pekerjaan
yang berbeda namun akan
membentuk nuansa yang khas
karena tidak ada sesuatu yang
sia-sia.
b. Ayat ke 9: “lidah dan dua buah
bibir”merefleksikan
keterampilan yang dimiliki
baik yang lahir karena bakat
secara alami ataupun terbentuk
Andri, Arli, Karyono; Meningkatkan planned happenstance skills dalam …..
68
karena proses pendidikan atau
pelatihan tertentu.
c. Di ayat ke 10:”...dua jalan.”
Memandang peluang yang
diperoleh didukung ketegasan
dalam menyusun rencana dan
pilihan. Kemtangan berpikir
perlu disadari secara utuh dan
benar.
4. Umpan balik yang diterima
konselor dari konseli merupakan
hasil yang didapat konseli dari
menjelaskan upaya yang telah
dilakukan alur ketiga sebelumnya.
Inspirasi dari surah Al Balad ayat
ke 11 sampai ayat ke 16, yang
apabila disimpulkan maka
konselor perlu menekankan
konseli untuk, sebagai berikut.
a. Memerdekakan diri dari
belenggu pikiran sempit
terhadap materi untuk mampu
berbagi kepada mereka yang
membutuhkan walaupun itu
sebenarnya kecil atau pun
sederhana, sehingga konseli
menyadari ada orang yang
lebih kurang atau lebih sulit
situasinya dibandingkan
konseli sendiri.
b. Menjalin komunikasi atau
silaturrahmi dengan dilandasi
rasa ketulusan dan keikhlasan
bukan karena membutuhkan
atau karena kepentingan.
Komunikasi ini dibangun
dalam rangka membangun
kesadaran ketakwaan, sehingga
optimisme terbentuk.
5. Pada alur selanjutnya adalah
tindak lanjut yang melahirkan
tindakan baru yang berkelanjutan.
Tindakan yang dimaksud akan
melahirkan sikap yang saling
berpesan, menguatkan kesabaran
dalam lingkup kasih sayang.
Konselor perlu memastikan
konseli bahwa ia telah melakuan
hubungan baik dengan sesama
sehingga mendapatkan manfaat
besar dari komunikasi yang
terjalin, sebagaimana disebut pada
alur ke 6. Alur ke 5 ini
merefleksikan ayat ke 17 dan ayat
ke 18 surah Al Balad, sehingga
konseli berani mengambil resiko.
6. Alur terakhir pada prinsipnya
memastikan konseli mampu
menjalankan keseluruhan alur
yang dimaksud secara maksimal
dan utuh. Secara apresiasi
simbolik kita akan menyadari ini
sebagaimana tertuang pada ayat
ke 19 hingga ayat 20 surah Al
Balad.
SIMPULAN
Pengembangan planned
happenstance skills tidak terlepas
dari kesadaran akan adanya ikhtiar
dan tawakal kepada Allah Swt.
Namun apabila ikhtiar saja yang
dilakukan tanpa melibatkan peranan
akan kesadaran bahwa Allah Swt
yang menentukan segalanya, maka
kesadaran positif untuk menerima
kenyataan hidup terasa sulit
khususnya dalam membangun karir.
Dalam Al Qur‟an alur membangun
69
Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 8 No.2, November 2018 | 59 - 70
planned happenstance skills sudah
ada yakni dengan mengacu pada
surah Al Balad.
Akan tetapi sudah tentu perlu
dilakukan penelitian yang mendalam
tentang wacana yang dikemukakan
penelitian dalam mengembangkan
planned happenstance skills ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an.
Adi, Andri. (2016). Analisis
Penyebab Tingginya
Pengangguran Sarjana di
Kecamatan Simeulue Barat
Kabupaten Simeulue.
(Skripsi, Universitas Teuku
Umar).
Ahn, S., et. al (2015). “Planned
Happenstance Skills and
Occupational Identity Status
in High School Students”.
The Career Development
Quarterly, 63(1): 31-43.
Badan Pusat Statistik. (2017).
Keadaan Ketenagakerjaan
Indonesia Agustus 2017.
Tersedia:
https://www.bps.go.id/pressre
lease/2017/11/06/1377/agustu
s-2017--tingkat-
pengangguran-terbuka--tpt--
sebesar-5-50-persen.html [22
Maret 2018].
Kementerian Agama RI. (2010). Al
Qur’an dan Tafsirnya: Jilid X
Juz 28-29-30. Jakarta:
Penerbit Lentera Abadi.
Kim, B., et al (2014a). “A Moderated
Mediation Model of Planned
Happenstance Skills, Career
Engagement, Career Decision
Self-Efficacy, and Career
Decision Certainty”. The
Career Development
Quarterly, 62: 5669.
Kim, B., et. al (2014b).
“Construction and Initial
Validation of the Planned
Happenstance Career
Inventory”. The Career
Development Quarterly, 62:
239253.
Krumboltz, et. al (2013). “Applying
the Happenstance Learning
Theory to Involuntary Career
Transitions”. The Career
Development Quarterly,
61(1): 15-26.
Krumboltz, J. D. (2009). “The
Happenstance Learning
Theory”. Journal of Career
Assessment, 17: 135154.
Krumboltz, J. D. (2015). “Practical
Career Counseling
Applications of the
Happenstance Learning
Theory” dalam P. J. Hartung,
M. L. Savickas, dan W. B.
Walsh (Ed.), American
Psychological Association
Handbook of Career
Intervention. Washington,
DC: American Psychological
Association. Hlm. 283-292.
Mitchell, et. al (1999). “Planned
Happenstance: Constructing
Unexpected Career
Opportunities”. Journal of
Counseling & Development,
77: 115124.
Rhee, E., et. al (2015). “The
Relationship among the Six
Vocational Identity Statuses
and Five Dimensions of
Planned Happenstance Career
Skills”. Journal of Career
Development, 43(4): 368-378.
S., Dewi Hartina. (2009). Faktor-
faktor yang Mempengaruhi
Andri, Arli, Karyono; Meningkatkan planned happenstance skills dalam …..
70
Pengangguran Terselubung di
Perdesaan Jawa Tengah:
Analisis Data Sakernas
2007.” Jurnal Kependudukan
Indonesia, IV(1): 15-32.
Sutrisno, Abu Zakariya. (2016).
Tawakal dan Ikhtiar.
Tersedia:
https://ukhuwahislamiah.com
/tawakal-dan-ikhtiar/ [22
Maret 2018].
... Five core components, identified through extensive research, form the foundation of PHT [7][8][9]: 1) Curiosity: Serving as the cornerstone of PHT, curiosity fuels exploration and a desire to learn from unexpected situations. It propels individuals beyond their comfort zones, opening doors to new possibilities. ...
Article
Full-text available
This study aimed to translate and validate the Planned Happenstance Career Inventory (PHCI) for use in a Malaysian context. A total of 500 final-year undergraduate students from four public Malaysian universities participated (100 for Exploratory Factor Analysis, EFA), 400 for Confirmatory Factor Analysis, CFA). Expert review (n=5) established strong face and content validity (0.95). EFA yielded a five-factor structure consistent with the original PHCI: curiosity, risk-taking, persistence, optimism, and flexibility, with all factors demonstrating strong factor loadings (>.6) and explaining 80.276% of the total variance. CFA confirmed the model's goodness-of-fit (RMSEA = 0.070, CFI = 0.943, TLI = 0.935, Chisq/df = 2.950) and demonstrated strong convergent validity and composite reliability. Internal consistency was also excellent, with Cronbach's alpha values ranging from .82 to .90 for the subscales and the total scale. These findings indicate that the Malay version of the PHCI is a valid and reliable instrument for measuring planned happenstance skills among Malaysian university students, offering a valuable tool for researchers and practitioners in this cultural context.
... (Eissenstat & Nadermann, 2018) (Rusandi, Sugiharto, & Sunawan, 2019). Selain itu, teori (Krumboltz, 2009) mengemukakan sembilan faktor yang mempengaruhi perilaku individu, hal ini juga sejalan dengan beberapa penelitian yang mengutip sembilan faktor teori Krumboltz (Setiawan, Rusand, & Ahmad, 2018), (1) pengaruh genetik; (2) pengalaman belajar; ...
Article
Full-text available
Careers are one of the areas of counseling and counselling services. Career is an important factor in life because it has an impact on the overall welfare of the individual. Happenstance Learning Theory (HLT) is an effort to explain how and why individuals follow their different ways throughout life and to illustrate how counselors can facilitate that process. The research methods used are literature studies. Researchers dig into information through the Google Schoolar search page, DOAJ (Directory Open Acces Journal), Sage Journal, Taylor & Francis, Wiley Online Library, and link Springer to find traces of past research related to literacy skills. Through research, it is expected to know the progress of research that has been conducted on the perspective of Happenstance Learning Theory (HLT) perspectives. Thus, Happenstance Learning Theory (HLT) helps students plan their career.
  • Pengangguran Terselubung Di Perdesaan
  • Jawa Tengah
Pengangguran Terselubung di Perdesaan Jawa Tengah: Analisis Data Sakernas 2007." Jurnal Kependudukan Indonesia, IV(1): 15-32.