ArticlePDF Available

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN NANOPARTIKEL KITOSAN EKSTRAK ETANOL ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) PADA TIKUS HIPERKOLESTEROL TERHADAP AKTIVITAS ENZIM SOD

Authors:

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sediaan nanopartikel kitosan ekstrak etanol rosela (SNKEER) terhadap aktivitas enzim SOD pada tikus hiperkolesterol. Pembuatan SNKEER dilakukan berdasarkan hasil optimasi terbaik dengan perbandingan 2:1:1/10 (ekstrak etanol rosela : kitosan : TPP), selanjutnya dilakukan uji in vivo dengan menyiapkan tikus putih betina galur Sprague Dawley (SD) umur 6-8 minggu dengan berat badan 150-250 g sejumlah 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok I adalah kelompok kontrol diberi pakan standar; kelompok II diinduksi hiperkolesterol ; kelompok III, IV, dan V diinduksi hiperkolesterol dan SNKEER masing-masing dengan dosis 25mg/ Kg BB/ hari, 50 mg/ Kg BB/ hari, dan 100 mg/ Kg BB/ hari selama 30 hari. Pada hari ke 31 semua tikus di ambil darahnya melalui vena orbitalis mata untuk dilakukan pengukuran aktivitas SOD dengan metode Ransod Standard. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji tukey 5%. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengukuran aktivitas SOD pada kelompok I, kelompok II, kelompok III, kelompok IV, dan kelompok V berturut-turut adalah sebagai berikut : 50,96 U/ml, 6,13 U/ml, 16,09 U/ml, 21,07 U/ml, 23,75 U/ml. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelompok pemberian terapi SNKEER dengan variasi dosis (25,50,100) mg/kg BB/hari dapat secara signifikan meningkatkan aktivitas SOD bila dibandingkan dengan kelompok hiperkolesterol (P<0,05), peningkatan aktivitas SOD secara signifikan tertinggi terlihat pada kelompok V, yaitu kelompok hiperkolesterol yang diberi SNKEER 100 mg/kg BB/hari bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan SNKEER dosis 50 mg/kgBB/hari dan 100 mg/kgBB/hari (P<0,05).
KARTIKA JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2014, 2 (1), 7-14 7
ISSN 2354-6565
Elya dkk.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN NANOPARTIKEL KITOSAN
EKSTRAK ETANOL ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) PADA TIKUS
HIPERKOLESTEROL TERHADAP AKTIVITAS ENZIM SOD
Elya Zulfa1, Nurkhasanah1, Laela Hayu Nurani1
1Program Pascasarjana Farmasi Klinik Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Elya_zulfa@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sediaan nanopartikel kitosan ekstrak etanol
rosela (SNKEER) terhadap aktivitas enzim SOD pada tikus hiperkolesterol. Pembuatan
SNKEER dilakukan berdasarkan hasil optimasi terbaik dengan perbandingan 2:1:1/10 (ekstrak
etanol rosela : kitosan : TPP), selanjutnya dilakukan uji in vivo dengan menyiapkan tikus putih
betina galur Sprague Dawley (SD) umur 6-8 minggu dengan berat badan 150-250 g sejumlah 25
ekor dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok I adalah kelompok kontrol diberi pakan
standar; kelompok II diinduksi hiperkolesterol ; kelompok III, IV, dan V diinduksi
hiperkolesterol dan SNKEER masing-masing dengan dosis 25mg/ Kg BB/ hari, 50 mg/ Kg BB/
hari, dan 100 mg/ Kg BB/ hari selama 30 hari. Pada hari ke 31 semua tikus di ambil darahnya
melalui vena orbitalis mata untuk dilakukan pengukuran aktivitas SOD dengan metode Ransod
Standard. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji tukey
5%. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengukuran aktivitas SOD pada kelompok I,
kelompok II, kelompok III, kelompok IV, dan kelompok V berturut-turut adalah sebagai berikut
: 50,96 U/ml, 6,13 U/ml, 16,09 U/ml, 21,07 U/ml, 23,75 U/ml. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa kelompok pemberian terapi SNKEER dengan variasi dosis (25,50,100) mg/kg BB/hari
dapat secara signifikan meningkatkan aktivitas SOD bila dibandingkan dengan kelompok
hiperkolesterol (P<0,05), peningkatan aktivitas SOD secara signifikan tertinggi terlihat pada
kelompok V, yaitu kelompok hiperkolesterol yang diberi SNKEER 100 mg/kg BB/hari bila
dibandingkan dengan kelompok perlakuan SNKEER dosis 50 mg/kgBB/hari dan 100
mg/kgBB/hari (P<0,05).
Kata kunci : Rosela, hiperkolesterol, nanopartikel, antioksidan, SOD
ABSTRACT
The aim of this study is to determine the effect of chitosan nanoparticles preparation of ethanol
extract of roselle (SNKEER) of the SOD enzyme activity in hypercholesterolemia rats.
SNKEER was prepared base on the best optimization results with a ratio of 2: 1: 1/10 (ethanol
extract of roselle: chitosan: TPP), further in vivo tests to prepare female white rat strain Sprague
Dawley (SD) age of 6-8 weeks with weight number 25 150-250 g were divided into 5 groups:
group I was the control group were fed a standard; group II induced hypercholesterolemia;
group III, IV, and V induced hypercholesterolemia and SNKEER each with a dose of 25 mg /
kg bw / day, 50 mg / kg bw / day, and 100 mg / kg bw / day for 30 days. On day 31, all rats in
the grab of blood through the veins to the eye orbital SOD activity were measured by the
Ransod Standard method. Data were analyzed using ANOVA followed by Tukey 5% test. The
results showed an average measurement of SOD activity in group I, II, III, IV, and V
respectively are as follows: 50.96 U / ml, 6.13 U / ml, 16.09 U / ml, 21.07 U / ml, 23.75 U / ml.
The results of data analysis showed that variation dose of SNKEER (25,50,100) mg / kg / day
can significantly increase the SOD activity when compared with hypercholesterolemia group (P
<0.05), while increased activity of SOD was shown significantly in group V, namely
hypercholesterolemia group who were given SNKEER 100 mg / kg / day when compared with
the treatment group SNKEER with dose of 50 mg / kg / day and 100 mg / kg / day (P <0.05).
Keywords : Roselle, hypercholesterolemia, Nanoparticles, Antioxidants, SOD
8 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 7-14
Elya dkk.
PENDAHULUAN
Hiperkolesterol merupakan suatu kondisi
terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam
darah dan bisa memperantarai beberapa
resiko penyakit kardiovaskuler (Ambrosi et
al, 2012). Salah sau penyebab terjadinya
hiperkolesterol adalah konsumsi makanan
berlemak secara berlebih. Makanan berlemak
termasuk dalam jenis radikal bebas yang
berasal dari luar. Radikal bebas dapat
didefinisikan sebagai suatu molekul yang
memiliki elektron yag tidak berpasangan
pada orbital atom. Kehadiran elektron tidak
berpasangan menghasilkan sifat sangat
reaktif yaitu dapat menyumbangkan elektron
atau mengambil elektron dari molekul lain
(Young et al, 2013).
Adanya radikal bebas yang berlebih di
dalam tubuh dapat menyebabkan adanya
stres oksidatif (Pham-Huy et al., 2008). Teori
stres oksidatif memprediksi hilangnya
aktivitas enzim SOD yang disebabkan karena
organisme akan kurang mampu untuk
detoksifikasi ROS terutama di SOD
sitoplasma (SOD1, Cu-ZnSOD) dan SOD
mitokondria (SOD2, Mn-SOD) (Ramsdonk
et al, 2009). Longo et al (1999) menyatakan
bahwa stres oksidatif menurunkan umur
replikasi SOD dan mempercepat penuaan
kronologis.
Untuk mencegah terjadinya efek yang
tidak diinginkan dari radikal bebas
diperlukan antioksidan. Penggunaan
antioksidan mulai banyak digunakan seiring
dengan semakin meningkatnya pemahaman
pada masyarakat tentang peranan antioksidan
dalam penghambatan penyakit-penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung,
arteriosklerosis, penyakit kanker dan gejala
penuaan (Suwandi, 2012). Antioksidan
merupakan suatu senyawa yang dapat
mencegah terjadinya oksidasi karena adanya
radikal bebas, dimana mekanisme
pencegahannya adalah bereaksi dengan
radikal bebas sehingga radikal bebas tidak
reaktif, menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang
dimiliki radikal bebas, dan menghambat
terjadinya reaksi rantai dari radikal bebas
(Young et al, 2013).
Pemanfaatan tanaman herbal sebagai agen
antioksidan sudah banyak dilakukan, salah
satunya adalah pemanfaatan antioksidan pada
tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa L.)..
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa
zat aktif dalam bunga rosela (Hibiscus
sabdariffa L.) yang berperan utama sebagai
antioksidan adalah anthosianin (Wang et al,
2000), asam protochatecuic (Carton, 2001), l-
  - -sitosterol,
gossypetin, dan quercetin (Gaet, 1999). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suwandi
(2012) menunjukkan bahwa, pemberian
ekstrak kelopak bunga rosela dapat
menurunkan malondialdehid yang
merupakan produk akhir dari peroksidasi
lipid. Menurut penelitian yang dilakukan
Ariati (2012), fraksi air kelopak bunga rosela
dapat menurunkan kadar kolesterol total,
LDL, serta dapat menurunkan level SGPT.
Berdasarkan penelitian Wijayanti (2013),
ekstrak etanol kelopak bunga rosela
mempunyai kemampuan menurunkan kadar
gula darah kolesterol, dan trigliserida.
Tingginya kemampuan rosela sebagai
agen antioksidan dan sifatnya yang sangat
asam memunculkan banyak gagasan untuk
melakukan modifikasi sediaan. Salah satu
modifikasi sediaannya yaitu dengan
membuat ukuran ekstrak menjadi lebih kecil
yaitu dalam bentuk nanopartikel. Pembuatan
nanopartikel dapat dilakukan dengan
penyalut yang dapat melindungi nutrien
terutama warna merah pada rosela yang
memiliki kandungan antosianin tinggi dari
sistem pencernaan dan dari kemungkinan
terbuang tanpa proses penyerapan. Penyalut
yang digunakan adalah kitosan yang
memiliki kemampuan antibakteri sehingga
ekstrak yang disalut dapat dilindungi. Ukuran
nanopartikel mampu untuk menghantar pada
sel target, selain itu pengurangan atau
pengecilan ukuran partikel akan
meningkatkan luas permukaaan yang
menyebabkan kelarutan tinggi (Gupta dan
Compela, 2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efek sediaan nanopartikel kitosan ekstrak
etanol rosela (SNKEER) terhadap aktivitas
enzim SOD pada tikus hiperkolesterol.
Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 7-14 9
Elya dkk.
METODE PENELITIAN
Bahan. Kelopak rosela diperoleh dari
daerah Kulonprogo DIY, Kitosan, TPP,
Etanol 60% dan reagen untuk pemeriksaan
kadar SOD. Tikus betina galus SD diperoleh
dari UPHP Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
Alat. Stirrer, rotary evaporator,
ultrasonifikator, spektrofotometer, alat-alat
gelas. spuit 3 dan 5 cc, micropipet, jarum
suntik sonde, pipet kapiler darah, evendof.
Desain Penelitian. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental dengan
menggunakan rancangan penelitian post test
control group design. Hewan coba yang
digunakan adalah 25 ekor tikus betina galur
spraguey dawley umur 6-8 minggu dengan
berat badan 150-250 g yang di dapat dari
UPHP UGM Yogyakarta yang di gunakan
sebagai objek penelitian.
Pada penelitian ini hewan coba di bagi
menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu
kelompok I adalah kelompok kontrol yang
diberi pakan standar 20 g/hari/ekor;
kelompok II di beri pakan standar dan
diinduksi hiperkolesterol ; kelompok III, IV,
dan V diberi pakan standar, induksi
kolesterol dan sediaan nanopartikel kitosan
ekstrak etanol rosela (SNKEER) masing-
masing dengan dosis 25mg/ Kg BB/ hari, 50
mg/ Kg BB/ hari, dan 100 mg/ Kg BB/ hari
selama 30 hari.
Pakan diberikan sebanyak 20 g/ekor/hari,
dan air diberikan secara ad libitum. Sisa
pakan akan di timbang setiap hari, sebelum
di ganti dengan pakan yang baru. Sedangkan
untuk berat badan tikus di timbang setiap
minggunya. Tikus dipelihara dalam ruangan
yang cukup ventilasi, cukup cahaya (12 jam
terang dan 12 jam gelap), dan kelembaban
serta suhu ruangan dijaga. Sebelum
dilakukan pemberian perlakuan, 25 ekor
tikus dilakukan adaptasi selama 7 hari, dan
setelah itu baru diberikan perlakuan selama
30 hari. Pada hari ke 31 setelah perlakuan 30
hari, lima ekor tikus pada masing-masing
kelompok hewan uji di ambil darahnya
melalui vena orbitalis untuk dilakukan
pemeriksaan aktivitas SOD.
Komposisi Pakan Standar. Pakan
standar yang diberikan setiap hari adalah
sebesar 20 gram yang terdiri dari comfeed
PARS (dengan kandungan air 12%, protein
11 %, lemak 4%, serat 7%, abu 8%, Ca 1,1
%, fosfat 0,9%, antibiotik, coccidiostat 53%),
dan tepung terigu 23,5%, dan air 23,5%.
Induksi Hiperkolesterol. Setiap tikus
diberikan induksi hiperkolesterol dengan
komposisi kolesterol murni 2% dan asam
kolat 1% dari pakan, yang dilarutkan dengan
aquades sampai volume 2 ml secara per oral.
Pembuatan Ekstrak Etanol Rosela.
Sebanyak 1500 gram serbuk simplisia
diekstraksi dengan pelarut etanol 60%
sebanyak 7,5 liter (1:5) menggunakan
metode maserasi dengan pengadukan
menggunakan stirrer selama kurang lebih 1
jam, kemudian didiamkan sampai 24 jam
sembari sesekali di aduk-aduk. Maserat
dipisahkan dan disaring menggunakan kain
flannel. Filtrat hasil penyaringan diuapkan
dengan vacum rotary evaporator dengan
suhu 60oC dan kecepatan 100 rpm hingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental
ditimbang dan dihitung rendemennya
(Anonim, 2004).
Pembuatan Sediaan Nanopartikel
Kitosan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dengan
metode gelasi ionik berdasarkan hasil
optimasi hasil optimasi Riski (2014).
1. Pembuatan dapar asetat PH 4, yaitu
dengan menimbang natrium asetat 715,4
mg di larutkan dengan aquades sampai
volume 500 ml. Cek PH, jika PH nya
belum 4 maka di tambahkan asam asetat
sampai PH 4.
2. Pembuatan larutan kitosan, yaitu dengan
menimbang 1 g kitosan dan dilarutkan
dengan dapar asetat PH 4 sampai volume
500 ml dan di stirer ± 20 menit pada
suhu 60ºc hingga benar-benar terlarut.
3. Pembuatan larutan ekstrak etanol
kelopak bunga rosela, yaitu dengan
menimbang 2 gram ekstrak dan di
larutkan dalam etanol 70 % sebanyak
500 ml, stirer ±20 menit pada suhu 60º
hingga benar-benar terlarut, kemudian di
saring.
4. Pembuatan larutan TPP, yaitu dengan
menimbang TPP sebanyak 100 mg dan
dilarutkan dalam aquades sebanyak 50
10 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 7-14
Elya dkk.
ml, stirer ±20 menit pada suhu 60º
hingga benar-benar terlarut.
5. Pembuatan sediaan nanopartikel, yaitu
dengan mencampur larutan kitosan dan
larutan ekstrak sambil di stirer pada suhu
60ºc ± 10 menit, setelah itu tambahkan
larutan TPP, stirer pada suhu 60 ºc
selama 5 menit kemudian ultrasonifikasi
pada suhu 30 ºc selama 30 menit.
6.    
   

     
± 3 jam.
Pemberian Sediaan Nanopartikel
Kitosan Ekstrak Etanol Rosela
(SNKEER). Terapi diberikan dengan cara
per oral dengan dosis pada kelompok III, IV,
dan V berturut-turut adalah 25
mg/kgBB/hari, 50 mg/kgBB/hari, dan 100
mg/kgBB/hari selama 30 hari. Dosis terapi
yang diberikan di sesuaikan dengan rata-rata
berat badan tikus yang di timbang setiap
harinya dengan volume pemberian 2 ml/hari.
Pemeriksaan Aktivitas SOD. Sentrifuge
0,5 ml darah yang sudah di beri heparin
selama 10 menit pada keceptan 3000 rpm,
ambil beningannya kemudian di cuci 4x
dengan larutan NaCl fisiologis 0,9%
kemudian sentrifuge selama 10 menit 3000
rpm. Beningan yang di hasilkan kemudian di
addkan dalam air redistilasi dingin sampai
volume 2 ml, campur dan diamkan pada suhu
4ºc selama 15 menit, setelah itu encerkan
dengan buffer phospat 0,01 mol/L PH 7.
Tabel 1. Prosedur kerja pengukuran aktivitas
enzim SOD
Standar
S1
Standar
S2-S6
Sampel
Kontrol
RSD
30 µl
standar
30 µl
DS
30 µl
DC
30 µl
R1
1000 µl
1000 µl
1000 µl
1000 µl
Campur dengan benar dan tambahkan
R2
150 µl
150 µl
150 µl
150 µl
Campur dengan benar, dan masukkan dalam kuvet,
tunggu 30 detik dan baca absorbansi pertama (A1)
pada panjang gelombang 505 nm, setelah 3 menit
di baca absorbansi yang kedua (A2).
Dari hasil pembacaan di dapatkan data
absorbansi A1 dan A2, kemudian masukkan
dalam rumus sebagai berikut :
A2-A1 
3
100 - A/min = % penghambatan

( % penghambatan = unit/ml)
Keterangan
Mixed substrate (R1) : xanthine 0,05
mmol/L & INT 0,025 mmol/L
Sample diuent (S1) : buffer phosphat
0,01 mol PH 7
DS : Diluted sample
DC : Diluted Control
R2 : Xanthine oxidase 80 U/I
Analisa Data. Data hasil pemeriksaan
aktivitas enzim SOD berupa data numerik
yang dituangkan dalam nilai mean ± SD,
dilanjutkan dengan uji statistic menggunakan
ANOVA yang dilanjutkan dengan uji tukey
dengan taraf kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Induksi
Hiperkolesterol Pada Berat Badan Tikus
dan Kadar Kolesterol Tikus Spraguey
Dawley. Pengukuran berat badan dilakukan
setiap harinya, dimana peningkatannya tidak
berbeda signifikan antar kelompok
perlakuan. Pada hari ke-30 dilakukan
pemeriksaan nilai kolesterol pada setiap
kelompok (Tabel II ).
Tabel 2. Rata-rata kadar kolesterol total
setelah perlakuan 30 hari
Kelompok
Kadar Kolesterol total
(mg/dl)
I
102.25±0.44
II
223.46±4.3
III
150.74±0.67 (a)
IV
129,11±0.41(a)
V
112.35±0.58(a)
Keterangan : (a) adalah nilai signifikansi
kelompok perlakuan SNKEER
terhadap kelompok

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
kelompok II dengan pemberian induksi
hiperkolesterol mengalami peningkatan
Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 7-14 11
Elya dkk.
kadar kolesterol 223.46±4.3 mg/dl (>140
mg/dl) bila dibandingkan dengan kelompok I
yang hanya di berikan pakan standar
102.25±0.44 mg/dl. Sedangkan pada
kelompok III, IV, dan V memiliki kadar
kolesterol yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan kelompok II yang di
induksi lemak tinggi, adapun penurunan
kadar kolesterol berkorelasi terhadap
peningkatan dosis pemberian yaitu pada
kelompok V memiliki penurunan kadar
kolesterol yang paling signifikan bila
dibandingkan dengan kelompok
hiperkolesterol (112.35±0.58 mg/dl VS
223.46±4.3 mg/dl ).
Berdasarkan hasil penelitian Safitri (2014)
tentang profil lipid pada sampel yang sama,
didapatkan hasil bahwa terapi dengan
SNKEER berbagai dosis dapat menurunkan
kolesterol total, trigliserid, dan LDL serta
meningkatkan kadar HDL secara signifikan
bila dibandingkan dengan kelompok
hiperkolesterol. Penelitian serupa juga sudah
dilakukan oleh Hirunpanich et al (2006),
didapatkan hasil bahwa pada kelompok
pemberian ekstrak air rosela dosis 250
mg/kgBB/hari, 500 mg/kgBB/hari, 1000
mg/kgBB/hari memiliki penurunan kadar
kolesterol, trigliserid dan LDL serta terjadi
peningkatan kadar HDL pada tikus
hiperkolesterol. Penelitian Hidayati (2007)
menyatakan bahwa ekstrak rosela teh merah
(Hibiscus Sabdariffa L.) menurunkan kadar
LDL serum dan terbukti meningkatkan kadar
HDL pada tikus wistar jantan yang di beri
diet atherogenik, adanya aktivitas tersebut
terkait dengan kandungan senyawa flavonoid
(antosianin) dalam rosela yang berperan
sebagai antioksidan yaitu dengan melindungi
kerusakan jaringan tubuh akibat oksidasi dan
memiliki kemampuan menghambat
terjadinya oksidasi LDL dalam pembuluh
darah.
Penyebab terjadinya peningkatan LDL
dan penurunan HDL pada keadaan
hiperkolesterol adalah adanya penimbunan
kolesterol dalam tubuh yang diakibatkan oleh
induksi hiperkolesterol. Riesanti (2001)
menyatakan bahwa Adanya penumpukan
kolesterol tersebut di dalam tubuh yang
merupakan salah satu radikal bebas
menyebabkan adanya kerusakan oksidatif
pada beberapa jaringan. Kadar kolesterol
yang tinggi di dalam darah menyebabkan
VLDL membentuk LDL dan terjadi
peningkatan. Kadar LDL yang terus
meningkat, peningkatan tersebut
menyebabkan kadar HDL tertekan dan tidak
bisa membuang kelebihan kolesterol dalam
darah, sehingga HDL terjadi penurunan.
Pengukuran Aktivitas SOD pada Tikus
Spraguey Dawley yang di Induksi
Hiperkolesterol. Penelitian Usoh et al
(2005) tentang aktivitas antioksidan ekstrak
bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa L.) pada
tikus yang di induksi arsen menunjukkan
hasil bahwa pemberian ekstrak rosela dosis
10 mg/kgBB/hari secara efektif memiliki
khasiat antioksidan karena dapat
meningkatkan aktivitas SOD dalam darah
sebesar 369%. Pembuatan sediaan rosela
menjadi bentuk nanopartikel adalah untuk
meningkatkan aseptibilitas karena akan
memperbaiki sifat fisik dari senyawa aktif
rosela yang bersifat asam (Mohanrajdan
Chen, 2006) dan daya penetrasi kandungan
senyawa aktif karena akan meningkatkan
luas permukaan (Gupta et al, 2006 ).
Berdasarkan optimasi yang telah dilakukan
oleh Riski (2014), menunjukkan hasil bahwa
optimasi terbaik untuk sediaan nanopartikel
kitosan ekstrak etanol rosela (SNKEER)
adalah pada perbandingan 2:1:0.1 (ekstrak
etanol rosela:kitosan:TPP) dengan pelarutan
kitosan pada PH 4, Ukuran partikel 101.7
nm, dan entrapment efficiency sebesar
80.24%, yang selanjutnya dilakukan
pengukuran kadar MDA secara invitro.
Pengukuran tersebut menunjukkan hasil
bahwa kelompok yang diberi SNKEER dapat
menurunkan kadar MDA bila dibandingkan
dengan kelompok yang tidak di beri
SNKEER. Merujuk pada pada penilitian ini
dilakukan pengukuran aktivitas SOD secara
invivo.
Enzim superoksida dismutase (SOD)
merupakan salah satu enzim antioksidan
yang diproduksi di dalam tubuh dan memiliki
peranan yang sangat penting karena
merupakan enzim antioksidan pertama yang
menangkap radikal bebas yang masuk ke
dalam tubuh yang mekanismenya kerjanya
yaitu dengan cara mengkatalisis radikal
superoksida (O2*) menjadi hidrogen
peroksida dan oksigen (Young et al, 2013).
12 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 7-14
Elya dkk.
Hasil pemeriksaan post test rata-rata
aktivitas SOD pada beberapa kelompok
perlakuan dengan hasil analisis data
menggunakan SPSS 16.0 dapat di lihat pada
tabel. 3.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan post test rata-rata
aktivitas SOD
Kelompok
Rata-rata aktivitas
SOD (Unit/ml) ± SD
I
50.96±0.61
II
6.13±0.61 (b)
III
16.09±0.54(a)
IV
21.07±0.54(a)
V
23.75±0.54(a)
Keterangan : (a) adalah nilai signifikansi
kelompok perlakuan SNKEER
terhadap kelompok
  
adalah nilai signifikansi
terhadap kelompok kontrol

Dalam melakukan analisa data langkah
pertama dilakukan uji homogenitas data
dengan uji lavene dan uji normalitas dengan
kolmogrof smirnov. Dari uji tersebut
didapatkan hasil bahwa data tersebut
homogen dan normal (> 0,05) sehingga uji
dilanjutkan dengan uji parametrik dengan
ANOVA dan dilanjutkan dengan uji tukey
dengan taraf kepercayaan 95%. Dari uji
tersebut menunjukkan bahwa hasil
pengukuran aktifitas SOD pada kelompok
pemberian induksi hiperkolesterol (kelompok
II) terjadi penurunan aktivitas SOD yang
signifikan bila dibandingkan dengan
    
kemungkinan disebabkan karena adanya
oksidasi LDL memicu terjadinya aktivasi
jalur fosfoinositol 3 kinase dan inaktivasi
foxo 3a sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan enzim SOD (Erusalimsky dan
Kurz, 2006). Pada kelompok perlakuan
(kelompok III, IV dan V ) yang masing-
masing diberikan SNKEER dosis 25
mg/kgBB/hari, 50 mg/kgBB/hari, dan 100
mg/kgBB/ hari mampu meningkatkan
aktifitas SOD. Peningkatan aktifitas SOD
pada kelompok perlakuan III, IV, dan V
menunjukkan perbedaan nyata terhadap
kelompok II yaitu berturut-turut dengan nilai
(16.09±0.54, 21.07±0.54, 23.75±0.54 VS
6.13±0.61 ), dan terlihat pada kelompok V
dengan dosis SNKEER 100 mg/kgBB/hari
menunjukkan aktivitas tertinggi bila di
bandingkan dengan kelompok perlakuan III
dan IV, untuk lebih jelasnya dapat
ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.
Peningkatan aktivitas SOD tersebut seiring
dengan peningkatan dosis nanopartikel,
peningkatan aktivitas tersebut kemungkinan
karena adanya modifikasi sediaan menjadi
nanopartikel sehingga memperbaiki sifat
fisiknya dan memperluas ukuran partikel
sehingga mudah untuk diabsorbsi.
Gambar 1. Diagram rata-rata aktivitas SOD
tiap kelompok.
KESIMPULAN
Dari hasil di atas menunjukkan bahwa
modifikasi menjadi bentuk sediaan
nanopartikel meningkatkan aktivitas enzim
SOD bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Adapun kelompok yang memiliki
nilai aktivitas enzim SOD adalah pada
kelompok V pada dosis pemberian SNKEER
100 mg/kgBB/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Riesanti D.G, Masdiana C Padagawa,
Herawati., 2004, Kadar HDL, Kadar LDL
dan Gambaran Histopatologi Aorta Pada
Hewan Model Tikus (Rattus Norvegicus)
Hiperkolesterolemia Dengan Terapi
Ekstrak Air Ambrosil J, C Silva, JC
Galofre, J Escalada, S Santos, D Milla, N
       
Rotellar, B     
Fru¨hbeck., 2012, Body mass index
classification misses subjects with
increased cardiometabolic risk factors
related to elevated adiposity, International
Journal of Obesity 36, 286294.
0
10
20
30
40
50
60
12345
Aktivitas SOD (unit/ml)
Kelompok Perlakuan
Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 7-14 13
Elya dkk.
Anonim., 2004, Ekstrak Tumbuhan
Indonesia, Volume 2, Badan Pengawasan
Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Ariati, R., 2012, Pengaruh fraksi air kelopak
bunga rosella (hibiscus sabdariffa l.)
Terhadap Kadar Kolesterol Darah Tikus
Putih Jantan Hiperkolesterol dan
Hiperkolesterol-Disfungsi Hati, Tesis,
Universitas Andalas, Padang.
Cartron, E., 2001. Specific antioxidant
activity of caffeoyl derivative and other
natural phenolic compounds, LDL
protection against oxidation and decrease
in the proinflammatory
lysophosphatidylcholine production.
Journal of Natural Products 64, 480486.
Erusalimsky, JD. Dan Kurz, D.J., 2006,
Endhotelial Cell Senescense. In:
Moncada, S. Dan Higgs, A, editors. The
Vasculer Endhotellium II. Nw York:
Springer. P 214-238.
Gaet, N., 1999. Hibiscus sabdariffa L. In:
Ivan, A. (Ed.), Medicinal Plants of the
World. Human Press, New York, pp.
165170.
Gupta, V. Karar, P. Ramesh, S. Misra, S.
And Gupta, A. 2010. Nanoparticle
Formulation for Hydrophilic &
Hydrophobic Drugs. Int. J. Res. Pharm.
Sci. Vol-1, Issue-2, 163-169.
Hidayati S., 2007, Efek Pemberian Ekstrak
Rosela (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap
Kadar LDL-HDL Kolesterol Serum Tikus
Strain Wistar Dengan Diet Atherogenik,
Jurnal Saintika, Lembaga Penelitian
Univsitas Brawijaya Malang, Vol. 13 no.
5.
Hirunpanich V, Anocha Utaipat, Noppawan
Phu±mala Morales, Nuntavan
Bunyapraphatsara, Hitoshi Sato, Angkana
Herunsale, Chuthamanee Suthisisang.,
2006, Hypocholesterolemic and
antioxidant effects of aqueous extracts
from the dried calyx of Hibiscus
sabdariffa L. in hypercholesterolemic
rats, Journal of Ethnopharmacology 103
(2006) 252260.
Longo VD, Gralla EB, Valentine JS., 1996,
Superoxide dismutase activity is essential
for stationary phase survival in
Saccharomyces cerevisiae. Mitochondrial
production of toxic oxygen species in
vivo, J Biol Chem 271: 1227512280.
Mohanraj and Chen, 2006, Nanoparticles
A Review, Trop J Pharm Res, June 2006;
5 (1) : 561-573.
Pham-Huy, L.A.P., He, H., Pham-Huy, C.
2008. Free Radicals, Antioxidants in
Disease and Health. Int J Biomed Sci 4:
89-96.
Ramsdonk J.M.Van, Siegfried Hekimi.,
2009, Deletion of the Mitochondrial
Superoxide Dismutase sod Extends
Lifespan in Caenorhabditis elegans,
Department of Biology, McGill
University, Canada.
Benalu Mangga, Thesis, Universitas
Brawijaya, Malang.
Riski I., 2014, Formulasi Nanopartikel
Kitosan Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus
Sabdariffa L.) Dan Uji Aktivitas
Antioksidan Pada Sel Darah Merah
Domba, Tesis, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta.
Safitri M., 2014, Aktivitas Antioksidan
Sediaan Nanopartikel Kitosan Ekstrak
Etanol Rosela (Hibiscus Sabdariffa L.)
Pada Tikus Hiperkolesterol Terhadap
Profil Lipid, Aktivitas Enzim Katalase dan
Ekspresi Gen Katalase, Tesis, Universitas
Ahmad Dahlan.
Suwandi, T., 2012, Pemberian Ekstrak
Kelopak Bunga Rosela Menurunkan
Malondialdehid Pada Tikus Yang Diberi
Minyak Jelantah, Tesis, Universitas
Udayana, Denpasar.
Usoh I.F, E.J. Akpan, E.O. Etim and E.O.
Farombi., 2005, Antioxidant Actions of
Dried Flower Extracts of Hibiscus
sabdariffa L. On Sodium Arsenite -
Induced Oxidative Stress in Rats, Pakistan
Journal of Nutrition 4 (3): 135-141, 2005.
Young J, Siming Dong, Qichen Jiang,
Tengjiao Kuang, Wenting Huang, Jiaxin
Yang., 2013, Changes in Expression of
Manganese Superoxide Dismutase,
Copper and Zinc Superoxide Dismutase
14 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 7-14
Elya dkk.
and Catalase in Brachionus calyciflorus
during the Aging Process, Plos one
Journal, Volume 8.
Wang, C.J., Wang, J.M., Lin, W.L., Chu,
C.Y., Chou, F.P., Tseng, T.H., 2000.
Protective effect of Hibiscus anthocyanins
against tert-butyl hydroperoxide (t-BHT)
induced hepatic toxicity in rats. Food and
Chemical Toxicology 38, 411416.
Wijayanti, R., 2013, Efek Ekstrak Etanol
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus
Sabdariffa L.) Terhadap Penurunan
Kadar Gula Darah, Kolesterol,
Trigliserida Serta Histopatologi Pankreas
Tikus Putih Galur Sprague Dawley Yang
diinduksi 7,12 Dimetilbenz(α)Antrasen,
Tesis, Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta.
... Nanoparticle size can deliver drugs to target cells, increase surface area so that the solubility becomes high, and increase absorption in the small intestine to improve bioavailability, which is not good. Nanoparticles can increase mass transfer, increasing drug absorption and effectiveness [11,12]. ...
Article
Full-text available
Every plant has a different secondary metabolite content, influenced by the location and conditions where the plant grows. Preparations from the butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) extract form have poor bioavailability. One effort to overcome this problem is by formulating it into nanoherbs form. This research aims to determine the phytochemical content and synthesize nanoherbs ethanol extract of butterfly pea flowers. The butterfly pea flowers were extracted using the maceration method, and the resulting thick purplish blue extract was 145.254 grams. The thick extract was analyzed for secondary metabolite content using phytochemical screening, and it was found to contain alkaloids, flavonoids, saponins, triterpenoids, and tannins. Nanoherb synthesis uses the ionic gelation method with an alginate polymer and a CaCl2 cross-linking agent. The synthesis result is a purple nanoherbs colloid with optimal variations in the ratio (10:1). The synthesized nanoherbs were characterized using PSA and obtained particle size results from the optimal variation of 220.4 nm, polydispersity index 0.2550, and zeta potential of -22.5 mV.
... Tubuh manusia secara alami memiliki sistem antioksidan dalam tubuhnya, namun apabila radikal bebas pada tubuh bertambah maka tubuh juga memerlukan antioksidan tambahan. 24 Antioksidan dari kitosan dapat sebagai bahan antioksidan alternatif apabila terbukti tidak toksik. Toksisitas dari kitosan sendiri dapat diketahui dengan melihat derajat deasetilasi apabila lebih dari 35% menunjukkan toksisitas yang rendah, sedangkan apabila derajat deasetilasinya dibawah 35% toksisitasnya bergantung pada dosis kitosan yang digunakan. ...
Article
Background: Periodontal disease is one of the oral disease problems that still need attention. These diseases are among the diseases with the second highest number of sufferers after caries. Periodontitis is a multifactorial that causes inflammation of the periodontal tissue. Periodontitis is caused by bacteria that trigger infectious diseases in the supporting tissues of the teeth. Haruan fish scale chitosan has potential as an antimicrobial, because it contains lysozyme enzymes and aminopolysacharida groups that can inhibit microbial growth. Haruan fish scale chitosan in suppressing bacterial growth is due to its positively charged polycation. Objective: To analyze whether haruan fish scale chitosan is toxic at concentrations of 20%, 40%, 75% and 100% against vero cells. Methods: This study used a true experimental type with a post-test-only design with a control group design to test the toxicity of chitosan do vero cell with concentrations 20%, 40%, 75% and 100% using MTT assay method. The study used 4 treatment groups and 2 control groups with 4 repetitions. Data analyzed with probit analyisis. Results: The largest cell viability values were concentrations of 100% and 75% of 100%, 40% of 81.4% and 20% concentration of 68.1%. Chitosan with concentrations of 20%, 40%, 75% and 100% was said to be non-toxic due to cell viability 60%. Value IC50 93103,354 μg/mL > 1000 μg/mL categorized non-toxic. Conclusion: Haruan fish scale chitosan with concentrations of 20%, 40%, 75% and 100% against vero was tested to vero cells was not have toxic effect. Keywords: Chitosan, Toxicity, Vero cells. ABSTRAKLatar Belakang: Penyakit periodontal termasuk penyakit dengan penderita tertinggi kedua setelah karies. Periodontitis merupakan penyakit peradangan jaringan periodontal. Periodontitis disebabkan oleh bakteri pemicu infeksi pada jaringan penyangga gigi. Kitosan sisik ikan haruan memilki potensi sebagai antimikroba, karena mengandung enzim lysosim dan gugus aminopolysacharida yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Kitosan sisik ikan haruan menekan pertumbuhan bakteri karena memiliki polikation bermuatan positif. Tujuan: Menganalisis apakah kitosan sisik ikan haruan bersifat toksik pada konsentrasi 20%, 40%, 75% dan 100% terhadap sel vero. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis true experimental dengan rancangan post test-only with control group design untuk menguji toksisitas kitosan sisik ikan haruan terhadap sel vero demam konsentrasi 20%, 40%, 75% dan 100% dengan metode MTT assay. Penelitian menggunakan 4 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol dengan 4 pengulangan. Data dianalisis menggunakan analisis probit. Hasil: Nilai viabilitas sel terbesar adalah konsentrasi 100% dan 75% sebesar 100%, 40% sebesar 81,4% dan konsentrasi 20% sebesar 68,1%. Kitosan dengan konsentrasi 20%, 40%, 75% dan 100% dikatakan tidak toksik dikarenakan viabilitas sel ≥ 60%. Nilai IC50 93103,354 μg/mL > 1000 μg/mL termasuk kategori tidak toksik. Kesimpulan: Kitosan sisik ikan haruan dengan konsentrasi 20%, 40%, 75% dan 100% yang diujikan terhadap sel vero tidak memiliki sifat toksik. Kata kunci: Kitosan, Sel Vero, Toksisitas.
Article
Full-text available
Moringa pterygosperma is one of the plants in Indonesia that is often used in herbal medicine. Moringa leaves contain many phytochemical compounds, one of the compounds is flavonoids which function as antioxidants. Flavonoid compounds in vitro can inhibit lipid peroxidation by breaking the chain of peroxyl radicals. Moringa leaf benefits in the field of herbal medicine are formed with a variety of preparations. One of the preparations is in the form of extracts with the aim of attracting chemical components to natural materials The extraction process has a disadvantage because the level of solubility in water is still low. The nanoparticle technique is a strategy to increase the bioavalbicibility of herbal active compounds. This research was experimental in order to determine the total flavonoid levels contained in Moringa leaf extract. In addition, it was also to find out the antioxidant activity and particle size of the moringa leaf extract nanoparticles. Determination of flavonoid levels using spectrophotometric methods. The antioxidant activity of moringa leaf extract nanoparticles was tested using the DPPH method (2,2-diphenyl-picrylhdrazyl) and to determine the particle size used by using the Particle Size Analyzer (PSA). The results of the study showed total flavonoid levels in moringa leaf extract (1.97 ± 1.07)%. Antioxidant activity of 451.8 ppm with a reduction of 2.8% and particle size in the moringa leaf extract nanoparticles of ± 134.78 nm. Moringa leaf extract nanoparticles include low antioxidants. Keywords: moringa; nanoparticles; antioxidants
Article
Full-text available
Moringa pterygosperma is one of the plants in Indonesia that is often used in herbal medicine. Moringa leaves contain many phytochemical compounds, one of the compounds is flavonoids which function as antioxidants. Flavonoid compounds in vitro can inhibit lipid peroxidation by breaking the chain of peroxyl radicals. Moringa leaf benefits in the field of herbal medicine are formed with a variety of preparations. One of the preparations is in the form of extracts with the aim of attracting chemical components to natural materials The extraction process has a disadvantage because the level of solubility in water is still low. The nanoparticle technique is a strategy to increase the bioavalbicibility of herbal active compounds. This research was experimental in order to determine the total flavonoid levels contained in Moringa leaf extract. In addition, it was also to find out the antioxidant activity and particle size of the moringa leaf extract nanoparticles. Determination of flavonoid levels using spectrophotometric methods. The antioxidant activity of moringa leaf extract nanoparticles was tested using the DPPH method (2,2-diphenyl-picrylhdrazyl) and to determine the particle size used by using the Particle Size Analyzer (PSA). The results of the study showed total flavonoid levels in moringa leaf extract (1.97 ± 1.07)%. Antioxidant activity of 451.8 ppm with a reduction of 2.8% and particle size in the moringa leaf extract nanoparticles of ± 134.78 nm. Moringa leaf extract nanoparticles include low antioxidants. Keywords: moringa; nanoparticles; antioxidants
Article
Full-text available
Chitosan is a chitin derivative natural polymer compound isolated from aquaculture waste, such as a crab shell that is the most chitosan source. Nanocitosan as a drug delivery offers delivery with non-harmful routes such as oral, nose, eye, and absorption. Nanokitosan can be absorbed by human organs that have nano-sized membrane penetration capabilities such as the kidneys, liver, and lungs where nanoparticles are 1-1,000 nm in size. Chitosan nanoparticles are prepared by ionic gelation techniques. The mechanism of this method is the formation of chitosan nanoparticles based on the electrostatic interaction between the positive amine groups on chitosan (-NH 2 ) with the negative charge group of polyanion tripolyphospate (TPP). The first step is the preparation of chitosan, crab shell waste which is smoothed to 60 mesh, after subsequent smrubination to be smoothed to remove the protein content by dissolved in 3 N NaOH, then crude chitin demineralized to eliminate the mineral content contained in the crab shell with the addition of HCl 1 N and the presence of heating and stirring. The chitin obtained then enters the deacetylation stage to remove the acetyl group present in the crab shell by adding 50% NaOH and carried out by heating and stirring. The chitosan obtained was then dissolved in 3% lactic acid to obtain liquid chitosan, then added NaTPP to reduce the chitosan particle size to nano size. The obtained nitrocitosan size is 688 nm distribution with variation of NaTPP addition of 0.1% concentration and stirring 60 minutes. The resulting nitocytosan is tested to increase the rate of blood clotting that has been shown to shorten blood clotting time by up to 30 seconds.
Article
Full-text available
Free radicals and oxidants play a dual role as both toxic and beneficial compounds, since they can be either harmful or helpful to the body. They are produced either from normal cell metabolisms in situ or from external sources (pollution, cigarette smoke, radiation, medication). When an overload of free radicals cannot gradually be destroyed, their accumulation in the body generates a phenomenon called oxidative stress. This process plays a major part in the development of chronic and degenerative illness such as cancer, autoimmune disorders, aging, cataract, rheumatoid arthritis, cardiovascular and neurodegenerative diseases. The human body has several mechanisms to counteract oxidative stress by producing antioxidants, which are either naturally produced in situ, or externally supplied through foods and/or supplements. This mini-review deals with the taxonomy, the mechanisms of formation and catabolism of the free radicals, it examines their beneficial and deleterious effects on cellular activities, it highlights the potential role of the antioxidants in preventing and repairing damages caused by oxidative stress, and it discusses the antioxidant supplementation in health maintenance.
Article
Full-text available
Yeast lacking copper-zinc superoxide dismutase (CuZnSOD), manganese superoxide dismutase (SOD), catalase T, or metallothionein were studied using long term stationary phase (10-45 days) as a simple model system to study the roles of antioxidant enzymes in aging. In well aerated cultures, the lack of either SOD resulted in dramatic loss of viability over the first few weeks of culture, with the CuZnSOD mutant showing the more severe defect. The double SOD mutant died within a few days. The severity reversed in low aeration; the CuZnSOD mutant remained viable longer than the manganese SOD mutant. To test whether reactive oxygen species generated during respiration play an important role in the observed cellular death, growth in nonfermentable carbon sources was measured. All strains grew under low aeration, indicating respiratory competence. High aeration caused much reduced growth in single SOD mutants, and the double mutant failed to grow. However, removal of respiration via another mutation dramatically increased short term survival and reversed the known air-dependent methionine and lysine auxotrophies. Our results suggest strongly that mitochondrial respiration is a major source of reactive oxygen species in vivo, as has been shown in vitro, and that these species are produced even under low aeration.
Article
Nanoparticle formulations have many advantages over traditional dosage forms, such as enhanced dissolution properties and the potential for intracellular drug delivery. Specifically, pure drug nanoparticles, polymeric nano-particles and polyelectrolyte complexes offer some encouraging results for delivering drugs to various organs and through various routes. Traditional techniques such as spray drying and grinding, and more recent advances in supercritical fluid extraction, precipitation, and double solvent evaporation have been employed to produce na-noparticle formulations for delivery of hydrophilic & hydrophobic drugs here, the benefits of nanoparticle formu-lations and current progress are compared in light of the practical encumbrances of producing formulations, and possible toxicological effects of these materials.
Article
The antioxidant actions of 80% ethanolic extract of dried flowers of Hibiscus sabdariffa L. (HSE) on lipid peroxidation (LPO), reduced glutathione (GSH), glutathione-s-transferase (GST), catalase (CAT), superoxide dismutase (SOD) and vitamin C (VITC), were examined using a model of sodium arsenite (SA) - induced oxidative stress in rats. The oral administration of the extracts (200 and 300mg/kg body weight) significantly (P<0.05) decreased by 37% SA - induced malondialdehyde (MDA) formation in liver, suggesting the role of the extract in protection against pro-oxidant induced membrane damage. Pretreatment with the extracts prior to the intra-peritoneal administration of 10mg/kg body weight of SA reduced significantly (by 86%) and induced non-significantly (by 37%) the level of GSH depletion and GST activity respectively in a dose - dependent manner. The extract also attenuated SA - induced reduction in the serum level of VITC as evidenced by a significant (P<0.05) dose - dependent increase (by 60%) in serum VITC level. Pretreatment with the extracts showed a significant (P<0.05) increase in liver and decrease in whole blood activities of SOD (by 369% and 85%) and CAT (by 829% and 58%) respectively, hence revealing the hepatoprotective and antioxidant effectiveness of the extracts. Furthermore, the extracts, evaluated ( in vitro ) by their capacity of quenching 1, 1-diphenyl - 2-picrylhydraxyl (DPPH) free radical, showed strong scavenging effects on DPPH free radical at concentration of 0.20mg/ml (1C50 = 0.20mg/ml). The extracts at low and high concentrations showed no inhibitory effect on nitric oxide radical. These findings are suggestive of the possible chemopreventive and antioxidative role played by dried flower extract of Hibiscus sabdariffa L.
Article
The present study was designed to investigate the hypolipidemic effects and antioxidant effects of Hibiscus sabdariffa L. (roselle) with regard to protection of LDL oxidation in vivo and ex vivo in rats made hypercholesterolemic by continuous cholesterol feeding. Administering the dried calyx extracts of roselle at doses of 500 and 1,000 mg/kg together with continuous cholesterol feeding to hypercholesterolemic rats for 6 weeks significantly decreased serum cholesterol level by 22% and 26%, respectively (p<0.001); serum triglycerides level by 33% and 28%, respectively (p<0.05); serum LDL level by 22% and 32%, respectively (p<0.05). However, serum HDL level was not affected. LDL was extracted from plasma of the hypercholesterolemic rats and the effects of the dried calyx extracts of roselle on the oxidation of LDL in vivo and ex vivo were examined. Six-week treatment with 250, 500 and 1,000 mg/kg of the extracts significantly decreased thiobarbituric acid reactive substances (TBARs) formation (p<0.05) while the formation of conjugated dienes during the oxidation of LDL induced by CuSO(4) was reduced, but not significantly different. These lines of evidence suggest that the aqueous extracts from the dried calyx of roselle possess both antioxidant effects against LDL oxidation and hypolipidemic effects in vivo. However, its mechanism(s) of action remains to be elucidated.
  • Jd Dan Erusalimsky
  • D J Kurz
Erusalimsky, JD. Dan Kurz, D.J., 2006, Endhotelial Cell Senescense. In:
The Vasculer Endhotellium II
  • S Dan Moncada
  • Higgs
Moncada, S. Dan Higgs, A, editors. The Vasculer Endhotellium II. Nw York: Springer. P 214-238.
Hibiscus sabdariffa L
  • N Gaet
Gaet, N., 1999. Hibiscus sabdariffa L. In: Ivan, A. (Ed.), Medicinal Plants of the World. Human Press, New York, pp. 165-170.
Nanoparticles -A Review
  • Chen Mohanraj
Mohanraj and Chen, 2006, Nanoparticles -A Review, Trop J Pharm Res, June 2006; 5 (1) : 561-573.
Deletion of the Mitochondrial Superoxide Dismutase sod Extends Lifespan in Caenorhabditis elegans
  • J M Ramsdonk
  • Siegfried Van
  • Hekimi
Ramsdonk J.M.Van, Siegfried Hekimi., 2009, Deletion of the Mitochondrial Superoxide Dismutase sod Extends Lifespan in Caenorhabditis elegans, Department of Biology, McGill University, Canada.