ArticlePDF Available

PENGEMBANGAN MEDIA LEVIDIO STORYBOARD DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM/DRAMA PADA SISWA KELAS XI SMK

Authors:

Abstract

The research that will be raised is about the development of learning media Levidio Storyboard in learning to write the text of film / drama review on the students of class XI SMK. The purpose of this research is (1) Levidio Storyboard learning media in learning to write movie/drama review text, and (2) implementation of Levidio Storyboard media development in learning to write movie/drama review text. This writing is a development writing that refers to the development model of Borg and Gall that has been modified by the author includes seven steps namely writing and gathering information, planning stage, product development stage with Levidio Storyboard, expert validation, first phase revision, field trials, and revisions Final stage improvement. The location of the research was SMKN 7 Samarinda in April s.d. May 2017. Based on data analysis, Levidio Storyboard media is feasible and appropriate for use in learning to write text of film/drama review for students of class XI SMK. Keywords: learning media, levidio storyboard, writing, review text
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017 15
PENGEMBANGAN MEDIA
LEVIDIO STORYBOARD
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN
FILM/DRAMA PADA SISWA KELAS XI SMK
M. Agus Kastiyawan, Yusak Hudiyono, M. Rusydi Ahmad
Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman
Pos-el: kastiyawan@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian yang akan diangkat adalah tentang pengembangan media pembelajaran
Levidio Storyboard dalam pembelajaran menulis teks ulasan film/drama pada siswa
kelas XI SMK. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengembangkan desain
pengembangan media pembelajaran Levidio Storyboard dalam pembelajaran
menulis teks ulasan film/drama, dan (2) implementasi pengembangan media
Levidio Storyboard dalam pembelajaran menulis teks ulasan film/drama. Penulisan
ini merupakan penulisan pengembangan yang mengacu pada model pengembangan
Borg and Gall yang telah dimodifikasi oleh penulis meliputi tujuh langkah yakni
penulisan dan pengumpulan informasi, tahap perencanaan, tahap pengembangan
produk dengan Levidio Storyboard, validasi ahli, revisi tahap pertama, uji coba
lapangan, dan revisi perbaikan tahap akhir. Lokasi penelitian adalah SMKN 7
Samarinda bulan April s.d. Mei 2017. Berdasarkan analisis data, media Levidio
Storyboard layak dan tepat guna untuk digunakan dalam pembelajaran menulis teks
ulasan film/drama bagi siswa kelas XI SMK.
Kata kunci: media pembelajaran, levidio storyboard, menulis, teks ulasan
ABSTRACT
The topic of this paper is about developing Levidio Storyboard learning media in
learning to write the text of film/drama review on the students of class XI SMK
(Vocational Schools). The purpose of this research is (1) developing Levidio
Storyboard learning media in learning to write movie/drama review text, and (2)
implementation of Levidio Storyboard media development in learning to write
movie/drama review text. This paper is a development writing that refers to the
development model of Borg and Gall that has been modified by the author which
included seven steps namely writing and gathering information, planning stage,
product development stage with Levidio Storyboard, expert validation, first phase
revision, field trials, and revisions Final stage improvement. The scope of the
research was SMKN 7 Samarinda during April until May 2017. Based on data
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
16
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017
analysis, Levidio Storyboard media is feasible and appropriate for use in learning
to write text of film/drama review for students of class XI SMK.
Keywords: learning media, levidio storyboard, writing, review text
A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 21 ini,
menyebabkan semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia berkualitas.
Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses untuk membantu pembangunan
manusia dalam pengembangan diri agar dapat menghadapi segala tantangan dan
rintangan yang dihadapi suatu bangsa untuk mencapai kemajuan. Pelaksanaan
pendidikan di Indonesia senantiasa menghadirkan perubahan-perubahan dalam
rangka penyempurnaan agar dapat sesuai dengan kebutuhan pembangunan suatu
bangsa.
Industri teknologi yang berkembang pesat ternyata memiliki dampak yang
cukup positif pada industri perfilman dunia, mulai dari teknologi Computer
Generated Imagery (CGI) yang mampu memanipulasi studio menjadi
pemandangan yang sesuai dengan lingkungan yang tertera dalam skenario tanpa
mengeluarkan biaya untuk menuju lokasi yang dimaksud. Terpangkaslah biaya
produksi suatu film sekaliber Superman, Spiderman, dan Batman berkat bantuan
teknologi dan memanjakan mata penggemarnya. Semakin maraknya produksi film
tersebut, maka muncullah generasi-generasi Video Bloging (vlog) yang mengulas
film yang telah ditonton secara perdana mulai dari kualitas film, aktor/aktris, jalan
cerita, kelebihan, dan kekurangan menurut vloger (pemberdaya vlog di YouTube).
Guru Bahasa Indonesia wajib untuk beradaptasi dengan perkembangan
teknologi dan budaya siswa yang tidak bisa lepas dari gadget mereka. Oleh sebab
itu, pada desain pembelajaran bahasa Indonesia saat ini dituntut agar guru berusaha
keras menyajikan materi dengan inovasi media pembelajaran. Media pembelajaran
yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan
memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa
mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru.
Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan,
umpan balik, dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan
benar.
Penelitian yang akan diangkat adalah tentang pengembangan media
pembelajaran Levidio Storyboard dalam pembelajaran menulis teks ulasan
film/drama pada siswa kelas XI SMK. Masalah yang akan dikaji adalah (1)
bagaimanakah desain pengembangan media pembelajaran Levidio Storyboard
dalam pembelajaran menulis teks ulasan film/drama, dan (2) bagaimanakah
implementasi pengembangan media Levidio Storyboard dalam pembelajaran
menulis teks ulasan film/drama. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengembangkan
desain pengembangan media pembelajaran Levidio Storyboard dalam
pembelajaran menulis teks ulasan film/drama, dan (2) implementasi pengembangan
media Levidio Storyboard dalam pembelajaran menulis teks ulasan film/drama.
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017 17
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian
dari Petrus Hariyanto (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta) dan Suwardi
Endraswara (Pendidikan Bahasa Jawa, Universitas Negeri Yogyakarta) tahun 2013
berjudul “Pengembangan Media Macromedia Flash Untuk Pembelajaran Membaca
dan Menulis Bahasa Indonesia di SMA,” dan pada tahun 2015 Lutfah Barliana
(Universitas Negeri Semarang) tahun dengan judul “Pengembangan Media
Pembelajaran Audio Cerita Pendek yang Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak bagi Peserta Didik
Pendidikan Menengah.”
B. LANDASAN TEORI
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Association for Education
and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media adalah segala
bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Menurut
Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Pembelajaran berasal dari kata ajar yang memiliki makna sebuah petunjuk
yang diberikan kepada orang untuk diketahui (dituruti). Belajar adalah usaha untuk
memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Arsyad (2013:1), belajar merupakan
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri seseorang sepanjang hidupnya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pembelajaran merupakan suatu proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup untuk belajar.
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai dua fungsi yang
penting, yaitu memotivasi minat belajar siswa dan menyampaikan materi pelajaran
demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di
sekolah pada khususnya. Oleh karena itu, para pendidik harus dapat memanfaatkan
perkembangan teknologi dalam membuat media pembelajaran yang tepat guna
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara menumbuhkan
semangat dan motivasi belajar saat proses belajar berlangsung.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa
pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Proses belajar
mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan timbal balik
guru kepada peserta didik dan peserta didik kepada guru. Pesan berupa
isi/materi/bahan ajar yang dituangkan ke dalam simbol komunikasi baik verbal
maupun non verbal. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses
pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara
optimal.
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
18
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017
Keberhasilan pembelajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media
yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh
guru (Iskandarwassid, 2008: 25). Apabila media yang digunakan sudah tepat maka
pesan (materi pembelajaran) dapat mudah dipahami oleh peserta didik. Heinich,
dkk (2005: 57) mengemukakan beberapa jenis media pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru, instruktur, dan perancang program pembelajaran yaitu: (1)
media cetak/teks; (2) media pameran/display; (3) media audio; (4) gambar
bergerak/motion pictures; (5) multimedia; (6) media berbasis web atau internet.
Penggunaan media dalam aktivitas pembelajaran harus dapat memfasilitasi
tercapainya kompetensi atau tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan oleh
siswa. Menurut Heinich, dkk (2005:12) agar dapat memilih media pembelajaran
yang tepat, yang dapat digunakan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran
sukses, diperlukan adanya beberapa pertimbangan yaitu: (1) media yang digunakan
sesuai dengan kurikulum; (2) isi informasi dan pengetahuan yang terkandung di
dalam media akurat dan baru; (3) isi informasi yang terdapat di dalam media
disampaikan dengan jelas; (4) media yang akan digunakan mampu memotivasi dan
memancing minat belajar siswa; (5) media pembelajaran yang dipilih mampu
melibatkan mental siswa dalam aktivitas pembelajaran; (6) kualitas teknis media
pembelajaran yang akan digunakan baik; (7) media yang akan digunakan telah diuji
coba sebelumnya; (8) media yang akan digunakan bebas dari kepentingan iklan
komersial; dan (9) penggunaan media dilengkapi dengan petunjuk tentang cara
penggunaannya.
3. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dikelompokkan ke dalam empat kelompok dasar, yaitu (1)
Teknologi cetak merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi
dengan meliputi teks, grafik, foto atau representasi fotografik dan reproduksi. (2)
Teknologi audio visual merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi
dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual. (3) Teknologi berbasis komputer merupakan cara
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber
yang berbasis mikroprosesor dalam media ini materi/informasi disimpan dalam
bentuk digital bukan cetak atau visual. (4) Teknologi gabungan merupakan cara
untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian
beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer.
Sedangkan dari segi perkembangan teknologi menurut Seels dan Glasgow
(1990:181-183) terbagi menjadi dua kategori yaitu media tradisional dan media
mutakhir. (1) Media tradisional meliputi: visual yang diproyeksikan (proyeksi
apaque, proyeksi overhead, slides, filmstrips), visual yang tak diproyeksikan
(gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info, papan-bul),
audio (rekaman piringan, pita kaset, reel, catridge), penyajian multimedia (tape,
multi-image), visual dinamis berproyeksi (film, televisi, video), cetak (buku teks,
modul, workbook, majalah ilmiah, hand-out), permainan (teka-teki, simulasi,
permainan papan), real (model, specimen) contoh, manipulatif seperti peta,
boneka). (2) Media mutakhir meliputi: media berbasis telekomunikasi/telekonferen
(komunikasi menggunakan mikrofon dan amplifier), kuliah jarak jauh, media
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017 19
berbasis mikroprosesor, computer-assisted instruction (sistem penyampaian materi
pelajaran yang berbasis mikroprosesor), permainan komputer, sistem tutor intelijen,
interaktif, hypermedia (perluasan dari hypertext yang menggabungkan media lain
ke dalam teks), compact disc.
Media pembelajaran berbasis komputer merupakan media pembelajaran paling
update, di mana di dalamnya terdapat berbagai media yang telah ada sebelumnya,
termasuk media pembelajaran audio-visual. Kenyataan di lapangan, media
mutakhir yang digunakan ada berbagai macam jenisnya, antara lain teleconference,
hypermedia, interactive video, hypertext dan lain-lain. Macam-macam media yang
berbasis komputer tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Aplikasi-aplikasi yang terdapat di dalam komputer merupakan unsur pendukung
utama dalam pembuatan media pembelajaran.
4. Program Video Animasi
Animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer
yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi
berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat. Utami (2007)
menyatakan ada tiga jenis format animasi: pertama, Animasi tanpa sistem kontrol,
animasi ini hanya memberikan gambaran kejadian sebenarnya (behavioural
realism), tanpa ada kontrol sistem. Misal untuk pause, memperlambat kecepatan
pergantian frame, Zoom in, Zoom Out, bisa jadi animasi terlalu cepat, pengguna
tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan detail tertentu karena tidak
ada fasilitas untuk pause dan zoom in. Kedua, Animasi dengan sistem kontrol,
animasi ini dilengkapi dengan tombol kontrol. Hal ini memungkinkan pengguna
untuk menyesuaikan animasi dengan kapasitas pemrosesan informasi mereka.
Namun kekurangannya, terletak pada pengetahuan awal (prior knowledge) atas
materi yang dipelajari menyebabkan murid tidak tahu mana bagian yang penting
dan harus diperhatikan guna memahami materi dan yang tidak. Sering kali murid
lebih memperhatikan bagian yang tampak lebih menonjol secara perseptual. Ketiga,
Animasi manipulasi langsung (Direct Manipulation Animation [DMA]). DMA
menyediakan fasilitas untuk pengguna berinteraksi langsung dengan kontrol
navigasi (misal tombol dan slider). Pengguna bebas untuk menentukan arah
perhatian dan kejadiannya dapat diulang.
Animasi merupakan salah satu bentuk visual bergerak yang dapat dimanfaatkan
untuk menjelaskan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara konvensional.
Dengan diintegrasikan ke media lain seperti video, presentasi, atau sebagai bahan
ajar tersendiri animasi cocok untuk menjelaskan materi-materi pelajaran yang
secara langsung sulit dihadirkan di kelas atau disampaikan dalam bentuk buku.
Sebagai
5. Levidio Storyboard
Penulis menjadikan perangkat Levidio Storyboard sebagai media untuk
menjembatani antara konsep mengenai teks ulasan yang terdapat dalam materi
kelas XI Kurikulum 2013. Levidio Storyboard sendiri adalah konten grafis dari
powerpoint add-in yang di dalamnya terdapat 7000+ elemen grafis yang sudah
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
20
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017
diatur dengan rapi, dan siap digunakan untuk membuat berbagai macam grafis dan
video. Seperti video explainer, mascot, logo, infografis, mockup dan berbagai
macam grafis lainnya.
Levidio Storyboard bekerja di operasional sistem komputer Windows Vista,
Seven, 8, 8.1, dan 10 dengan persayaratan Windows Vista dan Seven harus terpasang
service pack 1. Untuk Windows 8 dan 8.1 harus yang latest update. Sedangkan
persyaratan Windows 10 diperuntukkan di semua versi. Levidio Storyboard adalah
produk video dan grafis, yang membutuhkan spesifikasi komputer grafis/gaming
jika ingin bekerja dengan sangat lancar, menggunakan laptop/PC dengan minimal
RAM 2 GB dan prosesor intel dual core (minimal/setara) semakin tinggi semakin
baik. Levidio Storyboard ID bekerja maksimal di office 2013 dan 2016, untuk office
2007 tidak bisa dikonversi ke video dan animasi tidak lengkap, sedangkan office
2010 kualitas render masih tidak maksimal dan animasi masih terbatas, oleh karena
itu disarankan minimal office 2013.
Untuk membangun video animasi pembelajaran menggunakan Levidio
Storyboard berkonsep harus melalui lima tahapan pra produksi sebagaimana
disampaikan oleh Dhimas (2013:29-30) yaitu, (1) tahap konsep (ide cerita), (2)
tahap riset, (3) tahap desain karakter, (4) naskah, dan (5) storyboard.
Keunggulan Levidio Storyboad dalam memproduksi video animasi adalah dari
segi kepraktisan sehingga menghemat waktu dan biaya produksi. Tiga tahap yang
ditawarkan Levidio Storyboad yaitu: (1) drag and drop, setelah menginstall Levidio
Storyboard dan semua asetnya pengguna bisa dengan mudah memilih desain
dengan cara drag and drop gambar kerja; (2) edit, tahapan memilih dan
mengombinasikan semua aset yang ada dalam Levidio Storyboard tanpa batas; dan
(3) export, mengonversi desain yang telah dibuat dalam bentuk video animasi.
Ketiga tahapan tersebut merupakan cara untuk mengoptimalkan aset grafis yang
plug-in (terintegrasi) dalam aplikasi Microsoft Office PowerPoint 2013. Pengguna
tidak harus memiliki keterampilan dalam penguasaan aplikasi Corel Draw, Adobe
Ilustrator, Macromedia Flash atau After Effect dalam memproduksi suatu video
animasi. Berdasarkan asas kemudahan dan kepraktisan inilah alasan penulis
menjadikan perangkat Levidio Storyboard sebagai media yang akan dikembangkan
dalam pengembangan pembelajaran menulis teks ulasan film/drama.
6. Teks
Halliday dan Hasan (1992: 13-14) mengemukakan bahwa teks adalah bahasa
yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas
tertentu dalam konteks situasi, yang berlainan dengan kata-kata atau kalimat-
kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis. Selanjutnya, Knapp dan
Watkins (2005: 18) mengemukakan bahwa teks dihasilkan sebagai subjek sosial.
Dengan kata lain, teks tidak sepenuhnya berdiri sendiri karena suatu teks selalu
berhubungan dengan lingkungan sosial dan teks lain. Selanjutnya, Knapp dan
Watkins (2005: 29) mengungkapkan bahwa bahasa selalu dihasilkan, diubah, atau
diterima sebagai teks. Bahasa sebagai teks merupakan sistem komunikasi yang
disusun oleh bagian yang padu. Teks adalah setiap tindakan yang menggunakan
komunikasi, seperti percakapan dengan teman di jalan, iklan televisi, novel, film,
dan sebagainya. Baik rumusan teks menurut Halliday dan Hasan (1992) maupun
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017 21
Knapp dan Watkins (2005), keduanya sama-sama merujuk pada teks sebagai proses
dan produk. Sebagai proses, teks dipahami sebagai proses negosiasi antara aspek
register, pelibat, dan sarana yang menghasilkan bahasa untuk mencapai tujuan
sosial. Sementara itu, teks sebagai produk dipahami sebagai hasil dari konfigurasi
kontekstual antara medan, pelibat, dan sarana sehingga menghasilkan teks yang
dapat direkam dan didekonstruksi (Santoso, 2013).
Mahsun (2014) mengungkapkan pengertian teks dari sudut pandang teori
semiotika sosial, yaitu teks sebagai suatu proses sosial yang berorientasi pada
tujuan sosial. Proses sosial akan merefleksikan diri menjadi bahasa dalam konteks
situasi tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Bahasa yang muncul
berdasarkan konteks situasi tersebut yang menghasilkan register atau bahasa
sebagai teks. Konteks sosial pemakaian bahasa yang beragam menyebabkan jenis
teks menjadi beragam pula.
Dalam konsep ini, teks selalu hadir dalam konteks situasi dan konteks budaya
tertentu. Dalam konteks budaya terdapat nilai dan norma kultural yang
direalisasikan melalui proses sosial, sedangkan dalam konteks situasi terdapat
pesan yang ingin dikomunikasikan (medan/field), pelaku yang dituju
(pelibat/tenor), dan format bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan
(sarana/mode). Oleh karena itu, teks juga merepresentasikan nilai-nilai kultural
serta proses sosial tertentu.
Pembelajaran berbasis teks, guru harus berusaha membuat siswa mampu
menyajikan teks secara mandiri. Mulai dari memberikan contoh teks yang diajarkan
(pemodelan), kegiatan bersama membangun teks, dan kegiatan mandiri
membangun teks. Akan tetapi, sebelumnya guru harus membangun konteks
(apersepsi), salah satunya dengan menjelaskan secara umum nilai atau norma yang
melatarbelakangi lahirnya teks yang akan menjadi materi pembelajaran.
7. Pengertian Teks Ulasan
Teks ulasan menurut Mort, dkk (2005:1) merupakan tulisan yang berisi
rangkuman dan penilaian sebuah teks. Tulisan yang diulas dapat berupa buku, bab,
ataupun artikel jurnal. Menulis teks ulasan biasanya meminta seseorang untuk
membaca teks tertentu secara detail dan juga membaca teks lain yang berhubungan,
sehingga dapat menghadirkan penilaian yang adil dan rasional dari teks tersebut.
Selanjutnya, Knapp dan Watkins (2005:27) menyatakan teks ulasan merupakan
salah satu produk multigenerik dalam genre yang menggunakan pendapat sebagai
sarana untuk mengajak pembaca berpikir tentang sudut pandang mengenai karya
sastra. Pardiyono (2007:313) menyatakan teks ulasan adalah teks yang berisi
pemberian kritik, evaluasi, atau melakukan review terhadap karya cipta intelektual.
Teks ini bertujuan untuk memberikan kritikan, hasil evaluasi, atas suatu karya
ilmiah, buku, atau karya seni. Teks ulasan adalah tulisan yang isinya menimbang
atau menilai sebuah karya yang dikarang atau dicipta orang lain. Kemudian Skene
(2014: 1) berpendapat bahwa teks ulasan tidak hanya sekadar ringkasan yang
sederhana atau simpel; itu adalah sebuah analisis dan evaluasi dari sebuah buku,
artikel, atau media lainnya. Dalam menulis sebuah teks ulasan yang baik, seseorang
perlu memahami materi dan harus mengetahui cara menganalisis materi tersebut
dengan evaluasi yang pas. Teks ulasan dihasilkan dari sebuah analisis mengenai
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
22
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017
latar, waktu, tempat, serta karakter sebuah karya seperti buku, novel, berita,
laporan, atau dongeng (Kemendikbud, 2014:147).
Teks ulasan bertujuan menyajikan informasi komprehensif tentang sebuah
karya; mempengaruhi penikmat karya untuk memikirkan, merenungkan, dan
mendiskusikan fenomena dalam suatu karya; serta memberikan pertimbangan
kepada pembaca apakah sebuah karya layak dinikmati atau tidak (Isnatun dan
Farida, 2013:57).
Berbagai pendapat di atas menunjukkan bahwa teks ulasan memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi, karena teks ulasan adalah teks yang dihasilkan dari sebuah
analisis mendalam terhadap satu hal dengan melibatkan berbagai hal sebagai
pertimbangan sehingga menghadirkan penilaian yang adil dan rasional dari teks
tersebut dan teks ulasan memiliki struktur penulisan yang baku. Teks tersebut
memuat tanggapan, tinjauan, dan analisis terhadap buku, referensi, dan karya sastra
(cerpen, novel, film, drama dan lain-lain). Oleh karena itu, dalam menulis teks
ulasan yang berhubungan dengan film/drama, maka hal-hal yang diulas
berhubungan dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membangun sebuah karya
sastra, bahkan tanggapan terhadap cara pengambilan gambar pada film dan drama.
8. Struktur Teks Ulasan
Mort, dkk (2005: 2-3) menyebutkan struktur teks ulasan diawali oleh orientasi
(orientation), diikuti tafsiran isi (summary), kemudian evaluasi (critique). Di
bagian akhir, teks ditutup dengan rangkuman (conclusion). Dengan demikian,
struktur yang membangun sebuah teks ulasan itu adalah orientasi, tafsiran isi,
evaluasi dan rangkuman. Berikut penjelasannya. Pertama, bagian orientasi berisi
gambaran umum karya sastra yang akan diulas, misalnya, berisi tentang gambaran
umum sebuah karya atau benda yang akan diulas. Gambaran umum karya atau
benda tersebut dapat berupa nama, kegunaan, dan sebagainya. Kedua, tafsiran isi
berisi pandangan sendiri mengenai karya atau benda yang diulas. Bagian ini
dilakukan setelah mengevaluasi karya atau barang tersebut. Pada bagian ini penulis
biasanya membandingkan karya atau benda tersebut dengan karya atau benda yang
mirip. Penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya yang diulas. Ketiga,
pada bagian evaluasi penulis mengevaluasi karya, penampilan, dan produksi.
Bagian evaluasi juga berisi gambaran tentang detail suatu karya atau benda yang
diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri-ciri, dan kualitas karya tersebut. Penulis
harus mempertimbangkan kriteria ulasan yang spesifik dan seimbang. Evaluasi
yang baik juga perlu memasukkan sumber/referensi untuk mendukung evaluasi.
Apabila dalam evaluasi tersebut memasukkan sumber lain dalam teks ulasan yang
dibuat, maka sumber tersebut harus dicantumkan pada daftar referensi di akhir
ulasan. Keempat, pada bagian rangkuman, penulis memberikan ulasan akhir yang
berisi simpulan karya tersebut dengan mengemukakan kembali keseluruhan opini
pada teks. Pada bagian rangkuman penulis dituntut untuk menyajikan rekomendasi
secara tegas dengan memasukkan penjelasan lebih mendalam terkait opininya agar
kritik terdengar adil dan masuk akal bagi khalayak umum.
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017 23
9. Teknik Menulis Teks Ulasan Film dan Drama
Skene (2014:1—2) mengemukakan teknik penulisan teks ulasan film dan
drama adalah: pertama, mengetahui unsur pembangun film dan drama. Peserta
didik harus mengetahui terlebih dahulu tentang unsur pembangun dari sebuah film
dan drama, sebelum menontonnya. Film dan drama masuk ke dalam karya sastra
maka unsur pembangunnya hampir memiliki kesamaan dengan karya sastra seperti
cerpen dan novel, letak perbedaannya hanya film dan drama adalah cerita yang
diperankan oleh tokoh-tokoh nyata yang bisa dilihat sosoknya dan didengar
suaranya (audio-visual). Unsur pembangun pokok itu di antaranya: tema, alur,
penokohan, latar, amanat, gaya bahasa, dan dialog. Untuk film dan drama memiliki
tambahan yaitu adanya sutradara, produser, tim make-up dan kostum, lighting dan
setting panggung.
Kedua, membaca/melihat. Peserta didik melakukan skimming (penyaringan)
pada film yang sedang ditonton secara keseluruhan untuk menentukan topik, alur
cerita, tokoh-tokohnya, dialog antar tokoh dan fenomena-fenomena yang terjadi
yang membumbui cerita. Hal tersebut akan sangat membantu dalam memahami
lebih baik bagaimana elemen-elemen yang berbeda saling berkaitan ketika dapat
menontonnya dengan cermat dan saksama. Saat menonton pastikan untuk selalu
berpikir secara kritis. Tidak hanya memahami dan percaya terhadap apa yang para
aktor ucapkan. Melainkan, mengamati pula bagaimana alur film itu berjalan,
mengapa memakai alur maju, mundur atau campuran, mengamati setiap tokoh
dengan karakter pembangunnya melalui cara berpakaian, gerak tubuh, gaya bahasa
dan dialog antartokoh.
Ketiga, menganalisis. Setelah semua elemen-elemen didapatkan dari hasil
membaca/melihat, langkah selanjutnya adalah menganalisis semua aspek, dari data
struktur, bukti-bukti dan terutama hubungan logis yang ada di dalam cerita harus
dijadikan bahan pertimbangan. Dalam proses analisis tersebut perlu untuk
menghubungkan cerita film/drama tersebut ke dalam kehidupan nyata atau
mungkin saja jalan cerita film tersebut memiliki kesamaan dengan karya sastra yang
lain, misal puisi, cerpen atau novel. Proses ini membutuhkan konsentrasi pemikiran
yang objektif dari peserta didik untuk menarik kesimpulan tentang kelebihan dan
kekurangan dari film/drama tersebut.
Keempat, menulis. Langkah terakhir yaitu menulis hasil analisis dengan
mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari film yang sudah ditonton
berdasarkan bukti-bukti yang sudah dikumpulkan agar hasil tulisan tetap objektif
meski sedikit dipengaruhi unsur subjektivitas, sebab itu sebuah kewajaran.
C. METODE PENELITIAN
Dalam memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode. Metode
menurut Kartono (1986:15) merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan suatu penelitian terhadap obyek yang akan diteliti.
Pengertian metodologi menurut Kartono (1986) adalah cara berpikir dan berbuat
yang dipersiapkan sebaik-baiknya, untuk mengadakan penulisan dan untuk
mencapai suatu tujuan berdasarkan kebenaran. Sedangkan menurut Husin
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
24
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017
(1989:32) mendefinisikan metodologi adalah cara atau jalan, sehubungan dalam
upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja yaitu: cara untuk dapat
memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Dengan demikian, penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan metode adalah cara kerja yang digunakan seseorang dalam melakukan
penulisan untuk mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan kebenaran ilmiah.
Adapun dalam penulisan ini menggunakan metode penulisan pengembangan.
Pendekatan penulisan yang digunakan dalam penulisan pengembangan model
pembelajaran ini adalah pendekatan penulisan pengembangan (Research and
Develovment). R&D adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan
produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan produk kita tidak
bermaksud hanya pada buku teks, instruksional film, dan software computer tetapi
juga metode seperti metode mengajar dan program pendidikan.
Data yang dikumpulkan berupa data verbal tulis dan verbal lisan. Data verbal
tulis diperoleh dari ahli pembelajaran menulis (isi), ahli desain pembelajaran bahasa
Indonesia, praktisi (guru), dan siswa. Data berupa informasi tertulis berisi masukan,
kritik, dan saran dalam bentuk catatan secara kualitatif pada kolom komentar di
lembar instrumen yang telah disediakan dan atau langsung ke naskah produk model.
Selain itu, data berupa informasi tertulis juga diperoleh pada lembar instrumen
dalam bentuk skala penilaian secara kuantitatif terhadap produk model. Artinya,
data hasil uji ahli dan praktisi ini dikelompokkan menjadi dua, yakni data kualitatif
dan kuantitatif.
Data hasil uji ahli dan praktisi berupa komentar, kritik, dan saran dalam bentuk
interpretasi (assessment) terhadap produk pengembangan model pembelajaran
dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan data hasil kualitatif. Data hasil uji ahli
dan praktisi berupa pengukuran (measurement) dalam bentuk skala penilaian
terhadap produk pengembangan model pembelajaran dideskripsikan dan dianalisis
berdasarkan data hasil kuantitatif. Berdasarkan analisis data tersebut dilakukan
penilaian (judgment). Penilaian bertujuan melihat tingkat keefektifan berada pada
kategori apa untuk memutuskan penyelesaian akhir perlu direvisi atau tidak. Selain
itu, data verbal lisan diperoleh dari ahli pembelajaran menulis, ahli desain
pembelajaran bahasa Indonesia, ahli pendidikan dasar, praktisi (guru) mata
pelajaran bahasa Indonesia, dan siswa.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Coba Ahli
Uji coba ahli dalam penulisan pengembangan media pembelajaran ini
dilakukan sebelum media pembelajaran diimplementasikan dalam proses kegiatan
belajar mengajar bahasa Indonesia kelas XI SMK Negeri 7 Samarinda agar
mengetahui kelayakan materi dan media pembelajaran untuk materi menulis teks
ulasan film/drama.
Uji coba materi pada pembelajaran Levidio Storyboard berbasis video animasi
dilakukan dengan cara menunjukkan media yang telah penulis buat dengan angket-
angket penilaian materi media pembelajaran agar memudahkan penulis untuk
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017 25
mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada media pembelajaran
tersebut. Uji kelayakan materi ini dilakukan oleh dosen Universitas Mulawarman
yaitu Dr. Ahmad Ridhani, M.Pd.
Hasil validasi diketahui bahwa materi pada media pembelajaran video animasi
Levidio Storyboard telah masuk pada kriteria Sangat Layak” untuk digunakan
dalam pembelajaran menulis teks ulasan film/drama pada siswa kelas XI SMK
Negeri 7 Samarinda.
Uji coba media pembelajaran Levidio Storyboard berbasis video animasi
dilakukan dengan cara menunjukkan media yang telah penulis buat dengan angket-
angket penilaian media agar memudahkan penulis untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada media pembelajaran tersebut. Uji kelayakan ini
dilakukan oleh guru SMK Negeri 7 Samarinda sekaligus dosen TI pada STMIK
SPB Airlangga Samarinda, yaitu Bapak Zulkifli, S.Kom., M.TI. yang telah lama
berkecimpung di dunia Teknologi dan Informatika, beliau merupakan alumni
Universitas Bina Nusantara.
Hasil validasi diketahui bahwa media pembelajaran Levidio Storyboard
berbasis video animasi telah masuk pada kriteria Layak” untuk digunakan, namun
tetap perlu perbaikan pada konten media pembelajaran berdasarkan saran yang
diberikan oleh ahli media.
Uji coba media pembelajaran Levidio Storyboard berbasis video animasi
kepada ahli teks kurikulum 2013 dilakukan dengan cara menunjukkan media yang
telah penulis buat dengan angket-angket penilaian sesuai dengan muatan materi
yang terdapat pada media untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran Levidio
Storyboard layak digunakan pada siswa kelas XI SMK. Uji kelayakan ini dilakukan
oleh Kepala Kantor Bahasa Kalimantan Timur, yaitu Bapak Drs. Imam Budi
Utomo, M.Hum. yang telah lama berkecimpung di dunia literasi dan teks kurikulum
2013.
Hasil validasi diketahui bahwa media pembelajaran Levidio Storyboard
berbasis video animasi telah masuk pada kriteria “Sangat Layak” untuk digunakan
kepada siswa SMK kelas XI dan sesuai dengan kandungan buku pegangan siswa
yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Pembahasan
Pengembangan media pembelajaran Levidio Storyboard berbasis video
animasi dalam materi menulis teks ulasan film/drama ini merupakan
pengembangan yang dilakukan penulis atas bantuan dosen pembimbing dan guru
mata pelajaran bahasa Indonesia SMK Negeri 7 Samarinda yang mengajar pada
kelas XI dan XII. Media pembelajaran yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh
ahli materi, ahli media dan ahli teks kurikulum 2013. Hasil penulisan menunjukkan
bahwa media yang dikembangkan oleh penulis terkategori layak untuk
diaplikasikan pada siswa kelas XI dan sangat sesuai dengan kebutuhan generasi
milenial yang sangat tergantung dengan gawai yang mereka miliki.
Pengembangan media yang penulis lakukan ini masih sebatas animasi yang
memiliki keterbatasan dalam menganimasikan gerak karakter-karakter yang ada
pada video animasi maka setelah penulis kaji, media Levidio Storyboard ini
memungkinkan untuk dikombinasikan aplikasi Macromedia Flash sehingga
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
26
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017
karakter-karakter maupun benda-benda yang tergambar dalam video pembelajaran
dapat bergerak dinamis mendekati gerak asli. Perlu penulisan lebih lanjut lagi untuk
mengombinasikan add-in dengan aplikasi-aplikasi pembuat video animasi agar
media yang dihasilkan lebih baik dari media yang penulis kembangkan.
Masa produksi satu media pembelajaran Levidio Storyboard hingga menjadi
video animasi memerlukan waktu tiga hari jika materi yang dipersiapkan telah
tersaji. Masa produksi ini lebih pendek dibandingkan jika penulis membuat video
animasi dengan kualitas yang sama dengan menggunakan aplikasi pembuat video
lain yang lebih rumit dalam pekerjaan maupun perangkat keras yang wajib memiliki
spesifikasi tinggi. Guru bahasa Indonesia kebanyakan awam dengan aplikasi
pembuat video yang direkomendasikan para expert video maker sehingga Levidio
Storyboard yang terintegrasi di dalam PowerPoint 2016 lebih familier dan mudah
diaplikasikan untuk guru-guru pemula di dunia teknologi dan informatika.
Lebih jauh, Levidio Storyboard ini pun dapat dijadikan bahan tugas untuk
siswa sebagai proyek untuk membuat presentasi, video animasi pembelajaran,
menceritakan prosedur, iklan layanan masyarakat atau komersial dan sebagainya
yang berkaitan dengan media. Kemudian media-media yang dihasilkan dapat
dipublikasikan dengan cannel-cannel yang ada di media sosial ataupun Google Ads
untuk menghasilkan dolar dari iklan yang dikelola oleh Google dan sejenisnya.
Implementasi pengembangan media pembelajaran Levidio Storyboard dalam
pembelajaran menulis teks ulasan film/drama penulis tempatkan pada tiga tahap
penyampaian materi, yaitu tahap permodelan, tahap kerja sama, dan tahap kerja
mandiri. Tahap-tahap tersebut kemudian penulis kombinasikan dengan model
pembelajaran pendekatan saintifik kurikulum 2013 yaitu inquiry based learning,
discovery based learning, project based learning, dan problem based learning.
Pada tahap pemodelan penulis tempatkan model pembelajaran inquiry based
learning dengan langkah-langkah atau sintaksnya adalah sebagai berikut: (1)
Observasi/Mengamati, (2) Mengajukan pertanyaan, (3) Mengajukan dugaan atau
kemungkinan jawaban/mengasosiasi atau melakukan penalaran, (4)
Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan/memprediksi dugaan, (5) Merumuskan kesimpulan-kesimpulan
berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, mempresentasikan atau
menyajikan hasil temuannya.
Discovery based learning dengan langkah-langkah atau sintaknya adalah
sebagai berikut: (1) Stimulation (memberi stimulus); bacaan, atau gambar, atau
situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema. (2) Problem Statement
(mengidentifikasi masalah); menemukan permasalahan menanya, mencari
informasi, dan merumuskan masalah, (3) Data Collecting (mengumpulkan data);
mencari dan mengumpulkan data/informasi, melatih ketelitian, akurasi, dan
kejujuran, mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4)
Data Processing (mengolah data); mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan
konseptualnya, melatih keterampilan berpikir logis dan aplikatif. (5) Verification
(memverifikasi); mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data,
mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, mengasosiasikannya
menjadi suatu kesimpulan. (6) Generalization (menyimpulkan); melatih
pengetahuan metakognisi peserta didik.
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017 27
Pada tahap kerja sama penulis tempatkan model pembelajaran project based
learning dengan langkah-langkah atau sintaksnya adalah sebagai berikut: (1)
Orientasi pada masalah; mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran, (2)
Pengorganisasian kegiatan pembelajaran; menyampaikan berbagai pertanyaan
(atau menanya) terhadap masalah kajian, (3) Penyelidikan mandiri dan kelompok;
melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka
menyelesaikan masalah yang dikaji, (4) Pengembangan dan Penyajian hasil;
mengasosiasi data yang ditemukan dengan berbagai data lain dari berbagai
sumber, (5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Pada tahap kerja mandiri penulis tempatkan model pembelajaran problem
based learning dengan langkah-langkah atau sintaksnya adalah sebagai berikut: (1)
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek; langkah awal agar peserta didik
mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada,
(2) Mendesain perencanaan proyek; menyusun perencanaan proyek bisa melalui
percobaan, (3) Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek, (4)
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek; mengevaluasi proyek yang sedang
dikerjakan, (5) Menguji hasil; Fakta dan data dihubungkan dengan berbagai data
lain, (6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman; mengevaluasi kegiatan sebagai acuan
perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran
lain.
Metode pembelajaran yang penulis gunakan adalah metode diskusi,
eksperimen, demonstrasi, simulasi. Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis data yang penulis dapatkan membuktikan bahwa
perpaduan media pembelajaran Levidio Storyboard dengan pendekatan, model, dan
metode yang tepat maka menghasilkan ketuntasan belajar yang sesuai KKM dan
SKL.
E. PENUTUP
Desain pengembangan media pembelajaran Levidio Storyboard dalam
pembelajaran menulis teks ulasan film/drama yang dibuat oleh penulis berhasil
dikembangkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan menghasilkan video
animasi yang layak untuk digunakan bagi siswa kelas XI SMK. Kelayakan media
ini pun ditunjukkan dengan hasil penilaian media instrumen oleh ahli materi, ahli
media, dan ahli teks kurikulum 2013. Kelayakan produk berdasarkan validasi ahli
materi dengan skor (4.00) termasuk kriteria “Sangat Layak” untuk digunakan,
validasi ahli media sebesar (3.00) termasuk kriteria “Layak” sedangkan
berdasarkan ahli teks kurikulum 2013 memperoleh skor (3,74) termasuk kriteria
“Sangat Layak” untuk digunakan.
Selain mampu meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia, media ini pun sukses menghantarkan siswa untuk belajar di dalam
maupun di luar kelas menggunakan perangkat gawai yang dimiliki oleh siswa. Data
ini didapatkan dari pengisian angket minat belajar siswa pada kelas kecil sebelum
menggunakan media minat belajar siswa sebesar 2,23 dengan kriteria “Tidak
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
28
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017
Berminat” mengalami peningkatan 0,87 yaitu 28,06% menjadi 3,10 dengan
kriteria “Berminat” pada minat belajar siswa setelah menggunakan media.
Kemudian, ketika sebarkan ke siswa kelas besar menggunakan data gabungan
dengan data 69 siswa ditemukan hasil akhir penulisannya tidak jauh berbeda dengan
data satuan yaitu, sebelum menggunakan media minat belajar siswa sebesar 2,37
dengan kriteria “Tidak Berminat” mengalami peningkatan 0,66 yaitu 21,78%
menjadi 3,03 dengan kriteria “Berminat” pada minat belajar siswa setelah
menggunakan media.
Implementasi pengembangan media Levidio Storyboard dalam pembelajaran
menulis teks ulasan film/drama yang penulis lakukan dalam dua keadaan yaitu di
dalam kelas dengan media versi resolusi laptop ketika memberikan hantaran materi
dan media versi resolusi telepon genggam yang ringkas dan dapat ditonton oleh
siswa di mana pun berada. Media pembelajaran ini pun mampu meningkatkan
ketuntasan siswa dalam mengerjakan tugas dari tahapan pembelajaran sebagaimana
yang dirancang oleh penulis. Untuk implementasi ini dibuktikan dengan penilaian
tiga tahap pembelajaran permodelan, kerja sama, dan kerja mandiri kemudian
mengukur nilai dalam proses pembelajaran dan ketuntasan pembelajaran.
Adapun data yang berhasil dikumpulkan hasil belajar tahap permodelan
diperoleh hasil interval nilai 86—100 berjumlah 27 siswa atau 39% dari total 69
siswa, nilai 81—85 berjumlah 31 siswa atau 45%, nilai 76—80 berjumlah 2 siswa
atau 3%, nilai 56—60 berjumlah 4 siswa atau 6%, nilai 51—55 berjumlah 3 siswa
atau 4%, nilai 46—50 berjumlah 1 siswa atau 1%, nilai 0—45 berjumlah 1 siswa
atau 1% dengan ketuntasan (86,95%) termasuk dalam kriteria “Sangat Tinggi”.
Hasil belajar tahap kerja sama diperoleh hasil interval nilai 86—100 berjumlah 18
siswa atau 26% dari total 69 siswa, nilai 81—85 berjumlah 8 siswa atau 12%, nilai
76—80 berjumlah 43 siswa atau 62% dengan ketuntasan sebesar (100%) dan
termasuk kriteria “Sangat Tinggi”. Hasil belajar tahap mandiri diperoleh hasil
interval nilai 86—100 berjumlah 32 siswa atau 46% dari total 69 siswa, nilai 81—
85 berjumlah 4 siswa atau 6%, nilai 76—80 berjumlah 21 siswa atau 30%, nilai
61—65 berjumlah 8 siswa atau 12%, nilai 56—60 berjumlah 4 siswa atau 6%
dengan ketuntasan sebesar 82,60% termasuk dalam kriteria “Tinggi”.
DAFTAR PUSTAKA
Barliana, Lutfah. 2015. “Pengembangan Media Pembelajaran Audio Cerita Pendek
yang Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan
Keterampilan Menyimak bagi Peserta Didik Pendidikan Menengah.”
Journal-Unnes. Volume 4 Nomor 1, Agustus 2015.
https://doaj.org/article/1e0a6b97eb0944fbaf105fe3cb7d93f1 (diakses Mei
2017).
Criticos, C. 1996. “Media Selection” dalam Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.).
International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New
York: Elsevier Science, Inc.
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017 29
Halliday, M. A. K. dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-
Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Hariyanto, Petrus dan Suwardi Endraswara. 2013. “Pengembangan Media
Macromedia Flash untuk Pembelajaran Membaca dan Menulis Bahasa
Indonesia di SMA.” Jurnal Litera. Vol. 3 No. 1: 89-98 DOI, Agustus. 2013.
https://doaj.org/article/534d80b3929f4a8298dc66b49b13788a (Diakses
Mei 2017).
Heinich, R. dkk. 1993. Introductional Media (and the new technologies of
instruction). New York: Memillan Publishing.
Husin, Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.
Isnatun, Siti, dan Umi Farida. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia. Bogor:
Yudhistira.
Kartono, Kartini. 1986. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya: Teknik
Bimbingan Praktis. Jakarta: Rajawali.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Bahasa Indonesia Wahana
Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Knapp, Peter dan Megan Watkins. 2005. Genre, Text, Grammar. Australia:
University of New South Wales.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.
Jakarta: Rajawali Press.
Mort, Pam, dkk. 2005. “Writing a Critical Review”. Modul Kuliah Penulisan. New
South Wales: The Learning Centre University of New South Wales.
Pardiyono. 2007. Pasti Bisa! Teaching Genre-Based Writing Metode Mengajar
Writing Berbasis Genre Secara Efektif. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Seels, B.B. dan Glasgow, Z. 1990. Exercises in Instructionals Design. Columbus:
Merril Publishing Company.
Skene, Allyson. 2014. “Writing a Critical Review”. Modul Kuliah Penulisan.
Scarborough:The Learning Centre University of Toronto at Scarborough.
Utami, D. 2007. Animasi dalam Pembelajaran.
http://www.slideshare.net./Edybioners/penggunaan-media-animasi-dalam-
model-pembelajaran-langsung-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-biologi-
siswa-kelas-viii3-smp-negeri-13-makasar.html (Diakses 4 April 2017).
M. Agus KastiyawanPengembangan Media Levidio Storyboard
30
CaLLs
, Volume 3 Nomor 1 Juni 2017
... Ulasan dalam resensi sangat terkait dengan kualitas karya (tulis) yang baik-tepat dan buruk-tidak tepat. Teks resensi juga dapat dipahami sebagai teks yang memuat kritik, evaluasi, atau evaluasi atas karya hak cipta intelektual (Kastiyawan et al., 2017). Teks resensi menuntut objektivitas dalam menilai karya sastra agar tidak subjektif, misalnya karena suka atau tidak suka pada pribadi pengarangnya (Pohan & Arif, 2014). ...
Article
Full-text available
Community service activities are carried out to strengthen writing skills, especially writing reviews. Service activities are carried out by way of workshops which are delivered with presentation techniques explaining the material. Presentation of the material is done using the lecture method, discussion-question-answer, and assignments. The results of the workshop activities: the activity participants have a good understanding of the material presented and have basic skills related to review writing efforts. This activity also has a social impact based on the good response given by the activity participants as well as the results of reviews that have been well assessed.
... From the learning activities in class XI SMK, students are asked to "Construct a review from a collection of short stories or novels that have been read". This is in accordance with the model of language learning in Indonesia, especially the current Indonesian language, namely text-based learning so that teachers or teachers must try to make students able to present texts independently (Kastiyawan, 2017). ...
Article
One of the things that students lack mastery of, both at the secondary and tertiary levels, is when writing, namely the lack of accuracy in writing standard vocabulary that is in accordance with standard Indonesian spelling. This study aims to describe the writing of non-standard Indonesian vocabulary in a review text by students of SMK Giri Taruna Bogor. The subjects of this study were students of class XI SMK Giri Taruna Bogor FY 2020/2021 totaling 30. The method used in this study was a qualitative descriptive method. Based on the data obtained, there are 30 simple text reviews for class XI students of SMK Giri Taruna Bogor FY 2020/2021. The result of this research is the finding of writing 125 non-standard vocabularies in all of the students' review texts. Only 1 student review text work with data number 04 has 1 standard vocabulary writing error, namely the word analysis which should be written as analysis. On the other hand, the most non-standard vocabulary writing was done by students with data number 15, namely there were 10 writings of non-standard vocabulary.
Article
Full-text available
This research aims to develop a drama learning guide that suits the needs of class XI high school students. The research method used is the research and development (R&D) method following the ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation) model. The analysis stage was carried out to identify student needs and characteristics of drama learning in high school. Next, a drama learning guide was designed according to the analysis findings, and drama learning materials were developed taking into account the principles of effective teaching. Implementation of the guide was carried out in class XI Senior High School, and an evaluation was carried out to evaluate the effectiveness of the drama learning guide. It is hoped that the results of this research can contribute to improving the quality of drama learning in high school and provide useful guidelines for teachers in designing interesting and effective drama lessons.
Article
Full-text available
This study aims to produce a product in the form of Levideo Assisted Interactive Animation Media to overcome problems in social studies learning in elementary schools. This research used the R&D (Research and Development) development method. The results were obtained from the material validator with a percentage value of 90% (very feasible), 88% media validator (very feasible), and language validator with 80% (adequate). The practicality of the media was obtained from the students' responses to the small-scale test, and the large- scale test obtained 95% and 94% (very practical), the practicality of the media from the teacher was obtained 94% (very practical). The study results showed that the media developed is very feasible and practical to use as a learning medium, especially in social studies learning material about the beauty of my country's cultural diversity.
Article
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan bahan ajar pembelajaran menulis cerpen berbasis storyboard untuk siswa SMP kelas IX dan 2) menjelaskan kelayakan bahan ajar pembelajaran menulis teks cerpen berbasis storyboard. Jenis penelitian yaitu penelitian pengembangan (R&D) yang mengacu pada 10 tahapan Borg and Gall yang dibatasi hanya 7 tahapan, yaitu penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi, revisi produk, uji coba produk, revisi produk, dan uji lapangan. Data diperoleh dari telaah buku paket Bahasa Indonesia, wawancara, penyebaran angket atau kuesioner, validasi produk, uji terbatas siswa dan uji lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) minat peserta didik dalam pembelajaran menulis cerpen masih cukup rendah; 2) produk yang dikembangkan ialah modul pembelajaran berjudul Menulis Cerita Pendek Menggunakan Storyboard; dan 3) hasil validasi ahli media pada modul pembelajaran menulis cerita pendek menggunakan storyboard memperoleh skor rata-rata sebesar 4,70 dengan kategori sangat baik, validasi guru Bahasa Indonesia diperoleh skor rata-rata 4,73 dan berkategori sangat baik, uji coba terbatas diperoleh skor rata-rata 3,81 dan berkategori baik, dan uji lapangan diperoleh skor rata-rata 4,25 dan berkategori sangat baik. Skor tersebut diakumulasikan dan menghasilkan skor rata-rata 4,37 dengan kategori sangat baik dan persentase kelayakan sebesar 87,45%. Jadi, modul Menulis Cerita Pendek Menggunakan Storyboard dapat digunakan dengan sangat layak.
Article
Full-text available
In the current curriculum, Curriculum 2013, the text becomes the main concept which develops the learning material. As for one of the material taught in the 2013 curriculum is the text of a film / drama review. The film / drama’s review texts discussed in the 2013 curriculum require the students be able to produce the review texts which suitable with their language structure and rules. Therefore in this study the author observes the analysis of structure and rules, especially among the sentences in writing of a film / drama review text by a class XI student. It uses a qualitative research approach with descriptive methods.The data source in this study is based on document. It is a collection of text reviews of films / plays by students of class XI. The objects of research are class XI or second grade of senior high school. This research using documentation and questionnaires as a data collection technique. The data is collected by using a test technique. The test is carried out with the same film for all students, a film from a TV drama entitled " Aku Malu Bapakku Badut ". All student are able to write review texts. In the analysis of the structure of text reviews as the work of class XI or second grade students with total of 36 student works, all students are able to write text structure review. While in conjunction between sentences, out of the 36 students, only 31 students used inter-sentence conjunctions.
Article
Full-text available
Dalam pembelajaran di tingkat SMA/SMK, khususnya di kelas XI SMK, para siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menulis. Salah satu materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan menulis resensi karya sastra. Salah satu permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terkait keterampilan menulis, khususnya penulisan resensi karya sastra. Menulis resensi karya sastra merupakan salah satu keterampilan yang menuntut keterampilan membaca kritis serta perbendaharaan kata yang luas sehingga dapat menarik pembaca dengan kata-kata yang bervariasi. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah berupa pelatihan menulis resensi karya sastra yang baik dan benar. Hasil kegiatan penelitian ini adalah melalui pelatihan menulis resensi karya sastra, siswa kelas XI di SMK Giri Taruna 2 Bogor termotivasi untuk membaca kritis karya sastra serta membuat karya tulis berupa resensi karya sastra. Pelatihan secara daring ini diikuti oleh 32 siswa dan 2 guru pendamping. Hasil kuesioner terkait evaluasi kualitas pelatihan penulisan resensi dari peserta pelatihan (siswa), yakni siswa mendapatkan dampak positif dalam pembelajaran bahasa Indonesia (4,88); siswa mampu menulis resensi karya sastra setelah mengikuti program pelatihan (4,81); dan gaya instruktur pelatihan penulisan resensi karya sastra dalam penyampaian materi dan Suasana selama pelatihan berlangsung serius dan menyenangkan (4,75). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pelatihan penulisan resensi karya sastra di SMK Giri Taruna 2 Bogor dinyatakan bermanfaat bagi para peserta (siswa kelas XI SMK).
Article
Full-text available
This study aims to develop text learning materials to write complex procedures with learning discovery learning model using audio visual media (video). The research form used is research and development method (R&D). The design used in the research and development of this teaching material adopted from Borg and Gall design model. This development research was conducted in SMA. The result of validation of this teaching material proved to be valid with the average of validation of content (material) 82% said valid, validation of 100% validity of the linguist, and the validation result of the media expert on the 93% video assessment stated very valid and on the handbook rating 84% students stated very valid. The results of the class XI test of SMA showed 86% stated very valid. From the result of data analysis through t-test formula yield Thitung (13,68)> ttabel (1,703), so there is cognitive difference between before and after student use instructional material developed in book with learning discovery learning modeling using audio-visual media with material text of complex class XI procedures. Then the results of the development that has been done to improve student learning outcomes.
Article
Full-text available
This study was conducted with the aims of (1) developing teaching materials to write short with storyboard media on high school students; (2) make a lesson plan of writing short story with storyboard media at grade X of high school students; (3) implementation of writing short story with storyboard media at rade X of high school students; (4) knowing the effectiveness of teaching materials in writing short story by using storyboard media at grade X of high school students. This study need a development research method adapted from the Borg and Gall development model with 10 stages beginning with needs analysis, planning, initial product development, initial product revision, product trial, product revision, small field trial, revision product, operational field test (large group), final product revision, and product dissemination and implementation. Based on the data analysis, it was concluded that the teaching materials to write short story with the developed storyboard media was considered feasible and effective to be used as teaching materials for Bahasa Indonesia at Grade X of high school students.
Article
Full-text available
This study aims to determine (1) teacher teaching activities in applying Discovery Learning Think Talk Write (DL-TTW) learning models, (2) student learning activities in implementing the Discovery Learning Think Talk Write (DL-TTW) model, (3) increased motivation to learn to write text on student reviews in applying the Discovery Learning Think Talk Write (DL-TTW) Learning model, (4) improvement of learning outcomes writing text review in the application of the Discovery Learning Think Talk Write (DL-TTW) learning model. This research is a classroom action research with four stages including: planning, action, observation and reflection. The subjects of this study were VIII B students of Al-Muhajirin Middle School in Muara Badak Kab. Kutai Kertanegara 2017/2018 school year, totaling 28 students. Data collection techniques used are observation, documentation, interviews, field notes and tests.Data validity in this study uses data source triangulation and method triangulation. The data analysis technique used is an interactive analysis model developed by Miles and Huberman which consists of four components, namely data collection, data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results of the study are 1) teacher teaching activities have increased by an average of 64.71% in cycle I and an average of 87.25% in cycle II, 2) student learning activities have increased with an average of 54.44% in cycle I and an average of 84.44% in cycle II, 3) student learning motivation has increased by an average of 53.83% in cycle I and an average of 84.19% in cycle II, 4) student learning outcomes have increased with an average of 52.38% in cycle I and an average of 84.52% in cycle II. It can be concluded that the implementation of the model with this learning strategy has increased.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media Macromedia Flash untuk pembelajaran membaca dan menulis Bahasa Indonesia di SMA. Kegiatan ini merupakan penelitian dan pengembangan. Subjek uji cobanya siswa kelas X Semester 2 SMA Gama Yogyakarta. Penelitian dilakukan bulan Maret-Juni 2013. Pelaksanaannya melalui 10 tahap, dari analisis kebutuhan hingga uji lapangan. Data dikumpulkan melalui kuesioner. Data kuantitatif dianalisis dengan statistika deskriptif. Data berupa saran digunakan untuk merevisi produk yang dihasilkan. Hasil penelitian ini berupa media Macromedia Flash yang berkualitas untuk pembelajaran membaca dan menulis Bahasa Indonesia SMA. Produk tersebut mencakup teks, gambar, warna, dan suara; bersifat interaktif. Isinya berupa materi pembelajaran membaca dan menulis Bahasa Indonesia SMA Kelas X Semester 2, khususnya berkenaan dengan kompetensi merangkum tabel dan menulis paragraf argumentatif berdasarkan tabel. Ketiga pakar media mengategorikan baik. Ketiga pakar pembelajaran mengategorikan sangat baik. Kedua guru mengategorikan baik. Siswa dalam uji coba kelompok besar (lapangan) mengategorikan baik. Dapat disimpulkan bahwa media ini layak dipergunakan dalam pembelajaran di SMA.Kata Kunci: media Macromedia Flash, pembelajaran membaca dan menulis, Bahasa Indonesia Developing macromedia flash media for learning reading and writing indonesian in senior high scool AbstractThe purpose of this study is to develop Macromedia Flash media as media for learning to read and write Indonesian in senior high school. This is a research and development study. The subjects of the research were grade 10 students in the second semester of SMA Gama Yogyakarta. The research was conducted from March to June 2013. The implementation covered 10 stages, of analysis needs to field testing. Data were collected through questionnaires. Quantitative data was analyzed by applying descriptive statistics. Suggestions data are used to revise the product. The research is as a Macro-media Flash-quality which has a goal for learning to read and write Indonesian in senior high school. The developed product includes media components of text, images, colors, and sounds (music); they are interactive in nature. The content of the product are the materials of learning to read and write Indonesian subject for class X semester II Gama Senior High School Yogyakarta, especially in relation to summarizing tables and writing argumentative paragraph based on table. Three media experts categorize the product as good. Three teaching and learning experts categorize it as very good. Two teachers categorize it good. Students on the testing of a large group (field) to categorize good. It can be concluded that the media is feasible to use in the learning in senior high school.Keywords: Macromedia Flash media, learning reading and writing, Indonesian
Introductional Media (and the new technologies of instruction)
  • R Heinich
Heinich, R. dkk. 1993. Introductional Media (and the new technologies of instruction). New York: Memillan Publishing.
  • Sayuti Husin
Husin, Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.
Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya: Teknik Bimbingan Praktis
  • Kartini Kartono
Kartono, Kartini. 1986. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya: Teknik Bimbingan Praktis. Jakarta: Rajawali.
Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  • Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Peter Knapp
  • Megan Dan
  • Watkins
Knapp, Peter dan Megan Watkins. 2005. Genre, Text, Grammar. Australia: University of New South Wales.
Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum
  • Mahsun
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Press.
Writing a Critical Review
  • Pam Mort
Mort, Pam, dkk. 2005. "Writing a Critical Review". Modul Kuliah Penulisan. New South Wales: The Learning Centre University of New South Wales.
Pasti Bisa! Teaching Genre-Based Writing Metode Mengajar Writing Berbasis Genre Secara Efektif
  • Pardiyono
Pardiyono. 2007. Pasti Bisa! Teaching Genre-Based Writing Metode Mengajar Writing Berbasis Genre Secara Efektif. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Exercises in Instructionals Design
  • B B Seels
  • Z Glasgow
Seels, B.B. dan Glasgow, Z. 1990. Exercises in Instructionals Design. Columbus: Merril Publishing Company.