ArticlePDF Available

Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama Pandemi (COVID – 19)

Authors:

Abstract

This research aims to analyze the financial performance of banks before and during the pandemic (COVID – 19) and to find out what benchmarks are the worst. This analysis uses the CAMEL method, that use ratio such as CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non – Performing Loan), ROE (Return on Equity), BOPO (Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional), and LDR (Loan to Deposit Ratio). This research uses quantitative method using a comparative approach, because the data used is in the form of numbers and analyzed using statistic, this study is to compare the similarities and differences of 2 or more properties and objects under study in a certain frame of mind. This study uses data from the Financial Report Publication for Quarter II 2019 – III 2020. The study population was taken from banks that have gone public on the IDX (Indonesia Stock Exchange), with a total of 43 banks. The statistical method used is descriptive statistical and paired sample t-test. The result of research from 43 banks show that there are significant differences in CAR, NPL, BOPO on bank performance before and during the pandemic, while ROE and LDR have insignificant differences on bank performance before and during the pandemic. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan bank sebelum dan selama pandemi (COVID – 19) dan mengetahui tolok ukur apa yang paling buruk. Analisis ini menggunakan metode CAMEL, rasio yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non – Performing Loan), ROE (Return on Equity), BOPO (Badan Operasional terhadap Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan komparatif, karena data yang digunakan berupa angka – angka dan menganalisis menggunakan statistika serta penelitian ini bersifat membandingkan persamaan dan perbedaan 2 atau lebih sifat dan objek yang diteliti pada kerangka pemikiran tertentu. Penelitian ini menggunakan data Laporan Keuangan Publikasi Triwulan II 2019 – III 2020. Populasi penelitian diambil dari perbankan yang sudah go public di BEI (Bursa Efek Indonesia), dengan total 43 perbankan. Metode statistik yang digunakan adalah uji statistika deskriptif dan uji t dua sampel dependen. Hasil penelitian dari 43 perbankan menunjukkan bahwa CAR, NPL, BOPO terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja bank sebelum dan selama pandemi, sementara ROE dan LDR terdapat perbedaan yang tidak signifikan.terhadap kinerja bank sebelum dan selama pandemi.
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 257
KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI
(COVID 19)
Veronica Stephanie Sullivan dan Sawidji Widoatmodjo
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara,
Jakarta
Vero.miracle156@gmail.com
Abstract: This research aims to analyze the financial performance of banks before and
during the pandemic (COVID 19) and to find out what benchmarks are the worst. This
analysis uses the CAMEL method, that use ratio such as CAR (Capital Adequacy Ratio),
NPL (Non Performing Loan), ROE (Return on Equity), BOPO (Biaya Operasional
terhadap pendapatan operasional), and LDR (Loan to Deposit Ratio). This research uses
quantitative method using a comparative approach, because the data used is in the form of
numbers and analyzed using statistic, this study is to compare the similarities and
differences of 2 or more properties and objects under study in a certain frame of mind. This
study uses data from the Financial Report Publication for Quarter II 2019 III 2020. The
study population was taken from banks that have gone public on the IDX (Indonesia Stock
Exchange), with a total of 43 banks. The statistical method used is descriptive statistical
and paired sample t-test. The result of research from 43 banks show that there are significant
differences in CAR, NPL, BOPO on bank performance before and during the pandemic,
while ROE and LDR have insignificant differences on bank performance before and during
the pandemic.
Keyword: Financial Performance, CAMEL, Bank, Pandemic.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan bank sebelum dan
selama pandemi (COVID 19) dan mengetahui tolok ukur apa yang paling buruk. Analisis
ini menggunakan metode CAMEL, rasio yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy
Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return on Equity), BOPO (Badan
Operasional terhadap Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
komparatif, karena data yang digunakan berupa angka angka dan menganalisis
menggunakan statistika serta penelitian ini bersifat membandingkan persamaan dan
perbedaan 2 atau lebih sifat dan objek yang diteliti pada kerangka pemikiran tertentu.
Penelitian ini menggunakan data Laporan Keuangan Publikasi Triwulan II 2019 III 2020.
Populasi penelitian diambil dari perbankan yang sudah go public di BEI (Bursa Efek
Indonesia), dengan total 43 perbankan. Metode statistik yang digunakan adalah uji
statistika deskriptif dan uji t dua sampel dependen. Hasil penelitian dari 43 perbankan
menunjukkan bahwa CAR, NPL, BOPO terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
kinerja bank sebelum dan selama pandemi, sementara ROE dan LDR terdapat perbedaan
yang tidak signifikan.terhadap kinerja bank sebelum dan selama pandemi.
Kata Kunci: Kinerja Keuangan, CAMEL, Bank, Pandemi.
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 258
LATAR BELAKANG
Pada awal tahun 2020 ini, dunia dikejutkan dengan penyebaran virus Covid 19 yang
merupakan pandemi yang meluas ke hamper semua negara, termasuk Indonesia. Corona
Virus Deseas 19 (Covid 19) diputuskan sebagai pandemi oleh World Health Organization
(WHO) pada awal tahun 2020. Covid 19 berdampak ke berbagai jenis sektor, tidak hanya
sektor kesehatan, tetapi juga sektor lain, termasuk perbankan. Dampak pandemi Covid
19 pada perbankan adalah pada kinerja perbankan yang nantinya akan mempengaruhi
tingkat kesehatan bank. karena itu menjaga kesehatan bank sangat penting. Untuk
mengetahui dampak Covid 19 ini pada kesehatan bank, memerlukan tolok ukur yang
obyektif dan tepat. Obyektivitas ini dapat disapai dengan cara membandingkan kesehatan
perbankan dalam kondisi lingkungan yang normal, yaitu sebelum terkena pandemi Covid
19.
Pasca krisis keuangan tahun 2007 2008, manajemen risiko dalam keuangan syariah
merupakan topik yang hangat, dan memiliki berbagau eksperimen penelitian yang berbeda
dalam faktor internal dan eksternal saat mempengaruhi manajemen risiko (Misman et al.,
2015). Kemudian, pada krisis keuangan pada tahun 1997 1998, krisis subprime mortgage
melanda industry real estate Amerika Serikat. Kemudian krisis ini menyebar ke pasar
keuangan global, termasuk negara negara Asia dan pasar negara berkembang. Kondisi ini
merupakan sistem keuangan global yang menurun serta menyusul tekanan yang belum
pernah terjadi sebelumnya pada pendanaan dan likuiditas aset. Krisis ini memberikaan
banyak dorongan untuk memulai penyelidikan kinerja perbankan, karena hasil penelitian
yang dilakukan penting untuk pembuatan kebijakan penilaian kinerja bank yang nantinya
mampu menentukan masa depan perbankan.
Dengan menggunakan indikator keuangan yaitu kecukupan modal, kualitas aset,
kompetensi manajemen, kualitas laba, dan likuiditas (CAMEL). Kerangka CAMEL
dikembangkan oleh bank sentral AS pada awal 1970-an untuk membantu proses struktur
pemeriksaan bank. sejak itu, penggunaan faktor CAMEL ini mengevaluasi kesehatan
keuangan bank dan menyebar luas dikalangan regulator (Dzeawuni dan Tanko, 2008).
Maka dari itu, tolok ukur yang digunakan dapat mengacu pada peraturan yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia (BI) No.13/1/PBI/2011, No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan surat edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal tata cara penelitian tingkat kesehatan pada
bank umum (Pandia, 2012:224).
Menurut Heri (2009) mengenai dampak krisis keuangan global terhadap perbankan
Indonesia: perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah. Dampak bagi
perbankan Indonesia dengan adanya penarikan dana oleh investor luar negeri di berbagai
perusahaan Indonesia mengakibatkan bank mengalami krisis likuidasi, penurunan nilai
aktiva produktif (earning assets) dalam bentuk kredit dan surat berharga yang dibeli bank,
penurunan kecukupan modal (CAR) terutama karena kerugian berasal dari pencadangan
atas penurunan kecukupan modal aktiva produktif dan gagal bayar bunga kredit.
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 259
KAJIAN TEORI
Kesehatan Bank
Teori yang mendasari regulasi di sektor perbankan bersumber dari masalah moral
hazard. Paul Krugman (2008) mendefinisikan moral hazard sebagai “setiap situasi di mana
seseorang membuat keputusan tentang seberapa besar risiko yang harus diambil, sementara
orang lain menanggung biaya jika keadaan memburuk”. Masalah ini berasal dari asuransi
simpanan yang ada di sebagian besar negara maju. Terdapat konsensus dalam teori
ekonomi bahwa asuransi simpanan akan membantu menstabilkan pasar keuangan pada saat
krisis dan membantunya menahan guncangan jika terjadi bank run (Nier & Baumann,
2006). Dalam artikel oleh Diamond & Dybvig (1983), mereka menunjukkan pentingnya
asuransi simpanan dalam arti menenangkan industri bank. Karena bank selalu terkena risiko
bank run, diperlukan semacam asuransi. Selama bank run, deposan panik dan mulai
menarik simpanan mereka dari bank dengan cepat dan bank mungkin terpaksa melakukan
penjualan aset mereka dengan kerugian (Diamond & Dybvig, 1983).
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut di bank, banyak negara yang menerapkan
penggunaan asuransi simpanan untuk menenangkan masyarakat bahwa uang mereka aman
(Keister, 2016). Tanpa jaminan, deposan asuransi simpanan dapat bergegas ke bank karena
takut bank tidak akan dapat membayar kembali semua deposan secara penuh, dan melalui
tindakan ini memenuhi kegagalan bank. Dalam artikel berikutnya oleh Diamond dan
Dybvig (1986) mereka menyimpulkan bahwa asuransi simpanan adalah satu-satunya
tindakan efektif yang diketahui untuk mencegah bank berjalan tanpa mencegahnya
menciptakan likuiditas.
Metode CAMEL
Kerangka CAMELS telah lama digunakan sebagai instrumen pengawasan bank, dan
beberapa peneliti menemukan bahwa peringkat CAMELS terkait dengan kinerja dan
kesehatan bank secara umum (Chiaramonte, Croci, & Poli, 2015). Berikut rasio yang
digunakan:
a) Permodalan (Capital)
Dasar permodalan dari setiap lembaga keuangan membantu depositor dalam
membentuk presepsi risiko mereka mengenai organisasi. Bank dianggap sebagai
pertimbangan yang kuat jika ratio kecukupan modalnya tinggi dan semakin aman dari
kebangkrutan. Sesuai dengan norma RBI terbaru terbaru, bank harus memiliki CAR
(Capital Adequacy Ratio) 9% (Kavita, 2019). Dalam melakukan pengukuran terhadap
kecukupan modal dapat menggunakan rasio, yaitu:
𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 ×100%
b) Kualitas Aktiva (Asset Quality)
Penilaian kualitas aktiva didasarkan kepada kualitas aktiva produktif yang dimiliki
bank adalah rasio aktifa produktif yang di klasifikasikan terhadap aktuva produktif
(Kasmir, 2012:11). Aset adalah kegiatan pengalokasian dana kedalam berbagai
kemungkinan investasi (Pandia, 2012:49). Rasio aset menggambarkan kualitas aktiva
dalam perusahaan yang menunjukkan kemampuan dalam menjaga dan mengembalikan
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 260
serta indikator yang digunakan yaitu NPL (Non Performing Loan). Rasio tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐿 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 ×100%
c) Manajemen (Management)
Manajemen diperlakukan sebagai salah satu indikator terpenting dalam mendorong
kinerja bank, praktik manajemen yang baik dapat menghasilkan keuntungan yang stabil
(Teck, 2000). Untuk bisnis per karyawan ini mengukur produktivitas daya manusia pada
bank, rasio digunkanan untuk mengukur efisiensi karyawan dalam menghasilkan bisnis
bagi bank. ROE (Return on Equity) adalah rasio yang berkaitan pada laba bersih dengan
ekuitas pemegang saham, rasio ini untuk menentukkan apakah manajemen mampu
memberi nilai tambah bagi pemegang saham (Kavita, 2019). Pengukuran rasio sebagai
berikut:
𝑅𝑂𝐸 = 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 ×100%
d) Rentabilitas (Earnings)
Rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
dan sebagainnya, lalu untuk indikator yang digunakan salah satunya adalah BOPO (Badan
Operasional dan Pendapatan Operasional) (Lidya, 2014). Rasio tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 ×100%
e) Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas dianggap sebagai salah satu instrumen keuangan yang signifikan dalam
melayani hutang keuangan jangka pendek dan memenuhi permintaan pinjaman nasabah,
dalam pengelolaan likuiditas dibank yang sehat akan berdampak pada keberhasilan kinerja
bank (Dharmenda dan Ahmed, 2016). Rasio likuiditas ini menggambarkan kemampuan
bank dalam menyeimbangkan antara likuiditasnya dengan rentabilitasnya (Lidya, 2014),
indikator yang digunakan merupakan LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝐿𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 ×100%
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 261
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
SEBELUM PANDEMI SESUDAH
PANDEMI
Uji Beda
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka muncul hipotesis yang diajukan dalam
penelitian, sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan kinerja bank yang diukur dengan rasio capital antara sebelum
dengan sesudah pandemi yang terjadi pada tahun 2020.
H2: Terdapat perbedaan kinerja bank yang diukur dengan rasio assets antara sebelum
dengan sesudah pandemi yang terjadi pada tahun 2020.
H3: Terdapat perbedaan kinerja bank yang diukur dengan rasio management antara
sebelum dengan sesudah pandemi yang terjadi pada tahun 2020.
H4: Terdapat perbedaan kinerja bank yang diukur dengan rasio earning antara sebelum
dengan sesudah pandemi yang terjadi pada tahun 2020.
H5: Terdapat perbedaan kinerja bank yang diukur dengan rasio liquidity antara sebelum
dengan sesudah pandemi yang terjadi pada tahun 2020.
METODOLOGI
Subyek penelitian ini adalah perbankan yang sudah go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode 2019 2020. Subyek penelitian ini terdiri dari 43 perbankan. Dalam
penelitian ini, terdapat pembatasan terhadap rasio laporan keuangan perusahaan, bertujuan
agar mempermudah penelitian dalam mengumpulkan data dari 43 perbankan. Rasio yang
diambil merupakan dari laporan keuangan triwulan II dan triwulan III periode 2019 2020.
Capital
Asset
Management
Earning
Liquidity
Capital
Asset
Management
Earning
Liquidity
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 262
Obyek penelitian ini terdiri dari lima variabek dependen yaitu capital, asset, management,
earnings, dan liquidity.
Dimana capital diukur dengan Current Adequacy Ratio (CAR), asset diukur dengan
Non Performing Loan (NPL), management diukur dengan Return on Equity (ROE),
earnings diukur dengan Badan Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan
liquidity diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan komparatif, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan
persamaan dan perbedaan dua atau lebih sifat dan fakta oyek yang diteliti. Instumen
penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data melalui dokumentasi, yang diambil
melalui dokumen resmi BEI (Bursa Efek Indonesia), OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan
situs masing masing perusahaan. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t
sampel dependen (paired sample t-test).
HASIL ANALISIS DATA
Hasil Statistika Deskriptif
Descriptive Statistics
Triwulan II 2019
N
Minimum
Maximum
Mean
Capital
43
10,01
49,42
22,7867
Assets
43
,62
8,60
3,4453
Management
43
-67,00
29,30
4,3260
Earnings
43
60,40
146,64
90,2986
Liquidity
43
57,96
146,72
90,1749
Valid N
(listwise)
43
Descriptive Statistics
Triwulan III 2020
N
Minimum
Maximum
Mean
Capital
43
10,18
133,00
27,8044
Assets
43
,37
9,58
3,9616
Management
43
-3087,00
870,00
-48,7000
Earnings
43
9,76
233,91
95,4828
Liquidity
43
54,03
157,69
88,1451
Valid N
(listwise)
43
Hasil Uji t dua sampel dependen
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 263
Hasil Uji t Dua Sampel Dependen
(43 Perbankan)
Mean
(Triwulan II
2019)
Mean
(Triwulan III
2020)
Perbedaan
t
Capital
22,79
27,08
-5,02
-1,68**
Assets
3,44
3,96
-0,52
-1,88**
Management
4,33
-48,70
53,02
0,71
Earnings
90,30
95.48
-5,18
-1,58*
Liquidity
90.17
88,14
2,03
0,72
**** Signifikan pada α 0,01
*** Signifikan pada α 0,05
** Signifikan pada α 0,1
* Signifikan pada α 0,2
Berdasarkan hasil uji diatas, dapat dijelaskan, sebagai berikut:
a) Rasio Capital Sebelum dan Selama Pandemi 2020
Nilai rata rata (mean) triwulan II tahun 2019 dari capital adalah sebesar 22,79
untuk triwulan III tahun 2020 nilai CAR ini adalah sebesar 27,08, berarti rasio modal
terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (CAR) triwulan II periode 2019 triwulan III
2020 dari 43 perbankan telah mengalami perbedaan sebesar -5,02, yaitu terjadi peningkatan
CAR. Semakin tinggi CAR semakin baik, maka telah terjadi perbaikan nilai. Hasil statistika
menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,101 atau tingkat kepercayaan sebesar 90% (α
0,1).
b) Rasio Asset Sebelum dan Selama Pandemi 2020
Nilai rata rata (mean) triwulan II tahun 2019 dari asset yang diukur dengan NPL
adalah sebesar 3,44 sedangkan triwulan III tahun 2020 sebesar 3,96 yang berarti bahwa
rasio kredit bermasalah terhadap pinjaman bruto (NPL) triwulan II 2019 triwulan III 2020
dari 43 perbankan mengalami perbedaan sebesar 0,52, yaitu terjadi peningkatan NPL.
Semakin tinggi NPL menunjukkan semakin tinggi risiko kredit sehingga tidak baik bagi
bank. Hasil uji beda variabel aset ini menunjukkan signifikansi sebesar 0,070 dan
menggunakan tingkat kepercayaan 90% (α 0,1).
c) Rasio Management Sebelum dan Selama Pandemi 2020
Nilai rata rata (mean) triwulan II tahun 2019 dari management adalah sebesar 4,33
sedangkan triwulan III tahun 2020 sebesar -48,70 yang berarti bahwa laba bersih terhadap
total ekuitas (ROE) triwulan II 2019 triwulan III 2020 dari 43 perbankan telah mengalami
perbedaan yang drastic sebesar 53,02, yaitu terjadi penurunan ROE. Berarti nilai ROE
triwulan III lebih kecil dari nilai ROE triwulan II. Hasil signifikansi menunjukkan sebesar
0,483 yang dimana hal ini menunjukkan jauh dari tingkat kepercayaan yang biasa
digunakan.
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 264
d) Rasio Earning Sebelum dan Selama Pandemi 2020
Nilai rata rata (mean) triwulan II tahun 2019 dari earning adalah sebesar 90,30
sedangkan trriwulan III tahun 2020 sebesar 95,48 yang berarti bahwa rasio beban
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) triwulan II periode 2019 triwuln
III 2020 dari 43 perbankan telah mengalami perbedaan sebesar -5,18, yaitu terjadi
peningkatan BOPO. Semakin tinggi BOPO berarti semakin tidak eefisien biaya operasional
yang dikeluarkan oleh bank, sehingga kondisi bermasalah bank semakin besar. Hal ini
ditunjukkan dari angka perbedaan yang negatif. Hasil uji beda menunjukkan tingkat
signifikansi sebesar 0,121 dengan melonggarkan kepercayaan hingga 80% atau α 0,2.
e) Rasio Liquidity Sebelum dan Selama Pandemi 2020
Nilai rata rata (mean) triwulan II tahun 2019 dari liquidity adalah sebesar 90,17
sedangkan triwulan III tahun 2020 sebesar 88,14 yang berarti bahwa total pinjaman
terhadap rasio deposit (LDR) triwulan /ii periode 2019 triwulan III 2020 dari 43
perbankan mengalami perbedaan sebesar 2,03, yaitu terjadi penurunan LDR. Berarti nilai
LDR triwulan III lebih kecil dari nilai LDR triwulan II, semakin rendah LDR semakin baik.
Uji t menunjukkan bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,474 yang dimana hasil ini tentu
jauh dari tingkat kepercayaan yang biasa digunakan di ilmu sosial.
DISKUSI
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat disimpulkan, sebagai berikut:
Pada hasil pengujian H1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap kinerja bank, yang diukur dengan CAR antara sebelum dan selama pandemi (Ho
ditolak, H1 diterima). Hasil pengujian H2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan terhaadap kinerja bank, yang diukur dengan NPL antara sebelum dan selama
pandemi (Ho ditolak, H2 diterima). Hasil pengujian H3 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang tidak signifikan terhadap kinerja bank, yang diukur dengan ROE antara
sebelum dan selama pandemi (Ho diterima, H3 ditolak). Hasil pengujian H4 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja bank, yang diukur dengan
BOPO antara sebelum dan selama pandemi (Ho ditolak, H4 diterima), tentu hipotesis
keempat ini tidak diterima jika menggunakan tingkat kepercayaan yang tinggi. Dan Hasil
pengujian H5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan terhadap
kinerja bank, yang diukur dengan LDR antara sebelum dan selama pandemi (Ho diterima,
H5 ditolak).
Sehingga hal ini membuktikan bahwa beberapa penelitian terdahulu, yaitu: Beni
(2008) mengatakan bahwa dari sisi asset, management, maupun earnings menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan antara kinerja sebelum krisis ekonomi dengan kinerja pada
masa krisis ekonomi, sedangkan capital dan liquidity terjadi penurunan yang signifikan.
Surifah (2002) mengatakan bahwa rasio capital, asset, management, dan liquidity berbeda
secara signifikan antara sebelum dan setelah krisis, namun aspek earning tidak berbeda
secara signifikan. Lalu Suci (2012) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kinerja CAMELS. Salhuteru dan Wattimena (2015) mengatakan bahwa CAR tidak
memiliki pengaruh yang substansial dan LDR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil uji beda dan pembahasan yang sudah dilakukan secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa secara umum perbedaan kinerja bank antara sebelum pandemic
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 265
COVID 19, yang ditunjukkan CAMEL triwulan II 2019, dengan selama pandemi, yang
ditunjukkan CAMEL triwulan III 2020, tidak signifikan jika menggunakan tingkat
kepercayaan tinggi α 0,05. Namun jika tingkat kepercayaan itu diturunkan menjadi α 0,1
maka ada beberapa indikator CAMEL yang signifikan. Dengan hasil seperti itu dapat
dikatakan bahwa dampak pandemi COVID 19 belum dapat dirasakan oleh industri
perbankan.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah meskipun secara umum belum ada
dampak yang signifikan atas industri perbankan, para pengelola perbankan harus berhati-
hati, karena jika tingkat kepercayaan diturunkan, dampak tersebut dapat segera terjadi.
Untuk periode yang digunakan disarankan dapat menggunakan periode yang lebih jauh
lagi, hasil CAMEL yang signifikan disarankan untuk menjaga rasio tersebut. Bagi
penelitian mendatang akan lebih baik jika dapat meneliti kinerja keuangan sektor lainnya
dan tidak hanya sektor perbankan sehingga wawasan mengenai kinerja keuangan sebelum
dan selama pandemi dapat lebih luas dipahami, mempersiapkan metode penelitian kinerja
keuangan lainnya dan tidak hanya menggunakan metode CAMEL, dan untuk rasio
keuangan yang digunakan sebaiknya diperluas penggunaan rasio keuangannya agar dapat
memperluas dan melengkapi pengetahuan dari penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, E., Astiti, D., & Aprilianti, C. (2018). PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN
BANK: PENDEKATAN CAMEL DAN RGEC (Studi Pada Bank Maybank Syariah
Indonesia Periode 2011-2016). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Islam, 6(2), 189
207.
Aspal, P. K., & Dhawan, S. (2014). Financial performance assessment of banking sector in
India: A case study of old private sector banks. The Business & Management Review
International Trade & Academic Research Conference, 5(3), 34.
Braja, D. (2012). ANALISIS PENGARUH RASIO CAMELS TERHADAP PREDIKSI
KONDISI BERMASALAH PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2012. 66, 3739.
Chiaramonte, L., & Casu, B. (2017). Capital and liquidity ratios and financial
distress. Evidence from the European banking industry. The British
Accounting Review , 49, 138-161.
Dahiyat, A. (2012). The Application of CAMELS rating system to Jordanian brokerage
firms. International Research Journal of Finance and Economics, 88(April 2012),
1623.
Diamond, D., & Dybvig, P. (1983, June). Bank Runs, Deposit Insurance, and
Liquidity. Journal of Political Economy, 91(3), 401-419.
Diamond, D., & Dybvig, P. (1986, January). Banking Theory, Deposit Insurance, and
Bank Regulation. Th eJournal of Business, 59(1), 55-68.
Faisal, A., Samben, R., & Pattisahusiwa, S. (2018). Analisis kinerja keuangan. Kinerja,
14(1), 6. https://doi.org/10.29264/jkin.v14i1.2444
Fatmala, E., Hakim, D. B., & Anggraeni, L. (2019). Efisiensi dan Produktivitas Perbankan
Sebelum dan Setelah Krisis Keuangan. Jurnal Aplikasi Bisnis Dan Manajemen, 5(2),
200209. https://doi.org/10.17358/jabm.5.2.200
Ghasempour, S., & Salami, M. (2016). Ranking Iranian Private Banks Based on the
CAMELS Model Using the AHP Hybrid Approach and TOPSIS. International
Journal of Academic Research in Accounting, 6(4), 5262.
https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v6-i4/2294
Sullivan dan Widoatmodjo: Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Selama
Jurnal Manajerial dan Kewirausahaan, Volume III No. 1/2021 Hal: 257-266 266
Hafidhin, R., Rahayu, S. M., & ZA, Z. (2018). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Menggunakan Metode Risk Profile , Earnings And Capital (Studi Pada PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk. Periode 2013-2016). Jurnal Administrasi Bisnis, 57(2), 116
125.
Kevin, J., Jacob, D., Ekonomi, F., Akuntansi, J., Sam, U., & Manado, R. (2011). bank,
CAMEL, kesehatan bank. 1(3), 691700.
Krugman, P. (1999, 2008). The Return of Depression Economics and The Crisis of
2008. London: Penguin Books
Ledhem, M. A., & Mekidiche, M. (2020). Economic growth and financial performance of
Islamic banks: a CAMELS approach. Islamic Economic Studies.
https://doi.org/10.1108/IES-05-2020-0016
Masood, O., Ghauri, S. M. K., & Aktan, B. (2016). Predicting Islamic banks performance
through CAMELS rating model. Banks and Bank Systems, 11(3), 3743.
https://doi.org/10.21511/bbs.11(3).2016.04
Muhmad, S. N., & Hashim, H. A. (2015). Using the Camel Framework in Assessing Bank
Performance in Malaysia. International Journal of Economics, Management and
Accounting, 23(1), 109127.
Nier, E., & Baumann, U. (2006). Market discipline, disclosure and moral hazard in
banking. Journal of Financial Intermediation (15), 332-361.
Paputungan, D. F. (2016). Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Metode
CAMEL Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Manado Periode 2010-2015.
Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(3), 729
740.
Purba, H. Y. (2015). ANALISIS CAMEL UNTUK MENILAI PERFORMANCE
PERUSAHAAN PERBANKAN (Studi pada Bank-bank Milik Pemerintah yang Go
Public di BEI). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 29(1), 8694.
Singh, D., & Al-Balushi, A. A. R. (2016). Performance Measurement of GCC Banks: A
CAMEL Approach. Globsyn Management Journal, 10(1/2), 5665.
Sugema, I. (2012). Krisis Keuangan Global 2008-2009 dan Implikasinya pada
Perekonomian Indonesia (2008-2009 th Global Financial Crisis and Its Implications
on Indonesian Economy). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 17(3), 145152.
Syahputra, R. (2018). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode CAMEL Pada PT.
Bank Artos Indonesia Tbk, Periode 2014-2017. JURNAL AKUNTANSI DAN
BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi, 4(1).
https://doi.org/10.31289/jab.v4i1.1546
Vadrale, K. S. (2019). Financial Performance of Selected Public and Private Sector Banks
in the Light of CAMEL Model. … : International Journal of Money, Banking & …,
8(June), 4959.
Wahyudi, R. (2020). Analisis Pengaruh CAR, NPF, FDR, BOPO dan Inflasi terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia: Studi Masa Pandemi Covid-19. At-
Taqaddum, 12(1), 13. https://doi.org/10.21580/at.v12i1.6093
Yulianto, A. (2011). Analisis CAMELS dalam Memprediksi Tingkat Kesehatan Bank yang
Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode Tahun 2009 2011 Agung Yulianto, Wiwit
Apit Sulistyowati. 3549.
... Tidak hanya sektor kesehatan 4.444, tetapi sektor lain 4.444, termasuk perbankan dan keuangan, juga terpengaruh. Dampak pandemi Covid-19 terhadap perbankan sebagian besar terlihat pada kinerja bank di 4.444, menunjukkan kesehatan 4.444 bank (Sullivan & Widoatmodjo, 2021). Bank merupakan lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat. ...
... Rasio ROA atau Return on Assets merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total asset yang dimiliki perusahaan (Hartadinata & Farihah, 2021). Rasio selanjutnya adalah rasio yang dikenal dengan rasio efisiensi adalah Biaya Operasional dibandingan dengan Pendapatan Operasional atau BOPO menggambarkan kemampuan bank dalam mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Sullivan & Widoatmodjo, 2021). LDR atau Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang menilai likuiditas bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasasbah dan rasio yang terakhir adalah NIM atau Net Interest Margin, rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen bank untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih melalui pengelolaan aktiva produktifnya (Ritonga, 2021). ...
... Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: (Tiono & Djaddang, 2021). (Sullivan & Widoatmodjo, 2021). Perbedaan indikator keuangan yang disajikan oleh ROA, BOPO, LDR, dan NIM secara rata-rata menunjukkan tren penurunan yang signifikan. ...
Article
This study aims to analyze differences in the financial performance of conventional banks in Indonesia before and during the COVID-19 pandemic. The ratios used are Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Operating Expenses to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Net Interest Margin (NIM) using correlation test and paired sampled test. The results showed a significant decrease and difference between before and during the pandemic for the ratio of ROA, LDR, and NIM. for CAR and BOPO at banks in Indonesia, it turned out that there was an increase during covid. Still, based on different test results, there was no difference for the CAR ratio before and during the pandemic. Credit restructuring and a reduction in the reserve requirement ratio for banks are expected to stabilize banking conditions in Indonesia in the future
... Pada penelitian terdahulu Sullivan & Widoatmodjo (2021) melakukan analisis terhadap kinerja keuangan bank sebelum dan saat pandemi covid-19. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada rasio ROE pada perusahaan sektor perbankan sebelum dan saat pandemi. ...
... Akan tetapi, meskipun tidak ada perbedaan signifikan, namun rata-rata rasio ROE sebelum pandemi masih lebih tinggi dibandingkan saat pandemi. Hasil tersebut sama dengan analisis Sullivan & Widoatmodjo (2021) yang menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada rasio ROE pada perusahaan sektor perbankan. Penyebabnya yaitu kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dengan capitalnya selama pandemi masih dinilai baik, sehingga tidak ada beda yang signifikan. ...
Article
Full-text available
Abstract Covid-19 pandemic has spread to all countries, including Indonesia. Many industrial sectors were disrupted and economic growth in Indonesia declined during the pandemic. This study aims to analyze whether there are differences in the financial performance and stock performance of Indonesian publicly listed companies in the banking sector during the covid-19. Employing paired sample t test and Wilcoxon signed test, the data used are monthly financial reports from 30 banks listed on the Indonesian stock exchange. The results indicate that there are significant differences during the covid-19 pandemic in the ratio of return on assets (ROA), gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), and price to book value (PBV). Meanwhile, the return on equity (ROE) ratio does not have a significant difference during the covid-19 pandemic. It implies that during the covid-19 the bank must improve its performance and minimize the impact of the pandemic so that the company's profitability will increase again. Keywords : Banking, Covid-19, Profit, Return Abstrak Pandemi covid-19 telah menyebar ke beberapa negara salah satunya Indonesia. Dampaknya beberapa sektor industri terganggu dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami penurunan selama pandemi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dan kinerja saham perusahaan go public di sektor perbankan selama pandemi covid-19 menggunakan alat uji statistik paired sample t test dan uji wilcoxon signed test. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan bulanan dari 30 bank yang dipakai sebagai s ampel penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan selama pandemi covid-19 terhadap rasio return on assets (ROA), gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), dan price to book value (PBV). Sedangkan rasio return on equity (ROE) tidak memiliki perbedaan yang signifikan selama pandemi covid-19. Berdasarkan hasil penelitian tersebut implikasinya adalah selama pandemi covid- 19 pihak bank harus meningkatkan kinerjanya dan meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari pandemi sehingga profitabilitas perusahaan akan kembali meningkat. Kata Kunci : C ovid-19, P erbankan, Ki nerja, K euntungan
... This downturn has reduced various economic transactions within this sector, affecting the banking sector through increased NPLs. A higher NPL ratio signifies elevated credit risk, which is detrimental to the financial health of banks (Sullivan & Widoatmodjo, 2021). Consequently, a significant rise in NPLs can adversely affect a bank's financial performance, such as disrupted cash flow. ...
Article
Full-text available
One of the challenges faced by farmers is securing capital for the development of their agricultural businesses. Banks and peer-to-peer (P2P) lending fintech startups employ various business models to assist farmers in obtaining the necessary capital. This study investigates the credit financing schemes available to farmers through banks and P2P lending fintech startups. The research, which utilized a qualitative approach, involved collecting both primary and secondary data. Primary data were gathered through comprehensive interviews with two academic experts in the agricultural business sector and five leaders of agri-tech startup companies. Secondary data included: (1) annual financial reports from BRI, Mandiri, and BNI; (2) statistical reports on P2P lending providers from the Financial Services Authority (OJK); and (3) models of financing schemes for farmers derived from a range of empirical sources. A descriptive analysis was subsequently conducted to explore the various financing schemes available to farmers through banks and P2P lending fintech startups, as well as to assess the performance of these financing programs via data on the rate of non-performing loans (NPLs). The findings indicate that the financing schemes implemented by banks predominantly focus on economic factors to facilitate loan repayment. In contrast, P2P lending fintech startup schemes emphasize both economic and social aspects, including enhancing farmers' knowledge in implementing Good Agricultural Practices (GAP) and improving financial literacy, aiming to ensure smooth loan repayments. Furthermore, the study observed an increase in the value of Non-Performing Loans (NPL) among both banks and P2P lending fintech startups during the Covid-19 pandemic.
... According to Guna & Herawaty (2010) the results show that profitability affects earnings management. Furthermore, Sullivan & Widoatmodjo (2021) find out there was a deviation in bank's financial performance before and during Corona Virus Disease-19 periode. Azizah (2021) explains that there is an influence from the Corona Virus Disease-19 pandemic with earnings management in several Indonesian firms. ...
Article
Full-text available
This research set out to ascertain the impact of profitability as measured by the ratio of return on assets (ROA), return on equity (ROE), and net profit margin (NPM) on earnings management in the tourism, restaurant, and hotel sector firm listed on Indonesian Stock Exchange for the study period of 2017–2020. The research sample was selected by using purposive sampling. Data analysis technique using multiple linear regression analysis and carried out by SPSS version 22 software. According to the findings, net profit margin had an impact on earnings management, while return on equity and return on assets did not affect earnings management.
... Hasil penelitian ini membuktikan memberikan bukti empiris bahwa dengan indikator rasio LDR tidak mempengaruhi kinerja perbankan sebelum dan selama pandemi Covid-19. Hasil penelitian bertentangan dengan [19] yang menyatakan bahwa LDR memiliki kinerja yang berbeda sebelum dan selama Covid-19. ...
Conference Paper
Full-text available
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi tingkat kesehatan Bank berdasarkan kategori BUKU 4 yang berada dalam kondisi sangat sehat, sehat atau cukup sehat, serta membandingkan tingkat kesehatan pada tahun 2018-2020, yaitu laporan keuangan sebelum dan ketika dimasa pandemi Covid 19. Berdasarkan faktor CAMEL: Capital, Asset quality, Management, Earning danLiquidity Risk. Proksi yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio(CAR), Non-Performing Loan(NPL), Return on Asset(ROA), Return on Equity Ratio(ROE), Net Interest Margin(NIM), BOPO (Belanja Operasional terhadap Pendapatan Operasional), dan Loan to Deposits Ratio(LDR).Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank berdasarkan kategori BUKU 4. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan Independent Sample T-test untuk mengetahui perbandingan tingkat kesehatan Bank berdasarkan kategori BUKU 4 yang diukur dari kinerja keuangan dengan pendekatan Capital, Asset quality, Earning dan Liquidity Risk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapatperbedaan peringkat tingkat kesehatan Bank berdasarkan kategori BUKU 4, semua Bank dalam kondisi “Sangat Sehat”. Namun, jika dilihat dari 7 rasio keuangan yang dianalisa yaitu CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua rasiotidakterdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan selama pandemic Covid-19 terjadi.
Article
Full-text available
While adhering to the unique principle of Islamic value, Islamic banks are subject to any occurring crisis, just like other banks in common. After the end of the COVID-19 crisis, it is important to determine whether Islamic banking can demonstrate its resilience based on the unique values it upholds. Therefore, the primary objective of this study is to capture how Islamic banks performed during the unprecedented challenge posed by COVID-19. By utilizing the data generated from financial reports, this study employs the RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital) method that was introduced by Indonesia Central Bank and SCnP (Sharia Conformity and Profitability) measurement. The findings show that by utilizing RGEC, the study classifies Islamic banks into tiers of health, distinguishing 7 as very healthy, 5 as healthy, and 2 as fairly healthy. Meanwhile, SCnP sheds light on the balance between Sharia conformity and profitability, highlighting 2 Islamic banks with commendable equilibrium, 5 displaying a tilt towards high profitability and low conformity, 4 with a tendency towards Shariah conformity with low profitability, and 3 struggling with challenges in both aspects. The study concludes the overall financial resilience of the majority of Islamic banks in Indonesia during the pandemic while noting that some banks faced challenges in achieving a harmonious balance between profitability and Sharia conformity.
Article
Full-text available
Kondisi financial distress yang dialami oleh beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) belakangan ini memotivasi perlunya dilakukan penelitian mengenai faktor anteseden dan konsekuennya. Komite audit yang telah diwajibkan keberadaannya di semua BUMN menjadi salah satu pilar tata kelola yang baik untuk mencegah terjadinya financial distress. Namun perlu dilakukan evaluasi mengenai peran komite audit mengingat financial distress BUMN masih terjadi. Kondisi financial distress dapat mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba agar labanya terlihat bagus dengan menggunakan kebijakan akuntansi akrual. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model penelitian yang masih jarang dilakukan dengan menempatkan financial distress sebagai variabel pemediasi (mediating) pengaruh karakteristik komite audit terhadap praktik manajemen laba pada Badan Usaha Milik Negara. Hal ini diharapkan dapat memberikan jawaban mengapa pada BUMN yang merugi tiba-tiba dapat membukukan laba yang fantastis secara cepat. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metoda kuantitatif untuk menguji dan menganalisis pengaruh aktivitas komite audit, ukuran komite audit, dan kompetensi komite audit dalam menurunkan praktik manajemen laba melalui penurunan financial distress pada BUMN. Penelitian ini menggunakan path analysis. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas dan kompetensi komite audit tidak berpengaruh terhadap financial distress. Ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap financial distress. Selanjutnya financial distress tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan tidak memediasi pengaruh karakteristik komite audit terhadap manajemen laba. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa peranan komite audit masih perlu ditingkatkan dalam mengatasi kesulitan keuangan yang dialami BUMN. Demikian pula peranan pemerintah sangat penting dalam membuat regulasi terkait peran komite audit.
Article
Full-text available
Abstract Rahn financing is a form of financing that makes the owner's goods as debt collateral, which can be used as debt payers if the debt owner is unable to pay off his debt. This study aims to determine the effect of Income on Rahn financing distribution during the Covid-19 pandemic. The object of research is the revenue of the Tello Sharia Service Unit Pawnshop in 2019 – 2020. The analytical tool used is simple linear regression. The results showed that the Pawnshop's income had a positive effect on the distribution of Rahn's financing in a simple linear analysis calculation showing a P value of 0.00 < 0.05. From this value, it is explained that the Pawnshop's Income simultaneously has a positive and significant effect on the Distribution of Rahn's Financing. Keywords : Income, Rahn Finanching, Islamic Pawnshop, Covid-19 Abstrak Pembiayaan Rahn merupakan bentuk pembiayaan yang menjadikan barang pemilik sebagai jaminan utang, yang bisa dijadikan sebagai pembayar utang bila pemilik utang tidak mampu melunasi utangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan pegadaian terhadap penyaluran pembiayaan Rahn pada masa pandemi Covid-19. Objek penelitian adalah pendapatan Unit Pelayanan Syariah Tello Pegadaian Tahun 2019 – 2020. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan pegadaian berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan Rahn dalam perhitungan analisis linier sederhana menunjukkan nilai P sebesar 0,00 < 0,05. Dari nilai tersebut dijelaskan bahwa Pendapatan Pegadaian secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn . Kata Kunci : Pendapatan, Pembiayaan Rahn, Pegadaian Syariah, Covid-19
Article
Full-text available
In early March 2023, banking liquidation in the US will become an important issue in world capital markets. This study aims to analyze risk-return performance throughout the issue period. This study uses 45 issuers registered in the banking sector. The observation period was carried out from 7 February 2023 to 6 April 2023 with cut-off points of 7 March 2023 and 8 March 2023. The findings of this study show that the performance of stock returns in the period before the liquidation issue tended to be better than in the period after the issue. In the period following the issue of banking liquidation in the US, average stock returns were lower but accompanied by high market risk. This indicates that an increase in risk tends to be accompanied by a decrease in stock returns.
Article
Full-text available
This study aims to analyze the effect of liquidity, solvency, and profitability on bank profit growth before and during the COVID-19 pandemic on banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018–2021. This study uses secondary data with a purposive sampling technique in the IDX database and related banking, and the sample in this study is 19 banking companies listed on the IDX. From the research results, it was found that the loan-to-ratio, current ratio, debt-to-asset ratio, debt-to-equity ratio, net profit margin, and return on equity had a simultaneous effect on profit growth before and during the COVID-19 pandemic in banking companies. However, in terms of the COVID-19 effect on each variable, it has been found that there is no significant difference for each variable before and during COVID-19. It is believed this can happen because of the government's readiness through stimulus programs and the provision of low-interest rates, which greatly assist the banking industry. Furthermore, the banking policy of tightening credit during the COVID-19 period also helps banks to withstand the effects of COVID-19.
Article
Full-text available
Purpose The purpose of this paper is to investigate the link between the financial performance of Islamic finance and economic growth in all of Malaysia, Indonesia, Brunei, Turkey and Saudi Arabia within the endogenous growth model framework. Design/methodology/approach This study applied dynamic panel system GMM to estimate the impact of the financial performance of Islamic finance on economic growth using quarterly data (2014:1-2018:4). CAMELS system parameters were employed as variables of the financial performance of Islamic finance and gross domestic product (GDP) as a proxy of economic growth. The sample contained all Islamic banks working in the five countries. Findings The findings demonstrated that the only significant factor of the financial performance of Islamic finance, which affects the endogenous economic growth, is profitability through return on equity (ROE). The experimental findings also indicated the necessity of stimulating other financial performance factors of Islamic finance to achieve a significant contribution to economic growth. Practical implications The analysis in this paper would fill the literature gap by investigating the link between financial performance of Islamic finance and economic growth, as this study serves as a guide for the academians, researchers and decision-makers who want to achieve economic growth through stimulating Islamic finance in the banking sector. However, this study may well be extended to investigate the link between the financial performance of Islamic finance and economic growth over the Z-score model as another measure for the financial performance of Islamic finance. Originality/value This paper is the first that investigates the link between financial performance of Islamic finance and economic growth empirically using CAMELS parameters within the endogenous growth model to provide robust information about this link based on a sample of the top pioneer Islamic finance countries.
Article
Full-text available
div> Corona Virus Desease 19 (Covid-19) is a pandemic that has spread to almost all countries, including Indonesia. As a result, impacts to various types of sectors are not only health, but also the banking system. The purpose of this study to analyze the CAR, NPF, FDR, ROA and inflation on the profitability of Islamic banking days of the pandemic Covid-19. This research method is quantitative descriptive using secondary data for the first quarter of 2020 obtained from the official pages of each bank and inflation data from the Central Statistics Agency (BPS) page. Purposive sampling selected in this study were that the total sample of 11 Islamic Banks. Statistical test results show simultaneously CAR, FDR, NPF, BOPO and Inflation have an impact on ROA even during the Covid-19 pandemic. This finding has practical implications for customers that make it possible to continue using Islamic banking services. </div
Article
Full-text available
Global financial crisis has given negative effects for economic growth especially in banking industry. This research aimed to analyze the efficiency and productivity of banks before and after the financial crisis. To examine the bank efficiency, this research used Data Envelopment Analysis (DEA), and the Malmquist Index was used to determine the bank productivity. This research concluded that Indonesian banking is inefficient in its intermediation function. The results showed that the performance efficiency score before crisis was 0.806, and the after crisis score was 0.812. The banks that were efficient are shown in Bank Mandiri (Persero), Tbk; Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk; and Bank Central Asia, Tbk which have the highest assets. Banks with high assets have extensive market forces and networks making them more efficient than banks with smaller asset. That indicates a strong impact of the total assets to the bank efficiency level. Citibank NA and Standard Chartered Bank, known as foreign banks, are also efficient. The bank productivities after crisis are increasing. The results showed that Malmquist’s bank productivity was increasing during the research period, and the score was 1.002, indicating that technological change (frontier shift effect) index is the major source of productivity. Technological changes would support banks to be more efficient and productive. Keywords: Banks, data envelopment analysis (DEA), malmquist index, Global financial, financial crisis Abstrak: Krisis keuangan global telah memberikan dampak buruk bagi perkembangan perekonomian dunia khususnya perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan produktivitas sebelum dan setelah krisis keuangan serta mengetahui strategi yang dapat diterapkan. Metode analisis yang akan digunakan untuk mengetahui efisiensi bank, yaitu Data Envelopment Analyis (DEA) dan Indeks Malmquist akan digunakan untuk mengetahui produktivitas bank. Kondisi yang efisien ditunjukkan oleh angka satu. Hasil analisis diketahui bahwa fungsi intermediasi perbankan di Indonesia belum efisien. Nilai efisiensi rata-rata sebelum krisis adalah sebesar 0,806 dan mengalami peningkatan pada periode setelah krisis menjadi sebesar 0,812. Bank yang efisien, yaitu Bank Mandiri (Persero), Tbk; Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk dan Bank Central Asia, Tbk merupakan bank dengan aset terbesar. Bank dengan aset besar memiliki kekuatan pasar dan jaringan yang luas sehingga lebih efisien dibandingkan dengan bank dengan aset yang lebih kecil. Hasil penelitian juga menujukkan bahwa Citibank NA dan Standard Chartered Bank yang termasuk dalam kelompok Kantor Cabang Bank Asing merupakan bank yang efisien. Produktivitas bank pada periode setelah krisis mengalami peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas malmquist mengalami peningkatan pada periode penelitian dengan nilai rata-rata 1,002. Peningkatan produktivitas didominasi oleh perubahan teknologi (efek frontier shift). Perubahan teknologi akan mendorong perbankan agar lebih efisien dan produktif. Kata kunci: bank, data envelopment analysis (DEA), indeks malmquist, keuangan global, krisis keuangan
Article
Full-text available
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan CV Karunia Jaya pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 ditinjau dari rasio keuangan Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas. Alat analisis yang digunakan berupa rasio keuangan yang terdiri dari rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas. Data Penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif komparatif. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh yaitu Rasio likuiditas dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 mengalami penurunan. Current ratio dari tahun 2015 ke 2016 meningkat sebesar 0,5%. Quick ratio dari tahun 2015 ke tahun 2016 meningkat sebesar 0,95%. Semakin tinggi current ratio, quick ratio, dan cash ratio maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya. Rasio solvabilitas untuk debt to total asset ratio tahun 2015 ke tahun 2016 menurun sebesar 7,2%, Debt to equity ratio mengalami penurunan di tahun 2015 ke 2016 sebanyak 0,27%. Keadaan ini merugikan bagi perusahaan, yang dimana semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan. Rasio profitabilitas, kemampuan perusahaan juga efisien karena pada tahun 2015 ke tahun 2016 untuk return on equty dan return on asset meningkat, untuk return on equty sebesar 17,28% dan return on asset 0,18%.
Article
Full-text available
This paper analyzes the performance of Islamic banks operating in Pakistan according to their financial results of the year 2015. CAMELS rating model is applied in this research. This model is based on certain financial ratios which are excerpt from values in the financial statements of banks. The authors conduct the research under the umbrella of quantitative paradigm. The authors found that 2 of the Islamic banks are showing satisfactory results, while others are on fair position. There is a need to develop financial markets for treasury operations for these banks. Results help in development of growth strategy for Islamic banks in Pakistan, as well as they might be useful to create a fair snapshot for regulators to develop growth strategy for this stream of banking. Keywords: Islamic banking, performance, growth analysis, CAMELS. JEL Classification: G02, G21, G32
Article
Full-text available
This study aims to present a suggested framework to assess the performance of Jordanian brokerage firms by developing a rating system which is primarily based on the CAMELS' banking rating system. Such framework may not only serve supervisory bodies, investors, clients, researchers and stakeholders, but it may also represent the first step towards establishing a comprehensive ranking system for brokerage firms in Jordan. As such, this study has examined each parameter of CAMELS system (Capital adequacy, asset quality, management quality, earning, liquidity and sensitivity to market risks) by conducting literatures and empirical studies, and relying on interviews with responsible persons in Jordan securities commission and brokerage firms. Also, the questionnaires were distributed to define the most important parameters. As a result, this study has developed a framework which contains performance parameters that supervisory bodies can rely on to evaluate the performance of brokerage firms. However, this study insists on the importance of improving ranking system for brokerage firms in Jordan since such system may improve the evaluation process in brokerage firms so that it will be much easier to determine the strength or weakness area in such firms.
Article
Purpose: Better financial health of a bank leads to better financial system of the economy. Thus, the CAMEL ratio based model is analyzing the financial performance of banks based on five parameters i.e. Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency, Earning Quality and Liquidity. Therefore, the key objective of the present paper is to examine the comparative financial performance of selected Indian public and private sector banks by using the CAMEL parameters i.e. Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency, Earning Quality and Liquidity of selected Indian public and private sector banks during 2001 to 2015. Method: Top ten banks from net profit point of view were selected for the study. Based on ranks, selected top five banks from public sector are State Bank of India, Punjab National Bank, Canara Bank, Bank of Baroda and Bank of India and top five banks from private sector are ICICI Bank, HDFC Bank, Axis Bank, Jammu and Kashmir Bank and Federal Bank. The study is based on secondary data and collected from the annual reports of respective banks during 2001 to 2015. Results: The financial performance indicators highlight that private sector banks are superior to public sector banks. Out of 22 parameters, private sector banks are leading in ten and public sector banks are leading in only three. In case of remaining nine parameters both banks having equal performance. Conclusions: Study concludes that, among the key five parameters of the financial performance, asset quality, earning quality and management efficiency parameter was better in private sector banks and public sector banks was superior in liquidity. Financial Performance of Selected Public and Private Sector Banks in the Light of CAMEL Model
Article
This paper investigates the effectiveness of market discipline in limiting excessive risk-taking by banks. We have constructed a large cross-country panel data set consisting of observations on 729 individual banks from 32 different countries over the years 1993 to 2000. Theory implies that the strength of market discipline ought to be related to the extent of the government safety net, the observability of bank risk choices and to the proportion of uninsured liabilities in the bank’s balance sheet. We test for hypotheses relating to all of these factors at the bank level. Panel data estimation techniques are applied to both capital regressions, which aim to explain banks' choice of capital buffers, and risk regressions, which aim to explain bank risk. Our results suggest that moral hazard exists and that market discipline plays a role in mitigating banks’ risk of insolvency.
Article
Using a large bank-level dataset, we test the relevance of both structural liquidity and capital ratios as defined in Basel III on banks’ probability of failure. To include all relevant episodes of bank failure and distress (F&D) occurring in the EU-28 member states over the past decade, we develop a broad indicator that includes information not only on bankruptcies, liquidations, under receivership and dissolved banks, but also accounts for state interventions, mergers in distress and EBA stress test results. Estimates from several versions of the logistic probability model indicate that the likelihood of failure and distress decreases with increased liquidity holdings, while capital ratios are significant only for large banks. Our results provide support for Basel III’s initiatives on structural liquidity and for the increased regulatory focus on large and systemically important banks.